Estimasi Nilai Ekonomi Dan Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Studi Kasus: Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang)

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN ANALISIS KELAYAKAN
USAHA BUDIDAYA TAMBAK POLIKULTUR
(Studi Kasus: Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang)

TEGUH PRASETIO

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai
Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Studi
Kasus: Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis
saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Teguh Prasetio
NIM H44110072

ABSTRAK

TEGUH PRASETIO. Estimasi Nilai Ekonomi dan Analisis Kelayakan Usaha
Budidaya Tambak Polikultur (Studi Kasus: Desa Tambaksari, Kecamatan
Tirtajaya,
Kabupaten
Karawang).
Dibimbing
oleh
TRIDOYO
KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.
Budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria)
merupakan pengelolaan budidaya ikan bandeng dan rumput laut dalam satu areal

tambak yang mulai berkembang di Desa Tambaksari. Aktivitas budidaya tersebut
dilakukan untuk memanfaatkan ruang dalam tambak secara optimal dan
meningkatkan pendapatan petambak. Tujuan penelitian ini adalah (1)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petambak
polikultur di Desa Tambaksari, (2) mengestimasi nilai ekonomi pemanfaatan
kawasan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari, (3) menganalisis
kelayakan finansial usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari, (4)
mengkaji alternatif kebijakan pengembangan usaha budidaya tambak polikultur di
Desa Tambaksari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda, pendekatan surplus produsen, cost benefit analysis, dan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil dari penelitian ini adalah faktor yang
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petambak adalah hasil panen ikan
bandeng, hasil panen rumput laut, dan total cost. Surplus produsen yang diperoleh
petambak polikultur per hektar tambak sebesar Rp 20.255.910,71/tahun dan total
nilai ekonomi kawasan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari mencapai
Rp 1.650.856.722,91/tahun. Berdasarkan analisis finansial, usaha per hektar
tambak budidaya polikultur layak untuk dilaksanakan karena memiliki nilai NPV
sebesar Rp 90.360.812,61, nilai Net B/C sebesar 2,62, dan IRR sebesar 32,7 %.
Alternatif kebijakan yang tepat untuk diterapkan adalah pemanfaatan areal tambak
untuk usaha budidaya tambak polikultur karena dapat meningkatkan produksi

usaha dan tingkat pendapatan petambak.
Kata kunci: nilai ekonomi, analisis kelayakan, tambak polikultur, ikan bandeng
(Chanos chanos), rumput laut (Gracillaria).

ABSTRACT

TEGUH PRASETIO. Economic Value Estimation and Feasibility Analysis of
Polyculture of Milkfish and Gracillaria Aquaculture (Case study: Tambaksari
Village, Tirtajaya District, Karawang Regency). Supervised by TRIDOYO
KUSUMANTANTO and BENNY OSTA NABABAN.
Polyculture aquaculture (milkfish and Gracillaria) is a aquaculture management of
milkfish and seaweed on one pond that began to develop in the Tambaksari
Village which aims to utilize the space of the pond optimally and increase the
income of farmers. The purpose of this research are (1) to analyze the factors
which affecting the income of polyculture farmers in Tambaksari Village, (2) to
estimate the economic value of polyculture aquaculture activities in Tambaksari
Village, (3) to analyze the financial feasibility of polyculture aquaculture activities
in Tambaksari Village, (4) to examine the development policy alternatives for
polyculture aquaculture in Tambaksari Village. The method used in this research
are multiple regression analysis, producer surplus approach, cost benefit analysis,

and Exponential Comparative Method. The result of this research shows that the
factors that significantly affect the income of farmers are the fish harvest, seaweed
harvest, and the total cost. The producer surplus obtained by polyculture farmers
per hectare aquaculture area is Rp 20,255,910.71/year and the total economic
value of polyculture aquaculture per hectare in Tambaksari Village is Rp
1,650,856,722.91/year. Based on the financial analysis, polyculture is feasible
because per hectare of this business shows NPV of Rp 90,360,812.61, the value of
the Net B/C of 2.62, and IRR of 32.7 %. Best alternative policy to be
implemented is expand aquaculture area for polyculture aquaculture activities
because increase production and income of farmers.
Keywords: economic value, feasibility analysis, polyculture aquaculture,
milkfish (Chanos chanos), seaweed (Gracillaria).

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN ANALISIS KELAYAKAN
USAHA BUDIDAYA TAMBAK POLIKULTUR
(Studi Kasus: Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang)

TEGUH PRASETIO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Studi Kasus: Desa Tambaksari,
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang)” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, mengestimasi nilai
ekonomi, menganalisis kelayakan usaha, dan alternatif kebijakan pengembangan
usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari.

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sumartono dan Ibu Sutari beserta kakak
penulis, Anton Aryadi Kartono dan Santi Puji Lestari atas doa dan
motivasinya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Arini
Hardjanto, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas kritik dan
saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Pihak BPBAPL Karawang, BLUPPB Karawang, dan seluruh petambak
responden atas kesediaannya untuk diwawancarai dalam pengumpulan data.
5. Teman-teman sebimbingan, Ochi, Susilo, Ade, Adhi, dan Dina serta seluruh
teman-teman ESL 48 atas segala saran, bantuan,dan dukungannya selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dalam
mewujudkan suatu kebijakan pengelolaan dan pengembangan budidaya
polikultur.
Bogor, Maret 2016

Teguh Prasetio


xiii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xix
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1 Tambak .................................................................................................... 9
2.2 Sistem Budidaya Tambak ....................................................................... 10
2.3 Ikan Bandeng ......................................................................................... 11

2.4 Rumput Laut .......................................................................................... 13
2.5 Budidaya Tambak Secara Polikultur ....................................................... 14
2.6 Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pendapatan ..................... 15
2.7 Nilai Ekonomi ........................................................................................ 16
2.8 Analisis Kelayakan Usaha ...................................................................... 17
2.9 Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) ............................................ 20
2.10 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21
3. KERANGKA PENELITIAN ....................................................................... 25
4. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 29
4.1 Metode Penelitian ................................................................................... 29
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 29
4.3 Metode Pengambilan Contoh .................................................................. 30
4.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 31
4.4.1 Identifikasi Karakteristik Petambak Polikultur (Ikan Bandeng dan
Rumput Laut Gracillaria) ........................................................... 31
4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petambak
Polikultur (Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) ............. 31
4.4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kawasan Budidaya Tambak
Polikultur (Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) ............. 34
4.4.4 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Polikultur

(Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) ............................. 35
4.4.5 Alternatif Kebijakan Pengembangan Usaha Budidaya Tambak
Polikultur di Desa Tambaksari .................................................... 39
4.5 Batasan Penelitian .................................................................................. 41

xiv

5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................................... 43
5.1 Keadaan Geografis Desa Tambaksari...................................................... 43
5.2 Gambaran Usaha Budidaya Tambak Desa Tambaksari ........................... 44
5.3 Karakteristik Petambak Responden ......................................................... 46
6. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 51
6.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petambak
Polikultur (Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) di Desa
Tambaksari ............................................................................................. 51
6.1.1. Variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Pendapatan Petambak
Polikultur (Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) di Desa
Tambaksari ................................................................................. 52
6.1.2 Pengujian Asumsi Linear Berganda ............................................. 54
6.2 Estimasi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kawasan Budidaya Tambak

Polikultur (Ikan Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) di Desa
Tambaksari ............................................................................................. 55
6.2.1 Biaya Produksi ............................................................................ 55
6.2.2 Analisis Nilai Produksi ................................................................ 58
6.2.3 Analisis Surplus Produsen ........................................................... 60
6.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Ikan
Bandeng dan Rumput Laut Gracillaria) di Desa Tambaksari .................. 62
6.3.1 Aspek Pasar ................................................................................ 62
6.3.2 Aspek Teknis .............................................................................. 64
6.3.3 Aspek Manajemen ....................................................................... 70
6.3.4 Aspek Sosial ............................................................................... 71
6.3.5 Aspek Lingkungan ...................................................................... 72
6.3.6 Aspek Finansial ........................................................................... 74
6.4 Alternatif Kebijakan Pengembangan Usaha Budidaya Tambak Polikultur
di Desa Tambaksari ................................................................................ 83
7. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 91
7.1 Simpulan ................................................................................................ 91
7.2 Saran ...................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................... 95

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 127

xv

DAFTAR TABEL

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

12

13
14
15
16
17

18
19
20
21

Halaman
Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya nasional Tahun
2010 – 2014................................................................................................. 1
Produksi dan nilai produksi perikanan Kabupaten Karawang
Tahun 2013.................................................................................................. 2
Produksi dan nilai produksi perikanan tambak Kabupaten Karawang
berdasarkan Kecamatan Tahun 2013........................................................... 3
Matriks penelitian terdahulu...................................................................... 24
Matriks jenis dan sumber data................................................................... 30
Uji autokorelasi..........................................................................................34
Matriks metode analisis data..................................................................... 41
Penggunaan wilayah di Desa Tambaksari................................................. 44
Hasil analisis regresi berganda pendapatan petambak polikultur
di Desa Tambaksari................................................................................... 52
Rataan biaya produksi budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) per hektar di Desa Tambaksari Tahun
2015........................................................................................................... 57
Rataan nilai produksi budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) per hektar di Desa Tambaksari Tahun
2015........................................................................................................... 59
Nilai ekonomi pemanfaatan kawasan budidaya tambak polikultur (ikan
bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari Tahun
2015........................................................................................................... 61
Nilai sisa investasi usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari........................................... 75
Rataan biaya investasi usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng
dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari.................................... 76
Rataan biaya reinvestasi usaha budidaya tambak polikultur (ikan
bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari ..................... 76
Rataan biaya tetap usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) per hektar di Desa Tambaksari Tahun 2015...... 77
Rataan biaya variabel usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng
dan rumput laut Gracillaria) per hektar di Desa Tambaksari
Tahun 2015................................................................................................ 79
Hasil analisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak polikultur
(ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari............. 80
Hasil analisis sensitivitas usaha budidaya tambak polikultur (ikan
bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari..................... 82
Nilai total alternatif kebijakan pengembangan budidaya tambak
polikultur................................................................................................... 88
Penentuan peringkat alternatif kebijakan pengembangan budidaya
tambak polikultur....................................................................................... 88

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Halaman
Ikan bandeng (Chanos chanos)................................................................. 12
Rumput laut Gracillaria............................................................................ 14
Kerangka penelitian................................................................................... 27
Tambak polikultur di Desa Tambaksari.................................................... 45
Usia petambak polikultur di Desa Tambaksari.......................................... 46
Tingkat pendidikan petambak polikultur di Desa Tambaksari.................. 47
Lama usaha petambak polikultur di Desa Tambaksari.............................. 48
Jumlah tanggungan petambak polikultur di Desa Tambaksari.................. 48
Status kepemilikan tambak di Desa Tambaksari...................................... 49
Gudang rumput laut di Desa Tambaksari.................................................. 69

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1
2
3
4
5

6
7

8

9

10
11

12

13

14

15

Halaman
Peta spasial lokasi penelitian..................................................................... 97
Kuesioner penelitian untuk petambak....................................................... 98
Kuesioner penelitian kepada instansi/pihak terkait................................. 103
Aktivitas budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari, Kecamatan
Tirtajaya, Kabupaten Karawang.............................................................. 105
Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor berpengaruh
terhadap pendapatan petambak polikultur (ikan bandeng dan rumput
laut Gracillaria) di Desa Tambaksari..................................................... 106
Biaya investasi usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) petambak responden di Desa Tambaksari....... 108
Biaya tetap usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) petambak responden di Desa Tambaksari
Tahun 2015.............................................................................................. 110
Biaya variabel usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) petambak responden di Desa Tambaksari
Tahun 2015.............................................................................................. 112
Hasil panen usaha budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) petambak responden di Desa Tambaksari
Tahun 2015.............................................................................................. 114
Surplus produsen petambak polikultur (ikan bandeng dan
rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari Tahun 2015..................... 116
Perhitungan analisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak
polikultur (ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) di
Desa Tambaksari..................................................................................... 118
Perhitungan analisis sensitivitas usaha budidaya tambak polikultur
(ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari jika
terjadi penurunan harga jual ikan bandeng sebesar 12 persen,
cateris paribus......................................................................................... 120
Perhitungan analisis sensitivitas usaha budidaya tambak polikultur
(ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari
jika terjadi penurunan produksi rumput laut Gracillaria sebesar
15 persen, cateris paribus....................................................................... 122
Perhitungan analisis sensitivitas usaha budidaya tambak polikultur
(ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) di Desa Tambaksari
jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 25 persen, cateris
paribus.................................................................................................... 124
Perhitungan nilai alternatif kebijakan pengembangan budidaya
tambak polikultur dengan Metode Perbandingan Eksponensial............. 126

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut luas

dan ribuan pulau. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB, United Nation
Convention on Law of the Sea, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia dengan laut seluas 5,8 juta km2. Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480
pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (Dewan Kelautan Indonesia, 2009).
Dengan wilayah laut Indonesia yang luas tersebut, Indonesia memiliki potensi
yang besar pada sektor perikanan yang terdiri dari perikanan tangkap dan
perikanan budidaya.
Perikanan budidaya memiliki pertumbuhan volume produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan volume produksi perikanan tangkap. Sektor
perikanan budidaya memiliki peningkatan volume produksi dari 13.300.905 ton
pada tahun 2013 meningkat 9,17 % menjadi 14.521.349 ton pada tahun 2014.
Namun pada sektor perikanan tangkap, sebagian wilayah perairan laut diduga
telah mengalami overfishing yang mengakibatkan pertumbuhan volume produksi
perikanan tangkap lebih rendah dibandingkan perikanan budidaya yaitu dari
5.863.170 ton pada tahun 2013 meningkat sebesar 5,75 % menjadi 6.200.180 ton
pada tahun 2014 seperti terlihat pada Tabel 1 sebagai berikut (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2015).
Tabel 1.
Rincian
Perikanan
Tangkap
Perikanan
Budidaya

Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya nasional Tahun
2010 - 2014
2010

2011

Tahun (ton)
2012

2013

2014

5.384.418

5.714.271

5.829.194

5.863.170

6.200.180

6.277.923

7.928.963

9.675.533

13.300.905

14.521.349

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015
Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan budidaya masih dapat
dikembangkan secara optimal agar tingkat produksi perikanan nasional
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan berkontribusi terhadap perekonomian
nasional. Perikanan budidaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara
optimal salah satunya adalah budidaya perikanan tambak.

2

Budidaya tambak merupakan pola budidaya perikanan yang memiliki
prospek usaha potensial untuk dikembangkan dan mampu mendukung dalam
peningkatan taraf hidup masyarakat di wilayah pesisir. Tambak merupakan
sumberdaya lahan yang dibangun sebagai kolam air payau di wilayah pesisir
(Kordi, 2011). Salah satu sistem budidaya tambak yang saat ini mulai berkembang
di wilayah Pantura Jawa Barat dan menjadi salah satu program pengembangan
yang dicanangkan oleh pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah
sistem budidaya tambak polikultur.
Budidaya tambak polikultur merupakan pengelolaan budidaya dua atau
lebih jenis spesies/komoditi dalam satu areal tambak dengan prinsip penggunaan
ruang tambak yang efektif dan bertujuan untuk meningkatkan penerimaan
masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai petambak (Kordi, 2012).
Budidaya tambak polikultur yang umum dilaksanakan adalah budidaya polikultur
2 komoditi antara budidaya ikan bandeng dengan udang ataupun budidaya ikan
bandeng dengan rumput laut Gracillaria. Budidaya tambak polikultur yang saat
ini sedang dikembangkan oleh pihak KKP adalah budidaya polikultur 2 komoditi
antara ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria di wilayah Kabupaten
Karawang. Kabupaten Karawang memiliki potensi perikanan budidaya yang besar
khususnya budidaya tambak seperti terlihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2.

Produksi dan nilai produksi perikanan Kabupaten Karawang Tahun
2013
Rincian

I. PERAIRAN LAUT
II. PERAIRAN UMUM
1. Sungai
2. Situ (Waduk)
3. Rawa
III. PERAIRAN BUDIDAYA
1. Tambak
2. Kolam
3. Sawah (Mina Padi)
4. Jaring Apung
TOTAL

Total Produksi
Nilai Produksi
(Ton)
(Rp 1000)
8.551,08
110.302.077,75
200,91
1.863.908,00
64,83
593.110,00
94,75
924.218,00
41,33
346.580,00
39.852,68
894.740.480,00
36.648,48
853.751.465,00
2.605,89
32.738.645,00
360,87
5.200.575,00
237,44
3.049.795,00
48.604,67 1.006.906.465,75

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, 2014.a
Tabel 2 menunjukkan bahwa sektor perikanan Kabupaten Karawang
memiliki total produksi dan nilai produksi yang baik pada tahun 2013. Pada tahun
2013, produksi perikanan Kabupaten Karawang mencapai 48.604,67 ton.

3

Kontribusi terbesar diperoleh dari subsektor perikanan budidaya sebesar
39.852,68 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 894.740.480.000,00. Pada
Tabel 2 tersebut terlihat bahwa budidaya tambak memberikan kontribusi tertinggi
terhadap total produksi perikanan Kabupaten Karawang tahun 2013 dengan total
produksi mencapai 36.648,48 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor
budidaya tambak di Kabupaten Karawang memiliki potensi untuk dikembangkan
secara lebih optimal khususnya untuk pengembangan budidaya tambak polikultur
tersebut agar terjadi peningkatan produksi maupun nilai produksi perikanan.
Kecamatan Tirtajaya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Karawang yang
memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian total produksi perikanan
Kabupaten Karawang pada tahun 2013 seperti terlihat pada Tabel 3 sebagai
berikut.
Tabel 3.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Produksi dan nilai produksi perikanan tambak Kabupaten Karawang
berdasarkan Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan

Cilamaya Kulon
Cilamaya Wetan
Tempuran
Cilebar
Pedes
Cibuaya
Tirtajaya
Batujaya
Pakisjaya
TOTAL

Luas Areal Tambak Produksi Nilai Produksi
(Ha)
(Ton)
(Rp 1000)
833,80
502,66
13.946.985
79,00 3.396,12
107.976.333
663,20 2.957,95
88.259.577
561,00 2.314,35
77.997.062
909,00 2.145,84
54.578.259
4.571,00 5.089,34
117.329.287
3.575,00 6.365,75
124.027.455
1.587,20 7.349,05
166.600.765
2.049,60 6.527,42
103.035.742
14.828,80 36.648,48
853.751.465

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, 2014.b
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2013, produksi perikanan tambak
di Kecamatan Tirtajaya sebesar 6.365,75 ton dengan nilai produksi mencapai Rp
124.027.455.000,00. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa dengan potensi luas
tambak 3.575 hektar, maka Kecamatan Tirtajaya memiliki peluang untuk
mengembangkan budidaya polikultur tersebut.
Desa Tambaksari merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tirtajaya
dengan mayoritas masyarakat setempat bermata pencaharian sebagai petambak.
Areal tambak di Desa Tambaksari yang dimanfaatkan untuk budidaya tambak
seluas 827 hektar dari total lahan tambak seluas 3.575 hektar di Kecamatan
Tirtajaya (Desa Tambaksari, 2013). Pelaksanaan budidaya tambak polikultur ikan
bandeng dan rumput laut Gracillaria di Desa Tambaksari masih belum optimal.

4

Masih belum optimalnya pelaksanaan budidaya tambak polikultur tersebut
dikarenakan belum diketahuinya secara jelas informasi mengenai teknis
pengelolaan yang tepat dan potensi maupun manfaat ekonomi dan sosial dari
pelaksanaaan budidaya polikultur tersebut. Jika budidaya tambak polikultur
dilaksanakan secara optimal di Desa Tambaksari maka dapat memberikan manfaat
yang lebih tinggi bagi petambak secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Dengan demikian, perlu dilakukan kajian mengenai estimasi nilai ekonomi dan
analisis kelayakan usaha budidaya tambak polikultur agar dapat dihasilkan suatu
kebijakan pengelolaan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari.
1.2

Perumusan Masalah
Budidaya tambak polikultur merupakan suatu pola pengelolaan budidaya

dua jenis komoditi atau lebih dalam satu areal tambak secara bersama-sama yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk memanfaatkan secara efektif dan optimal ruang
yang ada pada areal tambak dan sekaligus merupakan upaya peningkatan produksi
dengan membudidayakan lebih dari satu komoditi (Kordi, 2012). Budidaya
tambak polikultur 2 komoditi antara budidaya ikan bandeng dan rumput laut
Gracillaria merupakan salah satu sistem pengelolaan tambak yang dapat
memberikan manfaat ekonomi, sosial maupun ekologi.
Manfaat ekonomi yang didapatkan dari budidaya tambak polikultur adalah
adanya peningkatan produksi dan penerimaan bagi para petambak yang diperoleh
dari dua komoditi yang dibudidayakan. Secara sosial, budidaya tambak polikultur
dapat membantu penciptaan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat
sekitar. Budidaya tambak polikultur juga dapat memberikan manfaat ekologi
berupa absorbsi cemaran tambak yang dilakukan rumput laut sehingga kualitas air
tambak akan lebih baik dan kondisi lingkungan kawasan tambak akan tetap
terjaga kelestariaannya (Kordi, 2012).
Desa Tambaksari memiliki peluang dan potensi yang luas untuk
mengembangkan budidaya tambak polikultur tersebut. Akan tetapi, pelaksanaan
budidaya tambak polikultur belum optimal. Hal tersebut dikarenakan masih
kurangnya informasi mengenai teknis pengelolaan yang tepat dan potensi maupun
manfaat ekonomi dan sosial dari pelaksanaan budidaya polikultur tersebut.

5

Belum optimalnya pelaksanaan budidaya tambak polikultur berbanding
terbalik dengan kondisi dan potensi yang dimiliki wilayah Desa Tambaksari. Hal
tersebut dikarenakan secara karakteristik wilayah, Desa Tambaksari memiliki
areal tambak potensial dengan luas 827 ha yang dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk pengembangan budidaya polikultur tersebut. Faktor-faktor
pendukung lain seperti kesesuaian iklim, cuaca dan letak geografis Desa
Tambaksari yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa mendukung untuk
pelaksanaan budidaya polikultur tersebut. Peta wilayah Desa Tambaksari
disajikan pada Lampiran 1.
Pemanfaatan kawasan budidaya tambak di Desa Tambaksari yang optimal
untuk pengembangan budidaya polikultur akan membantu dalam peningkatan
produktivitas hasil tambak dan kesejahteraan petambak. Budidaya tambak
polikultur tersebut harus mampu memberikan manfaat ekonomi, sosial, maupun
ekologi bagi petambak dan masyarakat sehingga pengembangan budidaya tambak
polikultur layak untuk dilaksanakan. Pengembangan budidaya tambak polikultur
perlu terus dilakukan sehingga didapatkan berbagai alternatif kebijakan yang
mendukung terciptanya pengelolaan budidaya tambak polikultur terbaik. Dengan
demikian, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai budidaya tambak polikultur
tersebut sehingga dihasilkan suatu kebijakan yang tepat dan mendukung untuk
pengelolaan dan pengembangan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka aspek kajian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
1.

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat pendapatan petambak
polikultur di Desa Tambaksari?

2.

Bagaimana nilai ekonomi pemanfaatan kawasan budidaya tambak polikultur
di Desa Tambaksari?

3.

Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya tambak polikultur di Desa
Tambaksari?

4.

Bagaimana alternatif kebijakan pengembangan usaha budidaya tambak
polikultur di Desa Tambaksari?

6

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:
1.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petambak
polikultur di Desa Tambaksari.

2.

Mengestimasi nilai ekonomi pemanfaatan kawasan budidaya tambak
polikultur di Desa Tambaksari.

3.

Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak polikultur di Desa
Tambaksari.

4.

Mengkaji alternatif kebijakan pengembangan usaha budidaya tambak
polikultur di Desa Tambaksari.

1.4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di

Desa

Tambaksari,

Kecamatan Tirtajaya,

Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan untuk mencari kebijakan
pengelolaan budidaya tambak polikultur yang dilakukan dengan menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan petambak polikultur di
Desa Tambaksari menggunakan analisis regresi berganda. Estimasi nilai ekonomi
dilakukan dengan pendekatan surplus produsen untuk mengetahui kontribusi
ekonomi dari pemanfaatan kawasan budidaya tambak polikultur di Desa
Tambaksari. Analisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak polikultur
dilakukan dengan pendekatan cost benefit analysis untuk mengetahui kelayakan
budidaya polikultur ditinjau dari analisis finansial. Alternatif kebijakan
pengembangan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari dianalisis dengan
metode perbandingan eksponensial. Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui
alternatif kebijakan pengembangan pengelolaan budidaya polikultur terbaik di
Desa Tambaksari dilihat dari sudut pandang instansi terkait di wilayah Kabupaten
Karawang.

7

1.5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1.

Penulis, sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana Institut Pertanian
Bogor serta sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pengelolaan ekonomi sumberdaya wilayah pesisir.

2.

Para pelaku usaha budidaya tambak untuk memperoleh informasi mengenai
potensi dan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pelaksanaan
budidaya tambak polikultur dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat pesisir.

3.

Pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun stakeholder terkait lainnya
yang berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor perikanan
budidaya.

4.

Akademisi, sebagai informasi dan rujukan dalam pengembangan disiplin ilmu
dan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai pengembangan budidaya
tambak polikultur.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tambak
Menurut Kordi (2011), tambak adalah wadah budidaya ikan yang

dibangun di daerah pesisir/pantai, terutama hutan mangrove, estuaria, dan teluk
untuk mempermudah memperoleh pasokan air payau untuk mengisi tambak.
Umumnya tambak dibangun untuk budidaya udang dan ikan bandeng. Lokasi
yang dipilih untuk membangun tambak memiliki kisaran pasang surut antara 1,5 –
2,5 m. Jika perbedaan pasang surut lebih dari 2,5 m memerlukan pematang yang
besar dan kuat, sedangkan perbedaan pasang surut lebih rendah dari 1,5 m, suplai
air tambak membutuhkan pompa.
Menurut Kordi (1997) berdasarkan letak tambak terhadap laut dan muara
sungai, tambak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1.

Tambak Layah adalah tambak yang terletak dekat sekali dengan laut, di tepi
pantai atau muara sungai. Di daerah pantai dengan perbedaan tinggi air
pasang surut yang besar, air laut dapat menggenangi daerah tambak ini
sampai sejauh 1,5 - 2 km dari garis pantai ke arah daratan tanpa mengalami
perubahan salinitas yang mencolok. Salinitas pada tambak layah sama dengan
air pantai, yaitu sekitar 30 permil. Dibanding dengan tambak yang jauh ke
daratan, tambak layah mempunyai salinitas air yang cukup tinggi. Hal
tersebut karena air laut yang masuk ke dalam tambak dan berasal dari laut
masih bersalinitas tinggi dan kemudian mengalami penguapan sehari-hari
setelah ditahan dalam petakan tambak yang menyebabkan salinitas terus
meningkat. Pada musim kemarau tambak layah kadang mempunyai
kehidupan organisme di dalam tambak.

2.

Tambak Biasa terletak di belakang tambak layah. Tambak ini selalu terisi
oleh campuran antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Campuran
kedua air tersebut dikenal sebagai air payau dengan salinitas berkisar 15
permil. Salinitas pada tambak tersebut akan meningkat selama tambak diisi
dengan air laut dan akan menurun kembali jika diisi dengan air tawar dari
sungai atau hujan.

10

3.

Tambak Darat terletak jauh sekali dari pantai. Akibat letaknya jauh dari
pantai, tambak ini biasanya hanya terisi oleh air tawar, sedangkan air laut
seringkali tidak mampu mencapainya. Walaupun di beberapa tempat air
mampu mencapainya, tetapi karena perjalanan air laut cukup jauh,
salinitasnya menjadi sangat menurun. Suplai air dipertahankan hanya selama
musim hujan dan jika hujan berkurang, maka sebagian dari tambak menjadi
kering sama sekali. Salinitas tambak darat sangat rendah sekitar 5 – 10
permil.

2.2

Sistem Budidaya Tambak
Menurut Kordi (2011) terdapat beberapa sistem budidaya perikanan

diantaranya yaitu:
1.

Sistem Budidaya Tradisional atau Ekstensif
Pengelolaan budidaya dengan sistem ektensif atau tradisional sangat
sederhana dan padat penebaran rendah. Pada budidaya bandeng di tambak
misalnya, nener ditebar dengan kepadatan 3.000 - 5.000 ekor/ha. Dengan
padat penebaran tersebut dipanen bandeng 300 - 1.000 kg/ha/musim. Tambak
di pesisir yang dikelola secara tradisional seringkali dibuat untuk menjebak
ikan dan udang. Pada saat pasang, pintu tambak dibuka sehingga benih ikan
dan udang mengikuti air pasang masuk ke dalam tambak. Pintu tambak
kemudian ditutup dan berbagai jenis ikan dan udang dibiarkan hidup selama
beberapa waktu sampai mencapai ukuran konsumsi. Ikan dan udang di
tambak memanfaatkan berbagai pakan alami di dalam tambak. Petambak
tidak melakukan pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air yang lain.
Dengan cara pengelolaan seperti ini produktivitas tambak sangat rendah.
Selain karena pengelolaan yang sangat sederhana, berbagai biota yang berada
di dalam tambak juga merupakan faktor penghambat produktivitas karena
kompetisi dan pemangsaan.

2.

Sistem Budidaya Semi-Intensif
Sistem budidaya semi intensif memiliki petak (pada tambak) pemeliharaan
biota lebih kecil dibandingkan pada pengelolaan ekstensif dan padat
penebaran lebih tinggi yakni pada ikan bandeng antara 1 - 2 ekor/m2 dan pada
udang windu antara 5 - 20 ekor/m2. Pada tambak, kegiatan dimulai dari

11

pengelolaan tanah, pengapuran, dan pemupukan. Selama pemeliharaan, biota
budidaya juga diberikan pakan buatan dan tambahan secara teratur 1 - 2
kali/hari dan penggantian air dilakukan 5 - 20 % setiap hari.
3.

Sistem Budidaya Intensif
Pola pengelolaan budidaya perairan intensif banyak diterapkan pada budidaya
air tawar, laut, dan tambak. Teknologi budidaya intensif ditandai dengan
petak tambak yang lebih kecil antara 0,2 - 0,5 ha. Persiapan lahan untuk
pemeliharaan

(pengolahan

tanah,

perbaikan

wadah

budidaya)

dan

penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, bahan kimia) menjadi mutlak dan
biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang
diberikan secara teratur. Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung
usaha seperti pompa dan aerator. Produksi pada sistem intensif sangat tinggi
seperti pada budidaya ikan bandeng dan udang windu di tambak mencapai >
4 ton/ha/musim tanam.
2.3

Ikan Bandeng
Bandeng merupakan komoditi penting dalam dunia perikanan Indonesia,

karena selain rasanya gurih, harganya dapat dijangkau, tahan terhadap serangan
penyakit, mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat
baik dibudidayakan, juga telah menembus pasar ekspor. Ikan bandeng mempunyai
badan yang memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda
bahwa ikan bandeng tergolong perenang cepat. Kepala ikan bandeng tidak
bersisik, mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di
depan mata. Mata diseliputi oleh selaput bening. Warna badan putih keperakperakan dengan punggung biru kehitaman (Kordi, 1997).
Menurut Kordi (1997), bandeng memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

12

Ikan bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh di belakang tutup
insang dengan 14 – 16 jari-jari sirip punggung, 16 – 17 jari-jari sirip dada, 11 – 12
jari-jari sirip perut, 10 – 11 jari-jari sirip anus, dan pada sirip ekor berlekuk
simetris dengan 19 jari-jari. Ikan bandeng merupakan ikan laut yang terkenal
sebagai petualang ikan walaupun dapat hidup di tambak air payau maupun
dipelihara di air tawar. Ikan bandeng dapat berenang mulai dari perairan laut yang
salinitasnya 35 permil atau lebih dan kemudian dapat masuk mendekat ke muara
sungai (salinitas 15 – 20 permil), bahkan sampai ke tempat-tempat yang airnya
tawar (Kordi, 1997). Secara visual, ikan bandeng (Chanos chanos) dapat dilihat
pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Ikan bandeng (Chanos chanos)
Bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, yakni sejenis ikan yang
mempunyai toleransi terhadap perubahan kadar garam (salinitas) yang luas serta
tahan terhadap perubahan salinitas yang tinggi dalam waktu singkat. Dengan
demikian, bandeng dapat hidup di daerah air tawar, air payau, dan air laut.
Bandeng dapat menempuh perjalanan jauh, dan akan tetap kembali ke pantai
apabila akan berkembang biak. Benih ikan bandeng atau nener yang masih
bersifat planktonik (terbawa oleh gerakan air, berupa arus, angin, atau gelombang)
akan mencapai daerah pantai dengan ukuran sekitar 11 - 13 mm dan berat 0,01 gr
dalam usia 2 - 3 minggu yang dikenal sebagai nener. Bandeng yang
dibudidayakan di tambak dikenal sebagai pemakan klekap (tahi air atau bangkai)
yang merupakan kehidupan kompleks yang didominasi oleh ganggang biru
(Cyanophyceae) dan ganggang kresik (Baccillariophyceae). Bandeng muda
berenang hingga di sekitar pantai dan masuk ke muara-muara sungai, namun

13

bandeng tetap memijah di laut. Bandeng mulai dewasa ketika mencapai umur 3
tahun. Bandeng memijah di dekat pantai pada perairan yang jernih pada
kedalaman 40 – 50 meter (Kordi, 2011).
2.4

Rumput Laut
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh

melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati,
tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Pertumbuhan dan
penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika,
kimia, dan pergerakan air laut) serta jenis substrat dasarnya (Anggadiredja et al,
2006).
Secara taksonomi, rumput laut dikelompokkan ke dalam Divisi
Thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan
menjadi 4 kelas yaitu:
1.

Rhodophyceae (Ganggang Merah)

2.

Phaeophyceae (Ganggang Cokelat)

3.

Chlorophyceae (Ganggang Hijau)

4.

Cyanophyceae (Ganggang Biru-Hijau)
Dari 4 kelas rumput laut tersebut, hanya 3 kelas yang merupakan golongan

alga atau rumput laut ekonomis yaitu alga hijau, alga cokelat, dan alga merah.
Jumlah alga laut atau rumput laut yang bermanfaat dan bernilai ekonomis
mencapai 61 jenis dari 27 marga rumput laut yang sudah biasa dijadikan makanan
oleh masyarakat wilayah pesisir dan 21 jenis dari 12 marga digunakan sebagai
obat tradisional (Kordi, 2012).
Beberapa jenis rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis dan sejak
dahulu sudah diperdagangkan adalah Eucheuma sp., Gracilaria sp., dan Gelidium
sp. Jenis rumput laut yang cocok dibudidayakan di tambak adalah jenis Gracilaria
sp. meskipun habitat awalnya berasal dari laut. Hal tersebut terjadi karena
memiliki tingkat toleransi hidup yang tinggi sampai pada salinitas 15 per mil.
Jenis rumput laut tersebut dapat ditanam secara polikultur dengan bandeng
dan/atau udang karena ketiganya memerlukan kondisi perairan yang sama untuk
kelangsungan hidupnya (Anggadiredja et al, 2006). Secara visual, rumput laut
Gracillaria dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut.

14

Gambar 2. Rumput laut Gracillaria
Budidaya

rumput

laut

memiliki

jumlah

produksi

dan

peluang

pengembangan yang sangat baik. Produksi rumput laut memberikan kontribusi
terbesar terhadap total produksi perikanan budidaya nasional tahun 2014 dengan
persentase sebesar 70,47 %. Perkembangan produksi rumput laut dari tahun 2010
- 2014 menunjukkan trend yang sangat positif, dengan kenaikan rata-rata per
tahun mencapai 27,72 % (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015).
Budidaya rumput laut memiliki potensi pengembangan yang sangat luas
karena mempunyai masa pemeliharaan yang mudah dan cukup singkat yaitu 45
hari sehingga perputaran modal usaha dapat lebih cepat. Keuntungan
pengembangan rumput laut tersebut lainnya adalah modal kerja yang relatif kecil,
penggunaan teknologi yang sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka
lebar. Hal tersebut karena rumput laut merupakan bahan baku untuk beberapa
industri, seperti biofuel, agar-agar, kosmetik, obat-obatan dan lainnya. Selain itu,
pemerintah juga terus melakukan upaya terobosan diantaranya adalah
pengembangan industrialisasi rumput laut di sentra-sentra penghasil rumput laut
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015).
2.5

Budidaya Tambak Secara Polikultur
Rumput laut dapat dibudidayakan secara polikultur dengan organisme lain

seperti udang windu, ikan bandeng, kerapu, dan kerang. Menurut Utojo et al.
(1993) dalam Kordi (2012) budidaya polikultur dengan 3 komoditi (rumput laut,
bandeng, dan udang windu) mengakibatkan pertumbuhan rumput laut lebih cepat
dan membuat produksi bandeng dan udang windu relatif lebih tinggi karena

15

rumput laut yang ditebarkan di dasar tambak dapat berfungsi sebagai pelindung
dan merupakan tempat menempelnya organisme epifit makanan bandeng dan
udang. Bandeng yang dibudidayakan secara polikultur dengan rumput laut tidak
memangsa rumput laut jika diberi pakan buatan.
Polikultur bisa dilakukan dengan dua komoditi (rumput laut dan bandeng),
tiga komoditi (rumput laut, udang, dan ikan) ataupun empat komoditi (rumput
laut, ikan, udang, dan kerang). Tetapi umumnya polikultur dilakukan dengan tiga
komoditi (rumput laut, udang, dan ikan, terutama bandeng).
Untuk penerapan polikultur tiga komoditi (rumput laut, ikan, dan udang),
setelah tambak siap ditebari, benih rumput laut ditebarkan secara merata di dalam
tambak. Setelah 20 hari rumput laut dipelihara secara monokultur agar thallus
yang mengalami stagnasi menyesuaikan diri dan dapat tumbuh dengan baik, benih
udang ditebar dengan kepadatan 10 - 12 ekor/m2 atau 100.000 ekor/ha. Setelah 45
hari pemeliharaan rumput laut dan udang, biasanya muncul klekap. Saat itu benih
ikan (bandeng) ukuran gelondong (5 - 10 cm) sebanyak 1.000 - 1.500 ekor/ha
dapat ditebar (Kordi, 2012).
2.6

Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pendapatan
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

tertentu yang mempengaruhi pendapatan petambak polikultur adalah metode
analisis regresi berganda. Analisis regresi menyangkut studi tentang hubungan
antara satu variabel yang disebut dengan variabel tak bebas atau variabel yang
dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas atau
variabel penjelas. Meskipun analisis regresi berkenaan dengan hubungan antara
satu variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas, namun keterkaitan
tersebut tidak selalu menyiratkan adanya hubungan sebab akibat. Dalam hal ini,
tidak selalu berarti bahwa variabel bebas merupakan penyebab dan variabel tak
bebas sebagai akibat. Jika hubungan sebab-akibat diantara keduanya memang ada,
maka hubungan tersebut harus dilandasi oleh beberapa teori (ekonomi) (Gujarati,
2007).
Regresi berganda adalah regresi di mana lebih dari satu variabel penjelas
atau variabel bebas, digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas.
Model regresi linear berganda yang paling sederhana adalah regresi tiga variabel

16

dimana perilaku variabel tak bebas Y dikaji dalam hubungannya dengan dua
variabel penjelas, X1 dan X2 (Gujarati, 2007). Dalam hal variabel penjelas lebih
dari dua variabel maka dapat dirumuskan sebagai berikut.
Y = b0+ b1X1t+ b2X2t... + bnXnt + ut ...............................(2.1)
Keterangan :
Y

= variabel tak bebas

b0

= intercept

b1...bn

= koefisien variabel

X1...Xn

= variabel-variabel penjelas

u

= faktor gangguan stokhastik

t

= observasi ke-t

2.7

Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi kawasan sumberdaya dapat dihitung melalui pendekatan

surplus produsen. Nilai ekonomi sering disebut rent ekonomi karena pada
dasarnya konsep nilai ekonomi adalah surplus yang dihasilkan. Surplus
merupakan perbedaaan antara harga yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya
dengan biaya per unit input yang digunakan untuk menjadikan sumberdaya
tersebut menjadi suatu komoditi. Selisih tersebut sering disebut sebagai rente per
unit atau unit rent (Fauzi, 2010.a).
Menurut Fauzi (2010.b), salah satu hal yang krusial dari ekonomi
sumberdaya alam adalah bagaimana surplus dari sumberdaya alam dimanfaatkan
secara optimal. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter
terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstrasi dan mengkonsumsi
sumberdaya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain
adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan
masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam.
Surplus merupakan perbedaaan antara harga yang diperoleh dari
penggunaan sumberdaya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk
menjadikan sumberdaya tersebut menjadi suatu komoditi. Selisih tersebut sering
disebut sebagai rente per unit atau unit rent (Fauzi, 2010.a).
Rente atau rent juga dapat diartikan sebagai nilai dari input produktif
ketika digunakan melebihi biaya yang diperlukan. Rent tidak lain adalah residual

17

setelah seluruh biaya dibayarkan dan biasanya diterima oleh pemilik sumberdaya.
Konsep rent bukanlah konsep sewa, namun merupakan konsep ekonomi yang
tidak lain adalah nilai surplus (surplus value). Rent sumberdaya terkait erat
dengan derajat pengelolaan perikanan. Rente yang positif bisa dihasilkan dari
pengelolaan yang baik, dan rente yang negatif bisa ditunjukkan dari pengelolaan
yang buruk (Fauzi, 2010.a).
Rente sumberdaya merupakan surplus yang bisa dinikmati oleh pemilik
sumberd