Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar
di Desa Karacak Leuwiliang adalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
NIM H34100042
ABSTRAK
AHMAD SOPIAN. Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani
Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang. Dibimbing
oleh SUHARNO.
Kelompok tani merupakan salah satu kelembagaan agribisnis yang berada di
wilayah pedesaan. Kelembagaan ini diharapkan berperan penting dalam setiap
kegiatan usahatani. Namun, masih banyak kelompok tani yang tidak berjalan
sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja Kelompok
Tani Karya Mekar dan pengaruh kelembagaan tersebut terhadap keberhasilan
usahatani manggis petani anggota di Desa Karacak Leuwiliang. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar belum berjalan
dengan optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan semestinya seperti mengenai keberadaan pasar dan perkreditan pada
kelompok tani yang belum berfungsi dengan baik. Kelompok Tani Karya Mekar
juga berperan dalam keberhasilan usahatani anggotanya. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil pendapatan usahatani dan R/C rasio petani kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan petani non kelompok.
Kata kunci: Karya Mekar, kelembagaan, kelompok tani, Leuwiliang
ABSTRACT
AHMAD SOPIAN. Analysis of Institutional Performance and Mangosteen
Farming Income on Karya Mekar Farmers Group at Karacak Village, Leuwiliang.
Supervised by SUHARNO.
Farmer’s group is one of agribusiness institution, which is located in the
region of the countryside. This institution is expected plays an important role in
every farming activity. However, there are still many farmers groups that do not
run according to the function. This research aims at analysing the performance of
the Karya Mekar Farmers Group and the influence of the institution against the
success of mangosteen farming on farmer members in Karacak Village
Leuwiliang. The result of this research showed that Karya Mekar Farmers Group
had not been running optimally yet. This because there were things that didn’t suit
well such as things that related to market existence and credit system on farmers’
group that didn’t work well yet. Karya Mekar Farmers Group also played the role
in the success of farming on its members. This could be seen from the result of
farming income and the R/C ratio which higher than non-group farmers.
Keywords: farmers’ group, institutional, Karya Mekar, Leuwiliang
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis
Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang
Nama
: Ahmad Sopian
NIM
: H34100042
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, M Adev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
kelembagaan agribisnis, dengan judul Analisis Kinerja Kelembagaan dan
Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak
Leuwiliang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno M, ADev selaku
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, teman-teman AGB 47 teristimewa
kepada anak kontrakan Taman Dramaga Permai yang telah banyak membantu
penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bakri dari
Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ingin sampaikan kepada Bidik
Misi IPB yang telah membantu kami dalam mengejar cita-cita kami. Terimakasih
telah memberikan harapan kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan studi
kami. Hal ini menjadikan kami lebih mencintai negeri ini, tanah ini, air ini,
Republik Indonesia. Semoga kami dapat mengubah negeri ini menjadi negeri yang
bermatabat, negeri yang makmur, dan negeri yang senantiasa memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
KERANGKA PEMIKIRAN
8
Kerangka Teoritis
8
Kerangka Operasional
12
METODE PENELITIAN
13
Lokasi dan Waktu Penelitian
13
Jenis Data dan Sumber Data
13
Metode Pengambilan Contoh
14
Metode Pengolahan dan Analisis Data
14
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya
Mekar
20
Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar
27
Pendapatan Usahatani Manggis
39
SIMPULAN DAN SARAN
46
Simpulan
46
Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
49
RIWAYAT HIDUP
58
DAFTAR TABEL
1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
2
2 Analisis pendapatan usahatani
15
3 Produktivitas pohon manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
tahun 2011
17
4 Sebaran petani responden menurut luas lahan di Desa Karacak tahun 2014 19
5 Sebaran petani responden menurut tingkat pendidikan di Desa Karacak tahun
2014
20
6 Aturan informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
26
7 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai syarat
awal menjadi anggota
30
8 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai jarak
antara petani dengan kelompok tani
31
9 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai penjualan
hasil panen
31
10 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
penyediaan input produksi
32
11 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bimbingan
dan penyuluhan
33
12 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bantuan
pinjaman modal
34
13 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai sarana
pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani
34
14 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai susunan
kepengurusan kelompok tani
35
15 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai uraian
kerja pengurus kelompok tani
36
16 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai evaluasi
tugas dan wewenang pengurus
36
17 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai pergantian
kepengurusan kelompok tani
37
18 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai aturan
formal dan informal
37
19 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
kesempatan untuk mengemukakan pendapat
38
20 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai diskusi
antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan
39
21 Struktur biaya usahatani petani kelompok dan petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014
41
22 Biaya penyusutan peralatan pertanian petani manggis di Desa Karacak
tahun 2014
44
23 Analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio usahatani manggis pada petani
kelompok dan petani non kelompok di Desa Karacak pada tahun 2014
45
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Sistem agribisnis
Kerangka operasional
Sebaran usia petani manggis Desa Karacak
Struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar
9
13
18
22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi
2 Analisis pendapatan usahatani manggis petani Kelompok Tani Karya
Mekar tahun 2014
3 Analisis pendapatan usahatani manggis petani non kelompok tahun
2014
4 Daftar petani responden Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
tahun 2014
5 Daftar petani responden non kelompok Desa Karacak Leuwiliang
6 Daftar luas lahan dan produksi manggis petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014
7 Daftar luas lahan dan produksi manggis Kelompok Tani Karya Mekar
Desa Karacak tahun 2014
8 Kuesioner penelitian
49
50
51
52
53
53
54
55
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian pada era globalisasi ini memiliki peranan yang sangat penting
mengingat setiap manusia sangat membutuhkan pangan setiap harinya. Pangan
merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk
dapat hidup dan sumber energi untuk manusia dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Pertanian juga merupakan sektor unggulan yang dituntut dapat
memainkan perannya secara optimal yang diharapkan dapat menjadi basis
pertumbuhan ekonomi negara.
Pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian
secara keseluruhan. Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi
terhadap PDB nasional sebesar 14-15 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar
38.88-41.20 juta jiwa. Oleh karena itu, membangun pertanian yang berkelanjutan
menjadi dasar untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Indonesia dengan segala kekayaan alam yang
dimilikinya masih meninggalkan problematika terutama mengenai masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan ini selalu muncul menjadi masalah utama yang
terdapat di Indonesia. Sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan
yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk miskin
di Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistika mencapai 1.75 juta jiwa. Hingga
saat ini, petani-petani di Indonesia masih terjebak dalam rendahnya pendapatan
yang berdampak pada kehidupan sehari-hari hingga produktivitas yang rendah.
Menurut Pranadji (2003), pada masyarakat pertanian pedesaan terdapat
hampir segala bentuk keterbelakangan, seperti kemiskinan atau kurang makan,
rendahnya tingkat pendidikan, buruknya prasarana jalan dan fasilitas umum yang
tersedia, lemahnya penguasaan teknologi, pelayanan permodalan, rendahnya
kualitas dan harga produk pertanian yang diterima petani, dan sedikitnya
pendapatan tunai. Dilihat dari sudut pandang sosiologi (ekonomi), krisis ekonomi
ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan yang menopang sendi-sendi
kehidupan masyarakat pedesaan. Secara teoritis beberapa elemen kelembagaan
yang diperkirakan berpengaruh besar terhadap kemajuan masyarakat pedesaan
yaitu tata nilai masyarakat, kompetensi manusia (individual maupun kolektif),
manajemen dan keorganisasian masyarakat, hukum, kepemimpinan, dan sistem
penyelenggaraan pemerintahan setempat.
Pranadji (2003) juga menyatakan bahwa kemajuan perekonomian suatu
masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan, banyak ditentukan oleh faktor nonproductive resources, terutama sistem kelembagaan yang dikembangkan dalam
masyarakat tersebut. Kelembagaan dapat menjadi kontrol sosial, dan dapat
mewadahi kebutuhan kehidupan sosial masyarakat, sehingga setiap individu dapat
mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat. Keberhasilan dalam
membangun sistem kelembagaan yang sehat menjadi “kunci kemajuan”
perekonomian suatu masyarakat. Oleh karena itu, jika sistem kelembagaan suatu
2
masyarakat dibiarkan rapuh, maka tidak akan ada peluang bagi masyarakat
tersebut memajukan atau memandirikan perekonomiannya.
Salah satu kelembagaan yang berada di wilayah pedesaan yaitu kelompok
tani. Kelembagaan petani seperti kelompok tani merupakan unsur yang sangat
penting dalam pengembangan sistem agribisnis di wilayah pedesaan. Adanya
kelembagaan petani di pedesaan dapat meningkatkan efisiensi produksi, serta
mengefektifkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan sistem
agribisnis di wilayah tersebut. Kelembagaan petani, seperti kelompok tani atau
gabungan kelompok tani, diharapkan mampu memajukan perekonomian suatu
masyarakat pedesaan, khususnya petani.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan yang
berada di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Salah satu
komoditas pertanian unggulan dari petani di Leuwiliang yaitu manggis. Kelompok
Tani Karya Mekar memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani manggis
anggotanya, diantaranya pengadaan input produksi hingga kegiatan bimbingan
dan penyuluhan. Mengingat betapa pentingnya peran kelompok tani bagi setiap
kegiatan usahatani manggis anggota, maka kinerja kelompok tani perlu ditelaah
lebih lanjut.
Pada tahun 2011, Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31
756 pohon menghasilkan manggis sebanyak 4 491 kuintal. Menurut Badan Pusat
Statistika Kabupaten Bogor, Desa Karacak merupakan desa penghasil manggis
terbesar di Kecamatan Leuwiliang dengan produksi mencapai 30 persen dari total
produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang.
Tabel 1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
Kecamatan
Leuwisadeng
Jasinga
Leuwiliang
Cigudeg
Nanggung
Lainnya
TOTAL
Produksi
(Kuintal)
7.550
5.232
4.491
4.008
1.465
3.391
26.137
Jumlah Tanaman
Akhir (Pohon)
46.200
31.750
31.756
11.760
20.820
42.390
184.676
Kontribusi (%)
28,89
20,02
17,18
15,33
5,61
12,97
100,00
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012
Tabel diatas menggambarkan produksi manggis di Kabupaten Bogor pada
tahun 2011. Jumlah tanaman akhir yang berada di Jasinga sejumlah 31 750 pohon
dengan total produksi 5 232 kuintal. Jumlah tanaman yang berada di Jasinga ini
tidak jauh berbeda dengan jumlah tanaman yang berada di Kecamatan Leuwiliang.
Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31 756 pohon hanya
menghasilkan manggis sebesar 4 491 kuintal. Dari tabel diatas juga dapat dilihat
bagaimana tingkat produktivitas buah per pohon dari kedua wilayah tersebut.
Produktivitas buah per pohon di wilayah Jasinga berdasarkan data diatas yaitu
0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan untuk wilayah
Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
3
Kegiatan usahatani manggis petani tidak terlepas dari peran kelompok tani.
Salah satu peran kelompok tani yaitu membantu petani dalam kegiatan budidaya
manggis. Melalui kelompok tani, petani dapat menambah wawasan tentang
bagaimana budidaya manggis yang baik dan benar, seperti pengaturan jarak tanam
pembuatan teras, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, hingga cara
pengendalian hama dan penyakit. Dengan menerapkan hal tersebut petani dapat
meningkatkan produktivitas manggis. Petani manggis di Desa Karacak belum
sepenuhnya menerapkan cara budidaya manggis yang baik dan benar. Hal ini
dikarenakan peran kelompok tani yang belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang
berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani Karya Mekar berperan dalam berbagai
kegiatan usahatani hingga kegiatan pemasaran hasil produksi petani. Namun, saat
ini peran kelompok tani tersebut hampir tidak dirasakan oleh para petani yang
bergabung dengan kelompok tani. Petani anggota tidak menjual hasil produksi
manggis kepada kelompok tani, melainkan kepada pedagang pengumpul atau
biasa disebut dengan tengkulak. Pada tahun 2014 ini tidak ada kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok tani. Penyuluhan yang dilakukan hampir setiap bulan
pada tahun 2013, sekarang ini tidak terdapat penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani.
Oleh karena itu, penelitian mengenai kinerja kelembagaan petani seperti
kelompok tani perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja kelompok
tani terhadap kegiatan usahatani petani anggotanya. Penelitian ini bermaksud
menganalisis bagaimana kinerja kelembagaan petani Kelompok Tani Karya
Mekar dan peran kelembagaan tersebut terhadap pendapatan usahatani petani di
Desa Karacak Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi manggis terbesar
di wilayah Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi manggis di Kabupaten Bogor
mencapai 3 766 ton. Jumlah produksi tersebut menempatkan Kabupaten Bogor
menjadi wilayah kedua terbesar penghasil manggis setelah Tasikmalaya di
wilayah Jawa Barat.
Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang
menjadi sentra produksi manggis. Pada tahun 2011 Kecamatan Leuwiliang
menempati urutan ketiga dalam memproduksi manggis. Jika dilihat pada tabel 1,
jumlah pohon yang ditanam di Jasinga dan Leuwiliang memiliki jumlah yang
hampir sama, yaitu 31 750 di Jasinga dan 31 756 di Leuwiliang. Jasinga pada
tahun tersebut dapat menghasilkan 5 232 kuintal, sedangkan Leuwiliang hanya
menghasilkan 4 491 kuintal manggis. Namun, kedua wilayah tersebut memiliki
produktivitas buah per pohon yang berbeda. Produktivitas buah per pohon di
wilayah Jasinga yaitu 0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan
untuk wilayah Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah peran kelembagaan
petani yang ada, khususnya kelompok tani, masih belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada
di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Kelompok Tani Karya Mekar
4
merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani
Karya Mekar hingga saat ini telah berumur 30 tahun, namun selama perjalanan itu
Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu berperan penuh dalam setiap
kegiatan petani, mulai dari usahatani manggis hingga pemasaran hasil produksi
manggis kelompok anggota. Selama ini Kelompok Tani Karya Mekar hanya
membantu petani anggota dalam kegiatan usahatani saja. Bahkan pada Januari
hingga Maret tahun 2014 ini belum ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani. Hasil produksi manggis petani anggota dijual kepada pedagang
pengumpul atau tengkulak. Alhasil petani menjadi price taker dan tidak
mempunyai posisi tawar yang tinggi. Hal ini juga menyebabkan harga yang
diterima petani anggota sama dengan harga yang diterima oleh petani non anggota.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai
keberhasilan usahatani manggis di Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten
Bogor ?
2. Bagaimana kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam
mencapai keberhasilan usahatani manggis Desa Karacak Leuwiliang
Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas;
2. Petani dapat mengefisienkan kegiatan usahatani melalui peran kelembagaan
pertanian, khususnya peran kelompok tani, sehingga petani dapat
meningkatkan produksi manggis;
3. Bagi pemerintah daerah penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan program-program terkait peningkatan produksi manggis dengan
memberikan arahan berproduksi secara efektif dan efisien.
5
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini meliputi mekanisme
pelaksanaan dan kinerja kelembagaan pertanian, khususnya Kelompok Tani Karya
Mekar terhadap kegiatan usahatani manggis yang berada di Desa Karacak
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembagaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lembaga merupakan pola perilaku
manusia yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu
kerangka nilai yang relevan, sedangkan kelembagaan merupakan perihal yang
bersifat lembaga. Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan
atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu
masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan mengatur siapa yang dapat dan
tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kelembagaan jika
dilihat dari sisi individu merupakan suatu kesempatan bagi individu dalam
membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.
Kelembagaan lahir atas dasar kesamaan karakteristik dan tujuan masingmasing orang dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kesamaan kepentingan yang menyebabkan adanya kerjasama untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kepentingan bersama (Saptana 2006). Kelembagaan
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal
menempatkan kelembagaan sebagai dasar anggotanya dalam bertindak, sedangkan
fungsi eksternal menerangkan bagimana hubungan atau interaksi dengan pihak
luar.
Menurut Septian (2010), dalam judul Peran Kelembagaan Kelompok Tani
terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong Di Desa Sindanglaya, adanya
kelompok tani pada usahatani ganyong memiliki pengaruh positif kepada petani
anggotanya. Tingkat pendapatan petani yang tergabung dalam kelompok tani
lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang bukan anggota kelompok. Hal
ini dapat dilihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar petani
anggota yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan anggota.
Pendapatan atas biaya tunai untuk petani anggota adalah sebesar Rp 5 847 027
dan petani bukan anggota sebesar Rp 3 432 027. Pendapatan atas biaya total untuk
petani anggota sebesar Rp 5 527 079 dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp
1 429 479.
Septian juga menerangkan bahwa keberadaan kelompok tani di Desa
Sindanglaya memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari kinerja kelompok tani tersebut yang dianalisis dengan menggunakan skala
likert. Hasil dari analisis tersebut yaitu kelompok tani memiliki nilai 472 yang
terletak antara 385-538 yang menandakan bahwa kelompok tani sudah cukup
efektif. Tingkat efektivitas kelompok tani di Desa Sindanglaya didasarkan pada
persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Septian tidak
menggunakan analisis kualitatif untuk menilai efektivitas dari kelompok tani.
6
Penelitian Septian juga menggambarkan bagaimana kegiatan usahatani
yang dilakukan petani. Dilihat dari hasil penelitian, kegiatan usahatani ganyong
tersebut menguntungkan. Usahatani dianalisis dengan menggunakan R/C rasio.
Hasil analisis R/C rasio kegiatan usahatani ganyong Desa Sindanglaya Kecamatan
Sukamantri diperoleh 1.93 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1.30 untuk R/C
rasio atas biaya total. Hasil analisis tersebut menunjukkan angka R/C lebih dari
satu, artinya usahatani ganyong yang dilakukan petani ganyong di Desa
Sindanglaya menguntungkan. Hasil analisis ini menggambarkan bahwa kelompok
tani berpengaruh positif terhadap kegiatan usahatani petani.
Adina (2012) melakukan penelitian mengenai kualitas kelembagaan dan
persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa
Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan
Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur
dan infrastruktur (aturan main) kelembagaan yang sudah baik. Kelembagaan
tersebut mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga
semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian
serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Adanya
gapoktan ini juga berdampak pada peningkatan kemandirian petani secara teknik
bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Pendapatan Usahatani
Dalimunthe (2008) melakukan penelitian mengenai usahatani nenas
dengan standard operational procedure (SOP) di Desa Cipelang Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor. Menurut Dalimunthe penerapan SOP yang telah
ditentukan Dirjen Holtikultura diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta
kualitas hasil produksi pertanian. Nilai imbangan penerimaan dan pengeluaran
atau R/C rasio tunai untuk analisis usahatani nenas yaitu sebesar 12.97 dan 1.57
untuk nilai imbangan total. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan usahatani
nenas tersebut layak untuk diusahakan. Selain itu pendapatan petani atas biaya
tunai sebesar Rp 22 635 500 dan pendapatan atas biaya total yaitu sebesar Rp 36
400 500.
Feni (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani padi
pandan wangi dan varietas unggul di Kabupaten Cianjur. Pada penelitian tersebut
Feni menjelaskan terdapat perbedaan produksi antara penggunaan padi pandan
wangi dan varietas unggul yang digunakan petani di Kabupaten Cianjur. Tingkat
produksi rata-rata pandan wangi sebesar 11 702.40 kg per hektar per tahun,
sedangkan varietas unggul baru mencapai 16 042.79 kg per hektar per tahun.
Namun, tingkat biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi pandan wangi lebih
rendah dibandingkan dengan biaya usahatani varietas unggul. Hal ini disebabkan
oleh opportunity cost atas lahan milik pribadi pada usahatani padi pandan wangi
memiliki proporsi yang lebih besar dalam komponen biaya diperhitungkan.
Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi mencapai Rp 25 817
911.57 per tahun per hektar lahan, sedangkan pendapatan tunai usahatani padi
varietas unggul baru mencapai Rp 23 719 117.86 per tahun per hektar lahan. Dan
pendapatan total usahatani padi wangi yaitu Rp 20 503 308.15 per tahun per
hektar, sedangkan padi varietas unggul baru yaitu Rp 18 936 495.37 per tahun per
hektar lahan.
7
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua
varietas tersebut layak untuk diusahakan atau bisa disebut menguntungkan. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan R/C rasio yang mencapai lebih dari 1. R/C rasio
lebih dari 1 artinya setiap tambahan biaya yang akan dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya
atau dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan menguntungkan. Nilai R/C
rasio atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani varietas pandan wangi lebih
tinggi dibandingkan dengan usahatani varietas unggul, yaitu masing-masing untuk
varietas pandan wangi 4.78 dan 2.69, sedangkan pada usahatani varietas unggul
baru yaitu 3.40 dan 2.29.
Mochammad (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani
jambu biji Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Pada penelitian tersebut
Mochammad menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas
biaya total per pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji Primatani pada
tahun 2008 lebih besar dibandingkan usahatani jambu biji Non-Primatani.
Pendapatan atas biaya tunai per pohon pada tahun 2008 pada kedua
wilayah untuk tanaman jambu biji tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan atas biaya total pada kedua wilayah tersebut. Pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total pada Primatani yaitu Rp 379 384 460 dan Rp 317 833 326.67,
sedangkan pada Non-Primatani yaitu Rp 308 963 752 dan Rp 262 177 418.67.
Hal ini dikarenakan tingginya biaya diperhitungkan sehingga biaya total yang
dikeluarkan petani menjadi tinggi.
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji
Primatani dan Non-Primatani menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Hasil
perhitungan R/C rasio tersebut didapatkan bahwa R/C rasio Primatani lebih kecil
dibandingkan dengan Non-Primatani. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total
pada Primatani yaitu 2.27 dan 1.88, sedangkan pada Non-Primatani yaitu 2.56 dan
2.07. Hal ini dikarenakan biaya dalam pendistribusian teknologi yang masih
sangat tinggi. Selain itu, penggunaan pestisida pada daerah Primatani lebih
banyak dibandingkan dengan daerah Non-Primatani.
Berbagai penelitian yang menjadi literatur pada penelitian ini memiliki
kesamaan dan perbedaan. Kesamaan yang terdapat dari penelitian tersebut yaitu
kelompok tani atau gabungan kelompok tani memiliki pengaruh positif terhadap
kegiatan usahatani anggotanya. Hal ini juga dapat dilihat pada analisis pendapatan
usahatani petani dan analisis biaya imbangan terhadap penerimaan yang mencapai
lebih dari satu yang berarti usaha yang dijalankan menguntungkan atau layak
untuk dijalankan. Perbedaan dengan penelitian kali ini yaitu penelitian kali ini
akan membahas kinerja kelmbagaan kelompok tani dengan menggunakan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan analisis
deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan skala likert yang
didasarkan pada persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Pada
penelitian ini juga akan dilihat bagaimana peran kelompok tani terhadap
keberhasilan usahatani petani anggota dengan menggunakan analisis pendapatan
usahatani dan analisis R/C rasio.
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Pengertian Kelembagaan
Menurut Arifin (2005), kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu
kontrol atau yurisdiksi, pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan atau ekspansi
kegiatan individu. Menurut Uphoff (1992) dan Fowler (1992), kelembagaan
adalah “a complex of norm and behavior that persist overtime by serving some
socially valued purpose”. Menurut Bromley (1989) dalam Arifin (2005),
kelembagaan dapat digambarkan sebagai serangkaian hubungan keteraturan
(ordered relationships) antara beberapa orang yang menentukan hak, kewajiban,
kewajiban menghargai hak orang lain (privilege), dan tanggung jawab mereka
dalam masyarakat atau kelembagaan. Dengan kata lain kelembagaan menentukan
bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Kelembagaan mengatur bagaimana
seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus serta dapat dan tidak
dapat mengerjakan sesuatu.
Arifin (2005) mengatakan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua
demarkasi penting, yaitu norma dan konvensi (norms and conventions), serta
aturan main (rules of the game). Kelembagaan dapat ditulis dan ditegakkan oleh
aparat pemerintah dan dapat juga tidak ditulis secara formal seperti aturan adat
dan norma yang berlaku di masyarakat.
Kata kelembagaan merujuk kepada sesuatu yang bersifat mantap yang
hidup didalam masyarakat (Koentjaraningrat 1997). Kelembagaan adalah suatu
pemantapan perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang. Kelembagaan
merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola, brfungsi untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam masyarakat, ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan modern
atau bisa berbentuk tradisional dan modern, dan berfungsi untuk mengefisiensikan
kehidupan sosial.
Tedapat dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan sebagai
aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. North (1994) dalam Arifin
(2005) menganalogikan kelembagaan sebagai aturan main dalam suatu permainan
atau olahraga dan organisasi adalah kumpulan pemain yang seharusnya memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk memenangkan pertandingan.
Ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal-hal berikut (Arifin
2005) :
1. Kelembagaan adalah kreasi manusia (human creations). Hasil akhir dari
upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar merupakan salah
satu bagian penting dari kelembagaan.
2. Kumpulan individu (group of individuals). Kelembagaan hanya berlaku
pada sekelompok individu, atau minimal dua orang. Kelembagaan
diputuskan secara bersama-sama, bukan secara perorangan.
3. Dimensi waktu (time dimensions). Kelembagaan dapat diaplikasikan pada
situasi yang berulang (repeated situations) dalam suatu dimensi waktu.
4. Dimensi tempat (place dimensions). Suatu lingkungan fisik merupakan
salah satu determinan penting dalam penyusunan kelembagaan yang
9
5.
6.
7.
8.
berperan penting dalam pembentukan suatu struktur kelembagaan.
Penyusunan kelembagaan juga dapat berperan penting pada perubahan
kondisi fisik. Hal ini disebut juga dengan hubungan timbal balik (feedback relationships).
Aturan main dan norma (rules and norms). Kelembagaan ditentukan oleh
konfigurasi aturan main dan norma yang telah dirumuskan oleh suatu
kelompok masyarakat.
Pemantauan dan penegakan hukum (monitoring and enforcement). Aturan
main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang
kompeten atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu.
Hierarki dan jaringan (nested levels and institutions). Kelembagaan
merupakan bagian dari hierarki dan jaringan atau sistem kelembagaan
yang lebih kompleks.
Konsekuensi kelembagaan (consequences of institutions). Kelembagaan
dapat meningkatkan rutinitas, keteraturan, atau tindakan manusia yang
tidak memerlukan pilihan lengkap dan sempurna, namun mempengaruhi
tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif.
Kelembagaan juga memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu pola interaksi
yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu.
Kelembagaan Petani
Sistem agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang mencakup
penyediaan sistem produksi, usahatani, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian.
Saragih (2010) menggolongkan sistem agribisnis kedalam beberapa subsistem,
meliputi subsistem hulu (upstream agribusiness), subsistem usahatani (on-farm
agribusiness), subsistem hilir (downstream agribusiness) yang terdiri dari
pengolahan dan pemasaran, serta subsistem penunjang.
Gambar 1 Sistem Agribisnis (Saragih 2010)
Kelembagaan petani termasuk kedalam subsistem penunjang.
Kelembagaan petani berperan penting dalam semua kegiatan di masing-masing
subsistem, seperti subsistem hulu, subsistem usahatani, dan subsistem pengolahan
dan pemasaran. Subsistem penunjang bertindak sebagai pendukung kelancaran
produksi dan pemasaran hasil pertanian mulai dari penyediaan sistem produksi
pertanian hingga pemasaran produk-produk pertanian. Melihat fungsi subsistem
10
penunjang yang sangat penting, kelompok tani seharusnya memiliki fungsi
mendukung kegiatan pertanian yang terdapat disuatu wilayah pedesaan.
Kelembagaan petani memiliki peran dalam menggerakkan tindak komunal.
Suatu lembaga struktur umumnya memiliki potensi kolektif yang berasal dari para
anggotanya. Memahami dan memanfaatkan secara tepat sifat-sifat komunal dan
social capital lain akan memberikan dampak yang diharapkan (Syahyuti 2007).
Selain itu, kelembagaan diperlukan untuk mengkoordinasikan semua
potensi sumberdaya yang tersedia menjadi suatu kesatuan dan dapat menciptakan
posisi tawar untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak mendukung
sebagian besar anggota masyarakat, termasuk petani. Kelembagaan petani
menjadi semakin penting dengan fungsinya untuk meningkatkan posisi tawar para
petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Salah satu kelembagaan petani adalah kelompok tani dan gabungan
kelompok
tani.
Menurut
peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pembinaan kelembagaan petani, kelompok tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan
gabungan kelompok tani adalah gabungan beberapa kelompok tani yang ada
dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan
bersama secara kooperatif.
Gapoktan memnpunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai unit usaha
jasa produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas,
dan harga), sebagai unit usaha jasa penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih
bersertifikat, pestisida, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya, sebagai unit usaha jasa penyediaan modal usaha dan menyalurkan
secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan, sebagai unit usaha
jasa proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan,
dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah, serta sebagai unit jasa
menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada
pedagang atau industri hilir.
Gapoktan atau poktan menjadi lembaga penghubung antara petani desa
dengan lembaga-lembaga lainnya. Gapoktan atau poktan ini diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan permodalan pertanian, sarana produksi pertanian,
pemasaran produk pertanian, dan mampu menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan petani.
Kinerja Kelembagaan Petani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang
dicapai; prestasi yang diperlihatkan; atau kemampuan kerja. Penilaian kinerja
kelompok tani ini didasarkan pada SK Mentan No 41/Kpts/OT.210/1992. Tolok
ukur penentuan tingkat kemampuan kelompok tani didasarkan pada kemampuan
kelompok tani dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani, kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional, kemampuan
meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok dengan KUD, serta
kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerja sama
11
kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota
kelompok.
Kinerja kelembagaan petani (poktan atau gapoktan) dapat dilihat dari
peran dan kontribusi kelembagaan petani tersebut dalam kegiatan usahatani petani
anggotanya maupun dalam kegiatan lain yang berhubungan dengan petani.
Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) terdapat tiga syarat pokok yang
harus ada yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam Struktur
Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya pelayanan penyuluhan, serta adanya
lembaga perkreditan. Tiga syarat tersebut dapat menunjukkan bagaimana kinerja
kelembagaan yang ada. Selain itu, kinerja kelembagaan petani yang baik dapat
menciptakan kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan pertanian yang
berkelanjutan.
Kemandirian merupakan kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik
manusia untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu. Kesiapan petani dalam
menghadapi era globalisasi menjadi hal sangat penting untuk menunjukkan sejauh
mana petani mampu terbebas dari pihak lain dalam mengambil dan melaksanakan
keputusan hidupnya (Sumardjo 1999).
Kesejahteraan petani dapat digambarkan melalui : 1) struktur pendapatan
rumah tangga, 2) struktur pengeluaran rumah tangga, 3) keragaan tingkatan
ketahanan pangan rumah tangga, 4) keragaan daya beli rumah tangga petani, dan
5) perkembangan nilai tukar petani (NTP) (Sadikin dan Subagyono 2008). Salah
satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani yaitu dengan menjalankan
berbagai kegiatan yang mampu menunjang kegiatan usahatani petani dalam suatu
kelembagaan petani.
Pertanian berkelanjutan ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem
produksi jangka panjang. Petani harus mengetahui cara mengembangkan
kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama, dan pengelolaan tanaman (memilih
jenis, pola tanam, dan waktu tanam yang tepat). Dalam menciptakan pertanian
yang berkelanjutan, segala kegiatan pertanian harus memperhatikan sumberdaya
alam. Sumberdaya alam yang tersedia harus digunakan sebijak mungkin sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi petani dimasa sekarang dan dimasa yang akan
datang. Para petani juga harus dapat berpikir dinamis dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan.
Peranan suatu kelembagaan dapat dilihat pada kemampuan dari
kelembagaan tersebut dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif
berdasarkan kriteria penilaian baik dari pihak kelompok tani maupun dari para
petani yang tergabung dalam kelompok tersebut. Peranan kelembagaan yang baik
dapat memberikan dampak positif bagi para anggotanya.
12
Kerangka Operasional
Kelembagaan merupakan salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Kelembagaan
pertanian memberikan dampak terhadap kegiatan usahatani dalam kegiatan
budidaya maupun terhadap kegiatan lainnya. Kelembagaan dapat meningkatkan
produktivitas serta dapat mengurangi biaya produksi yang implikasinya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Secara keseluruhan, Kelompok Tani Karya Mekar yang berada di
Leuwiliang belum menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat produktivitas yang rendah dari hasil usahatani manggis para petani
anggota kelompok tersebut dan bagaimana peran kelompok tani yang seharusnya.
Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dari kelompok tani tersebut, maka diperlukan
gambaran kinerja Kelompok Tani Karya Mekar dan bagaimana peran kelompok
Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis. Pengambilan
data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan observasi serta
dengan sumber-sumber lain. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel dan kalkulator hingga menghasilkan output tentang bagaimana
kinerja kelompok tani tersebut. Dengan mengetahui kinerja kelompok tani
tersebut, para pengurus kelompok tani dan anggota dapat memperbaiki sistem
yang terdapat dalam kelompok tani tersebut sehingga akan menciptakan kelompok
tani yang dapat menciptakan kemandirian, kesejahteraan, dan pertanian yang
berkelanjutan. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini disajikan pada
gambar berikut.
13
Gambar 2 Kerangka Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karacak, Leuwiliang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2014.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari petani melalui pengamatan dan wawancara secara langsung menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan. Responden dalam penelitian ini yaitu petani
anggota dan pengurus Kelompok Tani. Data sekunder diperoleh dari instansi dan
14
dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, artikel,
jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Data Primer meliputi identifikasi struktur kelembagaan, aturan
kelembagaan (aturan formal dan aturan informal), persepsi anggota terhadap
keberadaan kelompok tani, serta usahatani manggis dalam Kelompok Tani Karya
Mekar dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan data
sekunder meliputi data PDB nasional, peraturan perundang-undangan, tingkat
kemiskinan, dan AD/ART Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak.
Metode Pengambilan Contoh
Penelitian ini menggunakan responden dan informan sebagai sumber data
primer. Responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan
persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian. Sedangkan informan adalah
pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri,
keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.
Populasi penelitian adalah petani yang berada di Desa Karacak, Kabupaten
Bogor. Responden untuk penelitian ini berjumlah 45 petani responden. Responden
dipilih menggunakan non probability sampling dengan metode purposive
sampling yaitu dengan tujuan membentuk sub populasi yang didalamnya
membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak
terlalu bervariasi (relatif homogen) dan cenderung bersifat objektif. Responden
yang dipilih pada penelitian ini yaitu 30 petani yang tergabung dalam kelompok
tani dan merupakan anggota aktif, serta 15 petani yang tidak tergabung dalam
kelompok tani.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sebelum melakukan pengolahan
data, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dirapikan
dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2013.
Sedangkan data sekunder diolah dalam bentuk tabel atau grafik sederhana.
Kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.
Analisis Kinerja Kelembagaan (Kelompok Tani)
Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut
dalam memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari
kelembagaan tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus kelompok tani
dan petani, serta hasil perolehan data sekunder dari pihak lain yang bersangkutan
yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil tanggapan responden.
15
Analisis konten kelembagaan kelompok tani, seperti aturan main, yang
terdiri dari aturan internal (aturan-aturan yang terkait dan berlaku didalam
kelompok tani) dan aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan kelompok
tani), boundary rule, pengawasan dan sanksi, serta aturan mengenai penyelesaian
konflik akan dijelaskan secara deskriptif.
Selain itu, persepsi anggota kelompok tani terhadap keberadaan kelompok
tani dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja dari kelompok tani
tersebut. Anggota kelompok tani merupakan petani yang terlibat langsung dalam
kelembagaan petani atau kelompok tani, petani anggota juga merasakan
bagaimana atau apa saja keuntungan atau manfaat yang mereka dapat dari
kelompok tani, dan petani anggota juga mengetahui apa yang dirasa kurang dari
kelompok tani tersebut. Oleh karena itu, persepsi atau pandangan dari petani
anggota merupakan hal yang penting dalam menilai kinerja kelompok tani.
Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani.
Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal
penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani. Ketiga hal
tersebut akan dilihat dan dianalisis secara deskriptif.
Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani
baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang
benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu
semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi
2002). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
pendapatan usahatani manggis. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada
tabel berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 2 Analisis pendapatan usahatani
Uraian
Penerimaan Tunai
Penerimaan yang diperhitungkan
Total Penerimaan (1+2)
Pengeluaran Tunai
Pengeluaran yang diperhitungkan
Total Pengeluaran (4+5)
Total Pendapatan (3-6)
Total pendapatan Tunai (1-4)
Penyusutan alat
Pendapatan Bersih (8-9)
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan
pengeluaran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
dan
16
π total = TR total – TC total
π tunai = TR total – (TC tunai + Bd)
Rumus penerimaan total dan biaya adalah :
TR = Py x Y
TC = TFC + TVC
dimana :
TR total
TC tunai
π
Bd
Py
Y
TVC
TFC
= Total penerimaan total usahatani (Rupiah)
= Total biaya tunai usahatani (Rupiah)
= Pendapatan (Rupiah)
= Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)
= Harga output
= Jumlah output
= Total biaya variabel
= Total biaya tetap
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis R/C rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan
dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai
output terhadap nilai inputnya. R/C rasio juga merupakan perbandingan antara
penerimaan dengan pengeluaran usahatani.
Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar
penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu
usahatani. Apabila rasio R/C > 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan.
Analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan
biaya (R/C rasio) dapat membantu menggambarkan bagaimana peran kelompok
tani terhadap keberhasilan usahatani petani anggota. Penelitian ini
membandingkan antara pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tergabung
dalam kelompok tani dan pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tidak
tergabung dengan kelompok tani. Jika didapatkan hasil pendapatan usahatani dan
R/C rasio petani kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan petani non
kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok tani berpengaruh posistif
terhadap keberhasilan usahatani manggis petani anggota.
17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Karacak
Desa Karacak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Desa Karacak merupakan desa terluas yang berada di wilayah
Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak ini terletak pada ketinggian 5 000 mdpl
dengan curah hujan rata-rata 4 683 mm. Suhu rata-rata harian 37ºC menjadikan
Desa Karacak sebagai desa yang memiliki udara yang sejuk. Jarak dari Kota
Bogor menuju Desa Karacak adalah 25-30 Km atau berkisar 60-90 menit waktu
perjalanan, baik dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan beroda
empat. Secara umum, perbatasan wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara
: Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang
2. Sebelah Selatan
: Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang
3. Sebelah Timur
: Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
4. Sebelah Barat
: Desa Pangbabon/CibeberII Kecamatan Leuwiliang
Desa dengan luas wilayah mencapai 710.023 Ha ini mempunyai tanah
yan
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar
di Desa Karacak Leuwiliang adalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
NIM H34100042
ABSTRAK
AHMAD SOPIAN. Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani
Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang. Dibimbing
oleh SUHARNO.
Kelompok tani merupakan salah satu kelembagaan agribisnis yang berada di
wilayah pedesaan. Kelembagaan ini diharapkan berperan penting dalam setiap
kegiatan usahatani. Namun, masih banyak kelompok tani yang tidak berjalan
sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja Kelompok
Tani Karya Mekar dan pengaruh kelembagaan tersebut terhadap keberhasilan
usahatani manggis petani anggota di Desa Karacak Leuwiliang. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar belum berjalan
dengan optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan semestinya seperti mengenai keberadaan pasar dan perkreditan pada
kelompok tani yang belum berfungsi dengan baik. Kelompok Tani Karya Mekar
juga berperan dalam keberhasilan usahatani anggotanya. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil pendapatan usahatani dan R/C rasio petani kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan petani non kelompok.
Kata kunci: Karya Mekar, kelembagaan, kelompok tani, Leuwiliang
ABSTRACT
AHMAD SOPIAN. Analysis of Institutional Performance and Mangosteen
Farming Income on Karya Mekar Farmers Group at Karacak Village, Leuwiliang.
Supervised by SUHARNO.
Farmer’s group is one of agribusiness institution, which is located in the
region of the countryside. This institution is expected plays an important role in
every farming activity. However, there are still many farmers groups that do not
run according to the function. This research aims at analysing the performance of
the Karya Mekar Farmers Group and the influence of the institution against the
success of mangosteen farming on farmer members in Karacak Village
Leuwiliang. The result of this research showed that Karya Mekar Farmers Group
had not been running optimally yet. This because there were things that didn’t suit
well such as things that related to market existence and credit system on farmers’
group that didn’t work well yet. Karya Mekar Farmers Group also played the role
in the success of farming on its members. This could be seen from the result of
farming income and the R/C ratio which higher than non-group farmers.
Keywords: farmers’ group, institutional, Karya Mekar, Leuwiliang
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis
Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang
Nama
: Ahmad Sopian
NIM
: H34100042
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, M Adev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
kelembagaan agribisnis, dengan judul Analisis Kinerja Kelembagaan dan
Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak
Leuwiliang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno M, ADev selaku
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, teman-teman AGB 47 teristimewa
kepada anak kontrakan Taman Dramaga Permai yang telah banyak membantu
penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bakri dari
Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ingin sampaikan kepada Bidik
Misi IPB yang telah membantu kami dalam mengejar cita-cita kami. Terimakasih
telah memberikan harapan kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan studi
kami. Hal ini menjadikan kami lebih mencintai negeri ini, tanah ini, air ini,
Republik Indonesia. Semoga kami dapat mengubah negeri ini menjadi negeri yang
bermatabat, negeri yang makmur, dan negeri yang senantiasa memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
KERANGKA PEMIKIRAN
8
Kerangka Teoritis
8
Kerangka Operasional
12
METODE PENELITIAN
13
Lokasi dan Waktu Penelitian
13
Jenis Data dan Sumber Data
13
Metode Pengambilan Contoh
14
Metode Pengolahan dan Analisis Data
14
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya
Mekar
20
Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar
27
Pendapatan Usahatani Manggis
39
SIMPULAN DAN SARAN
46
Simpulan
46
Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
49
RIWAYAT HIDUP
58
DAFTAR TABEL
1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
2
2 Analisis pendapatan usahatani
15
3 Produktivitas pohon manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
tahun 2011
17
4 Sebaran petani responden menurut luas lahan di Desa Karacak tahun 2014 19
5 Sebaran petani responden menurut tingkat pendidikan di Desa Karacak tahun
2014
20
6 Aturan informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
26
7 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai syarat
awal menjadi anggota
30
8 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai jarak
antara petani dengan kelompok tani
31
9 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai penjualan
hasil panen
31
10 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
penyediaan input produksi
32
11 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bimbingan
dan penyuluhan
33
12 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bantuan
pinjaman modal
34
13 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai sarana
pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani
34
14 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai susunan
kepengurusan kelompok tani
35
15 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai uraian
kerja pengurus kelompok tani
36
16 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai evaluasi
tugas dan wewenang pengurus
36
17 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai pergantian
kepengurusan kelompok tani
37
18 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai aturan
formal dan informal
37
19 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
kesempatan untuk mengemukakan pendapat
38
20 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai diskusi
antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan
39
21 Struktur biaya usahatani petani kelompok dan petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014
41
22 Biaya penyusutan peralatan pertanian petani manggis di Desa Karacak
tahun 2014
44
23 Analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio usahatani manggis pada petani
kelompok dan petani non kelompok di Desa Karacak pada tahun 2014
45
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Sistem agribisnis
Kerangka operasional
Sebaran usia petani manggis Desa Karacak
Struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar
9
13
18
22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi
2 Analisis pendapatan usahatani manggis petani Kelompok Tani Karya
Mekar tahun 2014
3 Analisis pendapatan usahatani manggis petani non kelompok tahun
2014
4 Daftar petani responden Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
tahun 2014
5 Daftar petani responden non kelompok Desa Karacak Leuwiliang
6 Daftar luas lahan dan produksi manggis petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014
7 Daftar luas lahan dan produksi manggis Kelompok Tani Karya Mekar
Desa Karacak tahun 2014
8 Kuesioner penelitian
49
50
51
52
53
53
54
55
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian pada era globalisasi ini memiliki peranan yang sangat penting
mengingat setiap manusia sangat membutuhkan pangan setiap harinya. Pangan
merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk
dapat hidup dan sumber energi untuk manusia dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Pertanian juga merupakan sektor unggulan yang dituntut dapat
memainkan perannya secara optimal yang diharapkan dapat menjadi basis
pertumbuhan ekonomi negara.
Pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian
secara keseluruhan. Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi
terhadap PDB nasional sebesar 14-15 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar
38.88-41.20 juta jiwa. Oleh karena itu, membangun pertanian yang berkelanjutan
menjadi dasar untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Indonesia dengan segala kekayaan alam yang
dimilikinya masih meninggalkan problematika terutama mengenai masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan ini selalu muncul menjadi masalah utama yang
terdapat di Indonesia. Sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan
yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk miskin
di Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistika mencapai 1.75 juta jiwa. Hingga
saat ini, petani-petani di Indonesia masih terjebak dalam rendahnya pendapatan
yang berdampak pada kehidupan sehari-hari hingga produktivitas yang rendah.
Menurut Pranadji (2003), pada masyarakat pertanian pedesaan terdapat
hampir segala bentuk keterbelakangan, seperti kemiskinan atau kurang makan,
rendahnya tingkat pendidikan, buruknya prasarana jalan dan fasilitas umum yang
tersedia, lemahnya penguasaan teknologi, pelayanan permodalan, rendahnya
kualitas dan harga produk pertanian yang diterima petani, dan sedikitnya
pendapatan tunai. Dilihat dari sudut pandang sosiologi (ekonomi), krisis ekonomi
ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan yang menopang sendi-sendi
kehidupan masyarakat pedesaan. Secara teoritis beberapa elemen kelembagaan
yang diperkirakan berpengaruh besar terhadap kemajuan masyarakat pedesaan
yaitu tata nilai masyarakat, kompetensi manusia (individual maupun kolektif),
manajemen dan keorganisasian masyarakat, hukum, kepemimpinan, dan sistem
penyelenggaraan pemerintahan setempat.
Pranadji (2003) juga menyatakan bahwa kemajuan perekonomian suatu
masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan, banyak ditentukan oleh faktor nonproductive resources, terutama sistem kelembagaan yang dikembangkan dalam
masyarakat tersebut. Kelembagaan dapat menjadi kontrol sosial, dan dapat
mewadahi kebutuhan kehidupan sosial masyarakat, sehingga setiap individu dapat
mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat. Keberhasilan dalam
membangun sistem kelembagaan yang sehat menjadi “kunci kemajuan”
perekonomian suatu masyarakat. Oleh karena itu, jika sistem kelembagaan suatu
2
masyarakat dibiarkan rapuh, maka tidak akan ada peluang bagi masyarakat
tersebut memajukan atau memandirikan perekonomiannya.
Salah satu kelembagaan yang berada di wilayah pedesaan yaitu kelompok
tani. Kelembagaan petani seperti kelompok tani merupakan unsur yang sangat
penting dalam pengembangan sistem agribisnis di wilayah pedesaan. Adanya
kelembagaan petani di pedesaan dapat meningkatkan efisiensi produksi, serta
mengefektifkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan sistem
agribisnis di wilayah tersebut. Kelembagaan petani, seperti kelompok tani atau
gabungan kelompok tani, diharapkan mampu memajukan perekonomian suatu
masyarakat pedesaan, khususnya petani.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan yang
berada di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Salah satu
komoditas pertanian unggulan dari petani di Leuwiliang yaitu manggis. Kelompok
Tani Karya Mekar memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani manggis
anggotanya, diantaranya pengadaan input produksi hingga kegiatan bimbingan
dan penyuluhan. Mengingat betapa pentingnya peran kelompok tani bagi setiap
kegiatan usahatani manggis anggota, maka kinerja kelompok tani perlu ditelaah
lebih lanjut.
Pada tahun 2011, Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31
756 pohon menghasilkan manggis sebanyak 4 491 kuintal. Menurut Badan Pusat
Statistika Kabupaten Bogor, Desa Karacak merupakan desa penghasil manggis
terbesar di Kecamatan Leuwiliang dengan produksi mencapai 30 persen dari total
produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang.
Tabel 1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
Kecamatan
Leuwisadeng
Jasinga
Leuwiliang
Cigudeg
Nanggung
Lainnya
TOTAL
Produksi
(Kuintal)
7.550
5.232
4.491
4.008
1.465
3.391
26.137
Jumlah Tanaman
Akhir (Pohon)
46.200
31.750
31.756
11.760
20.820
42.390
184.676
Kontribusi (%)
28,89
20,02
17,18
15,33
5,61
12,97
100,00
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012
Tabel diatas menggambarkan produksi manggis di Kabupaten Bogor pada
tahun 2011. Jumlah tanaman akhir yang berada di Jasinga sejumlah 31 750 pohon
dengan total produksi 5 232 kuintal. Jumlah tanaman yang berada di Jasinga ini
tidak jauh berbeda dengan jumlah tanaman yang berada di Kecamatan Leuwiliang.
Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31 756 pohon hanya
menghasilkan manggis sebesar 4 491 kuintal. Dari tabel diatas juga dapat dilihat
bagaimana tingkat produktivitas buah per pohon dari kedua wilayah tersebut.
Produktivitas buah per pohon di wilayah Jasinga berdasarkan data diatas yaitu
0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan untuk wilayah
Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
3
Kegiatan usahatani manggis petani tidak terlepas dari peran kelompok tani.
Salah satu peran kelompok tani yaitu membantu petani dalam kegiatan budidaya
manggis. Melalui kelompok tani, petani dapat menambah wawasan tentang
bagaimana budidaya manggis yang baik dan benar, seperti pengaturan jarak tanam
pembuatan teras, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, hingga cara
pengendalian hama dan penyakit. Dengan menerapkan hal tersebut petani dapat
meningkatkan produktivitas manggis. Petani manggis di Desa Karacak belum
sepenuhnya menerapkan cara budidaya manggis yang baik dan benar. Hal ini
dikarenakan peran kelompok tani yang belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang
berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani Karya Mekar berperan dalam berbagai
kegiatan usahatani hingga kegiatan pemasaran hasil produksi petani. Namun, saat
ini peran kelompok tani tersebut hampir tidak dirasakan oleh para petani yang
bergabung dengan kelompok tani. Petani anggota tidak menjual hasil produksi
manggis kepada kelompok tani, melainkan kepada pedagang pengumpul atau
biasa disebut dengan tengkulak. Pada tahun 2014 ini tidak ada kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok tani. Penyuluhan yang dilakukan hampir setiap bulan
pada tahun 2013, sekarang ini tidak terdapat penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani.
Oleh karena itu, penelitian mengenai kinerja kelembagaan petani seperti
kelompok tani perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja kelompok
tani terhadap kegiatan usahatani petani anggotanya. Penelitian ini bermaksud
menganalisis bagaimana kinerja kelembagaan petani Kelompok Tani Karya
Mekar dan peran kelembagaan tersebut terhadap pendapatan usahatani petani di
Desa Karacak Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi manggis terbesar
di wilayah Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi manggis di Kabupaten Bogor
mencapai 3 766 ton. Jumlah produksi tersebut menempatkan Kabupaten Bogor
menjadi wilayah kedua terbesar penghasil manggis setelah Tasikmalaya di
wilayah Jawa Barat.
Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang
menjadi sentra produksi manggis. Pada tahun 2011 Kecamatan Leuwiliang
menempati urutan ketiga dalam memproduksi manggis. Jika dilihat pada tabel 1,
jumlah pohon yang ditanam di Jasinga dan Leuwiliang memiliki jumlah yang
hampir sama, yaitu 31 750 di Jasinga dan 31 756 di Leuwiliang. Jasinga pada
tahun tersebut dapat menghasilkan 5 232 kuintal, sedangkan Leuwiliang hanya
menghasilkan 4 491 kuintal manggis. Namun, kedua wilayah tersebut memiliki
produktivitas buah per pohon yang berbeda. Produktivitas buah per pohon di
wilayah Jasinga yaitu 0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan
untuk wilayah Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah peran kelembagaan
petani yang ada, khususnya kelompok tani, masih belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada
di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Kelompok Tani Karya Mekar
4
merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani
Karya Mekar hingga saat ini telah berumur 30 tahun, namun selama perjalanan itu
Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu berperan penuh dalam setiap
kegiatan petani, mulai dari usahatani manggis hingga pemasaran hasil produksi
manggis kelompok anggota. Selama ini Kelompok Tani Karya Mekar hanya
membantu petani anggota dalam kegiatan usahatani saja. Bahkan pada Januari
hingga Maret tahun 2014 ini belum ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani. Hasil produksi manggis petani anggota dijual kepada pedagang
pengumpul atau tengkulak. Alhasil petani menjadi price taker dan tidak
mempunyai posisi tawar yang tinggi. Hal ini juga menyebabkan harga yang
diterima petani anggota sama dengan harga yang diterima oleh petani non anggota.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai
keberhasilan usahatani manggis di Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten
Bogor ?
2. Bagaimana kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam
mencapai keberhasilan usahatani manggis Desa Karacak Leuwiliang
Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas;
2. Petani dapat mengefisienkan kegiatan usahatani melalui peran kelembagaan
pertanian, khususnya peran kelompok tani, sehingga petani dapat
meningkatkan produksi manggis;
3. Bagi pemerintah daerah penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan program-program terkait peningkatan produksi manggis dengan
memberikan arahan berproduksi secara efektif dan efisien.
5
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini meliputi mekanisme
pelaksanaan dan kinerja kelembagaan pertanian, khususnya Kelompok Tani Karya
Mekar terhadap kegiatan usahatani manggis yang berada di Desa Karacak
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembagaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lembaga merupakan pola perilaku
manusia yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu
kerangka nilai yang relevan, sedangkan kelembagaan merupakan perihal yang
bersifat lembaga. Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan
atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu
masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan mengatur siapa yang dapat dan
tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kelembagaan jika
dilihat dari sisi individu merupakan suatu kesempatan bagi individu dalam
membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.
Kelembagaan lahir atas dasar kesamaan karakteristik dan tujuan masingmasing orang dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kesamaan kepentingan yang menyebabkan adanya kerjasama untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kepentingan bersama (Saptana 2006). Kelembagaan
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal
menempatkan kelembagaan sebagai dasar anggotanya dalam bertindak, sedangkan
fungsi eksternal menerangkan bagimana hubungan atau interaksi dengan pihak
luar.
Menurut Septian (2010), dalam judul Peran Kelembagaan Kelompok Tani
terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong Di Desa Sindanglaya, adanya
kelompok tani pada usahatani ganyong memiliki pengaruh positif kepada petani
anggotanya. Tingkat pendapatan petani yang tergabung dalam kelompok tani
lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang bukan anggota kelompok. Hal
ini dapat dilihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar petani
anggota yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan anggota.
Pendapatan atas biaya tunai untuk petani anggota adalah sebesar Rp 5 847 027
dan petani bukan anggota sebesar Rp 3 432 027. Pendapatan atas biaya total untuk
petani anggota sebesar Rp 5 527 079 dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp
1 429 479.
Septian juga menerangkan bahwa keberadaan kelompok tani di Desa
Sindanglaya memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari kinerja kelompok tani tersebut yang dianalisis dengan menggunakan skala
likert. Hasil dari analisis tersebut yaitu kelompok tani memiliki nilai 472 yang
terletak antara 385-538 yang menandakan bahwa kelompok tani sudah cukup
efektif. Tingkat efektivitas kelompok tani di Desa Sindanglaya didasarkan pada
persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Septian tidak
menggunakan analisis kualitatif untuk menilai efektivitas dari kelompok tani.
6
Penelitian Septian juga menggambarkan bagaimana kegiatan usahatani
yang dilakukan petani. Dilihat dari hasil penelitian, kegiatan usahatani ganyong
tersebut menguntungkan. Usahatani dianalisis dengan menggunakan R/C rasio.
Hasil analisis R/C rasio kegiatan usahatani ganyong Desa Sindanglaya Kecamatan
Sukamantri diperoleh 1.93 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1.30 untuk R/C
rasio atas biaya total. Hasil analisis tersebut menunjukkan angka R/C lebih dari
satu, artinya usahatani ganyong yang dilakukan petani ganyong di Desa
Sindanglaya menguntungkan. Hasil analisis ini menggambarkan bahwa kelompok
tani berpengaruh positif terhadap kegiatan usahatani petani.
Adina (2012) melakukan penelitian mengenai kualitas kelembagaan dan
persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa
Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan
Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur
dan infrastruktur (aturan main) kelembagaan yang sudah baik. Kelembagaan
tersebut mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga
semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian
serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Adanya
gapoktan ini juga berdampak pada peningkatan kemandirian petani secara teknik
bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Pendapatan Usahatani
Dalimunthe (2008) melakukan penelitian mengenai usahatani nenas
dengan standard operational procedure (SOP) di Desa Cipelang Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor. Menurut Dalimunthe penerapan SOP yang telah
ditentukan Dirjen Holtikultura diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta
kualitas hasil produksi pertanian. Nilai imbangan penerimaan dan pengeluaran
atau R/C rasio tunai untuk analisis usahatani nenas yaitu sebesar 12.97 dan 1.57
untuk nilai imbangan total. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan usahatani
nenas tersebut layak untuk diusahakan. Selain itu pendapatan petani atas biaya
tunai sebesar Rp 22 635 500 dan pendapatan atas biaya total yaitu sebesar Rp 36
400 500.
Feni (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani padi
pandan wangi dan varietas unggul di Kabupaten Cianjur. Pada penelitian tersebut
Feni menjelaskan terdapat perbedaan produksi antara penggunaan padi pandan
wangi dan varietas unggul yang digunakan petani di Kabupaten Cianjur. Tingkat
produksi rata-rata pandan wangi sebesar 11 702.40 kg per hektar per tahun,
sedangkan varietas unggul baru mencapai 16 042.79 kg per hektar per tahun.
Namun, tingkat biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi pandan wangi lebih
rendah dibandingkan dengan biaya usahatani varietas unggul. Hal ini disebabkan
oleh opportunity cost atas lahan milik pribadi pada usahatani padi pandan wangi
memiliki proporsi yang lebih besar dalam komponen biaya diperhitungkan.
Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi mencapai Rp 25 817
911.57 per tahun per hektar lahan, sedangkan pendapatan tunai usahatani padi
varietas unggul baru mencapai Rp 23 719 117.86 per tahun per hektar lahan. Dan
pendapatan total usahatani padi wangi yaitu Rp 20 503 308.15 per tahun per
hektar, sedangkan padi varietas unggul baru yaitu Rp 18 936 495.37 per tahun per
hektar lahan.
7
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua
varietas tersebut layak untuk diusahakan atau bisa disebut menguntungkan. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan R/C rasio yang mencapai lebih dari 1. R/C rasio
lebih dari 1 artinya setiap tambahan biaya yang akan dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya
atau dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan menguntungkan. Nilai R/C
rasio atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani varietas pandan wangi lebih
tinggi dibandingkan dengan usahatani varietas unggul, yaitu masing-masing untuk
varietas pandan wangi 4.78 dan 2.69, sedangkan pada usahatani varietas unggul
baru yaitu 3.40 dan 2.29.
Mochammad (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani
jambu biji Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Pada penelitian tersebut
Mochammad menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas
biaya total per pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji Primatani pada
tahun 2008 lebih besar dibandingkan usahatani jambu biji Non-Primatani.
Pendapatan atas biaya tunai per pohon pada tahun 2008 pada kedua
wilayah untuk tanaman jambu biji tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan atas biaya total pada kedua wilayah tersebut. Pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total pada Primatani yaitu Rp 379 384 460 dan Rp 317 833 326.67,
sedangkan pada Non-Primatani yaitu Rp 308 963 752 dan Rp 262 177 418.67.
Hal ini dikarenakan tingginya biaya diperhitungkan sehingga biaya total yang
dikeluarkan petani menjadi tinggi.
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji
Primatani dan Non-Primatani menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Hasil
perhitungan R/C rasio tersebut didapatkan bahwa R/C rasio Primatani lebih kecil
dibandingkan dengan Non-Primatani. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total
pada Primatani yaitu 2.27 dan 1.88, sedangkan pada Non-Primatani yaitu 2.56 dan
2.07. Hal ini dikarenakan biaya dalam pendistribusian teknologi yang masih
sangat tinggi. Selain itu, penggunaan pestisida pada daerah Primatani lebih
banyak dibandingkan dengan daerah Non-Primatani.
Berbagai penelitian yang menjadi literatur pada penelitian ini memiliki
kesamaan dan perbedaan. Kesamaan yang terdapat dari penelitian tersebut yaitu
kelompok tani atau gabungan kelompok tani memiliki pengaruh positif terhadap
kegiatan usahatani anggotanya. Hal ini juga dapat dilihat pada analisis pendapatan
usahatani petani dan analisis biaya imbangan terhadap penerimaan yang mencapai
lebih dari satu yang berarti usaha yang dijalankan menguntungkan atau layak
untuk dijalankan. Perbedaan dengan penelitian kali ini yaitu penelitian kali ini
akan membahas kinerja kelmbagaan kelompok tani dengan menggunakan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan analisis
deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan skala likert yang
didasarkan pada persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Pada
penelitian ini juga akan dilihat bagaimana peran kelompok tani terhadap
keberhasilan usahatani petani anggota dengan menggunakan analisis pendapatan
usahatani dan analisis R/C rasio.
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Pengertian Kelembagaan
Menurut Arifin (2005), kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu
kontrol atau yurisdiksi, pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan atau ekspansi
kegiatan individu. Menurut Uphoff (1992) dan Fowler (1992), kelembagaan
adalah “a complex of norm and behavior that persist overtime by serving some
socially valued purpose”. Menurut Bromley (1989) dalam Arifin (2005),
kelembagaan dapat digambarkan sebagai serangkaian hubungan keteraturan
(ordered relationships) antara beberapa orang yang menentukan hak, kewajiban,
kewajiban menghargai hak orang lain (privilege), dan tanggung jawab mereka
dalam masyarakat atau kelembagaan. Dengan kata lain kelembagaan menentukan
bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Kelembagaan mengatur bagaimana
seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus serta dapat dan tidak
dapat mengerjakan sesuatu.
Arifin (2005) mengatakan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua
demarkasi penting, yaitu norma dan konvensi (norms and conventions), serta
aturan main (rules of the game). Kelembagaan dapat ditulis dan ditegakkan oleh
aparat pemerintah dan dapat juga tidak ditulis secara formal seperti aturan adat
dan norma yang berlaku di masyarakat.
Kata kelembagaan merujuk kepada sesuatu yang bersifat mantap yang
hidup didalam masyarakat (Koentjaraningrat 1997). Kelembagaan adalah suatu
pemantapan perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang. Kelembagaan
merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola, brfungsi untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam masyarakat, ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan modern
atau bisa berbentuk tradisional dan modern, dan berfungsi untuk mengefisiensikan
kehidupan sosial.
Tedapat dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan sebagai
aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. North (1994) dalam Arifin
(2005) menganalogikan kelembagaan sebagai aturan main dalam suatu permainan
atau olahraga dan organisasi adalah kumpulan pemain yang seharusnya memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk memenangkan pertandingan.
Ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal-hal berikut (Arifin
2005) :
1. Kelembagaan adalah kreasi manusia (human creations). Hasil akhir dari
upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar merupakan salah
satu bagian penting dari kelembagaan.
2. Kumpulan individu (group of individuals). Kelembagaan hanya berlaku
pada sekelompok individu, atau minimal dua orang. Kelembagaan
diputuskan secara bersama-sama, bukan secara perorangan.
3. Dimensi waktu (time dimensions). Kelembagaan dapat diaplikasikan pada
situasi yang berulang (repeated situations) dalam suatu dimensi waktu.
4. Dimensi tempat (place dimensions). Suatu lingkungan fisik merupakan
salah satu determinan penting dalam penyusunan kelembagaan yang
9
5.
6.
7.
8.
berperan penting dalam pembentukan suatu struktur kelembagaan.
Penyusunan kelembagaan juga dapat berperan penting pada perubahan
kondisi fisik. Hal ini disebut juga dengan hubungan timbal balik (feedback relationships).
Aturan main dan norma (rules and norms). Kelembagaan ditentukan oleh
konfigurasi aturan main dan norma yang telah dirumuskan oleh suatu
kelompok masyarakat.
Pemantauan dan penegakan hukum (monitoring and enforcement). Aturan
main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang
kompeten atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu.
Hierarki dan jaringan (nested levels and institutions). Kelembagaan
merupakan bagian dari hierarki dan jaringan atau sistem kelembagaan
yang lebih kompleks.
Konsekuensi kelembagaan (consequences of institutions). Kelembagaan
dapat meningkatkan rutinitas, keteraturan, atau tindakan manusia yang
tidak memerlukan pilihan lengkap dan sempurna, namun mempengaruhi
tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif.
Kelembagaan juga memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu pola interaksi
yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu.
Kelembagaan Petani
Sistem agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang mencakup
penyediaan sistem produksi, usahatani, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian.
Saragih (2010) menggolongkan sistem agribisnis kedalam beberapa subsistem,
meliputi subsistem hulu (upstream agribusiness), subsistem usahatani (on-farm
agribusiness), subsistem hilir (downstream agribusiness) yang terdiri dari
pengolahan dan pemasaran, serta subsistem penunjang.
Gambar 1 Sistem Agribisnis (Saragih 2010)
Kelembagaan petani termasuk kedalam subsistem penunjang.
Kelembagaan petani berperan penting dalam semua kegiatan di masing-masing
subsistem, seperti subsistem hulu, subsistem usahatani, dan subsistem pengolahan
dan pemasaran. Subsistem penunjang bertindak sebagai pendukung kelancaran
produksi dan pemasaran hasil pertanian mulai dari penyediaan sistem produksi
pertanian hingga pemasaran produk-produk pertanian. Melihat fungsi subsistem
10
penunjang yang sangat penting, kelompok tani seharusnya memiliki fungsi
mendukung kegiatan pertanian yang terdapat disuatu wilayah pedesaan.
Kelembagaan petani memiliki peran dalam menggerakkan tindak komunal.
Suatu lembaga struktur umumnya memiliki potensi kolektif yang berasal dari para
anggotanya. Memahami dan memanfaatkan secara tepat sifat-sifat komunal dan
social capital lain akan memberikan dampak yang diharapkan (Syahyuti 2007).
Selain itu, kelembagaan diperlukan untuk mengkoordinasikan semua
potensi sumberdaya yang tersedia menjadi suatu kesatuan dan dapat menciptakan
posisi tawar untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak mendukung
sebagian besar anggota masyarakat, termasuk petani. Kelembagaan petani
menjadi semakin penting dengan fungsinya untuk meningkatkan posisi tawar para
petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Salah satu kelembagaan petani adalah kelompok tani dan gabungan
kelompok
tani.
Menurut
peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pembinaan kelembagaan petani, kelompok tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan
gabungan kelompok tani adalah gabungan beberapa kelompok tani yang ada
dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan
bersama secara kooperatif.
Gapoktan memnpunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai unit usaha
jasa produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas,
dan harga), sebagai unit usaha jasa penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih
bersertifikat, pestisida, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya, sebagai unit usaha jasa penyediaan modal usaha dan menyalurkan
secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan, sebagai unit usaha
jasa proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan,
dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah, serta sebagai unit jasa
menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada
pedagang atau industri hilir.
Gapoktan atau poktan menjadi lembaga penghubung antara petani desa
dengan lembaga-lembaga lainnya. Gapoktan atau poktan ini diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan permodalan pertanian, sarana produksi pertanian,
pemasaran produk pertanian, dan mampu menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan petani.
Kinerja Kelembagaan Petani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang
dicapai; prestasi yang diperlihatkan; atau kemampuan kerja. Penilaian kinerja
kelompok tani ini didasarkan pada SK Mentan No 41/Kpts/OT.210/1992. Tolok
ukur penentuan tingkat kemampuan kelompok tani didasarkan pada kemampuan
kelompok tani dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani, kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional, kemampuan
meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok dengan KUD, serta
kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerja sama
11
kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota
kelompok.
Kinerja kelembagaan petani (poktan atau gapoktan) dapat dilihat dari
peran dan kontribusi kelembagaan petani tersebut dalam kegiatan usahatani petani
anggotanya maupun dalam kegiatan lain yang berhubungan dengan petani.
Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) terdapat tiga syarat pokok yang
harus ada yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam Struktur
Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya pelayanan penyuluhan, serta adanya
lembaga perkreditan. Tiga syarat tersebut dapat menunjukkan bagaimana kinerja
kelembagaan yang ada. Selain itu, kinerja kelembagaan petani yang baik dapat
menciptakan kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan pertanian yang
berkelanjutan.
Kemandirian merupakan kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik
manusia untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu. Kesiapan petani dalam
menghadapi era globalisasi menjadi hal sangat penting untuk menunjukkan sejauh
mana petani mampu terbebas dari pihak lain dalam mengambil dan melaksanakan
keputusan hidupnya (Sumardjo 1999).
Kesejahteraan petani dapat digambarkan melalui : 1) struktur pendapatan
rumah tangga, 2) struktur pengeluaran rumah tangga, 3) keragaan tingkatan
ketahanan pangan rumah tangga, 4) keragaan daya beli rumah tangga petani, dan
5) perkembangan nilai tukar petani (NTP) (Sadikin dan Subagyono 2008). Salah
satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani yaitu dengan menjalankan
berbagai kegiatan yang mampu menunjang kegiatan usahatani petani dalam suatu
kelembagaan petani.
Pertanian berkelanjutan ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem
produksi jangka panjang. Petani harus mengetahui cara mengembangkan
kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama, dan pengelolaan tanaman (memilih
jenis, pola tanam, dan waktu tanam yang tepat). Dalam menciptakan pertanian
yang berkelanjutan, segala kegiatan pertanian harus memperhatikan sumberdaya
alam. Sumberdaya alam yang tersedia harus digunakan sebijak mungkin sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi petani dimasa sekarang dan dimasa yang akan
datang. Para petani juga harus dapat berpikir dinamis dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan.
Peranan suatu kelembagaan dapat dilihat pada kemampuan dari
kelembagaan tersebut dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif
berdasarkan kriteria penilaian baik dari pihak kelompok tani maupun dari para
petani yang tergabung dalam kelompok tersebut. Peranan kelembagaan yang baik
dapat memberikan dampak positif bagi para anggotanya.
12
Kerangka Operasional
Kelembagaan merupakan salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Kelembagaan
pertanian memberikan dampak terhadap kegiatan usahatani dalam kegiatan
budidaya maupun terhadap kegiatan lainnya. Kelembagaan dapat meningkatkan
produktivitas serta dapat mengurangi biaya produksi yang implikasinya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Secara keseluruhan, Kelompok Tani Karya Mekar yang berada di
Leuwiliang belum menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat produktivitas yang rendah dari hasil usahatani manggis para petani
anggota kelompok tersebut dan bagaimana peran kelompok tani yang seharusnya.
Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dari kelompok tani tersebut, maka diperlukan
gambaran kinerja Kelompok Tani Karya Mekar dan bagaimana peran kelompok
Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis. Pengambilan
data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan observasi serta
dengan sumber-sumber lain. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel dan kalkulator hingga menghasilkan output tentang bagaimana
kinerja kelompok tani tersebut. Dengan mengetahui kinerja kelompok tani
tersebut, para pengurus kelompok tani dan anggota dapat memperbaiki sistem
yang terdapat dalam kelompok tani tersebut sehingga akan menciptakan kelompok
tani yang dapat menciptakan kemandirian, kesejahteraan, dan pertanian yang
berkelanjutan. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini disajikan pada
gambar berikut.
13
Gambar 2 Kerangka Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karacak, Leuwiliang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2014.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari petani melalui pengamatan dan wawancara secara langsung menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan. Responden dalam penelitian ini yaitu petani
anggota dan pengurus Kelompok Tani. Data sekunder diperoleh dari instansi dan
14
dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, artikel,
jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Data Primer meliputi identifikasi struktur kelembagaan, aturan
kelembagaan (aturan formal dan aturan informal), persepsi anggota terhadap
keberadaan kelompok tani, serta usahatani manggis dalam Kelompok Tani Karya
Mekar dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan data
sekunder meliputi data PDB nasional, peraturan perundang-undangan, tingkat
kemiskinan, dan AD/ART Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak.
Metode Pengambilan Contoh
Penelitian ini menggunakan responden dan informan sebagai sumber data
primer. Responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan
persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian. Sedangkan informan adalah
pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri,
keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.
Populasi penelitian adalah petani yang berada di Desa Karacak, Kabupaten
Bogor. Responden untuk penelitian ini berjumlah 45 petani responden. Responden
dipilih menggunakan non probability sampling dengan metode purposive
sampling yaitu dengan tujuan membentuk sub populasi yang didalamnya
membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak
terlalu bervariasi (relatif homogen) dan cenderung bersifat objektif. Responden
yang dipilih pada penelitian ini yaitu 30 petani yang tergabung dalam kelompok
tani dan merupakan anggota aktif, serta 15 petani yang tidak tergabung dalam
kelompok tani.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sebelum melakukan pengolahan
data, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dirapikan
dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2013.
Sedangkan data sekunder diolah dalam bentuk tabel atau grafik sederhana.
Kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.
Analisis Kinerja Kelembagaan (Kelompok Tani)
Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut
dalam memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari
kelembagaan tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus kelompok tani
dan petani, serta hasil perolehan data sekunder dari pihak lain yang bersangkutan
yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil tanggapan responden.
15
Analisis konten kelembagaan kelompok tani, seperti aturan main, yang
terdiri dari aturan internal (aturan-aturan yang terkait dan berlaku didalam
kelompok tani) dan aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan kelompok
tani), boundary rule, pengawasan dan sanksi, serta aturan mengenai penyelesaian
konflik akan dijelaskan secara deskriptif.
Selain itu, persepsi anggota kelompok tani terhadap keberadaan kelompok
tani dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja dari kelompok tani
tersebut. Anggota kelompok tani merupakan petani yang terlibat langsung dalam
kelembagaan petani atau kelompok tani, petani anggota juga merasakan
bagaimana atau apa saja keuntungan atau manfaat yang mereka dapat dari
kelompok tani, dan petani anggota juga mengetahui apa yang dirasa kurang dari
kelompok tani tersebut. Oleh karena itu, persepsi atau pandangan dari petani
anggota merupakan hal yang penting dalam menilai kinerja kelompok tani.
Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani.
Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal
penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani. Ketiga hal
tersebut akan dilihat dan dianalisis secara deskriptif.
Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani
baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang
benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu
semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi
2002). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
pendapatan usahatani manggis. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada
tabel berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 2 Analisis pendapatan usahatani
Uraian
Penerimaan Tunai
Penerimaan yang diperhitungkan
Total Penerimaan (1+2)
Pengeluaran Tunai
Pengeluaran yang diperhitungkan
Total Pengeluaran (4+5)
Total Pendapatan (3-6)
Total pendapatan Tunai (1-4)
Penyusutan alat
Pendapatan Bersih (8-9)
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan
pengeluaran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
dan
16
π total = TR total – TC total
π tunai = TR total – (TC tunai + Bd)
Rumus penerimaan total dan biaya adalah :
TR = Py x Y
TC = TFC + TVC
dimana :
TR total
TC tunai
π
Bd
Py
Y
TVC
TFC
= Total penerimaan total usahatani (Rupiah)
= Total biaya tunai usahatani (Rupiah)
= Pendapatan (Rupiah)
= Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)
= Harga output
= Jumlah output
= Total biaya variabel
= Total biaya tetap
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis R/C rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan
dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai
output terhadap nilai inputnya. R/C rasio juga merupakan perbandingan antara
penerimaan dengan pengeluaran usahatani.
Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar
penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu
usahatani. Apabila rasio R/C > 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan.
Analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan
biaya (R/C rasio) dapat membantu menggambarkan bagaimana peran kelompok
tani terhadap keberhasilan usahatani petani anggota. Penelitian ini
membandingkan antara pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tergabung
dalam kelompok tani dan pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tidak
tergabung dengan kelompok tani. Jika didapatkan hasil pendapatan usahatani dan
R/C rasio petani kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan petani non
kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok tani berpengaruh posistif
terhadap keberhasilan usahatani manggis petani anggota.
17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Karacak
Desa Karacak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Desa Karacak merupakan desa terluas yang berada di wilayah
Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak ini terletak pada ketinggian 5 000 mdpl
dengan curah hujan rata-rata 4 683 mm. Suhu rata-rata harian 37ºC menjadikan
Desa Karacak sebagai desa yang memiliki udara yang sejuk. Jarak dari Kota
Bogor menuju Desa Karacak adalah 25-30 Km atau berkisar 60-90 menit waktu
perjalanan, baik dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan beroda
empat. Secara umum, perbatasan wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara
: Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang
2. Sebelah Selatan
: Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang
3. Sebelah Timur
: Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
4. Sebelah Barat
: Desa Pangbabon/CibeberII Kecamatan Leuwiliang
Desa dengan luas wilayah mencapai 710.023 Ha ini mempunyai tanah
yan