Aktivitas Inhibitor Siklooksigenase 2 Secara In Vitro dan Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit Hasil Budidaya

i

AKTIVITAS INHIBITOR SIKLOOKSIGENASE 2 SECARA IN VITRO
DAN KANDUNGAN FLAVONOID ENAM AKSESI KUNYIT
HASIL BUDIDAYA

NURUL SYIFA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Inhibitor
Siklooksigenase 2 Secara In Vitro dan Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit

Hasil Budidaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Penelitian ini didanai oleh Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Nurul Syifa
NIM G84090079

ABSTRAK
NURUL SYIFA. Aktivitas Inhibitor Siklooksigenase 2 Secara In Vitro dan
Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit Hasil Budidaya. Dibimbing oleh
SYAMSUL FALAH dan WARAS NURCHOLIS.
Kunyit merupakan tanaman herbal yang telah diketahui memiliki Aktivitas
sebagai inhibitor siklooksigenase 2 dalam inflamasi. Kunyit memiliki keragaman
aksesi dan varietas unggul diantaranya Nagrak, Wonogiri, Ciemas, BPTO, Turina
1 dan Turina 2. Salah satu metabolit sekunder yang diduga berpotensi sebagai

antiinflamasi adalah flavonoid. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas terbesar
dari enam aksesi kunyit hasil budidaya di Kabupaten Nagrak Sukabumi sebagai
inhibitor siklooksigenase 2 (COX 2) secara in vitro serta kandungan flavonoidnya.
Penelitian ini meliputi ekstraksi maserasi rimpang kunyit dengan etanol 70%,
pengujian inhibisi COX 2 menggunakan Colorimetric COX Inhibitor Screening
Assay, analisis kandungan flavonoid menggunakan metode kolorimetri, serta
penentuan korelasinya berdasarkan analisis statistik. Kunyit aksesi Nagrak hasil
budidaya di Sukabumi memiliki aktivitas inhibisi COX 2 terbesar pada
konsentrasi 100 ppm yakni 55.841% dengan kandungan flavonoid tertinggi
sebesar 22.52 ± 0.065 mg/g QE. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS
PASW 18.0 diperoleh hubungan yang tidak signifikan antara kandungan
flavonoid dengan aktivitas inhibisi COX 2.
Kata kunci : antiinflamasi, flavonoid, kunyit, siklooksigenase 2

ABSTRACT
NURUL SYIFA. In Vitro Inhibitory Activity of Cyclooxygenase 2 and Flavonoid
Content of Sixth Curcuma domestica promising line Cultivated. Supervised by
SYAMSUL FALAH dan WARAS NURCHOLIS
Curcuma domesticais kind of medicinal plant which has inhibitory activity
of cyclooxygenase 2 (COX-2). Its has many promising line, there are Nagrak,

Wonogiri, Ciemas, BPTO, Turina 1 and Turina 2. Secondary metabolic wich has
potency as antiinflamantory is flavonoid. The aim of the present study was to
examined the best activity from Six Curcuma domestica promising line cultivated
in Nagrak Regency as In vitro inhibitory COX- 2 and that flavonoid content. This
research included extraction used etanol 70% as solvent, in vitro COX-2
inhibition sceering assay, determinated of flavonoid content used colorimetric
methode, and determined the coleration of both statistically. C. domestica
promising line Nagrak has highest inhibitory activity and flavonoid content were
55.84% and 2.252 mg/g QE. Analysis used SPSS PASW Statistic 18.0
programme showed that flavonoid compound was not significant with inhibitory
activity COX 2.
Keywords: antiinflamantory, Curcuma domestica, cyclooxygenase 2, flavonoid

iii

AKTIVITAS INHIBITOR SIKLOOKSIGENASE 2 SECARA IN VITRO
DAN KANDUNGAN FLAVONOID ENAM AKSESI KUNYIT
HASIL BUDIDAYA

NURUL SYIFA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

v

Judul Skripsi :Aktivitas Inhibitor Siklooksigenase 2 Secara In Vitro dan
Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit Hasil Budidaya
Nama
: Nurul Syifa

NIM
: G84090079

Disetujui oleh

Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si
Pembimbing I

Waras Nurcholis, S.Si, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. I Made Artika, M.App.Sc
Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Inhibitor

Siklooksigenase 2 Secara in vitro dan Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit
Hasil Budidaya. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 hingga April
2013 bertempat di Pusat Studi Biofarmka Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (PSB-LPPM), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut.,
M.Si dan Waras Nurcholis. S.Si., M.Si selaku komisi pembimbing, Dr. Suryani,
SP, M.Sc selaku ketua kelayakan atas bimbingan, arahan serta nasehat dalam
penyusunan karya ilimiah ini. Ungkapan terima kasih juga dipersembahkan
kepada kedua orang tua yakni Bapak Acep E. Komaruddin dan Ibu Mustika
Ningsih serta Bapak Ikna setiawan dan Ibu Tini, adik Dinda, Zaki dan Kaysan atas
doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh staf
laboratorium PSB, seluruh dosen dan staf Departemen Biokimia IPB atas bantuan
dan saran yang telah diberikan.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ka Tika, Erika, Andini, Eko,
dan Januar atas bantuan, dukungan dan saran yang telah diberikan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Reza Wisnu Kusuma dan seluruh rekan-rekan
Biokimia 46 atas semangat, kasih sayang, serta segala motivasi untuk selalu
berusaha menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
bagi seluruh pembaca serta dapat menjadi langkah awal penulis untuk mencapai
impiannya.


Bogor, Juni 2013
Nurul Syifa

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Percobaan


2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Hasil

5

Pembahasan

7

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan


12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Nilai rendemen ekstrak etanol aksesi kunyit
Kadar air simplisia kunyit
Nilai rendemen ekstrak etanol kunyit yang digunakan
Kadar air simplisia kunyit yang digunakan
Aktivitas inhibisi siklooksigenase 2 dari enam aksesi kunyit
Kandungan flavonoid total dari enam aksesi kunyit

5
5
6
6
6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Rendemen ekstrak rimpang kunyit
Kadar air rimpang kunyit
Aktivitas inhibisi siklooksigenase 2
Konsentrasi standar quercetin
Kandungan flavonoid rimpang kunyit
Preparasi larutan untuk uji aktivitas inhibisi COX 2

15
16
17
18
20
20
21

DAFTAR TABEL
1 Design micro plate inhibisi COX 2

3

1

PENDAHULUAN
Kunyit (Curcuma domestika Val.) merupakan tanaman herbal yang banyak
dimanfaatkan sebagai obat tradisional sejak zaman dahulu. Penggunaan kunyit ini
karena dipercaya dapat melancarkan aliran darah dan energi vital, peluruh kentut,
peluruh haid, antibakteri, antiinflamasi, memperlancar pengeluaran empedu ke
usus, serta obat untuk radang rahim dan keputihan (Dalimarta 2000). Banyaknya
manfaat kunyit tersebut dikarenakan kandungan metabolit sekunder antara lain
kurkumin, minyak atsiri dan senyawa fenolik lainnya. Kurkumin pada kunyit
dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi pada tikus yang diinduksi keragenan
dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktivitas
enzim siklooksigenase (Sudjarwo 2004). Tanaman kunyit ini sangat mudah
ditemukan di Indonesia dan memiliki banyak aksesi. Aksesi atau daerah asal
sumber bibit tanaman kunyit yang telah diketahui dan banyak dimanfaatkan yakni
kunyit asal Wonogiri, Nagrak, Ngawi, Ciemas, Turina 1, Turina 2 dan BPTO.
Berdasarkan penelitian Sari (2012) dan Kusuma (2012) ekstrak kurkuminoid
kunyit asal Sukabumi dan Wonogiri terbukti menghambat siklooksigenase 2 pada
proses inflamasi secara in vitro.
Inflamasi atau peradangan merupakan respon protektif setempat yang
ditimbulkan akibat cedera atau kerusakan pada jaringan.Terjadinya reaksi cedera
ini mengaktivasi sintesis asam arakhidonat yang selanjutnya membentuk
prostaglandin. Inflamasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyakit
seperti demam, aterosklerosis dan reumathoid arthritis sehingga menyebabkan
kerusakan organ lainnya (Gard 2011). Proses inflamasi di tubuh harus dihambat
melalui kerja enzim yang berperan agar sesuai dengan kebutuhan perlindungan
tubuh.
Salah satu enzim yang berperan dalam proses inflamasi adalah
siklooksigenase. Enzim ini berfungsi mengkatalis terbentuknya prostaglandindan
mempunyai dua isoform yakni siklooksigenase (COX) 1 dan 2. Menurut Fang et
al. (2002) COX 1 merupakan bentuk enzim yang berfungsi menjaga fungsi
normal tubuh termasuk keutuhan mukosa lambung dan pengaturan aliran darah
ginjal. COX 2 merupakan enzim yang tidak ditemukan di jaringan pada kondisi
normal tetapi diinduksi oleh berbagai stimulus seperti endotoksin, sitokin,
mitogen yang dihubungakan dengan produksi prostaglandin selama proses
inflamasi (Zhang et al. 2004). Oleh karena itu diperlukan obat yang memiliki
selektivitas inhibisi terhadap COX 2 sehingga mengurangi efek samping yang
dapat menimbulkan komplikasi pada tubuh pasien. Disisi lain penggunaan obat
herbal dapat menjadi alternatif karena dinilai tidak memiliki efek samping.
Menurut Sirait (2007) flavonoid pada sejumlah tumbuhan obat memiliki
sifat antibakteri, antiinflamasi, antialergi, antimutagenik, dan antiviral. Flavonoid
berperan penting dalam menjaga permeabilitas seta meningkatkan resistensi
pembuluh darah kapiler. Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler akibat
peradangan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah
akan keluar dari kapiler jaringan yang diikuti dengan terjadinya respon inflamasi
(Fitriyani et al. 2011). Perlu diketahui hubungan antara aktivitas inhibisi COX 2
dengan kandungan flavonoid dari masing-masing aksesi kunyit. Melalui penelitian

2
ini dapat memberikan informasi baru mengenai korelasi antara kandungan
flavonoid terhadap aktivitas penghambatan siklooksigenase 2.
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis aktivitas metabolit sekunder
dari enam aksesi kunyit yaitu Wonogiri, Nagrak, Ciemas, Turina 1, Turina 2 dan
BPTOhasil bidudaya di Nagrak Sukabumi sebagai inhibitor COX 2. Analisis
metabolit sekunder berupa flavonoid ini diawali dengan ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi ini akandianalisis lebih lanjut uji aktivitas
inhibisi COX 2 secara in vitro menggunakan Colorimetri COX inhibitor Screening
Assay melalui nilai % inhibisi. Selanjutnya analisis flavonoid total dilakukan
berdasarkan prinsip pembentukan kompleks dengan AlCl3 yang diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer. Penelitian ini bertujuan
menguji
aktivitas terbaik dari enam aksesi kunyit hasil budidaya di Sukabumi terhadap
proses inhibisi COX 2 secara in vitro serta analisis kandungan flavonoidnya.
Manfaat penelitan ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih jelas
mengenai aktivitas terbaik dari enam aksesi kunyit hasil budidaya di Sukabumi
terhadap proses inhibisi COX 2 secara in vitro. Selain itu, penelitian ini dapat
bermanfaat untuk pengembangan sediaan obat per oral yang memiliki khasiat
antiinflamasi bagi tubuh.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga April 2013.
Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka
LPPM IPB, Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah rimpang tanaman kunyit sebanyak 6 aksesi,
kitclorimetric COX (ovine) inhibitor screeningassay No. 560131 (Cayman Chem
Com 2011), aqua tridestillata, etanol 70%, aseton p.a, methanol p.a, asam asetat
glacial, etil asetat p.a, AlCl3, alumunium foil.
Alat
Alat yang digunakan adalah micro plate reader ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay) tipe Epoch Biotek, spektrofotometer tipe U-2800,
mikropipet, vortex, vial, labu takar, gelas ukur, tabung reaksi, spatula, neraca
digital, oven, penggiling 100 mesh, pipet tetes, pipet volumetrik, tip, dan pisau.
ProsedurPercobaan
Preparasi Sampel Kunyit
Pembuatan serbuk. Sampel dimasukkan ke dalam penggiling selama 510 menit hingga menjadi serbuk halus berukuran 100 mesh, dimasukan dalam
kantung plastik lalu simpan ditempat kering.

3

Pengukuran Kadar Air (AOAC 2006). Cawan porselin dikeringkan
dalam oven pada suhu 105οC selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam
eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Sampel ditimbang
sekitar 2 g dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel beserta cawannya
dipanaskan dalam oven bersuhu 105οC selama 3 jam. Setelah itu didinginkan
dalam eksikator selama 30 menit, kemudian ditimbang.
Ekstraksi Rimpang Kunyit (BPOM 2005). Ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 70% dengan perbandingan simplisia dengan pelarut adalah 1:10
yang dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan ditutup menggunakan
alumunium foil kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan, dan
proses diulang 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak
kental.
Uji Aktivitas Inhibisi Siklooksigenase 2 (Cayman Chemical Catalog No.
560131)
Ekstrak kunyit dari enam aksesi yakni asal Wonogiri, Nagrak, Ciemas,
BPTO, Turina 1, dan Turina 2 diuji daya inhibisnya menggunakan COX Inhibitor
Screening Assay Kit yang berasal dari Cayman Chem Comp 2011dengan teknik
ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Preparasi larutan-larutan yang
akan digunakan dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji aktivitas ekstrak etanol
dilakukan pada micro plate yang terlihat pada Tabel 1.
Sebanyak 100 μl buffer (Enzyme Immuno Assay) EIA dimasukkan pada
sumurNon Spesific Binding (NSB). Sebanyak 50 μl buffer EIA pada sumur B0.
Larutan standar prostaglandin ditambahkan sebanyak 50 μl pada masing-masing
sumurS1-S8. Sumur BC diisi dengan 50 μl larutan background, sebanyak 50 μl
larutan aktivitas awal COX-2 dengan pengenceran 2.000 kali pada sumur (%),
selanjutnya pada sumur inhibitor COX-2 diisi dengan larutan ekstrak etanol
rimpang temulawak dan kunyit yang telah diencerkan 2.000 kali. Tahap
berikutnya, setiap sumur ditambahkan prostaglandin asetilkolinesterase (PG AchE
tracer) kecuali pada sumur Total Activity (TA) dan Blk (Blanko), setiap sumur
ditambahkan 50 μl antiserum prostaglandin kecuali sumur TA dan NSB kemudian
plat ditutup dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu ruang.
Setelah plate diinkubasi, plate dicuci dengan larutan penyangga pencuci,
kemudian setiap sumur ditambahkan dengan perekasi Ellman sebanyak 0.2 ml dan
sumur TA diisi dengan larutan PG AchE tracer atau prostaglandin
asetilkolinesterase (tracer) sebanyak 5 μl.Micro plate ditutup menggunakan
plastik film dan dibiarkan bereaksi dengan diinkubasi pada ruang gelap selama
60-90 menit lalu diukur menggunkan Elisa reader dengan panjang gelombang 412
nm.Aktivitas inflmasi diperoleh dengan perhitungan absorbansi.

A
B
C
D
E
F

1
Blk
Blk
NSB
NSB
B0
B0

2
S1
S2
S3
S4
S5
S6

3
S1
S2
S3
S4
S5
S6

4
BC2
%
%
H
H
-

5
BC2
%
%
H
H
-

4
G
B0
S7
S7
H
TA
S8
S8
Keterangan:
Blk
: blanko
BC2 : background COX-2
NSB : non specific binding
%
: 100% initial activity
B0
: maksimum binding
H
: COX inhibitor samples
S1-S8 : standar
TA
: Aktivitas total
Tabel1DesignMicro plate inhibisi COX-2
Penentuan Nilai %inhibisi. Nilai %inhibisi pada konsentrasi 100 ppm
diperoleh berdasarkan persamaan garis Y=a+bx dari kurva satandar prostaglandin
yang telah dibuat. Nilai x yang diperoleh sebanding dengan konsentrasi
prostaglandin yang berhasil dihambat oleh COX-2.
Y = a + b ln (x) (fungsi ln)
Keterangan:a dan b
X
Y

= konstanta
= [prostaglandin] pg/mL
= %b/b0

Analisis Kadar Flavonoid (BPOM 2004)
Sebanyak 100 mg ekstrak kunyit masing-masing ditimbang dalam labu
Erlenmeyer, ditambahkan 1 ml heksametilentetramin (HTM), 20 ml aseton p.a,
dan 2 ml HCL 25%. Sampel tersebut dihidrolisis dengan refluks selama 30 menit,
kemudian hidrolisat disaring menggunakan kertas saring dalam labu takar 100 ml,
tera dengan aseton p.a. Sebanyak 20 ml filtrat dimasukan ke dalam corong pisah,
kemudian tambahkan 20 ml akuades dan lakukan ekstraksi tiga kali masingmasing dengan 15 ml etil asetat. Fraksi etil asetat dikumpulkan dan ditambahkan
etil asetat hingga 50 ml dalam labu ukur. Sebanyak 5 ml larutan dimasukkan
kedalam labu ukur 25 ml, kemudian ditambahkan 1 ml AlCl3 dan tera dengan
asam asetat glasial 5% dalam metanol. Pengukuran larutan masing-masing
dilakukan 30 menit setelah penambahan AlCl3 menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 370.8 nm.
Konsentrasi kuersetin yang digunakan untuk larutan standar yakni 1 ppm,
5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm.
Analisis Data
Analisis statistik terhadap aktivitas siklooksigenase menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), yaitu dengan uji analysis of varian (ANOVA)
pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Data dianalisis dengan program
perangkat lunak Statistica Programme for Social Science(SPSS).
Hipotesis :
H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas
inhibisi dengan kandungan flavonoid
H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas inhibisi
dengan kandungan flavonoid

5

Pengambilan keputusan :
Sig. > 0.05, maka H0 diterima
Sig. < 0.05, maka H1 diterima atau tolak H0

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Rendemen (%)

Rendemen ekstrak dan Kadar Air Rimpang Kunyit
Hasil rendemen yang diperoleh melalui proses maserasi menggunakan
etanol 70% menunjukkan bahwa kunyit aksesiTurina 2 memiliki nilai tertinggi
sebesar 20.23%, dan rendemen terkecil Wonogiri 16.98 % (Gambar 1). Sementara
itu, nilai kadar air tertinggi yakni kunyit aksesi Ciemas sebesar 17.54 % dan
terkecil Nagrak sebesar 15.00 % (Gambar 2).
21 20.23±2.32a
20
18.43±1.94a

19

17.6±5.567a

18

17.75±1.13a
17.34±3.08a

16.98±0.93a

17
16
15
Turina 2

Wonogiri

Turina 1
Ciemas
Aksesi Kunyit

Nagrak

BPTO

Kadar Air (%)

Gambar 1 Nilai rendemen ekstrak etanol kunyit
18
17,5
17
16,5
16
15,5
15
14,5
14
13,5

17.54±3.39a
16.71±1.48a
15.80±1.55a
15.28±0.10a

Turina 2

Wonogiri

16.13±2.74a
15.00±0.25a

Turina 1
Ciemas
Aksesi Kunyit

Nagrak

BPTO

Gambar 2 Kadar air simplisia kunyit
Aksesi kunyit yang digunakan untuk analisis flavonoid didasarkan pada
nilai % inhibisi tertinggi pada uji COX colorimetric screening assay, diantaranya;
Turina 2 ulangan 1, Wonogiri ulangan 1, Turina 1 ulangan 2, Ciemas ulangan 2,
Nagrak ulangan 2, dan BPTO ulangan 3 dengan nilai rendemen dan kadar air

6

Rendemen (%)

seperti pada Gambar 3 dan 4. Berdasarkan analisis statistik uji Duncan
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p > 0.05) antar aksesi dalam nilai
rendemen dan kadar air.
25
20
15
10
5
0

21.32

Ciemas

20.67

Turina 1

18.36

16.48

Turina 2
Nagrak
Aksesi Kunyit

15.91

14,91

Wonogiri

BPTO

Kadar Air (%)

Gambar 3 Nilai rendemen ekstrak etanol kunyit yang digunakan
20

17,16

15,91

15,4

15,21

15,16

14,15

Nagrak

Turina 1

15
10
5
0
BPTO

Turina 2

Wonogiri ciemas
Aksesi Kunyit

Gambar 4 Kadar air simplisia kunyit yang digunakan
Aktivitas Inhibisi Siklooksigenase-2
Aktivitas inhibisi siklooksigenase-2 (COX-2) dari masing-masing aksesi
kunyit pada konsentrasi 100 ppm terlihat pada Gambar 5. Berdasarkan grafik
terlihat aksesi Nagrak memiliki nilai inhibisi paling besar yakni sebesar 55.84%±
5.01. Kontrol positif yaitu diklofenak menunjukkan % inhibisi yang tinggi
dibanding aksesi nagrak yaitu 80.54%±4.93. Berdasarkan analisis statistik uji
Duncan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p > 0.05) antara aksesi kunyit.
100
80.54±4.93
% Inhibisi

80
55.84±5.01

60

37.69±23.11
26.36±10.56

40
20

25.82±21.68
25.31±17.11

24.21±1.32

0
Turina 2

Wonogiri

Turina 1

Ciemas
Nagrak
Aksesi Kunyit

BPTO

Diklofenak

Gambar 5 Aktivitas inhibisi COX-2 dari enam aksesi kunyit

7

Kandungan Flavonoid Enam Aksesi Kunyit
Analisis kandungan flavonoid total dari rimpang kunyit ditunjukkan pada
Gambar 6. Berdasarkan grafik terlihat aksesi Nagrak memiliki kandungan
flavonoid terbesar yakni 22.52 mg/g QE dengan standar deviasi 2.61. Berdasarkan
analisis statistik uji Duncan menunjukkan hasil berbeda nyata (antara aksesi
kunyit BPTO, Wonogiri, dan Turina 1 dengan Turina 2, Ciemas, dan Nagrak) (p <
0.05).
25

22.21±0.65b

21.62±1.83b

22.52±2.61b

Kadar Flavonoid
(mg/g QE)

20
16.04±5.15a
15

14.17±2.89a

16.58±0.72a

10
5
0
Turina 2

Wonogiri

Turina 1
Ciemas
Aksesi Kunyit

Nagrak

BPTO

Gambar 6 Kandungan flavonoiddari enam aksesi kunyit
Hubungan Nilai % Inhibisi Dengan Kandungan Flavonoid
Analisis korelasi antara % inhibisi dengan kandungan flavonoid dianalisis
secara statistik menggunakan program SPSS PASW 18.0 dengan α= 0.05. Hasil
analisis tersebut menunjukkan nilai pearson correlation yang positif sebesar 0.103
dengan nilai significance 0.749.
Pembahasan
Rendemen Ekstrak dan Kadar Air Rimpang Kunyit
Lokasi penanaman bertempat di Nagrak, Sukabumi memiliki suhu 18-26
o
C, ketinggian 550-750 m dpl, dan curah hujan 231.98 mm/tahun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Adzkia M (2006) yakni kandungan kurkuminoid
tertinggi dicapai pada bulan ke-9 karena kadar air menurun drastis apabila
dibandingkan pada bulan sebelumnya yang memungkinkan sintesis kurkuminoid
terjadi pada saat tanaman mengalami kekurangan air. Senyawa flavonoid juga
merupakan metabolit sekunder golongan fenolik yang diasumsikan kandungan
tertingginya berada pada bulan ke sembilan. Oleh karenanya pada penelitian ini,
pemanenan dilakukan pada saat usia rimpang kunyit 9 bulan.
Ekstraksi rimpang kunyit bertujuan untuk memisahkan metabolit sekunder
yang diduga berpotensi sebagai antiinflamasi yakni golongan fenolik. Metode
yang digunakan adalah teknik maserasi berdasarkan BPOM 2005. Metode ini
dipilih karena lebih mudah dan tidak memerlukan pemanasan sehingga tidak

8
merusak komponen bioaktif dari kunyit. Teknik maserasi yang dilakukan dengan
merendam bahan tanaman dalam pelarut, sehingga menyebabkan terjadi pemecahan
dinding sel dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
etanol. Waktu perendaman yang dilakukan selama 3x24 jam pada suhu ruang.
Berdasarkan penelitian Aan (2004) waktu perendaman 24 jam pada suhu ruang
menghasilkan ekstrak lebih banyak. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin
lama juga waktu kontak antara pelarut dan bahan baku sehingga proses penetrasi
pelarut kedalam sel bahan baku akan semakin baik yang menyebabkan semakin
banyaknya senyawa yang berdifusi keluar sel (Basalmah 2006). Penggunaan
pelarut etanol 70% pada proses ekstraksi rimpang kunyit ini telah dilakukan
sebelumnya oleh Sari (2012). Etanol 70% memiliki dua gugus fungsi yang
berbeda tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil (OH) yang polar dan gugus
alkil (-R) yang nonpolar dan titik didih didih sekitar 78 °C dan bersifat volatil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ukieyanna (2012) bahwa pelarut
etanol dapat mengekstrak senyawa flavonoid baik yang bersifat polar ataupun
nonpolar dalam esktraksi daun suruhan untuk menguji aktivitas antioksidan.
Hasil rendemen yang diperoleh yakni kunyit Ciemas memiliki nilai
tertinggi sebesar 21.32 % (Gambar 1). Nilai tersebut menunjukkan kadar
metabolit sekunder yang terbawa oleh pelarut sebesar 21.32% dari bobot awal.
Sebagai perbandingan nilai rendemen, penelitian yang dilakukan oleh Suwiah
(1991) sebesar 21.81-66.74% dengan ukuran serbuk 60 mesh, suhu 70 °C dan
kecepatan pengadukan dengan pengaduk magnet skala 7. Penelitian Sari (2012)
menunjukkan rendemen kunyit wonogiri sebesar 15.65% dengan ukuran serbuk
100 mesh, suhu 50 °C dengan pengadukan hanya sekali. Hasil rendemen kunyit
wonogiri pada penelitian ini tidak jauh berbeda yakni 15.91% dengan kondisi
yang sama dengan Sari (2012). Oleh karenanya, perbedaan nilai rendemen ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan kandungan senyawa yang
bersifat polar atau nonpolar, ketebalan dinding sel dan membrane sel dari masingmasing aksesi (Nurcholis 2008), suhu serta ukuran serbuk simplisia.
Pengujian kadar air ditunjukkan pada Gambar 2 dengan nilai kadar air
tertinggi yakni aksesi BPTO sebesar 17.16%. Nilai yang diperoleh menunjukkan
kandungan air yang terdapat pada rimpang sedangkan sisanya menunjukkan bobot
massa rimpang yang diduga mengandung metabolit sekunder. Pengujian kadar air
ini tidak berkaitan dengan lama waktu simpan simplisiasehingga tidak harus
memenuhi kriteria 0.05, maka Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan korelasi 0.749 tidak signifikan. Tingginya kadar
flavonoid pada kunyit belum tentu meningkatkan aktivitas inhibisi. Hal ini diduga
karena hanya golongan flavon dan flavonol saja yang terukur secara spektroskopi,
sementara golongan flavonoid lain yang berpotensi sebagai antiinflamasi tidak
terukur. Skibola dan Smith (2000) mengungkapkan bahwa, flavonoid jenis apiin
dan apigenin pada sledri memiliki efek antiinflamasi.
Sintesis metabolit sekunderflavonoid pada kunyit dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang ekstrim (Zobayed et al. 2007), keseimbangan nutrisi, dan faktor
genotype (Kliebenstein 2004; Laitinen et al 2005). Asam amino perkusor biosintesis

11

flavonoid adalah fenilalanin yang masuk melalui jalur sikimat dan asam mevalonat
(Markham 1998). Oleh karena itu ketersediaan fenilalanin sangat penting dan
dipengaruhi oleh kandungan senyawa nitrogen, air, dan karbondioksida sebagai
senyawa pembangun asam amino. Kondisi lingungan dan sifat fisika/kimia tanah
lokasi budidaya di kabupaten Nagrak cenderung liat dengan pH air yang
terkandung 5.20, serta Kandungan C organik, P dan N total tanah pada bulan
kesembilan budidaya masing-masing sebesar 1.67 %, 6.8 ppm dan 0.17%
(Annisas 2013). Menurut Sutandi dan Barus (2007) kondisi lahan yang cenderung
liat berdebu memiliki kriteria ketersediaan hara N >0.07 , C organik >1.0, P
tersedia >4.2 ppm, dan pH tanah 5.7-7.3, sehingga dapat diketahui bahwa kondisi
lahan budidaya di Kabupaten Nagrak memenuhi kriteria kesesuaian lahan untuk
tanaman kunyit.
Menurut Nurcholis (2008) kondisi tanah berpasir merupakan kondisi
optimal untuk pertumbuhan kunyit dibandingkan dengan kondisi tanah yang liat
yang menyebabkan pertumbuhan tidak maksimal dan lebih memperbanyak jumlah
percabangan dibandingkan dengan besarnya rimpang. Perlakuan budidaya
tanaman kunyit yakni dengan pemberian pupuk kandang kambing 20 ton/ha dan
urea 250 kg/ha saat awal masa tanam hingga 3 bulan pertama. Selain itu, diberi pupuk
SP-36 200/ha dan KCl 200 kg/ha pada masa awal tanam.Pemberian pupuk ini
bertujuan mencukupi kebutuhan nitrogen dan fosfor demi berlangsungnya sintesis
fenilalanin hingga akhirnya masuk ke jalur sikimat membentuk flavonoid. Jika
tanaman semakin sedikit menyerap N dan P maka jumlah asam amino dan energi
yang dapat digunakan oleh tanaman untuk melakukan pertumbuhan akan terbatas.
Sedangkan penambahan pupuk kandang sangat baik untuk memperbaiki struktur
tanah dan kesetimbangan hara tanah (Adzkia 2006).
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas inhibisi yakni, diduga zat aktif
yang berperan sebagai antiinflamasi pada kunyit adalah kurkuminoid. Hal tersebut
juga dikemukakan oleh Sudjarwo (2004) yakni bahan aktif yang dapat
menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktivitas enzim
siklooksigenase pada kunyit adalah kurkimin yang merupakan turunan senyawa
kurkuminoid. Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik yang berasal dari turunan
asam ferulat, yang mengandung 2 molekul asam ferulat yang dihubungkan dengan
metilen dan struktur -diketon (Huang et al. 2010). Aktivitas antiinflamasi
kurkumin selain melalui penghambatan siklooksigenase-2 secara in vitro juga
dapat menghambat produksi proinflamasi interlukin-8 dan 1, monosit kemotatik
protein-1, dan tumor nekrosis faktor- (Anand et al. 2012). Zat aktif lain yang
berperan sebagai antiinflamasi adalah minyak atsiri. Hasil destilasi uap dari
rimpang kunyit dilaporkan mempunyai senyawa aktif bergugus molekul serupa
kurkumin yang berkhasiat anti radang pada edema sendi tarsal tikus (Solfaine et al.
2001). Oleh karenanya dibutuhkan penelitian lebih dalam mengenai korelasi zat
aktif lain pada kunyit yang berperan sebagai antiinflamasi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kunyit aksesi Nagrak memiliki aktivitas inhibisi siklooksigenase 2 terbesar
pada konsentrasi 100 ppm yakni sebesar 55.84% dengan kadar flavonoid sebesar
22.52 ± 0.065 mg/g QE. Uji korelasi SPSS 18.0 menunjukkan korelasi aktivitas
inhibisi tidak signifikan dengan kadar flavonoid.
Saran
Perlu dilakukan isolasi senyawa flavonoid dari ke enam aksesi kunyit dalam
pengujian aktivitas inhibisi siklooksigenase, serta dilakukan analisis korelasi antara
metabolit sekunder kunyit lain dengan aktivitas inhibisi dan diuji secara in vivo.
Selain itu, perlakuan budidaya di multi lokasi juga perlu dilakukan agar diperoleh
aksesi kunyit unggul yang berpotensi sebagai antiiflamasi.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC]. 2006. Official Methods of Analysis of The Association of Official
Analytical Chemist. Washington DC: Association of Official Analytical Chemist.
[BPOM
RI]
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia.2004.Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia1:102-103. Jakarta
(ID): BPOM RI.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Gerakan Nasional Minum Temulawak..Jakarta (ID): BPOM RI.
Aan. 2004. Pengaruh waktu, suhu dan nisbah bahan baku pelarut pada ekstraksi
kurkumin dari temulawak dengan pelarut aseton[skripsi].Bogor(ID):Institut
Pertanian Bogor.
Adzkia M. 2006. Pola akumulasi kurkuminoid rimpang induk temulawak (Curcuma
xanthorizaRoxb.) pada berbagai masa tanam dan perluakuan budidaya tanam
[skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.
Ambarsari L, Waras N, Latifah KD, Min R, Lina S, Eka IKP. 2011. Laporan Akhir
Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Unggulan Nasional: Potensi
nanokurkuminoid berbasis bahan baku terstandar secara genetik dan metabolit
untuk meningkatkan nilai tambah biodiversitas lokal demi kemandirian bangsa.
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Anand V et al. 2012. ‘Curcumin’ a therapeutic approach: a review [ulas balik].
Spatula DD2(2):117-125.
Annisas Januar. 2013. Kadar Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Lima Aksesi
Tanaman Kunyit (Curcuma domestica) Pada Lokasi Budidaya Kecamatan
Nagrak, Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Arthamin, M.Z, Handono, K., Widodo, M.A. 2004. Selectivity of cyclooxygenase
isoenzymes inhibition by n-butanol fraction of flavonoids of red

13

leaves(Graptophyllum pictum (L.) Griff.).Majalah Kedokteran Indonesia.
4(10):410-416.
Basalmah S Rahmat. 2006. Optimalisasi kondisi ekstraksi kurkuminoid temulawak:
waktu, suhu, dan nisbah [skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.
Blobaum A.L and Marnett L.J. 2007.Structure and functional basis of
cyclooxygenase inhibition.J. Med. Chem 50(7):1425-1441.
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., and Chern, J. C., 2002. Estimation of Total
Flavonoid Content in Propolis by TwoComplementary Colorimetric Methods. J
Food. Drug Anal, 10: 17-182.
Dai J, Mumper RJ. 2010. Plant phenolic: extraction, analysis and their antioxidant
and anticancer properties. Molecules 15:7313-7352.
Dannhardt G dan Laufer S. 2000. Structural approach to explain the selectivity of
COX-2 inhibitors: Is there a common pharmacophore.Curr. Med. Chem 7: 1101–
1112.
Fang S., Ping B A., Zong-ru G., dan Gui-fang C. 2002. Inhibitory Effect 0f 3,4diaryl-3-pyrrolin-2-One Derivates on Cyclooxigenae 1 and 2 in Murine
Peritonetal
Macrophages,
Acta
Pharmacologica
Sinica,
Chinese
Pharmacological Society. 23(8):762-768.
Fitiyani A, Winarti L, M. Siti, Nuri. 2011. Uji antiinflamasi ekstrak metanol daun
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada tikus putih.Majalah Obat
Tradisional16(1).34-42.
Gard, Paul. 2001. Human Pharmacology: Chapter IX., 135. Taylor & Francis.,
London, New York
Grotewold, Erich. 2007. The Science of Flavonoids. USA:Springer.
Hakim L. 2005.Inhibisi formula ekstrak sidaguri (Sida rhombifolia) dan seledri
(Apium graveolens) pada enzim xantin oksidase serta efek antiinflamasi
[skripsi].Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung(ID): ITB Pr.Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Harjadi W. 1993.Kimia Analitik. Jakarta: Gramedia.
Hayes E R & Kee J L. 1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan.Anugerah P, penerjemah; Asih Y, editor.Jakarta(ID): EGC.
Terjemahan dari: Pharmacology. A nursing process approach.
Huang WY, Yi ZC, Yanbo Z. 2010. Natural phenolic compound from medicinal
herbs and dietary plants: potential use for cancer prevention. Nutrition and
Cancer 62(1):1-20
Kartasasmita RE. 2002. Perkembangan obat antiradang bukan steroid. Laporan Unit
bidang ilmu kimia medisinal/farmasi analisis.Bandung(ID): Institut Teknologi
Bandung.
Kliebenstein, D.J. 2004. Secondary metabolites and plant environment interactions:
a view through Arabidopsisthaliana tinged glasses. Plant Cell. Environ. 27: 675684.
Kurniawati, A. 2005.Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Metanol Graptophyllum
griff pada Tikus Putih.Majalah Kedokteran Gigi EdisiKhusus Temu Ilmiah
Nasional IV, 11-13 Agustus 2005: 167-170.
Kusuma W Reza. 2012. Aktivitas antioksidan dan antiinflamasi In vitro serta
kandungan kurkuminoid temulawak dan kunyit asal wonogiri [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

14
Laitinen, M.L., R. Julkunen-Tiitto, J. Tahvanainen, J. Heinonen, M. Rousi. 2005.
Variation in birch (Betulapendula) shoot secondary chemistry due to genotype,
environment, and ontogeny. J. Chem. Ecol. 31:697-717.
Latif HAA, Sawsan SM, Gihan FA, Marwa E. 2012. Pharmacological study of the
effect of curcumin, diclofenac sodium alone and in combination against
hepatotoxicity-induced experimentally in rats. Spatula DD 2(2): 95-100.
Manoi Feri. 2000. Standar Prosedur Operasional Penanganan Pasca Panen Kunyit.
http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/publikasi/sop/sopgabung/Microsof
t%20Word%20-%205-Pasca-Kunyit.pdf [internet].[23 Juni 2013].
Nurcholis W. 2008.Profil senyawa penciri bioAktivitas tanaman kunyit pada
agrobiofisik berbeda [tesis].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pradelles P, Grassi J, and Maclouf J A. 1985. Enzyme immunoassays of eicosanoids
using acetylcholinesterase as label: An alternative to radioimmunoassay. Anal.
Chem 57:1170-1173.
Prahaditya D. 2012.Analisis Keragaman Genetika Tanaman Kunyit Dan Temulawak
Secara Random Amplified Polymorphic Dna-Polymerase Chain Reaction
(Rapid-Pcr) Menggunakan Primer Opa-Opd 6-10 [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung(ID):
InstitutTeknologi Bandung
Sari NPK. 2012. Bioaktivitas antioksidan dan antiinflamasi in vitro serta kandungan
kurkuminoid temulawak dan kunyit asal Sukabumi[skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung(ID): Intitut Teknologi
Bandung.
Skibola CF and Smith MT. 2000. Potential health impacts of excessive flavonoid
intake. Free Rad Biol Med 29:375-383.
Sudjarwo S. A. 2004. The signal transduction of curcumin as antiinflamantory agent
in cultured fibroblast. Jurnal Kedokteran YARSI Vol. 2
Sutandi A dan Barus B. 2007.Permodelan kesesuaian lahan tanaman kunyit.J. Tanah
dan Lingkungan. 9(1):20-26.
Suwiah A. 1991. Pengaruh perlakuan bahan dan jenis pelarut yang digunakan pada
pembuatan temulawak instant terhadap rendemen dan mutunya
[skripsi].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Solfaine R, Munarwan, Hayati N, Agustina S, Salasia SIO. 2001. Khasiat minyak
atsiri kunyit (Curcumadomestica, Val) sebagai anti radang, J. Sain Vet. 19(1):813.
Ukieyanna Elsha. 2012. Aktivitas Antioksidan, kadar fenolik, dan flavonoid total
tumbuhan suruhan (Peperomia pellucid L. Kunth)[skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor
Zhang WY, Yang X, Jin D, dan Zhu X. 2004. Expression and enzyme activity
determination of human COX-1 and-2 in baculovirus-insect cell system. Acta
Pharmacologica Sinica Chinese Pharmacological Society 8:1000 – 1006.
Zobayed, S.M.A., F. Afreen, T. Kozai. 2007. Phytochemical and physiological
changes in the leaves of St. John’s wort plants under a water stress condition.
Environ. Exp. Bot. 59:109-116.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Pengambilan sampel enam aksesi
tanaman kunyit (Wonogiri, Nagrak,
Ciemas, Balitro, Turina 1, dan Turina 2)

Sampel dicuci, dipotong dan dikeringkan

Penggilingan sampel hingga 100 mesh
(simplisia)

Ekstraksi simplisia kunyit dengan etanol 70%

Uji inhibisi COX-2

Uji flavonoid

16
Lampiran 2 Rendemen ekstrak rimpang kunyit
Rendemen
(%)*
17.64
17.75
18.43
20.23
16.98
17.34

Varietas
Ciemas
Nagrak
Turina 1
Turina 2
Wonogiri
BPTO

*) nilai yang diperoleh merupakan rataan dari tiga ulangan
Rendemen yang digunakan untuk analisis
Aksesi
Turina 1
Turina 2
Wonogiri
Nagrak
Ciemas
BPTO

Ulangan
2
1
1
2
2
3

Contoh perhitungan
% rendemen = Bobot ekstrak (g) x 100 %
Bobot sampel (g)
= 3.1829 x 100% = 15.9145 %
20

% rendemen
20.67
18.36
15.91
16.48
21.32
14.91

17

Lampiran 3 Kadar air rimpang kunyit
Sampel
Turina 2
Wonogiri
Turina 1
Ciemas
Nagrak
BPTO

Kadar air (%)*
15.80
15.28
16.13
17.54
15.00
16.71

*) Nilai yang digunakan merupakan rataan dari tiga ulangan
Kadar air sampel yang digunakan untuk analisis
Sampel

Ulangan

Kadar air

Turina 2

1

15.91

Wonogiri

1

15.4

Turina 1

2

14.15

Ciemas

2

15.21

Nagrak

2

15.16

BPTO

3

17.16

18
Lampiran 4 Aktivitas inhibisi siklooksigenase 2 rimpang kunyit
Sampel
Turina 2
Wonogiri
Turina 1
Ciemas
Nagrak
BPTO
Diklofenak

% inhibisi*
25.31
25.82
26.36
37.69
55.84
24.21
80.54

% B/B0

*) Nilai % inhibisi merupakan hasil rata-rata
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20 0

y = -29.3ln(x) + 238.0
R² = 0.995

500

1000
1500
[prostaglandin]

Kurva standar prostaglandin
Contoh perhitungan:
(B0)
Absorbans terkoreksi = Absorbans sampel – NSB
Absorbans terkoreksi = 0,227 – (0,002)
= 0,21
FP = BC =100
IA2
= 2000
Sampel = 2000
(S1)
S1
% B/B0 =
Absorban terkoreksi B0
% B/B0 =

01
0 55

= 18.43525
(IA2)
[PG] terkoreksi = ([PG] x FP) – ([PG]BC-2 x FP
= 2178828 – 7137.38
= 2171690.25

2000

2500

19

Kunyit (100 ppm)
IA2-sampel
% Inhibisi =
IA2
=
= 13.21 %
Keterangan :
PG
: Prostaglandin
FP
: Faktor pengenceran
%B/B0 : % Maksimum binding
BC
: Background COX-2
IA2 : Total activity tracer

20
Lampiran 5 Konsentrasi standar quercetin
Konsentrasi quercetin (ppm)
1
5
10
15
25
30

Absorban
0.04
0.18
0.37
0.53
0.89
1.08

Absorban

1,5
1
y = 0,0359x + 0,0041
R² = 0,9995

0,5
0
0

5

10

15

20

25

30

Konsentrasi (ppm)
Kurva standar quercetin
Lampiran 6 Kandungan flavonoid rimpang kunyit
Aksesi kunyit
Turina 2
Wonogiri
Turina 1
Ciemas
Nagrak
BPTO

Kadar flavonoid (mg/g QE) *
21.62
16.04
16.58
22.21
22.52
14.17

*) Nilai kadar flavonoid merupakan nilai rata-rata
Contoh perhitungan :
Total Flavonoid awal
Persamaan kurva standar quersetin : Y= 0.035× + 0.004
Absorbansi= 0.035(total flavonoid) + 0.004
0.763 = 0.035(total flavonoid)
0.004 Quercetin (ppm)
Kurva+standar
Total flavonoid =
= 21.6857 mg/L
Total flavonoid QE (C) = c (V/m) × FP
Keterangan:
c = konsentrasi total flavonoid dari kurva standar FP = Faktor pengenceran
V = volume ekstrak
m = berat ekstrak
Diketahui: c = 21.6857 mg/L, V = 25 ml = 0.025 L, m = 0.1179 g
Total flavonoid CE (C) = 21.6857 mg/L (0.025 L/0.1179 g) × 5
= 22.99 mg/g
Rata-rata =
=

35

21

Lampiran 7 Preparasi larutan untuk uji aktivitas inhibisi COX-2
Penyiapan Sampel Uji. Sampel yang digunakan untuk pengujian aktivitas
penghambatan COX-2 adalah ekstrak etanol kunyit dari enam aksesi berbeda hasil
maserasi. Konsentrasi larutan stok sebesar 100 ppm dibuat dengan menimbang 1 mg
sampel yang dilarutkan dengan 10 ml metanol.
Larutan Background. Sebanyak 0.02 ml COX-2 dipindahkan ke dalam
tabung mikrofuge 0.5 ml dan ditempatkan pada air mendidih selama 3 menit untuk
dinonaktifkan. Enzim yang sudah non aktif ini akan digunakan untuk memperoleh
nilai background. Sebanyak 0.97 ml buffer reaksi, 0.01 ml larutan heme, dan 0.01 ml
COX-2 nonaktif dicampur dalam tabung reaksi.
Larutan Aktivitas Awal COX-2 100%.Sebanyak 0.95 ml buffer reaksi, 0.01
ml larutan heme, dan 0.01 ml COX-2 dicampurkan dan dimasukan ke dalam dua
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0.02 ml buffer reaksi atau solven kemudian
dihomogenisasi.
Larutan Inhibitor COX-2 (ekstrak etanol rimpang kunyit).Sebanyak 0.95
ml buffer reaksi, 0.01 ml heme dan 0.01 ml COX-2 dicampurkan dan dimasukkan ke
dalam enam tabung reaksi dan ditambahkan 0.02 ml sampel lalu dihomogenisasi.
Selanjutnya,masing-masing campuran (larutan background, aktivitas awal
COX-2 100%, dan inhibitor COX-2) tersebut diinkubasi selama 10 menit pada suhu
37οC dan ditambahkan 0.01 ml substrat asam arakidonat. Campuran tersebut
diinkubasi kembali selama 2 menit pada suhu 37 οC.Sebanyak 0.05 ml HCl dan 0.01
ml SnCl2 ditambahkan ke dalam campuran kemudian inkubasi selama 5 menit dalam
suhu ruang. Larutan background lalu diencerkan 100 kali dengan mencampurakn
0.01 ml larutan background dengan 0.99 ml buffer EIA. Sedangkan larutan aktivitas
awal COX-2 dan inhibitor COX-2 diencerkan 2000 kali mencampurkan 0.05 ml
masing-masing larutan dengan 0.95 ml buffer EIA.
Pembuatan Standar Prostaglandin (PG). Penyiapan standar yang akan
digunakan untuk Enzyme Immunoassay (EIA) diperlukan 8 buat tube (tabung) dan
diberi nomor S1 hingga S8. Standar PG yang telah diliofilisasi dilarutakn kedalam 1
ml buffer EIA sehingga konsentrasi larutan menjadi 10 mg/ml (bulk standard).
Larutan disimpan pada suhu 4 οC dan akan stabil kira-kira selama 6 minggu.
Sebanyak 0.8 ml buffer EIA dimasukkan ke dalam tabung 1 dan 0.5 ml buffer EIA
dimasukkan kedalam tabung 2-8. Sebanyak 0.2 ml bulk standar(10 ng/ml)
dipindahkan ke dalam tabung satu dan dicampurkan secara menyeluruh. Secara
berurutan, standar diencerkan dengan memindahkan sebanyak 0.5 ml dari tabung
dua ke tabung tiga dan dicampurkan secara menyeluruh.Perlakuan tersebut diulang
untuk tabung 4-8.
Konsentrasi masing-masing standar yang digunakan adalah 2000, 1000, 500,
250, 125, 62.5, 31.3, dan 15.6 (pg/ml).

22

RIWAYAT HIDUP
Nurul Syifa terlahir sebagai anak pertama dari Acep E. Komaruddin dan
Mustika Ningsih pada tanggal 23November 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan
jenjang menengah atas di SMA Negeri 5Bogor pada tahun 2009. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur SNM-PTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Sosiologi Umum(2011/2012), Biokimia Umum (2012/2013),
Struktur Fungsi dan Subseluler (2012/2013), Pengantar Penelitian Biokimia
(2012/2013), dan Biokimia Hewan Program Diploma IPB (2012/2013). Pada tahun
2012 penulis melaksanakan kegiatan praktik lapang di Pusat