PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEMUNGKINAN PERUSAHAAN MELAKUKAN PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

(1)

(JII) di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

THE INFLUENCE OF FIRM SIZE, PROFITABILITY AND FIRM VALUE ON POSSIBILITY OF FIRM’S INCOME SMOOTHING PRACTICES

(Empirical Study at Listed Corporation in Jakarta Islamic Index at Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

Oleh

PUTRI KHIKMAWATI 20130420496

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(2)

i

(JII) di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

THE INFLUENCE OF FIRM SIZE, PROFITABILITY AND FIRM VALUE ON POSSIBILITY OF FIRM’S INCOME SMOOTHING PRACTICES (Empirical Study at Listed Corporation in Jakarta Islamic Index at Indonesia Stock

Exchange Period 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

PUTRI KHIKMAWATI 20130420496

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

iii

“Allah akan Meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berupa derajat”

(QS.Al Mujadah : 11)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah” (Thomas Alva Edison)

“Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah pewarnanya. Doamu dan doa orang-orang di sekitarmu adalah bara api

yang mematangkannya. Kegagalan disetiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu, bersabarlah! Allah selalu menyertai

orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara


(5)

iv

bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Keluargaku tercinta khususnya kedua orang tua ku dan keluarga besar

“Big Fams Ahmad Dahlan” yang senantiasa mendoakan dan memberi support dan juga kakak-kakak ku dan adekku yang senantiasa menyemangati.

 Keluarga Kost Pak Nanto (Oka, Ery, Ojan) yang satu persatu menghilang karena sudah lulus. Terimakasih sudah menjadi bagian dari keluarga kecil di kota perantauan ini. Pengalaman hidup bersama kalian luar biasa, bersyukur bisa dipertemukan dengan orang-orang tahan banting seperti kalian.

 Dosen pembimbing skripsi Bu Harjanti yang sudah sabar dalam membimbing hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

 Teman seperjuangan Dwi, Tya, Mustika, Bella, Puput dan Yani. Terimakasih atas segala kebaikan dan bantuan kalian selama ini. Orang-orang professional dalam kuliah. Thank you so mucchhh.

 Teman seperjuangan merantau di kota Jogja Tari,Kamal, Arief Suwondo. Terimakasih tanpa kalian mungkin aku gak bisa kuliah disini. Semoga kita tetap akur seperti ini sampai tua nanti.

 Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu mensuport dan mendoakan agar diberikan yang terbaik. Terimakasih atas segala doanya sehingga saya bisa sampai pada tahap ini.


(6)

v

Sebuah karya kecil saya ini saya persembahkan untuk….

 Kedua orang tua saya Ibuku dan Ayahku tercinta  Kakak dan adik saya

 Keluarga Besar KH. Ahmad Dahlan


(7)

vi

dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2015)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan pertimbangan mengenai keputusan investasi, mengingat kemungkinan terjadinya perataan laba pada perusahaan dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Ibu Dr. Harjanti Widiastuti, M.Si., Akt yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.


(8)

vii

semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 1 Januari 2017


(9)

viii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Teori Keagenan ... 9

2. Income Smoothing ... 12

3. Jakarta Islamic Index ... 20

B. Pengembangan Hipotesis ... 21

1. Ukuran Perusahaan... 21

2. Profitabilitas ... 23

3. Nilai Perusahaan... 24

C. Model Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Objek/Subjek Penelitian ... 27


(10)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 36

B. Uji Kualitas Data ... 37

1. Uji Statistik Deskriptif ... 37

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 39

1. Analisis Regresi Logistik ... 39

a. Goodness of fit test ... 39

b. Overall Model Fit ... 40

c. Overall Classification table ... 41

d. Uji Hipotesis Parsial ... 42

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 43

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49

C. Keterbatasan Penelitian ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

4.2 Statistik Desriptif ... 37

4.3 Goodness of Fit Test ... 40

4.4 Overall Model Fit Test ... 40

4.5 Klasifikasi Tabel ... 41


(12)

(13)

xii

Perhitungan Koefisien Penjualan Tahun 2011-2015... Lamp 2 Perhitungan Indeks Eckel Tahun 2011-2015 ... Lamp 3 Perhitungan LOG TA, ROA dan PBV Tahun 2011-2015 ... Lamp 4 Statistik Deskriptif ... Lamp 5 Regresi Logistik ... Lamp 6


(14)

(15)

(16)

method used was a data analyst binary logistic regression method. The result show that firm size has negative significant influence to the income smoothing practices. While, profitability and firm value did not have influence to the income smoothing.


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan catatan yang berisi informasi mengenai keuangan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja suatu perusahaan yang dibuat dan ditujukan kepada pengguna laporan keuangan sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan pengguna laporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor maupun pemakai informasi lainnya dan membuat keputusan-keputusan baik untuk saat ini maupun keputusan-keputusan dimasa mendatang (Suwarjono, 2013). Pengguna laporan keuangan harus memiliki pengetahuan mengenai kegiatan bisnis dan ekonomik sehingga pengguna dapat memahami informasi yang terdapat pada laporan keuangan dengan baik.

Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pengelola perusahaan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan, sehingga laporan keuangan menunjukkan posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari informasi tersebut para pengguna menjadikan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Di dalam laporan keuangan berisi akun-akun dan setiap akun menunjukkan kinerja perusahaan, namun seringkali para pemakai laporan keuangan khususnya investor memakai akun laba untuk menilai sebuah


(18)

perusahaan (Beattie, et al., 1994 dalam Ramanuja dan Mertha, 2015). Pada kenyataannya laba yang dihasilkan perusahaan terjadi fluktuasi pada masing-masing periode, sehingga dalam situasi tersebut manajemen melakukan perataan laba agar laba yang disajikan pada laporan keuangan tetap stabil.

Dalam praktiknya, perataan laba masih terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Seperti halnya pada penelitian dengan 10 sampel perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dipilih secara acak tahun 2006-2009 dengan perhitungan indeks Eckel bahwa 3 dari 10 perusahaan tergolong melakukan perataan laba (Haryadi, 2011). Sedangkan penelitian lainnya 54 perusahaan yang dijadikan sampel pada BES tahun 1994 sampai 2001, terdapat 25 perusahaan yang melakukan perataan laba dengan persentase 46,30% dari total sampel (Juniarti dan Corolina, 2005). Pada tahun 2001, telah terjadi perataan laba pada salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yaitu PT Kimia Farma Tbk. Laba yang dilaporkan sebesar 132 milyar dinilai oleh kementerian BUMN dan BAPEPAM terlalu tinggi. Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan terletak pada nilai dari harga persediaan yang digelembungkan (Parsaoran, 2009 dalam Pratiwi dan Mahastanti, 2013).

Tindakan perataan laba dapat dilakukan oleh manajemen dengan memanipulasi variabel-variabel agar tidak terjadi fluktuasi dan dapat dikatakan untuk mengurangi kenaikan atau penurunan laba yang tajam (Adiningsih dan Asyik, 2014). Perataan laba dapat dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas yang


(19)

dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran data atau informasi agar laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan keinginan manajemen (Octaviana dan Asyik, 2014). Manajer dapat memasukkan informasi-informasi yang semestinya dilaporkan pada tahun mendatang ke dalam informasi tahun ini dan sebaliknya manajer memasukkan informasi-informasi yang semestinya dilaporkan tahun ini untuk tahun mendatang. Dengan demikian informasi yang dilaporkan tidak akurat dan banyak terjadi manipulasi, padahal di lain sisi investor memerlukan informasi yang akurat untuk pertimbangan investasinya.

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah diteliti sebelumnya. Beberapa faktor tersebut yaitu (1) ukuran perusahaan (Supriastuti dan Warnanti, 2015; Octaviania dan Asyik, 2014; Adiningsih dan Asyik, 2014; Suryandari, 2012; Gayatri dan Wirakusuma, 2012; Jamaluddin dan Amanah, 2015), (2) pertumbuhan penjualan (Octaviania dan Asyik, 2014), (3) kepemilikan manajerial (Octaviania dan Asyik, 2014; Pratama, 2012), (4) profitabilitas (Adiningsih dan Asyik, 2014; Ramanuja dan Mertha, 2015; Pratama, 2012), (5) bonus plan (Gayatri dan Wirakusuma, 2012), (6) varian nilai saham (Ramanuja dan Mertha, 2015), (7) nilai perusahaan (Pratama, 2012; Sulistyawati, 2013). Berdasarkan variabel -variabel tersebut peneliti memfokuskan pada ketiga variabel yaitu (1) ukuran perusahaan, (2) profitabilitas dan (3) nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan perbandingan besar dan kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan total aset yang masih dimiliki perusahaan, nilai


(20)

pasar saham dan lain-lain sehingga terdapat perbandingan secara kuantitatif (Iskandar dan Suardana, 2016). Beberapa peneliti menemukan hasil ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba yakni semakin besar perusahaan maka semakin kecil perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini sesuai dengan konsep Agency Theory dimana dalam teori ini diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kepentingannya masing-masing yang akan menimbulkan konflik kepentingan, sehingga terdapat keyakinan pada manajer bahwa investor tidak akan memperhatikan tindakan-tindakan manajer (Kharisma dan Agustina, 2015). Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriastuti dan Warnanti (2015) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu, sehingga menunjukkan perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba Astuti (2004:36) dalam Prayudi dan Daud (2013). Scott (2000) dalam Ramanuja dan Mertha (2015) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung akan melakukan income minimization. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin baik kinerja manajemen sehingga ketika profitabilitas rendah maka manajemen cenderung akan melakukan perataan laba. Beberapa peneliti menemukan profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba (Ramanuja dan Mertha, 2015: Zuhriya dan Wahidahwati, 2015). Namun tidak konsisten dengan


(21)

beberapa peneliti lainnya bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Adiningsih dan Asyik, 2014; Pratama, 2012).

Nilai perusahaan merupakan pandangan investor terhadap perusahaan yang berkaitan dengan harga saham (Prayudi dan Daud, 2013). Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan adanya kinerja yang baik dari manajemen sehingga manajemen tidak tertarik untuk melakukan perataan laba (Sulistiyawati, 2013). Peneliti lain menemukan hasil penelitian bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba (Prayudi dan Daud, 2013). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya yang menemukan hasil bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba (Zuhriya dan Wahidahwati, 2015).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, penelitian mengenai variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai perusahaan terhadap perataan laba telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Namun, kebanyakan dari penelitian sebelumnya meneliti pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur. Selain itu masih banyak perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya sehingga hasil penelitian tidak konsisten. Pada penelitian ini, peneliti ingin menguji kembali ukuran perusahaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan dengan sampel yang berbeda yaitu pada perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dengan demikian peneliti menuliskan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas


(22)

dan Nilai Perusahaan terhadap Kemungkinan Perusahaan Melakukan Praktik Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2011-2015)”. Data menggunakan perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) karena pada perusahaan yang tergabung dalam JII merupakan perusahaan yang sudah sesuai dengan prinsip dalam islam dan telah memenuhi syarat-syarat Dewan Syariah Nasional yang seharusnya tidak terdapat praktik perataan laba dan memiliki likuiditas yang tinggi dimana semakin saham tersebut memiliki likuiditas yang tinggi maka semakin rentan adanya praktik perataan laba.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba?

3. Apakah nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai:

1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba

2. Pengaruh profitabilitas terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba.

3. Pengaruh nilai perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan teori, memberikan pengetahuan dan wawasan khususnya dalam perataan laba.

2. Bagi civitas akademik, diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan literatur sehingga dapat dijadikan acuan penelitian berikutnya.


(24)

3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberi pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi, mengingat kemungkinan terjadinya manajemen laba pada perusahaan.

4. Bagi perusahaan, perusahaan diharapkan dapat membuat laporan keuangan yang sesuai aktivitas yang terjadi sehingga tidak terjadi manipulasi pada laporan keuangan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori keagenan

Teori keagenan merupakan hubungan antara pemilik (principal) dan manajer (agent) dalam suatu organisasi yang memiliki konflik kepentingan. Konflik kepentingan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent) didasari oleh kepentingan masing-masing. Principal dan agent memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kemakmurannya masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Dalam teori agensi, Eisenhardt (1989) menyebutkan terdapat tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan teori agensi, yaitu: (1) self interest adalah sifat manusia yang hanya mementingkan diri sendiri, (2) bounded rationality adalah keterbatasan daya pikir manusia tentang persepsi di masa mendatang, (3) risk averse adalah sifat manusia yang selalu menghindari resiko. Dengan adanya sifat dasar manusia tersebut, baik agent maupun principal memiliki perbedaan cara pandang dalam memperoleh keuntungan dan resiko yang dihadapi masing-masing.

Dalam menghindari ketiga sifat dasar tersebut pemegang saham melakukan pengendalian untuk mengatasi manajer yang memiliki perilaku tersebut yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja manajer, memberikan reward untuk manajer yang bekerja dengan baik dan punishment untuk manajer yang menyalahi aturan, dan membagi hasil dari hasil keuntungan


(26)

bersama di perusahaan agar manajer tersebut merasa bahwa dirinya adalah bagian terpenting di perusahaan. Reward yang diberikan kepada manajer diharapkan memberikan dorongan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi para pemegang sahamnya dan punishment yang diberikan kepada manajer yang menyalahi aturan agar memberikan efek jera sehingga manajer tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan para pemegang saham (Prasetya, 2013).

Dalam kondisi perusahaan ada situasi dimana terdapat ketidakseimbangan antara manajemen dan investor dalam memperoleh informasi. Informasi yang dimiliki manajemen (agent) lebih banyak karena manajemen yang mengelola perusahaan secara langsung, sedangkan pemilik yaitu investor memiliki informasi yang lebih sedikit karena mereka tidak melihat kegiatan yang terjadi secara langsung dan hanya dapat melihat laporan keuangan yang dibuat manajemen ataupun kegiatan lainnya yang dapat memberikan informasi (Adiningsih dan Asyik, 2014). Oleh karena itu, terkadang keputusan atau kebijakan yang diambil oleh manajemen tanpa sepengetahuan pemilik sehingga terjadi asimetri informasi.

Asimetri informasi merupakan kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi atau user (Jamaluddin dan Amanah,


(27)

2015). Scoot (2000) dalam Putra dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat dua jenis asimetri informasi, yaitu:

a. Adverse selection

Adverse selection yaitu orang dalam seperti manajer dan lainnya memiliki informasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pihak luar. Informasi yang didapat lebih banyak oleh manajer dan orang dalam lainnya memungkinkan pengambilan keputusan yang hanya menguntungkan pihak dalam perusahaan saja dan pihak lain dirugikan.

b. Moral hazard

Moral hazard yaitu pihak luar seperti pemegang saham dan pemberi pinjaman tidak dapat mengamati kegiatan yang dilakukan oleh manajer sepenuhnya, dengan begitu manajer dapat melakukan tindakan yang dapat berdampak negatif terhadap perusahaan dan pemegang saham.

Perataan laba termasuk asimetri informasi karena manajemen mendapatkan informasi yang lebih dibandingkan informasi yang didapat pengguna laporan keuangan. Beberapa pihak berpendapat perataan laba merupakan suatu tindakan yang merugikan pengguna informasi. Dalam informasi tersebut tidak menyajikan kondisi yang sebenarnya secara wajar karena telah dimanipulasi oleh pembuat informasi (manajemen). Sedangkan beberapa pihak lain berpendapat bahwa hal tersebut dianggap wajar selama hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak melanggar standar akuntansi walaupun hal tersebut mengurangi keandalan informasi.


(28)

2. Income Smoothing

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan melakukan manipulasi menaikkan atau menurunkan laba sehingga tidak terjadi peningkatan atau penurunan laba secara fluktuatif sehingga laba yang dilaporkan sesuai dengan keinginan manajemen. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan menggunakan rancangan transaksi yang telah dibuatnya yang terstruktur untuk mengubah laporan keuangan yang dapat menyesatkan stakeholder mengenai kinerja perusahaan sehingga manajemen laba dikatakan sebagai tindakan yang menyimpang (Cohen dan Zarowin, 2010 dalam Wiyadi dkk, 2016). Purwanto (2004) dalam Ocatavania dan Asyik (2014) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurang fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi (artificial) maupun melalui transaksi ekonomi (real). Foster (1986) dalam Ocatavania dan Asyik (2014) mengatakan tujuan perataan laba sebagai berikut:

a. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar atau stakeholder atas kinerja perusahaan yang kurang baik.

b. Memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi laba dimasa depan.

c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

d. Memperbaiki persepsi pihak luar pada kemampuan manajemen e. Meningkatkan bonus yang didapatkan oleh manajemen


(29)

Watts dan Zimmerman (1986) dalam Wulandari dkk (2014) perataan laba dirumuskan dalam teori akuntansi positif yang menjelaskan tentang praktik-praktik perataan laba, yaitu:

a. The bonus plan hypothesis

The bonus plan hypothesis merupakan hipotesis yang mengatakan bahwa para manajer yang memiliki program bonus berkemungkinan menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba pada periode berjalan. Hal tersebut terjadi karena para manajer perusahaan beranggapan bahwa dengan laba yang meningkat mungkin akan meningkatkan presentasi bonus yang akan didapatkannya.

b.The debt/equity hypothesis (debt convenant hypothesis)

Debt convenant hypothesis yaitu ketika perusahaan memiliki debt to equity ratio yang tinggi, dalam hal ini manajer menggunakan metode akuntansi yang dapat melaporkan pendapatan atau laba yang tinggi pada periode tersebut. Hal tersebut dikarenakan ketika perusahaan melaporkan debt equity ratio yang tinggi akan menyebabkan perusahaan tersebut kesulitan dalam memperoleh pendanaan dari pihak kreditur. Debt equity ratio menunjukkan rasio hutang terhadap ekuitas sehingga pihak investor maupun kreditur dapat melihat seberapa banyak perusahaan memiliki hutang jika dibandingkan dengan ekuitasnya.

c. The political cost hypothesis (size hypothesis)

Political cost hypothesis yaitu hipotesis yang memberikan asumsi bahwa perusahaan besar memiliki sensitifitas yang tinggi pada kepentingan


(30)

politik. Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Hal ini disebabkan karena apabila laba yang dilaporkan tinggi maka pajak perusahaan akan tinggi pula.

Penelitian yang dilakukan Eckel (1981) dalam Adiningsih dan Asyik (2014) menyatakan terdapat dua jenis perataan laba, yaitu:

a. Perataan alami (natural smoothing).

Perataan alami merupakan perataan laba yang terjadi secara alami karena proses dalam menghasilkan laba tanpa adanya campur tangan manajer dalam merekayasa laba perusahaan.

b. Perataan yang disengaja (intentianally smoothing) Dalam perataan yang disengaja dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Artificial smoothing adalah manipulasi laba yang dilakukan dengan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya.

2) Real smoothing, terjadi karena adanya intervensi atau campur tangan oleh manajer.

Scoot (2000) dalam Zahro (2014) membagi manajemen laba menjadi 4 pola yaitu dengan cara:

a. Taking a bath

Taking a bath adalah salah satu dari pola manajemen laba yang menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi ekstrem yaitu laba yang mengalami kenaikan ataupun penurunan yang sangat drastis apabila


(31)

dibandingkan dengan laba yang dilaporkan pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya reorganisasi seperti adanya pengangkatan CEO baru. Dalam hal ini, untuk mendapatkan laba agar meningkat di masa mendatang CEO melaporkan biaya-biaya kerugian dalam jumlah yang besar. Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya kerugian pada periode berjalan dan biaya-biaya pada periode yang akan datang. Semakin besar presentase kerugian yang diberikan maka semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan, sebaliknya jika semakin kecil presentase kerugian yang diberikan maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan.

b. Income minimization

Income minimization dilakukan ketika perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi sehingga manajer melaporkan laba periode berjalan menjadi lebih rendah dari pada laba sesungguhnya. Hal ini dilakukan jika laba dalam periode tertentu mengalami penurunan yang drastis maka dapat diatasi dengan mengambil laba dari periode sebelumnya. Income minimization dilakukan dengan melaporkan laba yang sesungguhnya lebih rendah ataupun dengan menaikkan biaya-biaya pada periode berjalan dari biaya sesungguhnya.

Dalam melaporkan laba yang lebih rendah manajer dapat menggunakan metode depresiasi aktiva tetap dengan melaporkan harga perolehan aktiva yang tinggi pada awal periode, selain itu manajer juga dapat membuat harga pokok penjualan yang lebih tinggi sehingga laba yang diperoleh perusahaan menjadi kecil. Manajer melakukan Income


(32)

minimization ini yaitu ketika perusahaan ingin menghindari pajak yang terlalu besar.

c. Income maximization

Income maximization merupakan upaya manajer dalam mengatur laba agar laba yang dilaporkan lebih tinggi daripada laba yang sesungguhnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membuat pendapatan yang dilaporkan lebih tinggi dari pada pendapatan sesungguhnya atau membuat biaya yang dilaporkan pada periode berjalan lebih rendah daripada biaya sesungguhnya pada periode berjalan. Pola manajemen laba ini dilakukan ketika laba perusahaan menurun. Motivasi manajer melakukan income maximization yaitu agar manajer mendapatkan bonus yang lebih besar. Dalam melakukan income maximization manajer melakukannya dengan cara membuat harga pokok penjualan lebih rendah dari yang sesungguhnya atau membuat harga peroleh aktiva lebih rendah di awal periode. Semakin rendah harga pokok yang dilaporkan maka laba yang didapat perusahaan semakin tinggi. Manajer termotivasi melakukan income maximization ini biasanya perusahaan tersebut akan melakukan IPO sehingga akan mendapat kepercayaan dari stakeholder. d. Income smoothing

Income smoothing merupakan upaya yang dilakukan manajer dalam mengatur laba agar laba yang dilaporkan beberapa periode relatif sama, pola ini dapat dilakukan dengan cara menaikkan atau menurunkan pendapatan ataupun biaya pada periode berjalan sesuai dengan keinginan manajer. Hal ini dilakukan untuk menarik investor karena investor cenderung menyukai laba


(33)

yang relatif stabil. Dalam membuat laba yang stabil manajer melakukannya dengan cara menggunakan metode akuntansi yaitu menentukan harga pokok penjualan yang relatif stabil pada beberapa periode tertentu sehingga laba yang diperoleh tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Selain itu manajer juga dapat menggunakan metode depresiasi aktiva tetap garis lurus dimana alokasi harga perolehan aktiva tetap relatif sama pada beberapa periode. Motivasi manajer dalam melakukan income smoothing yaitu agar mendapatkan bonus dan terkait dengan informasi pengambilan keputusan investasi oleh investor.

Beberapa alasan manajer melakukan perataan laba menurut Putra dkk (2014) yaitu:

a. Perataan laba dapat menarik investor untuk menginvestasikan dananya terutama pada saat perusahaan IPO.

b. Membangun kepercayaan investor, karena laba yang dilaporkan cenderung stabil dan kebijakan dividen dapat dibuat sesuai keinginan.

c. Menjalin hubungan yang baik antara manajer dengan karyawan, karena permintaan kenaikan gaji oleh karyawan dan atau pekerja dapat dihindari

Sugiarto (2003) dalam Ratnasari (2012) menyatakan terdapat berbagai teknik yang dilakukan dalam melakukan praktik perataan laba, antara lain:

a. Perataan laba pada saat terjadinya transaksi (pengakuan transaksi). Manajemen dapat menentukan sendiri dan mengendalikan waktu transaksi


(34)

dengan kebijakan yang dibuat manajemen itu sendiri (accruals) misalnya: biaya riset dan pengembangan. Adapun cara lainnya yaitu dengan membuat kebijakan diskon dan kredit, dengan kebijakan ini dapat meningkatkan piutang dan penjualan pada setiap akhir periode sehingga akan berdampak pada laba yang akan terlihat stabil.

b. Perataan laba dengan mengalokasikan pendapatan ke beberapa periode yang ditentukan. Untuk menstabilkan laba manajer dapat mengalokasikan pendapatan maupun beban ke periode tertentu. Misalnya jika terjadi peningkatan penjualan pada periode tertentu, maka manajer dapat membebankan biaya Research and Development ke periode tersebut dan mengamortisasi goodwill.

c. Perataan laba dengan klasifikasi pada pos-pos tertentu. Manajer memiliki wewenang dalam menentukan pos laba rugi pada kategori yang berbeda dengan kategori yang seharusnya. Misalnya apabila terdapat pendapatan non-operasi yang sulit didefinisikan, maka manajer dapat memasukkan pos tersebut ke dalam kategori pendapatan operasi atau non-operasi.

Adanya teknik-teknik akuntansi yang digunakan secara luas oleh manajer seringkali disalahartikan. Kebebasan manajer dalam menggunakan teknik akuntansi dalam melakukan pencatatan sering disalahgunakan untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih bagus. Bahkan pada umumnya manajer melakukan perataan laba dengan menggunakan teknik pencatatan dengan mengubah kebijakan sesuai dengan keadaan.


(35)

Praktik perataan laba oleh beberapa pihak dinilai sebagai hal yang wajar artinya penyusunan pelaporan keuangan masih dalam standar yang berlaku. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya praktik perataan laba dilakukan agar laba yang disajikan dalam laporan keuangan tidak berfluktuasi. Harahap (2005) dalam Prasetya (2013) mengatakan bahwa perataan laba diperbolehkan pada beberapa negara tertentu. Misalnya Negara Swedia yang merupakan salah satu Negara yang memperbolehkan melakukan perataan laba dengan syarat perataan laba tersebut dilakukan secara transparan. Belkoui (2007) dalam Prasetya (2013) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendasari manajer dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya:

a. Mekanisme pasar yang kompetitif, keadaan pasar yang kompetitif memiliki permintaan yang tidak seterusnya tinggi sehingga menyebabkan pendapatan yang abnormal sehingga tidak banyak pilihan yang dilakukan oleh manajer agar pendapatan tetap stabil.

b. Skema kompensasi oleh manajemen, hal ini berhubungan langsung dengan kinerja perusahaan, manajer akan memaksimalkan laba jika ingin mendapatkan kompensasi yang tinggi.

c. Pergantian manajemen yang dapat menjadi motivasi manajer melakukan praktik perataan laba.


(36)

3. Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic index adalah salah satu indeks saham di Indonesia untuk membantu memberikan fasilitas dalam perdagangan perusahaan publik yang memenuhi kriteria syariah. JII dibentuk dari kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan PT Danareksa Invesment Management dan diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 (Hartono, 2015). Kriteria saham yang masuk dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah yaitu terdapat 4 kriteria yang harus dipenuhi (Perdana, 2008) :

a. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong perjudian atau perdagangan lainnya yang dilarang.

b. Tidak menerapkan sistem riba.

c. Usaha yang dilakukan tidak memproduksi, mendistribusi dan memperdagangkan makanan/minuman tidak halal (haram).

d. Usaha yang dilakukan tidak memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

Menurut Hartono (2015) proses memasukkan saham perusahaan dalam daftar Jakarta Islamic index meliputi beberapa prosedur, yaitu sebagai berikut:

a. Saham yang dipilih adalah saham yang sudah tercatat paling tidak 3 bulan terakhir, kecuali pada saham yang termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. b. Memiliki rasio utang terhadap aktiva tidak lebih dari 90% di laporan


(37)

c. Dari 2 kriteria diatas, dipilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Dipilih 30 saham perusahaan dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

B. Pengembangan Hipotesis 1. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai besarnya perusahaan ditunjukkan dengan besarnya aset perusahaan yang dikendalikan oleh manajer sehingga diperoleh total aset tertentu yang digunakan sebagai pengukur besar kecilnya perusahaan. Seringkali ukuran perusahaan ini juga menjadi perhatian oleh investor ketika ingin menginvestasikan dananya. Investor yang akan menginvestasikan dananya biasanya membandingkan total aset dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan logaritma natural total aset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Penelitian ini mengukurnya dengan menggunakan logaritma natural total aset dengan alasan ketersediaan data total aset. Manajemen dalam mengendalikan operasi perusahaan dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan atau ukuran perusahaan dalam berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi (Supriastuti dan Warnanti 2015). Semakin besar perusahaan maka semakin kecil manajer dalam melakukan perataan


(38)

laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih bisa menjaga kinerjanya agar tetap stabil dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aji (2012) dalam Kharisma dan Agustina (2015) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin dikenal perusahaan tersebut yang berarti manajemen akan berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena masyarakat akan memberi perhatian yang lebih pada perusahaan tersebut dari pada perusahaan kecil. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kharisma dan Agustina (2015) dengan sampel perusahaan yang tergabung dalam JII periode 2011-2013 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Hal ini sesuai dengan konsep Agency Theory yaitu dalam teori ini dapat diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kepentingan masing-masing yang akan menimbulkan konflik kepentingan, sehingga terdapat keyakinan pada manajer bahwa investor tidak akan memperhatikan tindakan-tindakan manajer.

Penelitian lain memberikan hasil penelitian yang berbeda yaitu dilakukan oleh Santana dan Wirakusuma (2016) dengan sampel perusahaan manufaktur memberikan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Adapun Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Zulaikha (2010) dengan sampel perusahaan manufaktur dan


(39)

keuangan periode 2006-2009 bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba

2. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimiliki (Adiningsih dan Asyik, 2014). Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang stabil akan memberikan citra baik dari investor karena perusahaan dapat mempertahankan laba yang didapatkan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung akan melakukan perataan laba sehingga profitabilitas berkemungkinan dapat mempengaruhi praktik perataan laba. Pada teori akuntansi positif menjelaskan tentang rencana bonus, para manajer menginginkan bonus yang tinggi. Seperti yang kita ketahui ketika profitabilitas tinggi maka manajer akan mendapatkan bonus yang tinggi pula, karena hal itu manajer cenderung melakukan manipulasi untuk meningkatkan profitabilitas dengan mengubah metode pencatatan yang dapat menaikkan profit.


(40)

Penelitian yang dilakukan oleh Ramanuja dan Mertha (2015) dengan sampel perusahaan manufaktur periode 2009-2012 menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mendorong manajer untuk melakukan perataan laba, karena perusahaan akan dinilai baik oleh investor apabila saham tersebut laku di pasar modal. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Handayani (2014) yang menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Hasil penelitian lainnya yang berbeda dilakukan oleh Adiningsih dan Asyik (2014) dengan sampel perusahaan food and beverages menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba

3. Nilai perusahaan

Nilai perusahaan merupakan pandangan oleh investor pada perusahaan yang berkaitan dengan harga saham. Perusahaan yang memiliki harga saham yang tinggi maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang besar sehingga banyak menarik perhatian dari analis, investor maupun pemerintah. Nilai perusahaan dapat menggambarkan suatu kondisi perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan. Nilai perusahaan juga dapat menggambarkan suatu citra perusahaan dimata investor, sehingga


(41)

semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan dengan harapan investor dapat menanamkan modalnya di perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Prayudi dan Daud (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur 2008-2011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini terjadi karena sebelum melakukan investasi, calon investor akan melihat nilai perusahaan sebagai pertimbangan keputusannya. Namun tidak sejalan penelitian yang dilakukan Pratama (2012) dengan sampel perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2009 mengatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Peneliti lainnya memberikan hasil yang berbeda pula yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur tahun 2009-2011 yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3: Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba

C. Model Penelitian

Berdasarkan pada rerangka teori dan hipotesis penelitian, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap perataan laba, profitabilitas berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba dan nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan


(42)

perusahaan melakukan perataan laba. Maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Ukuran Perusahaan

Kemungkinan Perusahaan Melakukan Praktik

Perataan Laba

Nilai Perusahaan

Profitabilitas

-+

+


(43)

A. Objek/Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam Jakarta Islamic index (JII) pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Unit yang digunakan dalam penelitian adalah laporan tahunan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id atau dengan mengunduh pada masing-masing website perusahaan sampel.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (Supriastuti dan Warnanti, 2015). Data sekunder berisi angka-angka atau disebut data kuantitatif dimana angka tersebut digunakan untuk menganalisis menggunakan statistik dengan program statistik yang digunakan adalah SPSS. Nazaruddin dan Basuki (2013) mendefinisikan data sekunder adalah data yang pemerolehannya dari data-data yang telah ada, biasanya diperoleh dari perpustakaan, peneliti terdahulu maupun sumber-sumber lain yang tersedia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic index (JII) pada tahun 2011 sampai 2015. Data yang digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah (1) Penjualan, (2) Laba operasi, (3) Total aset, (4) Laba bersih setelah pajak, (5) Harga saham, (6) Nilai buku per lembar saham.


(44)

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dalam penelitian ini sampel diambil dari populasi yang ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Adapun pertimbangan pengambilan sampel dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2011-2015.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan mulai dari tahun 2009-2015 dengan informasi lengkap yang diperlukan dalam variabel penelitian. Data diambil dari tahun 2009 karena untuk menghitung perataan laba dibutuhkan data 3 tahun sebelumnya.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan menggunakan mata uang Rupiah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penelitian ini dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang dibutuhkan selama penelitian sehingga dapat menyelesaikan masalah penelitian. Data sekunder diperoleh dengan mengunduh laporan keuangan yang telah diaudit pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat mengambil langsung melalui Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(45)

1. Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen pada penelitian ini adalah perataan laba yang merupakan variabel dummy, yaitu perusahaan yang melakukan perataan laba di beri nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0. Dalam mengukur perataan laba dapat diuji dengan menggunakan indeks Eckel (Prasetya, 2013). Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel laba dan penjualan bersih. Rumus Indeks Eckel dapat dilihat seperti berikut:

Indeks Perataan Laba =

Dimana:

CV : Koefisien variasi variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai rata-rata (nilai yang diharapkan).

∆I : Perubahan laba

∆S : Perubahan penjualan

Dapat diimplementasikan Indeks Eckel menunjukkan bahwa jika indeks ≥ 1 adalah perusahaan tersebut dapat diklasikasi bukan perataan laba, sedangkan Indeks Eckel yang

menunjukkan indeks ≤ 1 adalah perusahaan tersebut dapat diklasifikasi sebagai perataan

laba.

Untuk menghitung CV ∆S dan CV ∆I dapat dilakukan dengan rumus sebagai beikut:


(46)

CV ∆I =

Rata-rata perubahan penjualan =

Rata-rata perubahan laba operasi =

2.Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai perusahaan.

a. Ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan adalah besar dan kecilnya kekayaan yang dimiliki perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Variabel ini dapat ukur dengan rumus sebagai berikut:


(47)

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan dan menunjukkan tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaannya. Profitabilitas dapat diukur dengan:

ROA =

c. Nilai perusahaan

Nilai perusahaan adalah suatu ukuran keberhasilan yang dilakukan manajemen perusahaan dalam mengoperasikan perusahaan pada masa lalu maupun prospek dimasa yang akan datang untuk meyakinkan para pemegang saham nya (Mas’ud, 2008) dalam (Yasinta, 2013). Nilai perusahaan dapat diukur dengan rumus:

PBV t-1 =

Dimana:

t : Tahun berjalan

t-1 : Satu tahun ke belakang

F. Uji Kualitas Data 1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan atau memaparkan suatu data dalam bentuk grafik maupun tabel (Nazaruddin dan Basuki, A. T., 2016). Data tersebut dapat dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dengan tujuan untuk


(48)

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi logistik. Analisis ini dilakukan secara bersama-sama pada ketiga variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai perusahaan. Alasan menggunakan analisis regresi logistik pada penelitian ini yaitu karena variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dummy dan tidak harus memiliki distribusi normal, linear dan uji asumsi klasik lainnya (Yurianto dan Gudono, 2002 dalam Haryadi 2011). Ghozali (2006) dalam Haryadi (2011) menyatakan bahwa pengujian dengan menggunakan regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas pada variabel bebasnya.

Model statistik yang digunakan dalam menguji hipotesis yaitu (Ghozali, 2009) dalam Prasetya (2013):

Ln

IS =

b0 + b1 LOGTA + b2 ROA+ b3 PBV

Dimana :

Ln IS = Perataan laba

b0 = Konstanta

LOGTA = Ukuran perusahaan

ROA = Profitabilitas

PBV = Nilai perusahaan


(49)

model regresi (goodness of fit test), (2) menilai keseluruhan model (overall model fit), (3) menilai ketepatan klasifikasi regresi (overall classification table) dan (4) uji hipotesis secara parsial.

a. Menilai kelayakan model regresi (Goodness of fit test).

Ghozali (2007) dalam Setyaningtyas (2014) menjelaskan bahwa pada tahap ini digunakan untuk menguji apakah model regresi logit layak dipakai untuk analisis berikutnya, artinya tidak terdapat perbedaan model dengan data sehingga model dikatakan fit. Dasar pengambilan keputusan ini dengan melihat nilai Hosmer dan Lemeshow Goodness of Fit Test Statistic yang diukur dengan Chi-Square, yaitu:

1) Jika Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistic ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai yang diamatinya sehingga model tidak baik karena tidak dapat memprediksi nilai yang diamatinya. 2) Jika Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistic > 0,05 maka Ho diterima,

artinya tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga model dapat memprediksi nilai yang diamati dengan baik atau dapat dikatakan model sesuai dengan data yang diamatinya.

b. Menilai keseluruhan model (Overall model fit)

Menilai keseluruhan model (overall model fit) dilihat dengan melihat likelihood value (-2LL). Semakin kecil nilai -2LL semakin dianggap bagus dengan nilai minimumnya adalah 0. Likelihood value (-2LL) merupakan cara untuk membandingkan nilai -2LL block


(50)

dengan 1, maka merupakan model regresi yang lebih baik. Penurunan yang terjadi pada -2 log likelihood menunjukkan model regresi logistik yang baik (Ghozali, 2005 dalam Witjaksono dan Tediyanto, 2011), sehingga penelitian fit atau sesuai dengan data. Ghozali (2007) dalam Setyaningtyas (2013) menyatakan bahwa nilai -2 log likelihood dapat digunakan sebagai penentuan jika variabel bebas ditambahkan ke dalam model apakah dapat memperbaiki model fit atau tidak.

c. Menilai ketepatan klasifikasi regresi (Overall classification table)

Pengujian ini digunakan untuk memprediksi ketepatan tindakan yang dilakukan di masa mendatang. Ketepatan klasifikasi regresi dilihat pada Classification table dimana angka pada kolom menunjukkan nilai prediksi dari perataan laba dan bukan perataan laba. Sedangkan nilai pada baris menunjukkan nilai pengamatan yang sebenarnya perataan laba dan bukan perataan laba.

d. Uji hipotesis secara parsial

Uji secara parsial merupakan uji statistik untuk melihat pengaruh koefisien regresi parsial pada masing-masing variabel bebas dengan melihat nilai asymptotic significance (sig). Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai koefisien regresi dan asymptotic significance (sig), yaitu hipotesis 1 didukung apabila koefisien regresi bernilai negatif dan p-value < 0.05 sedangkan hipotesis 2 dan 3 didukung apabila koefisien regresi bernilai positif dan p-value <0.05.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian

Pada variabel penelitian ini terdapat variabel dummy sehingga dalam mengolah data menggunakan analisis regresi logistik yaitu dengan menggunakan uji kualitas data dan uji hipotesis. Objek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index

(JII) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangannya berturut-turut selama 2009-2015. Dalam penelitian ini terdapat

97 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Proses

pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Proses pemilihan sampel

Uraian Jumlah

Perusahaan yang konsisten tergabung dalam JII dalam satu tahun selama tahun 2011-2015

Perusahaan yang menggunakan mata uang Dollar

Data yang terkena outlier

125 (23) (5)

Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian 97

Berdasarkan tabel 4.1 terdapat 97 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Sampel diperoleh dengan cara mendownload laporan tahunan yang telah di audit pada website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang dikumpulkan meliputi logaritma natural total aset


(52)

untuk mengukur ukuran perusahaan, ROA (return on asset) untuk mengukur

profitabilitas, PBV (price book value) untuk mengukur nilai perusahaan dan

CV∆I, CV∆S untuk mengukur perataan laba. Penelitian ini menggunakan

periode selama 5 tahun, yakni 2011-2015.

B. Uji Kualitas Data

1. Uji statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tergabung

dalam Jakarta Islamic Index (JII) selama 5 tahun yaitu periode 2011 sampai

dengan 2015. Selama 5 tahun tersebut terdapat 125 perusahaan dan dilakukan

purposive sampling yang menghasilkan 97 perusahaan dijadikan sampel. Hasil statistik deskriptif mengenai variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, nilai perusahaan dan variabel dependen perataan laba dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Var N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

TASET 97 2986270148 245435000000 38323063824.60 49937332677.983

ROA 97 -0.013 0.267 0.10524 0.62724

PBV 97 0.206 13.469 3.19861 1.974421

IS 97 0 1 0.57 0.498

Sumber: Hasil Analisis Data

Tabel 4.2 statistik deskriptif diatas menunjukkan jumlah sampel penelitian adalah 97 perusahaan yang diperoleh nilai minimum dari ukuran perusahaan adalah Rp. 2986270148 yaitu oleh PT Siloam International Hospitals Tbk tahun 2015. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar Rp.


(53)

245435000000 yaitu oleh PT Astra International Tbk tahun 2015. Kemudian terdapat rata-rata total aset dari perusahaan sampel adalah Rp. 38323063824.60 dengan standar deviasi Rp. 49937332677.983.

Profitabilitas perusahaan pada perusahaan yang dijadikan sampel memiliki nilai minimum sejumlah -0.013 atau sebesar -1.3% yaitu PT XL Axiata Tbk tahun 2014. Angka tersebut menunjukkan bahwa PT XL Axiata Tbk mengalami kerugian pada tahun 2014 sehingga memiliki ROA negatif. Sedangkan nilai maksimum profitabilitas adalah sejumlah 0.267 atau sebesar 26.7% yaitu oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2011. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap total aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan maka akan menghasilkan 26.7% laba bersih dari total aktiva tersebut. Adapun rata-rata ROA dalam perusahaan yaitu sebesar 0.10524 atau 10.524% dengan standar deviasinya adalah 0.62724 atau sebesar 62.724%.

Nilai perusahaan pada penelitian ini memiliki nilai minimum 0.206 atau sebesar 20.6% yaitu oleh PT XL Axiata Tbk tahun 2013. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan hanya 20.6%, yang artinya pasar belum mempercayai prospek perusahaan yang baik dimasa mendatang. Sedangkan nilai maksimumnya adalah 13.469 atau sebesar 1346.9% yaitu oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayan pasar terhadap perusahaan adalah sangat tinggi sebesar 1346.9%, yang artinya pasar percaya bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang sangat baik di masa


(54)

mendatang. Adapun rata-rata dari nilai perusahaan adalah sebesar 3.19861 atau 319.861% dengan standar deviasi 1.974421 atau 197.4421%.

Perataan laba pada penelitian ini adalah variabel dummy sehingga

angka 1 menunjukkan adanya praktik perataan laba dan angka 0 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba. Perataan laba pada penelitian ini terdapat 55 perusahaan yang melakukan perataan laba dan 42 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Analisis regresi logistik

Teknik yang digunakan dalam pengujian penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresis logistik. Pengujian dengan regresi logistik ini untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yakni ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai perusahaan terhadap variabel dependen yaitu perataan laba. Dalam regresi logistik tidak memasukkan uji asumsi klasik karena data tidak harus berdistribusi normal. Dalam penelitian ini terdapat 3 uji, yakni:

a. Menilai kelayakan model regresi (Goodness of fit test)

Menilai kelayakan model regresi dilakukan dengan melihat nilai Chi-square

pada tabel Hosmer and Lemeshow Test. Model dikatakan dapat memprediksi

nilai yang diamati dengan baik dan dapat dikatakan model sesuai dengan data yang diamati apabila nilai Chi-square bernilai > 0.05.


(55)

Tabel 4.3 Goodness of Fit Test

Chi-square Sig.

7.931 0.440

Sumber: Data Hasil Analisis

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit sebesar 7.931 dengan signifikansi 0.440 > alpha 0.05. Artinya bahwa data sesuai dengan model, tidak terdapat perbedaan

antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit dan layak untuk

dilakukan analisis berikutnya.

b. Menilai keseluruhan model (Overall model fit)

Menilai keseluruhan model fit dilakukan dengan melihat nilai -2 Log

Likelihood (-2LL) yaitu dilakukan dengan cara membandingkan nilai -2 Log Likelihood pada Block Number sama dengan 0 dengan -2 Log Likelihood pada

Block Number sama dengan 1. Apabila nilai -2 Log likelihood pada Block Number 0 lebih besar daripada nilai -2 Log likelihood block number sama dengan 1 merupakan model regresi yang baik.

Tabel 4.4

Overall Model Fit Test

2 Log Likelihood Nilai

Block Number = 0 132.723

Block Number = 1 121.967 Sumber: Hasil Analisis Data


(56)

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan nilai 2 Log likelihood. -2LL block number = 0 memiliki nilai sebesar 132.723,

sedangkan untuk –2LL block number = 1 memiliki nilai sebesar 121.967 yang

menunjukkan adanya penurunan nilai. Dengan adanya penurunan nilai

likelihood ini dapat dikatakan bahwa model fit dengan data.

c. Menilai ketepatan klasifikasi regresi (Overall classification table)

Pengujian ini digunakan untuk menentukan kebenaran prediksi perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Menilai ketepatan regresi dapat dilihat pada tabel

overall classification table. Dalam penelitian ini perusahaan yang melakukan perataan laba terdapat 55 perusahaan dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba terdapat 42 perusahaan. Oleh karena itu dilakukan uji overall classification untuk menilai ketepatan klasifikasi regresi.

Tabel 4.5 Klasifikasi

Prediksi Bukan

Perataan Laba

Perataan Laba Persentase

Bukan Perataan Laba 20 22 47.6

Perataan Laba 13 42 76.4

Persentase 63.9

Sumber: Hasil Analisis Data

Pada tabel 4.5 menunjukkan tingkat prediksi secara keseluruhan

pada variabel dependen adalah sebesar 63.9%. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa dari 42 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba terdapat 20 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba dan 22


(57)

perusahaan diprediksi melakukan perataan laba dengan tingkat presentasi kebenarannya adalah 47.6%. Sedangkan dari 55 perusahaan yang melakukan perataan laba terdapat 13 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba dan 42 perusahaan di prediksi melakukan perataan laba dengan tingkat presentase kebenarannya yaitu 76.4%.

d. Uji hipotesis secara parsial

Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk melihat pengaruh koefisien regresi parsial pada masing-masing variabel bebasnya. Pengujian ini

dilakukan dengan melihat nilai signifikannya pada tabel variables in the

equation. Hasil regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Table 4.6 Uji hipotesis Parsial

Variabel B Sig.

LOGTA -0,504 0.042

ROA -4.834 0.209

PBV Konstanta

-0.237 13.565

0.109 Sumber: Hasil Analisis Data

1) Pengujian Hipotesis Pertama.

Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma total aset memiliki nilai koefisien negatif yang dapat dilihat dalam tabel 4.6 sebesar -0.504 dengan nilai signifikannya yaitu sebesar 0.042 < alpha 0.05. Hal ini

mengandung arti bahwa H1 diterima. Dengan demikian, ukuran perusahaan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.


(58)

2) Pengujian Hipotesis Kedua.

Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai koefisien regresi negatif yang dapat dilihat pada tabel 4.6 sebesar -4.834 dengan nilai signifikannya yaitu sebesar 0.209 > alpha 0.05. Hal ini memiliki

artian bahwa H2 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.

3) Pengujian Hipotesis Ketiga

Variabel nilai perusahaan yang diukur dengan PBV memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.237 dengan nilai signifikannya adalah

0.109 > alpha 0.05. Hal ini mengandung arti bahwa H3 ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.

D. Pembahasan (Interpretasi)

1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan

melakukan perataan laba

Berdasarkan hasil regresi logistik dengan menggunakan binary

logistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.042 lebih kecil dari alpha 0.05 (5%) dan koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0.504. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini


(59)

diterima. Hal ini disebabkan karena semakin besar perusahaan maka semakin kecil manajer dalam melakukan perataan laba dengan alasan perusahaan besar lebih bisa menjaga kinerjanya agar tetap stabil sehingga tidak mendorong manajer dalam melakukan perataan laba.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kharisma dan Agustina (2015) dengan menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam JII periode 2011-2013 bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap perataan laba. Semakin besar perusahaan maka semakin kecil perusahaan melakukan perataan laba dan

sesuai dengan konsep Agency Theory dimana dalam teori ini menyebutkan

bahwa setiap individu memiliki kepentingannya masing-masing yang akan menimbulkan konflik kepentingan, sehingga terdapat keyakinan pada manajer bahwa investor tidak akan memperhatikan tindakan-tindakan manajer.

Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gayatri dan Wirakusuma (2012) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung melakukan perataan laba.

2. Pengaruh profitabilitas terhadap kemungkinan perusahaan melakukan

perataan laba

Berdasarkan hasil regresi logistik dengan menggunakan binary


(60)

pengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.209 lebih besar dari alpha 0.05 (5%) dan koefisien bernilai negatif yaitu -4.834. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profit tinggi bukan berarti perusahaan tersebut melakukan perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki profit tinggi dapat melakukan pengeluaran biaya sesuai dengan kemampuannya tanpa harus melakukan perataan laba untuk menurunkan pengeluaran biaya, misalnya pajak. Selain itu, praktik perataan laba juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut sehingga manajer akan menghindari melakukan perataan laba untuk mempertahankan kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Adiningsih dan Asyik (2014) dengan sampel perusahaan food and beverages

yang mengatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan efisien dan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dari laba yang diperoleh sehingga manajer tidak tertarik melakukan perataan laba.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan Ramanuja dan Mertha (2015) dengan sampel perusahaan manufaktur tahun 2009-2012 yang mengatakan bahwa


(61)

profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena profitabilitas yang tinggi mendorong manajer melakukan perataan laba karena investor akan menilai baik perusahaan yang memiliki profitabilitas stabil. Dengan adanya penilaian baik oleh investor terhadap perusahaan, saham yang dikeluarkan perusahaan tersebut laku di pasar modal sehingga dapat menguntungkan perusahaan.

Hasil penelitian lain yang bertentangan dengan penelitian ini yaitu dilakukan oleh Pratiwi dan Handayani (2014) dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba karena perusahaan dengan profitabilitas yang rendah cenderung melakukan perataan laba. Fluktuasi lebih banyak terjadi pada pelaporan laba yang mempunyai kemungkinan lebih besar pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang kecil.

3. Pengaruh nilai perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan

perataan laba

Dari hasil regresi logistik dengan menggunakan binary logistik

menunjukkan bahwa nilai perusahaan memiliki nilai koefisien regresi negatif namun tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.109 lebih besar dari alpha 0.05 (5%). Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Pengujian tersebut menandakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan


(62)

terhadap perataan laba. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi maupun perusahaan yang memiliki nilai yang rendah tidak mempengaruhi manajer dalam melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan manajer memiliki keyakinan bahwa saat ini banyak investor yang memiliki modal kecil sehingga cenderung akan memilih nilai perusahaan yang kecil, namun investor yang bermodal besar juga masih banyak ditemukan yang cenderung memilih nilai perusahaan tinggi. Sehingga manajer tidak akan tertarik melakukan perataan laba karena besar kecilnya nilai perusahaan investor tetap akan berinvestasi sesuai dengan kemampuannya.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur tahun 2009-2011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi menunjukkan adanya kinerja yang baik oleh manajemen sehingga mereka tidak tertarik untuk melakukan perataan laba.

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayudi dan Daud (2013) dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur tahun 2008-2011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena sebelum investor melakukan investasi, calon investor akan melihat nilai perusahaan sebagai pertimbangan keputusannya oleh karena itu manajer melakukan perataan laba.


(63)

(64)

BAB V

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengujian regresi logistik yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini disebabkan karena semakin besar perusahaan maka semakin kecil manajer dalam melakukan perataan laba dengan alasan perusahaan besar lebih bisa menjaga kinerjanya agar tetap stabil sehingga tidak mendorong manajer dalam melakukan perataan laba.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki profit yang tinggi tidak mendorong manajer melakukan perataan laba karena perusahaan dapat melakukan pembiayaan tanpa harus melakukan perataan laba agar biaya yang dikeluarkan rendah. 3. Nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan

melakukan perataan laba. Perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi maupun perusahaan yang memiliki nilai yang rendah tidak mempengaruhi manajer dalam melakukan perataan laba. Hal ini


(65)

disebabkan karena besar kecilnya nilai perusahaan investor tetap berinvestasi sesuai dengan kemampuannya.

B. Saran

Saran bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Memperluas sampel penelitian sehingga tidak hanya pada perusahaan yang tergabung dalam JII saja.

2. Menambah variabel moderasi maupun intervening untuk menambah variasi model penelitian.

3. Menambah analisis pengujian agar data yang diolah lebih valid.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu: 1. Sampel yang digunakan hanya pada perusahaan yang tergabung dalam

JII saja sehingga cakupannya kurang luas.

2. Analisis data hanya menggunakan regresi logistik saja dan tidak menggunakan uji analisis lainnya.


(66)

dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal ilmu dan riset akuntansi. Vol. 3 no. 6. Halaman 2-14

Dewi Ratih K dan Zulaikha. 2010. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (income smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Universitas Diponegoro. Halaman 5-6

Eisenhardt, Kathleen.M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review. Vol.14 No.1: pp. 55-74

Gayatri, I, A dan M. G. Wirakusuma. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Fakultas ekonomi udayana. Halaman 12-15

Hakim, Rahman. 2015. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Perubahan Komposisi Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Halaman 24-25

Hartono, Jogiyanto. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta:BPFE. Halaman 157-158

Haryadi, Andy S. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2006-2009. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Halaman 48-77

Iskandar, Andhika F dan K. A. Suardana. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, ROA, dan Winner/Loser Stock Terhadap Praktik Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 14 No.2. Halaman 812-813

Jamaluddin dan L. Amanah. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing. Jurnal ilmu dan riset akuntansi. Vol. 14 no. 7. Halaman 3-4

Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.7 No.2. halaman 154-155 Kharisma, A dan L. Agustina. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Accounting analysis journal. Vol. 4 No. 2. Halaman 7-10


(67)

Laba. Jurnal ilmu dan riset akuntansi. Vol. 13 no. 6. Halaman 6-7

Prasetya, Harris. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Klasifikasi KAP dan Likuiditas Terhadap Praktik Perataan Laba. . Skripsi . Universitas Diponegoro. Semarang. Halaman 11-12 Pratama, Dika F. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai

Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Dividen Payout Ratio Terhadap Perataan Laba. Jurnal akuntansi dan investasi. Vol. 13 no. 1. Halaman 36-40

Pratiwi, Herlinda dan B. D. Handayani. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial dan Pajak Terhadap Praktik Perataan Laba. Accounting Analysis Journal. Vol.3 No.2. Halaman 270-271

Pratiwi, Setha O dan L. A. Mahastanti. 2013. Fenomena Perataan Laba di Indonesia: Garbling vs Signalling. Among Makarti. Vol.6 No.11. Halaman 2-3

Prayudi, Dimas dan R. Daud. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bei 2008-2011. Femasi. Vol.9 No 2. Halaman 128-132

Putra, Putu A., N. K. Sinarwati dan N. A. S. Darmawan. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei. E-journal S1 Ak universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2 No.1. Halaman 4-5

Ramanuja, I dan I. M. Mertha. 2015. Pengaruh Varian Nilai Saham, Kepemilikan Publik, DER dan Profitabilitas Pada Perataan Laba. E-jurnal Akuntansi Udayana. Vol.10 No.2. Halaman 399-400

Ratnasari, D. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Halaman 21-22

Santana, D, K, W dan M. G. Wirakusuma. 2016. Pengaruh Perencanaan Pajak, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba. E-jurnal akuntansi udayana. Vol. 13. No.3. Halaman 1578-1579


(68)

Supriastuti, S dan A. Warnanti. 2015. Ukuran Perusahaan, Winner/Losser Stock, Debt To Equity Ratio, Dividen Payout Ratio Pengaruh Terhadap Perataan Laba. Jurnal paradigma. Vol. 13 No. 1. Halaman 58-60

Suryandari, N. N. A. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing. Media komunikasi FIS. Vol. 11 no.1. Halaman 200-204 Suwardjono. 2013. Teory Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi

Ketiga. Yogyakarta: BFFE. Halaman 145-158

Witjaksono, Armanto dan Tediyanto. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Emiten dalam Industri Manufaktur dan Indeks LQ45 yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2008. Binus Business Review. Vol.2 No.2. Halaman 846-849

Wiyadi,. R Trisnawati. N Puspitasari. N Sasongko. 2016. Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Rill pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. University Research Colloquium. Halaman 96-97

Wulandari, D, Akhmad, R dan N. Handayani 2014. Analisis Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan yang Melakukan IPO periode 2008-2012. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 3 No. 11. Halaman 4-5

Yasinta. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba. Jurnal. Halaman 3-4

Zahro, M. 2014. Akuntansi Nilai Wajar, Volatilitas Laba, dan Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol.3 No.11. Halaman 5-6

Zuhriya, S dan Wahidahwati. 2015. Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal ilmu dan riset akuntansi. Vol.4 No.7. Halaman 17-19


(69)

(70)

Koefisien Laba Tahun 2011

No Kode 2009 2010 2011 PERUBAHAN

2011-2010

PERUBAHAN

2010-2009 MEAN STDEV CV ∆I

1 AALI 2610218000 2964040000 3332932000 368892000 353822000 361357000 10656099.19 0.029

2 ANTM 587521105 1968586056 2012878425 44292369 1381064951 712678660 945240957.6 1.326

3 ASII 12756000000 21031000000 25772000000 4741000000 8275000000 6508000000 2498915365 0.384

4 ASRI 116431427 333360222 693620457 360260235 216928795 288594515 101350633.2 0.351

5 BSDE 834763521 870474510 960555379 90080869 35710989 62895929 38445310.84 0.611

6 CPIN 2056881000 2837419000 3009213000 171794000 780538000 476166000 430447010.4 0.904

7 INTP 3693305458 4061213000 4418023000 356810000 367907542 362358771 7847147.203 0.022

8 KLBF 1565874695 1770434609 1987259361 216824752 204559914 210692333 8672550.12 0.041

9 LPKR 480706770 719253651 984810305 265556654 238546881 252051767.5 19098793.65 0.076

10 LSIP 1018651000 1357040000 2003976000 646936000 338389000 492662500 218175676 0.443

11 SMCB 1398196000 1362635000 1680045000 317410000 -35561000 140924500 249588187.7 1.771

12 SMGR 4342563222 4509944312 4892131311 382186999 167381090 274784044.5 151890714.9 0.553

13 TINS 688544000 1127327000 1268085000 140758000 438783000 289770500 210735498.5 0.727

14 TLKM 22787636000 21416000000 20857000000 -559000000 -1371636000 -965318000 574620426.2 -0.595


(71)

2 AKRA 343454654 725498352 830355771 104857419 382043698 243450558.5 196000297.5 0.805

3 ANTM 1968586056 2012878425 895864056 -1117014369 44292369 -536361000 821167869.5 -1.531

4 ASII 21031000000 25774000000 27898000000 2124000000 4743000000 3433500000 1851912660 0.539

5 ASRI 333360223 693620457 1254013034 560392577 360260234 460326405.5 141514936.9 0.307

6 CPIN 2837419000 3009213000 3458680000 449467000 171794000 310630500 196344461.3 0.632

7 ICBP 2531777000 2608748000 2842060000 233312000 76971000 155141500 110549781.3 0.713

8 INDF 6926063000 6852481000 6870594000 18113000 -73582000 -27734500 64838156.3 -2.338

9 INTP 4061213000 4418023000 5876742000 1458719000 356810000 907764500 779167326.2 0.858

10 KLBF 1770434609 10911860141 13636405178 2724545037 9141425532 5932985285 4537419712 0.765

11 LPKR 719253651 983220470 1577088286 593867816 263966819 428917317.5 233275232.1 0.544

12 LSIP 1357040000 2090513000 1372083000 -718430000 733473000 7521500 1026650457 136.495

13 PTBA 2599650000 3741059000 3593510000 -147549000 1141409000 496930000 911430942.5 1.834

14 SIMP 2239538000 3136467000 2446942000 -689525000 896929000 103702000 1121792381 10.817

15 SMGR 4509944312 4892131311 6181523508 1289392197 382186999 835789598 641490947.4 0.768

16 TINS 1127327000 1268085000 646639000 -621446000 140758000 -240344000 538959617 -2.242

17 TLKM 22923000000 21958000000 25698000000 3740000000 -965000000 1387500000 3326937405 2.398


(1)

(2)

Lampiran 5

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 97 -.013 .267 .10524 .062724

PBV 97 .206 13.469 3.19861 1.974421

TOAS 97 2986270148.000 245435000000.000 38323063824.59795 49937332677.983010

IS 97 0 1 .57 .498

Valid N

(listwise) 97

Lampiran 6

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant Step 0 1 132.723 .268

2 132.723 .270

3 132.723 .270

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 132.723

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Classification Tablea,b

Observed

Predicted IS

Percentage Correct BUKAN

PERATAAN LABA

PERATAAN LABA Step 0 IS BUKAN PERATAAN

LABA 0 42 .0

PERATAAN LABA 0 55 100.0

Overall Percentage 56.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .270 .205 1.732 1 .188 1.310

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables LOGTA 2.603 1 .107

ROA 4.432 1 .035

PBV 4.433 1 .035


(4)

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant LOGTA ROA PBV Step 1 1 122.188 11.650 -.432 -4.853 -.180

2 121.967 13.463 -.500 -4.847 -.233 3 121.967 13.564 -.504 -4.834 -.237 4 121.967 13.565 -.504 -4.834 -.237 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 132.723

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10.756 3 .013

Block 10.756 3 .013

Model 10.756 3 .013

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 121.967a .105 .141

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.


(5)

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 7.931 8 .440

Classification Tablea

Observed

Predicted IS

Percentage Correct BUKAN

PERATAAN LABA

PERATAAN LABA Step 1 IS BUKAN PERATAAN

LABA 20 22 47.6

PERATAAN LABA 13 42 76.4

Overall Percentage 63.9

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a LOGTA -.504 .248 4.136 1 .042 .604 .372 .982

ROA -4.834 3.847 1.579 1 .209 .008 .000 14.972

PBV -.237 .148 2.571 1 .109 .789 .591 1.054

Constant 13.565 6.064 5.003 1 .025 778151.742 a. Variable(s) entered on step 1: LOGTA, ROA, PBV.


(6)

Correlation Matrix

Constant LOGTA ROA PBV Step 1 Constant 1.000 -.996 -.040 -.317

LOGTA -.996 1.000 .004 .275 ROA -.040 .004 1.000 -.422 PBV -.317 .275 -.422 1.000


Dokumen yang terkait

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE KEUANGAN DAN NILAI SAHAM TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia)

11 163 20

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di JII Periode 2008-2011)

1 4 112

Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

4 44 154

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2011 2013)

2 33 111

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2012-2014

0 9 70

PENDAHULUAN Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 3 7

PENDAHULUAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 3 8

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DAN ASURANSI DI BURSA Pengaruh Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan Dan Asuransi Di Bursa Efek

0 1 14

PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX ( JII ) Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indek ( JII ) (Studi Empiris pada perusahaan go publik di Indonesia)

0 0 14

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58