Perancangan Buku Informasi Untuk Pengguna Kamera Usia Remaja

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

Perancangan Buku Informasi Untuk Pengguna Kamera Usia

Remaja

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Sofian Giantara Pramadita 51910048

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Sofian Giantara Pramadita

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 12 Oktober 1991

Alamat : JL. Mohammad Toha. Gg. H. Mukti. RT 12/ RW 13. No. 47. Bandung

II. PENDIDIKAN

Tahun 1996 - 1997 : TK Al - Fatwa

Tahun 1997 - 2003 : SD Nugraha Bandung Tahun 2003 - 2006 : SMP 11 Bandung Tahun 2006 - 2009 : SMK 14 Bandung Tahun 2009 - 2010 : Universitas Pasundan


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I. 2 Identifikasi Masalah ... 3

I. 3 Rumusan Masalah ... 3

I. 4 Batasan Masalah ... 3

I. 5 Tujuan Perancangan ... 3

Bab II Pengaruh Teknologi Kamera Terhadap Gaya Hidup Remaja ... 4

II. 1 Kamera ... 4

II. 2 Jenis Kamera Berbasis Digital ... 4

II. 3 Remaja ... 6

II. 4 Budaya Visual Remaja ... 6

II. 5 Dampak Perkembangan Teknologi Kamera Terhadap Remaja ... 7

II. 6 Kegiatan Memotret Pada Remaja ... 8

II. 6 .1 Selfie ... 8

II. 6 .2 Memotret Makanan... 9


(6)

II. 6 .4 Citizen Journalist ... 11

II. 7 Solusi Permasalahan ... 12

II. 8 Target Audience ... 12

II. 9 Kuesioner Terhadap Remaja ... 13

Bab III Strategi Perancangan Dan Konsep Visual ... 15

III. 1 Strategi Perancangan ... 15

III. 1. 1 Pendekatan Komunikasi ... 15

III. 1. 2 Strategi Kreatif ... 15

III. 1. 3 Strategi Media ... 17

III. 1. 4 Strategi Distribusi ... 18

III. 2 Konsep Visual ... 18

III. 2. 1 Format Desain ... 18

III. 2. 2 Tata letak ... 19

III. 2. 3 Tipografi ... 19

III. 2. 4 Ilustrasi ... 21

III. 2. 5 Warna ... 22

Bab IV Teknis Produksi Media ... 23

IV. 1 Media Utama ... 23

IV. 1. 1 Unsur Desain Visual ... 23

IV. 1. 2 Tampilan Desain ... 24

IV. 2 Media Pendukung ... 26


(7)

IV. 2. 1.1 Unsur Desain Visual... 26

IV. 2. 1. 2 Tampilan Desain ... 27

IV. 2. 2 Stiker ... 27

IV. 2. 2. 1 Unsur Desain Visual ... 27

IV. 2. 2. 2 Tampilan Desain ... 28

IV. 2. 3 Banner Ads ... 29

IV. 2. 3. 1 Unsur Desain Visual ... 29

IV. 2. 3. 2 Tampilan Desain ... 29

IV. 2. 4 Poster Panorama ... 32

IV. 2. 4. 1 Unsur Desain Visual ... 32

IV. 2. 4. 2 Tampilan Desain ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Adisti, Prisna. (2010). Personality plus for teens. Jakarta Selatan: Percetakan Galangpress.

Ali, Mohammad., &Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Daldjoeni, N. (1992). Seluk beluk masyarakat kota. Bandung: Alumni. Kurniawan, Handoyo. (2013). DSLR untuk pemula. Jakarta: Mediakita

Kurniawan, Ivan. (2013). Sensualitas dan kecenderungan fetisme pada fotografi bertema model. Program Studi Magister Desain. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Sudjojo, Marcus. (2010). Tak-tik fotografi, Jakarta: Bukune

Sunarto dan Hartono, Agung. (2006). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta

Wijaya, Bondhan Kresna. (2009). Cheese! Bikin foto perjalanan makin berkesan. Yogyakarta: Jogja Great!Publisher

Dan. 2013 (10 Oktober). Hobi memotret makanan bisa langsingkan tubuh?. Tersedia di: http://duniafitnes.com/news/hobi-memotret-makanan-bisa-langsingkan-tubuh.html [9 Agustus 2014]

Kusuma, Barry. 2014 (21 April). Cara menjual foto traveling & mengenal lebih dekat profesi travel photographer. Tersedia di: http://www.kaskus.co.id/thread/5354c8af0d8b46747b8b4705/?ref=h omelanding&med=hot_thread [10 Agustus 2014]

Wulan, Josephine. 2012 (20 April). Citizen Journalism: Apa dan bagaimana?. Tersedia di:


(9)

http://media.kompasiana.com/new- media/2012/04/20/citizen-journalism-apa-dan-bagaimana-451185.html [10 Agustus 2014]

Yulistara, Arina. 2014 (7 Februari). Pamer foto selfie di mesia sosial, adakah manfaatnya? Ini kata psikolog. Tersedia di: http://wolipop.detik.com/read/2014/02/07/112832/2490100/852/pam er-foto-selfie-di-media-sosial-adakah-manfaatnya-ini-kata-psikolog [9 Agustus 2014]


(10)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya. Berkat izin dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan buku informasi untuk pengguna kamera usia remaja”.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelumnya penulis menyampaikan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Laporan ini, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Bandung, 16 Agustus 2014


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat perkotaan yang cenderung lebih tertutup dan menilai segalanya dengan uang menjadikan orang tua sangat memanjakan anaknya dengan beragam teknologi. Hal ini menyebabkan anak kurang berinteraksi dengan dunia luar, serta menjadikan adanya batas dalam pergaulan sehari-hari. Perkembangan anak tentunya sangat bergantung pada sikap orang tua dan lingkungan tempat tinggalnya, hal ini akan menentukan sikap anak kelak saat tumbuh remaja dan dewasa.

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja dibagi menjadi dua tahap, yaitu remaja awal berkisar 12 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Sifat remaja yang selalu ingin tahu, dan aktif selalu memacu dirinya untuk mencari hal baru dan menantang dalam kehidupan sehari-harinya. Remaja merupakan masa dimana seseorang mencari jati dirinya, pada masa ini remaja sering mengekspresikan dirinya dalam gaya hidupnya. Jaman sekarang, remaja tidak dapat dipisahkan dari gadget, remaja saat ini sudah sangat bergantung kepada gadget dalam kehidupan sosialnya.

Teknologi merupakan sebuah hal yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Pada jaman sekarang, masyarakat sudah bergantung kepada teknologi, dikarenakan teknologi sendiri memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan sehari-hari bagi manusia. Bukan hanya itu, masyarakat sudah menganggap teknologi adalah sebagai kebutuhan yang tidak bisa lepas peranannya dalam kehidupannya. Karena dengan fasilitas kemudahan yang diberikan oleh sebuah teknologi, manusia bisa menghemat waktu dalam melakukan pekerjaannya.

Masyarakat perkotaan tentu sudah tidak asing lagi dengan sebuah teknologi yang bernama kamera. Jaman sekarang kamera tidak lagi menjadi barang yang diperuntukan untuk kelas atas, tapi masyarakat menengah kebawah pun dapat


(12)

memiliki kamera, biasanya kamera yang terdapat pada handphone. Selain dapat mengambil sebuah gambar, kamera pada jaman sekarang dapat juga mengambil sebuah momen yang berbentuk video. Jenis kamera dipasaran saat ini begitu banyak dan beragam, tergantung dengan kegunaannya. Dan harga yang ditawarkanpun cukup beragam, mulai dari ratusan ribu sampai dengan ratusan juta rupiah. Dengan kemudahan yang difasilitasi oleh teknologi kamera jaman sekarang, kamera bisa digunakan oleh siapa saja, mulai dari remaja sampai orang tua. Dalam penggunaannya masyarakat bisa mengekspresikan dirinya lewat sebuah foto tanpa batas.

Penggunaan teknologi kamera dikalangan remaja sudah menjadi hal yang biasa, remaja terkadang menjadikan teknologi kamera sebagai media untuk berbagi informasi dalam kegiatan sehari-harinya. Pada sebagian kalangan remaja kamera sudah menjadi gaya hidup yang tidak bisa lepas dari kehidupan dan lingkungannya. Banyak remaja saat ini menggunakan teknologi kamera secara kurang tepat dengan fungsi dan tujuannya. Dalam beberapa kasus terdapat penyalahgunaan teknologi kamera oleh remaja, contohnya seperti menggunakan kamera untuk memotret atau merekam kegiatan sensual, hal ini tentunya sangat bertentangan dengan norma, aturan dan agama yang berlaku di Indonesia. Mirisnya lagi merekam kegiatan sensual ini banyak dilakukan oleh anak-anak sekolah ditingkat SMP dan SMA. Selain berdampak buruk bagi pelakunya, kegiatan merekam kegiatan sensual juga bisa berdampak buruk bagi lingkungannya. Seperti kasus beredarnya video sensual sepasang siswa SMP di daerah Jakarta Pusat. Selain itu juga banyak beredar foto sensual siswa usia remaja di forum-forum yang didalamnya banyak terdapat foto-foto sensual remaja SMP dan SMA


(13)

I. 2. Identifikasi Masalah

a. Pengaruh negatif teknologi kamera terhadap prilaku seorang remaja. b. Penggunaan teknologi kamera kearah yang negatif oleh sebagian remaja,

yaitu berupa memotret atau merekam kegiatan yang menonjolkan sensualitas.

c. Kurangnya pemanfaatan teknologi kamera DSLR dan kamera handphone yang positif dikalangan remaja.

I. 3. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut; a. Media informasi apa yang efektif untuk memberikan pengetahuan dan

pemanfaatan seputar kegiatan fotografi kepada remaja?

b. Bagaimana merancang media visual yang efektif untuk pengguna kamera usia remaja supaya teknologi kamera dapat digunakan untuk kegiatan yang positif?

I. 4. Batasan Masalah

a. Perancangan media ditujukan untuk remaja awal berusia 12 tahun sampai 18 tahun.

b. Pembahasan kamera dibatasi pada kamera berbasis digital yaitu kamera DSLR

c. Pembahasan kegiatan memotret remaja dibatasi dari selfie, memotret makanan, foto traveling, dan citizen journalist

I. 5. Tujuan Perancangan

Untuk memberikan informasi melalui sebuah media terhadap remaja sebagai pengguna kamera, supaya dapat menambah wawasan dan ilmu seorang pengguna kamera yang khususnya remaja dalam kegiatan memotret.


(14)

BAB II

PENGARUH TEKNOLOGI KAMERA TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

II. 1. Kamera

Yozardi (2006) menjelaskan "kamera adalah alat untuk merekam gambar suatu objek pada permukaan cahaya" (h.13). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kamera merupakan kotak kedap sinar yang dipasang dengan lensa yang menyambung pada lubang lensa tempat gambar (objek) yang direkam dalam alat yang peka cahaya; alat potret. Kamera dibagi menjadi dua jenis, yaitu kamera film atau kamera analog dan kamera digital.

II. 2. Jenis-jenis Kamera Berbasis Digital

a. Kamera Pocket atau kamera saku, merupakan kamera yang banyak digunakan oleh masyarakat dikarenakan ukurannya yang kecil dan praktis. Selain itu kamera saku jaman sekarang sudah memiliki fitur yang lengkap dalam pengaturan kamera, dan juga kamera saku digital tidak lagi memerlukan gulungan film (Sudjojo, 2010, h. 22).

Gambar II. 1 Kamera Saku

Sumber: http://kameratembuspandang.com/wp-content/uploads/2013/01/Prinsip-Kerja-Kamera-DSLR.jpg (28 Juni 2014)


(15)

b. Kamera DSLR atau Digital Single Lens Reflex adalah kamera yang mempunyai kesamaan dengan kamera SLR, tapi yang membedakan kamera DSLR memakai sistem CCD dan CMOS, tidak memerlukan lagi film seluloid untuk menyimpan foto dan sudah memiliki layar LCD (Wijaya, 2009, h. 9)

Gambar II. 2 Sistem kerja pentaprisma pada kamera DSLR

Sumber: http://kameratembuspandang.com/wp-content/uploads/2013/01/Prinsip-Kerja-Kamera-DSLR.jpg (28 Juni 2014)

c. Kamera Prosumer, merupakan sebuah kamera semi DSLR. Dalam penggunaannya kamera prosumer bisa menggunakan mode manual atau mode otomatis. Lensa pada kamera prosumer tidak bisa diganti seperti kamera DSLR. (Wijaya, 2009, h. 9)

Gambar II. 3 Kamera Prosumer

Sumber: http://www.yangcanggih.com/wp-content/uploads/2012/09/VL4-1.jpg (28 Juni 2014)

d. Kamera Mirrorless, Kurniawan (2013) menjelaskan "Kamera mirrorless adalah kamera DSLR yang menggunakan cara kerja kamera digital saku


(16)

(tanpa sistem cermin dan sistem prisma) sehingga memiliki ukuran yang hampir seringkas kamera saku" (h. 31)

Gambar II. 4 Kamera Mirrorless

Sumber: http://cdn.production.liputan6.com/legacy-medias/201304/camera-1-130420-logo.jpg (28 Juni 2014)

II. 3. Remaja

Remaja merupakan sebuah tahapan atau proses menuju pendewasaan. Dalam tahap ini manusia dihapakan dengan sesuatu yang abstrak, dikarenakan remaja masih bertindak berdasarkan naluri. Mohammad Ali (2009) menjelaskan "Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan" (h.5 ). Tapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja adalah mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin.

Terdapat perbedaan tahapan remaja pada pria dan wanita. Pria berlangsung pada umur 13 sampai 22 tahun, sedangkan pada wanita berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun. Remaja dibagi menjadi dua tahap, yaitu; Remaja awal berkisar pada usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan tahap remaja akhir berkisar pada usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Tapi di Amerika Serikat manusia dikatakan dewasa ketika sudah menginjak usia 18 tahun. (Ali, 2009, h.5 ).

II. 4. Budaya Visual Remaja

Budaya visual merupakan sesuatu yang berhubungan visual yang didalamnya berisikan tentang kebiasaan atau tradisi manusia yang sengaja atau tidak sengaja dibentuk oleh manusia, biasanya budaya visual seorang remaja dapat dipengaruhi


(17)

oleh perkembangan dan kemajuan sebuah teknologi yang berupa multimedia seperti film, iklan, tayangan televisi, dan internet. Kurniawan (2013) menjelaskan "Budaya visual adalah tentang bagaimana sikap masyarakat dalam menceritakan dan berkomunikasi, dengan visual sebagai bahasa utamanya" (h. 17).

Perkembangan budaya visual tentunya akan terus berkembang, dan pasti akan ada perbedaan disetiap jamannya. Seperti dalam berpose di depan kamera, remaja tahun 90'an bergaya lebih kaku dikarenakan etika dan sopan santun pada jaman tersebut masih kental karena pengaruh dari budaya luar yang masuk ke Indonesia begitu dibatasi, dibandingkan dengan remaja jaman sekarang yang lebih ekspresif dalam bergaya dihadapan kamera yang cenderung mengarah kepada gaya yang sensual. Hal ini tentunya dipangaruhi oleh perkembangan teknologi yang berkembang pesat, sehingga banyak sekali informasi berupa visual dengan mudahnya tersampaikan pada remaja.

Gambar II. 5 Perbandingan budaya visual remaja tahun 1994 dengan budaya visual remaja jaman sekarang

Sumber 1: http://rainytown1790.files.wordpress.com/2012/09/jadul4.jpg (6 Juli 2014)

Sumber 2:

http://1.bp.blogspot.com/-yQDtTN-elBI/Tm9eOfVPDPI/AAAAAAAABxg/OVwE_MBldsU/s1600/paha_anak_smu1edit.jpg (6 Juli 2014)

II. 5. Dampak Perkembangan Teknologi Kamera Terhadap Remaja Sebenarnya dampak teknologi sendiri dapat dirasakan dilingkungan masyarakat baik positif maupun negatifnya, tapi terkadang masyarakat tidak menyadari hal tersebut. Teknologi sendiri sebenarnya sangat membantu masyarakat untuk


(18)

mendapatkan kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dan teknologi sendiri dapat memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih, mengendalikan kontrol, dan tidak dipungkiri juga dapat memberikan penghematan secara materi kepada masyarakat.

Dampak positif lainnya adalah, remaja dapat mengeksplorasi kegiatan memotret secara luas, sekarang cara memotret pada remaja tidak lagi kaku, saat ini banyak sekali bermunculan cara mengekspresikan remaja dalam memotret seperti selfie, memotret makanan, foto traveling, dan citizen journalist. Selain bermanfaat sebagai dokumentasi pribadi, kegiatan ini juga bisa menghasilkan uang sebagai penghasilan tambahan untuk remaja.

Teknologi kamera tidak hanya berdampak positif untuk masyarakat, khususnya remaja. Tetapi disisi lain teknologi kamera juga bisa berdampak negatif bila disalah gunakan oleh remaja. Penggunaan teknologi untuk memotret atau merekam kegiatan seksual pada remaja merupakan sebuah dampak negatif dari perkembangan kamera, contohnya dalam kasus beredarnya rekaman video asusila yang dilakukan oleh seorang remaja dari SMP 4 Jakarta pusat pada bulan oktober 2013. Selain menggunakan kamera handphone untuk merekam aksi sensual, dibeberapa forum yang dikhususkan untuk berbagi foto sensual terdapat juga foto-foto dengan kualitas baik yang didalam foto-foto tersebut memakai objek perempuan yang masih remaja dengan menggunakan seragam SMA.

II. 6. Kegiatan Memotret Pada Remaja II. 6. 1. Selfie

Menurut psikolog Kasandra Putranto, perkembangan teknologi kamera mempengaruhi kegiatan selfie, apalagi dengan adanya teknologi kamera pada telefon genggam, hal itu dapat memudahkan seseorang melakukan selfie. ketika foto selfie diunggal ke media sosial dan mendapat respon positif, hal ini tentunya menimbulkan ketagihan pada pelakunya.

Banyak remaja lebih memilih menggunakan handphone sebagai sarana untuk melakukan selfie, dikarenakan dengan kemudahan dalam memotret


(19)

selfie, selain itu dengan menggunakan handphone pelaku selfie juga dapat dimudahkan dengan adanya fitur internet pada hanphone sehingga pelaku selfie dapat langsung mengunggah foto selfie tersebut ke media sosial. Bagi sebagian orang kegiatan selfie hanya sekedar untuk hiburan dan mengisi waktu luang saja. tetapi menurut Director Media Psychology Research Centre, Dr Pamela Rutledge, seseorang yang sering melakukan selfie dan mengunggahnya ke media sosial sebenarnya hanya ingin mendapat perhatian dari pengguna media sosial lainnya.

Sebenarnya hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dikarenakan pengakuan sosial merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia. Selfie juga dapat berdampak positif, bila pelaku merasa lebih baik bila melakukan selfie.

Selfie tentunya memiliki sisi positif dan negatif bagi pelakunya. Hal ini kembali lagi kepada pelakunya, bagai mana cari pelaku selfie ini menyikapi tentang berselfie. Selain hanya diunggah pada media sosial, foto selfie juga bisa lebih menarik untuk pelaku jika foto tersebut dijadikan photobook. Selain itu selfie juga bisa sering dimanfaatkan oleh sebagian remaja untuk menjadi sebuah sarana dalam memberikan tutorial fashion berpakaian. sumber: http://wolipop.detik.com/read/2014/02/07/112832/2490100/852/pamer-foto-selfie-di-media-sosial-adakah-manfaatnya-ini-kata-psikolog (26 Juli 2014) II. 6. 2. Memotret makanan

Memotret makanan tentunya sudah menjadi gaya hidup dalam kehidupan remaja, sering ditemukan banyak remaja sengaja memotret makanan lalu diunggah ke media sosial, terkadang hal ini sedikit mengganggu bagi pengguna media sosial lainnya. Tentunya kebiasaan memotret makanan ini memiliki dampak positif dan negatifnya.

Walaupun kegiatan ini sedikit mengganggu, namun ada dampak baik ketika seseorang memotret makanan, dari hasil penelitian yang dilakukan Brigham Young University terhadap 200 orang partisipan yang gemar memotret


(20)

nakanan bahwa memotret makanan bisa mengurangi nafsu makan sehingga pelaku bisa terhindar dari makan berlebihan.

Menurut Prof Ryan Elder, bahwa semakin sering seseorang mengamati makanan yang disukainya, maka semakin berkurang pula minatnya terhadap makanan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kebosanan seseorang saat mengamati makanan dengan cara memotret makanan, ataupun lainnya membuat pelaku lelah dalam rasa tanpa harus merasakan, sehingga timbul kebosanan pada indra pengecap rasa. Selain itu, memotret makanan juga bisa bermanfaat bagi pelaku maupun masyarakat luas. Ada beberapa remaja yang memanfaatkan kegemarannya dalam memotret makanan dengan cara membagi informasi seputar duia kuliner melalui blog pribadinya, dalam blog tersebut banyak terdapat informasi mengenai makanan menarik dan nikmat disetiap daerahnya.

Dalam perkembangannya memotret makanan juga bisa menjadi seorang fotografer untuk mencari sebuah penghasilan, hal ini dimanfaatkan bagi seorang fotografer yang memang spesialisasinya memotret makanan untuk menghasilkan keuntungan berupa materi. Biasanya jasa fotografer makanan ini diperuntukan kepada restoran atau rumah makan dalam mempromosikan makanannya agar bisa terlihat lebih menarik.

sumber: http://duniafitnes.com/news/hobi-memotret-makanan-bisa-langsingkan-tubuh.html (26 Juli 2014)

II. 6. 3. Foto traveling

Travel Photography merupakan sebuah cabang dalam ilmu fotografi. Dalam Travel Photography, biasanya yang menjadi objek dalam memotret adalah keindahan alam atau landscape, kultur dan budaya, dan juga tempat wisata. Mengabadikan sebuah kenangan saat berlibur atau bepergian ke ketempat yang menarik melalui kamera merupakan sebuah hal yang sudah biasa dilakukan remaja. Selain untuk menjadi sebuah bahan dokumentasi pribadi, kegiatan ini juga bisa menjadi tempat seorang remaja dalam mencari penghasilan tambahan.


(21)

Menurut Barry Kusuma, seorang Travel Photographer dalam mendapatkan penghasilannya sedikit berbeda dari fotografer lainnya. Biasanya fotografer akan mendapatkan penghasilan setelah selesai dalam melakukan pekerjaannya. Tapi untuk Travel Photographer dalam melakukan profesinya, tidak langsung mendapatkan penghasilan seperti fotografer lain, tetapi bayarannya akan diberikan ketika foto tersebuat akan disewa atau dibeli oleh seorang atau perusahaan yang membutuhkan foto tersebut untuk kebutuhan komersil.

Bagi remaja yang masih mencoba dalam mendalami Travel Photography, ada beberapa cara untuk pemula dalam memperkenalkan karya sebuah foto, bisa membuat sebuah blog ataupun website pribadi yang berisikan portofolio ataupun travel journal. Ataupun bisa juga karya foto tersebut dijadikan sebuah buku portofolio yang berisikan karya-karya hasil foto yang sudah didapat.

Ada pula beberapa cara untuk menjual hasil foto seorang Travel Photography, untuk pemula cobalah memanfaatkan media sosial dalam melakukan promosi. Selain efisien, media sosial juga menjadi sebuah media promosi yang murah.

sumber:

http://www.kaskus.co.id/thread/5354c8af0d8b46747b8b4705/?ref=homelanding& med=hot_thread (26 Juli 2014)

II. 6. 4. Citizen Journalist

Citizen Journalist merupakan sebuah kegiatan mereportasekan atau melaporkan kejadian sebuah berita yang dilakukan oleh masyarakat biasa yang pada dasarnya bukan seorang jurnalis profesional. Perkembangan teknologi dan media informasi tentunya menjadi sebuah unsur yang sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam melakukan kegiatan Citizen Journalist, apalagi dengan adanya internet yang tentunya dapat membuka dan memperluas batasan dalam berbagi informasi.


(22)

Pada perkembangannya sendiri kegiatan citizen journalist sendiri dirasa begitu bermanfaat bagi masyarakat ataupun media resmi. Dikarenakan dengan adanya kegiatan citizen journalist maka dapat terciptanya suatu ketidakseragaman dalam opini publik, sehingga hal ini bisa menjadi sebuah referensi tersendiri bagi media resmi, maka dari itu pada jaman sekarang banyak media resmi yang menerima sebuah reportasi dari seorang citizen journalist. Biasanya reportase sebuat citizent journalist berisikan tentang peristiwa, pengalaman, dokumentasi yang berisikan berita atau informasi, atau juga bisa berisi tentang pendapat atau opini seseorang tentang sebuah analisa tertentu. Selain itu bisa juga berisi tentang sebuah tulisan atau catatan, fiksi, ataupun bisa berupa sebuah tutorial.

Sumber: http://media.kompasiana.com/new-media/2012/04/20/citizen-journalism-apa-dan-bagaimana-451185.html (26 Juli 2014)

II. 7. Solusi Permasalahan

Dengan media buku informatif menjadikan media ini dirasa cocok sebagai solusi dalam pemanfaatan teknologi kamera oleh masyarakat khususnya dikalangan remaja. Buku yang berisikan tentang informasi mengenai kamera dan dunia fotografi dapat menambah wawasan terhadap seorang pengguna kamera, serta dilengkapi dengan cara pemanfaatan kamera pada kehidupan sehari-hari agar dapat menumbuhkan nilai positif bagi pengguna kamera dan lingkungannya. Selain itu disampaikan dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang bertujuan supaya bahasan dalam buku ini terasa akrab dengan pembaca. Serta dengan penambahan merchandise didalamnya sebagai nilai tambah sebuah produk.

II. 8. Target Audience

a. Demografi,

 Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan.  Usia : 12 - 18 Tahun.

 Status keluarga : Belum menikah.  Pendidikan : SMP dan SMA. 


(23)

b. Geografi,

 Wilayah : Indonesia.  Lokasi kota : Kota besar.

 Kependudukan : Urban dan sub urban, atau penduduk tetap dan penduduk pendatang yang menetap dikota besar.

c. Psikologi,

 Kebutuhan : Kenyamanan dalam bersosialisasi. Kebutuhan sosial berupa pengakuan dari teman sebaya atau kelompoknya.

 Kepribadian : Terbuka.

 Habbit : Melakukan kegiatan memotret dalam kesehariannya.  Ketertarikan : Mempunya ketertarikan terhadap kegiatan memotret.  Gaya hidup : Modern.

 Kelas sosial : Bawah, menengah, dan atas. II. 9. Kuesioner terhadap remaja

Survey yang dilakukan terhadap 100 remaja usia 12 sampai 18 tahun sebagai pengguna sosial media yang menggunakan kamera dalam kehidupan sehari-harinya, dapat disimpulkan sebagai berikut;

Pendidikan

 68 orang diantaranya adalah SMA.  32 orang diantaranya adalah SMP. Jenis kelamin

 67 orang laki-laki.  33 orang perempuan.

Jenis kamera yang dimiliki oleh remaja

 100 orang menyatakan memiliki kamera handphone.  22 orang menyatakan memiliki kamera saku.

 16 orang menyatakan memiliki kamera mirrorless.  11 orang menyatakan memiliki kamera DSLR.


(24)

 2 orang menyatakan memiliki kamera prosumer.

 7 orang menyatakan memiliki kamera lain. seperti analog, dan polaroid. Pengetahuan terhadap teknik fotografi

 31 orang menyatakan mengetahu teknik fotografi dasar.

 69 orang menyatakan tidak mengetahui teknik-teknik fotografi. Kegiatan memotret yang sering dilakukan

 98 orang menyatakan sering melakukan selfie.

 48 orang menyatakan sering memotret hobinya, seperti memotret miniatur, kereta api, dll.

 67 orang menyatakan sering memotret makanan.  77 orang menyatakan sering memotret saat liburan.

 89 orang menyatakan sering memotret kejadian sehari-hari.

 9 orang menyatakan sering menggunakan kamera untuk kegiatan citizen journalist.

 3 orang menyatakan sering menggunakan kamera untuk memotret produk dalam kegiatan usaha pribadinya.

Faktor yang menjadikan dampak negatif teknologi kamera

 98 mengaku dampak negatif dari teknologi kamera yaitu berupa foto atau video sensual.

 72 mengaku teknologi kamera digunakan memotret tanpa izin.

 41 mengaku sering melihat foto yang menganggu seperti foto yang menjijikan.

Sosial media yang sering dipakai oleh remaja dalam berbagi foto  98 menyatakan Facebook

 90 menyatakan Twitter  72 menyatakan Instagram  23 menyatakan Pinterest  36 menyatakan flickr


(25)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III. 1. Strategi Perancangan

III. 1. 1. Pendekatan Komunikasi a) Pendekatan visual

Pendekatan visual adalah sebuah cara untuk menyampaikan informasi melalui gambar atau visual. Pemilihan visual dalam perancangan buku ini menggunakan visual gambar-gambar atau hasil foto dari teknik fotografi. Hal ini bertujuan untuk menegaskan bahwa media ini merupakan sebuah buku informatif yang berisikan tentang informasi mengenai pembahasan seputar kamera, dunia fotografi, dan berisikan tentang penggunaan kamera secara positif dan bermanfaat.

b) Pendekatan verbal

Pendekatan verbal merupakan sebuah cara untuk menyampaikan informasi melalui bahasa, kata, tulisan, dan cara bicara. Dalam perancangan buku ini pendekatan verbal yang dipilih adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku, atau bahasa sehari-hari yang biasa digunakan oleh remaja. Hal ini bertujuan supaya konten atau muatan yang terdapat dalam media ini tidak berkesan formal, dan dapat menimbulkan kesan nyaman dan akrab terhadap pembaca remaja.

III. 1. 2. Strategi Kreatif

Perancangan buku ini berisikan konten atau muatan yang dapat menambah wawasan seorang remaja dalam menggunakan kamera. Tidak seperti buku fotografi lainnya yang hanya memberikan teknik dalam melakukan kegiatan fotografi, tapi buku ini memberikan penjelasan tentang memanfaatkan kamera yang lebih positif untuk remaja dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

Dengan bahasa yang tidak berat, dan visual yang sederhana bertujuan supaya remaja dapat menikmati dan nyaman saat membaca informasi yang terdapat pada media ini.

Selain itu dalam buku ini ada mempunyai bagian halaman dimana remaja bisa menyimpan foto hasil memotret dalam buku ini, selain itu disediakan juga halaman untuk remaja untuk menulis sesuatu. Hal ini bertujuan supaya media ini tidak hanya dijadikan sebagai media informasi, tetapi media ini juga bisa menjadi catatan seorang remaja dalam perjalanan melakukan kegiatan memotret.

Adapun beberapa muatan yang terdapat dalam buku ini, yaitu: a) Mengenal kamera secara singkat

Berisikan tentang penjelasan tentang kamera beserta sejarahnya secara singkat.

b) Mengenal jenis-jenis kamera

Menjelaskan tentang pengenalan berbagai kamera yang berbasis digital. mulai dari kamera pocket, kamera DSLR, kamera Prosummer, dan kamera Mirrorlens.

c) Memanfaatkan kamera:  Selfie

 Memotret makanan  Foto travelingCitizen Journalism e) Pemanfaatan sosial media

 Media promosi  Sarana berbagi karya  Memperluas pertemanan

 Sebagai sarana berbagi informasi  Memperluas ilmu pengetahuan


(27)

III. 1. 3. Strategi Media a) Media utama

Media utama dalam perancangan ini berupa buku. Hal ini dikarenakan media buku merupakan sebuah media yang praktis untuk dibawa kemana saja. Selain itu dengan penggunaan visual foto yang menggunakan teknik fotografi menjadikan buku ini bisa lebih menarik untuk remaja. Dengan visual yang lebih dominan tetapi tidak mengurangi informasi yang diberikan oleh media buku ini. b) Media Pendukung

 Pembatas buku

Pembatas buku ditujukan sebagai merchandise sebagai media pendukung. Pembatas buku dijadikan media pendukung dengan alasan terkadang seorang pembaca menandai bacaannya dengan melipat kertas diujung bawahnya, hal ini tentunya akan menimbulkan bekas lipatan pada kertas. Dengan pembatas buku ini pembaca tidak usah lagi melipat ketas yang bisa menimbulkan bekas, tapi cukup dengan menyisipkan pembatas buku ini untuk menandai bacaan. Selain itu dikarenakan pembatas buku ini mempunyai bagian yang menjorok keluar, hal ini dapat lebih mempermudah pembaca mencari halaman yang sudah ditandai.

 Stiker

Stiker juga menjadi sebuah merchandise pada media buku ini. Dengan menggunakan bahan kertas stiker transparan, yang bertujuan supaya pembaca seorang-olah bisa menentukan warna kamera sendiri saat menempelkan stiker tersebut pada sesuatu bidang yang memiliki warna. Adapun beberapa bentuk dari stiker tersebut, yaitu: kamera DSLR, kamera pocket, dan kamera mirrorless.


(28)

Banner Ads

Penggunaan banner ads pada media sosial bertujuan sebagai cara untuk memberikan informasi mengenai penggunaan kamera lewat media sosial dikarenakan masih banyak pengguna kamera remaja yang memanfaatkan fasilitas media sosial. Pemanfaatan banner ads juga bertujuan sebagai cara dalam mempromosikan media utama yang berupa buku.  Poster panorama

Selain berfungsi sebagai merchandise, poster panorama juga dijadikan sebuah alat untuk mempromosikan media utama tersebut.

III. 1. 4. Strategi Distribusi

Pendistribusian media buku dilakukan secara komersial, yaitu dengan menyalurkan media ini kepada toko buku semacam Gramedia, dan Gunung Agung. Disalurkan melalui toko buku dikarenakan masih banyak remaja-remaja dikota besar yang masih menggermari membaca buku. Lagi pula kebanyakan buku tentang fotografi didistribusikan melalui toko buku. Sistem distribusi media sendiri menggunakan sistem distribusi eksklusif, jadi dalam suatu kota hanya ada beberapa perusahaan toko buku besar saja yang akan menerima pendistribusian media ini, dikarenakan media buku ini merupakan media yang target audiencenya lebih spesifik, yaitu remaja yang mempunyai ketertarikan dengan fotografi.

III. 2. Konsep Visual

III. 2. 1. Format Desain

Media utama media informasi ini berbentuk buku, dengan ukurang 20 cm X 20 cm. Ukuran ini bertujuan karena dalam bagian isi buku banyak terdapat visual yang berbentuk foto landscape, ada beberapa halaman yang menggunakan foto yang menutupi 2 halaman dalam buku. Jadi buku yang


(29)

berbentuk persegi ini bila dibuka akan berpentuk persegi panjang atau landscape.

III. 2. 2. Tata Letak

Dalam perancangan media buku informasi ini kapasitas visual lebih menonjol dibanding teks, sehingga pembaca bisa lebih menikmati dalam penyampaian informasi dalam buku tersebut. Selain itu hal ini juga bertujuan supaya remaja dapat terangsang dan lebih tertarik dalam melakukan kegiatan fotografi. Selain itu layout juga dibuat dinamis, yaitu dengan tidak terpaku pada satu desain layout. Dalam buku ini terdapat beberapa layout yang berbeda supaya tidak terlihat formal.

Berikut merupakan tata letak yang terdapat dalam media buku:

Gambar III. 1 Tata letak isi 1

Gambar III. 2 Tata letak isi 2 III. 2. 3. Tipografi

Penggunaan tipografi menggunakan jenis huruf script, atau sebuah font dekoratif yang memperlihatkan sebuah tulisan tangan. Penggunaan jenis tipografi ini bertujuan untuk target audience merasakan perasaan akrab saat membaca buku ini.


(30)

a) Tipografi pada cover

Pada Tipografi dalam cover menggunakan font "goldpanda" dikarenakan font tersebut memiliki karakter tilisan termaja. Dilihat dari bentuknya font ini menyerupai sebuah curat-coret tulisan yang biasa dilakukan oleh seorang remaja saat menulis.Contoh font:

 Huruf

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii

Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr

Ss Tt Uu Vv Ww Zz

 Angka

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

 Simbol

~ ` ! @ # $ % ^ & * ( ) _ - + =

{ } [ ] | \

: ;” ’ < > , . ? /

b) Tipografi pada isi atau konten buku

Tipografi pada isian menggunakan font "PassingNotes" dikarenakan font ini memiliki karakter tulisan seorang remaja, yang bertujuan supaya target audience memiliki keakraban saat membaca media buku ini

Contoh font:  Huruf

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll

Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv

Ww Zz


(31)

 Angka

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

 Simbol

~ ` ! @ # $ % ^ & * ( ) _ - + = { } [

] | \ : ;” ’ < > , . ? /

III. 2. 4. Ilustrasi

Ilustrasi pada buku di bagian cover depan, dan cover belakang, menggunakan gaya ilustrasi sketchy yang dijadikan sebuah vector. Gaya ilustrasi sketchy sendiri adalah gaya ilustrasi yang menunjolkan garis - garis berupa sketsa kasar atau gambar yang masih berupa coretan pada sebuah visual. Begitu juga dengan media pendukung yang menggunakan gaya ilustrasi sketchy. Penggunaan gaya ilustrasi sketchy sendiri dipakai karena menyesuaikan kebiasaan remaja yang sering mencoret-coret sebuah buku.

Gambar III. 3 Ilustrasi skecthy

Sumber:

https://cdn.tutsplus.com/vector/uploads/legacy/tuts/22_Sketch_Cameras/tute-finalimage200px.jpg

Pada bagian isi media buku ini menggunakan ilustrasi berupa foto yang diambil dengan teknik fotografi. selain sebagai identitas untuk menunjukan bahwa media ini merupakan buku yang membahas fotografi, hal ini


(32)

bertujuan supaya remaja nyaman dalam membaca buku ini. Dan juga visual tersebut diharapkan bisa menarik perhatian pembaca supaya pembaca bisa menumbuhkan ketertarikan yang lebih dalam kegiatan memotret.

Gambar III. 4 Fotografi III. 2. 5. Warna

Pada media utama dan media pendukung, warna dominan yang digunakan adalah warna-warna netral. Seperti putih, hitam, dan abu-abu. Penggunaan warna netral sendiri bertujuan supaya warna background tidak mengganggu isi dalam media buku tersebut, dikarenakan pada media ini banyak terdapat visual yang berbentuk foto, yang pada dasarnya banyak memiliki warna. Pada bagian cover menggunakan warna hitam, dengan judul dan ilustrasi berwarna putih, yang bertujuan supaya terjadinya warna yang kontras antara background dan foreground.

Pada konten isi buku lebih dominan menggunakan warna putih dan abu-abu. Supaya warna background tidak mengganggu isi konten.

C: 0 M: 0 Y: 0 K:0 C: 75 M: 68 Y: 65 K: 90

R: 255 G: 255 B: 255 R: 0 G: 0 B: 0

C: 0 M: 0 Y: 0 K:10 C: 0 M: 0 Y: 0 K: 30


(33)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV. 1. Media Utama

Ukuran beseluruhan buku yaitu 20cm X 20cm, dengan jumlah halaman keseluruhan adalah 56 halaman. Memilih ukuran sama sisi dikarenakan dalam isian buku banyak terdapat foto landscape, dan supaya mengoptimalkan peletakan foto dikarenakan ada beberapa foto yang dalam peletakannya menghabiskan 2 halaman.

IV. 1. 1 Unsur Desain Visual a. Ilustrasi

Pada bagian cover depan dan belakang buku, ilustrasi yang digunakan adalah gaya ilustrasi sketchy dengan bantuan software Adobe Illustrator untuk proses tracing, gambar objek yang dijadikan tracing sendiri adalah kamera saku, kamera mirrorless, dan kamera DSLR.

Pada bagian cover depan diletakan vector sketchy dikiri dan kanan muka buku, dengan menampilkan bagian outline sebuat kamera DSLR. Untuk bagian isi banyak memakai foto dengan menggunakan teknik fotografi sebagai ilustrasi. Pada isi buku sendiri kapasitas foto lebih banyak dibandingkan teks.

b. Judul

Pengambilan judul buku informasi ini adalah "Motret yuk! Dari kebiasaan yang biasa menjadi luar biasa". Yang bisa diartikan kegiatan motret sehari-hari yang biasa remaja lakukan bisa lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

c. Bahasa

Penggunaan bahasa dalam buku ini bersifat tidak baku, dengan menggunakan kata ganti orang pertama "saya" sebagai penulis dan kata ganti orang kedua "kamu" sebagai pembaca tujuan yang diharapkan


(34)

adalah untuk menimbulkan perasaan akrab antara buku sebagai media dan pembaca.

Selain itu, dalam penyampaian informasi pada media ini dengan cara menyisipkan kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan kegiatan fotografi, yang diharapkan pembaca tidak bosan membaca media buku ini.

d. Tipografi

Pada cover menggunakan font berjenis goldpanda dan pada bagian isi buku menggunakan font PassingNotes.

e. Warna

Pada bagian background cover menggunakan warna hitam, dan pada Judul, ilustrasi gambar, dan teks lainnya menggunakan warna putih. Untuk bagian isi media banyak menggunakan warna background putih dan abu-abu, dengan warna teks hitam.

f. Bahan

Keseluruhan bahan dari pembuatan media buku ini adalah jenis kertas art paper. Pada bagian cover menggunakan jenis kertas artpaper tebal, dan juga menggunakan laminasi doff dingin sehingga menjadikan bagian cover bertekstur lembut.

Pada bagian ini buku menggunakan jenis kertas artpaper dengan berat 150 gr, jenis kertas artpaper ini merupakan jenis artpaper dengan ketebalan sedang, tidak kaku, dan tidak terlalu tebal. Dengan sistem pencetakan print offset.


(35)

Gambar IV.2. Cover belakang

Gambar IV.3. Halaman content

Gambar IV.4. Halaman satu dan halaman dua


(36)

Gambar IV.6. Halaman Photofolio

IV. 2. Media Pendukung

Ada pula dua media pendukung sebagai pendambing media utama yang berupa pembatas buku dan stiker.

IV. 2. 1 Pembatas Buku

IV. 2. 1. 1 Unsur Desain Visual Pembatas Buku a. Ilustrasi

Pada pembatas buku ilustrasi yang digunakan sama seperti pada cover buku, yaitu ilustrasi sketchy dengan bantuan program Adobe Illustrator. Objek yang dijadikan ilustrasi pada pembatas buku ini adalah berupa gulungan film seluloid dan lensa kamera.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda.

c. Warna

Warna yang dipakai dominan menggunakan warna hitam, dan pada tulisan dan ilustrasi vector menggunakan warna putih.

d. Bahan

Pemilihan bahan pada media ini berupa art paper tebal dengan sistem cetak print offset, selain itu dilapisi juga dengan laminasi doff panas supaya media ini tidak mudah rusak.


(37)

e. Ukuran

Ukuran pembatas buku dengan ilustrasi lensa adalah 14cm X 5cm. Dan ukuran pembatas buku dengan ilustrasi gulungan film adalah 14cm X 6cm.

IV. 2. 1. 2 Tampilan Desain

Gambar IV.7. Pembatas buku lensa

Gambar IV.8. Pembatas buku film seluloid

IV. 2. 2 Stiker

IV. 2. 2. 1 Unsur Desain Visual Pembatas a. Ilustrasi

Pada stiker ilustrasi yang digunakan sama seperti pada cover buku, yaitu ilustrasi sketchy yang dijadikan sebuah vector dengan bantuan program Adobe Illustrator. Objek yang dipakai untuk sebuah stiker berupa kamera saku, kamera mirrorless, dan kamera DSLR.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda.


(38)

c. Warna

Pada stiker berbentuk pembatas buku warna dominan yang dipakai adalah warna hitam, dengan warna teks dan ilustrasi putih.

Pada stiker berbentuk kamera warna putih menjadi dominannya, lalu bentuk kamera hanya mengambil bagian outline saja dengan warna hitam.

d. Bahan

Pemilihan bahan pada media ini berupa stiker plastik transparan dengan dilapisi laminasi glossy supaya gambar pada media stiker tidak mudah rusak.

e. Ukuran

Untuk stiker berbentuk kamera masing-masing dengan panjang 9cm dan untuk lebar menyesuaikan dikarenakan ada perbedaan ukuran antara ketika kamera tersebut.

IV. 2. 2. 2 Tampilan Desain

Gambar IV.9. Stiker kamera DSLR


(39)

Gambar IV.11. Stiker kamera saku IV. 2. 3 Banner Ads

IV. 2. 3. 1 Unsur Desain Visual Banner Ads a. Ilustrasi

Ilustrasi untuk banner ads menggunakan tehnik fotografi, fotografi dipilih untuk lebih memudahkan sebuah visual dalam menyampaikan informasi.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda. c. Warna

Warna tidak dibatasi karena pada visual fotografi banyak sekali fasian warna yang muncul.

d. Ukuran

Ukuran pada banner ads memiliki 9 ukuran, yaitu pop-under, half-page ad, large rectangle, leaderboard, medium rectangle, rectangle, square pop-up, vertical rectangle, dan wide skycraper.

IV. 2. 3. 2 Tampilan Desain


(40)

Gambar IV.13. large rectangle (336px X 280px)

Gambar IV.14. Half-page ad (300px X 600px)


(41)

Gambar IV.16. Medium Rectangle (300px X 250px)

Gambar IV.17. Square pop-up (250px X 250px)


(42)

Gambar IV.19. Wide Skycraper (160px X 600px)

Gambar IV.20. Rectangle (180px X 150px) IV. 2. 3 Posterpanorama

IV. 2. 3. 1 Unsur desain visual a. Ilustrasi

Ilustrasi pada poster panorama sendiri menggunakan sebuah ilustrasi dengan tehnik fotografi.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda dan PassingNotes.

c. Ukuran

Untuk ukuran poster panorama yaitu dengan ukuran 20 cm X 80 cm.


(43)

d. Bahan

Badan pada poster panorama menggunakan bahan kertas glossy khusus untuk foto, untuk menjaga kualitas fota dan kertas supaya tidak mudah robek.

IV. 2. 3. 2 Tampilan Desain

Gambar IV.21. Poster panorama 1


(1)

c. Warna

Pada stiker berbentuk pembatas buku warna dominan yang dipakai adalah warna hitam, dengan warna teks dan ilustrasi putih.

Pada stiker berbentuk kamera warna putih menjadi dominannya, lalu bentuk kamera hanya mengambil bagian outline saja dengan warna hitam.

d. Bahan

Pemilihan bahan pada media ini berupa stiker plastik transparan dengan dilapisi laminasi glossy supaya gambar pada media stiker tidak mudah rusak.

e. Ukuran

Untuk stiker berbentuk kamera masing-masing dengan panjang 9cm dan untuk lebar menyesuaikan dikarenakan ada perbedaan ukuran antara ketika kamera tersebut.

IV. 2. 2. 2 Tampilan Desain

Gambar IV.9. Stiker kamera DSLR


(2)

Gambar IV.11. Stiker kamera saku IV. 2. 3 Banner Ads

IV. 2. 3. 1 Unsur Desain Visual Banner Ads a. Ilustrasi

Ilustrasi untuk banner ads menggunakan tehnik fotografi, fotografi dipilih untuk lebih memudahkan sebuah visual dalam menyampaikan informasi.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda. c. Warna

Warna tidak dibatasi karena pada visual fotografi banyak sekali fasian warna yang muncul.

d. Ukuran

Ukuran pada banner ads memiliki 9 ukuran, yaitu pop-under, half-page ad, large rectangle, leaderboard, medium rectangle, rectangle, square pop-up, vertical rectangle, dan wide skycraper.

IV. 2. 3. 2 Tampilan Desain


(3)

Gambar IV.13. large rectangle (336px X 280px)

Gambar IV.14. Half-page ad (300px X 600px)


(4)

Gambar IV.16. Medium Rectangle (300px X 250px)

Gambar IV.17. Square pop-up (250px X 250px)


(5)

Gambar IV.19. Wide Skycraper (160px X 600px)

Gambar IV.20. Rectangle (180px X 150px) IV. 2. 3 Poster panorama

IV. 2. 3. 1 Unsur desain visual a. Ilustrasi

Ilustrasi pada poster panorama sendiri menggunakan sebuah ilustrasi dengan tehnik fotografi.

b. Tipografi

Jenis font pada pembatas buku menggunakan jenis tulisan script, atau tulisan dekoratif. Dengan jenis font Goldpanda dan PassingNotes.

c. Ukuran

Untuk ukuran poster panorama yaitu dengan ukuran 20 cm X 80 cm.


(6)

d. Bahan

Badan pada poster panorama menggunakan bahan kertas glossy khusus untuk foto, untuk menjaga kualitas fota dan kertas supaya tidak mudah robek.

IV. 2. 3. 2 Tampilan Desain

Gambar IV.21. Poster panorama 1