Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Perah Peranakan Etawah Di Peternakan Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing merupakan ruminansia berukuran sedang dan telah lama
dibudidayakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2011) menyatakan bahwa populasi kambing di Indonesia berkisar 15,815 juta ekor
pada tahun 2009, 16,620 juta ekor pada tahun 2010, yang meningkat menjadi 17,483
juta ekor pada tahun 2011.
Ternak kambing merupakan ternak penghasil daging dan susu (dwi guna).
Beberapa sifat kambing yang menguntungkan seperti cepat berkembang biak,
menjadikan ternak ini diminati masyarakat. Ternak kambing dapat melahirkan anak
lebih dari satu ekor (2-4 ekor) dan dapat beranak tiga kali dalam waktu dua tahun di
daerah tropis. Kambing perah dipelihara untuk memproduksi susu dan setelah tidak
poduktif lagi dapat dijadikan sebagai penghasil daging. Susu kambing mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan susu sapi karena dipercaya mampu menyembuhkan
penyakit Tuberuolosis (TBC) dan diare, disamping mempunyai kecernaan yang lebih
tinggi. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu
sapi sehingga memiliki daya cerna yang lebih tinggi.
Kambing perah yang dikenal di Indonesia adalah kambing Peranakan
Etawah (PE), kambing Etawah, kambing Saanen, kambing Jawarandu dan kambing
Kacang. Kambing yang sering digunakan peternak untuk menghasilkan susu adalah
kambing PE karena berproduksi susu tinggi, disamping kambing PE dapat

beradaptasi dengan baik pada iklim tropis Indonesia. Kambing PE merupakan hasil
persilangan grading up antara kambing Kacang dan kambing Etawah yang sudah
beradaptasi sangat baik di lingkungan tropis Indonesia.
Informasi genetik kambing PE yang berkaitan dengan sifat morfometrik
untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan untuk melengkapi informasi dasar
kambing PE. Penentuan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh kambing PE dapat
dijadikan sebagai dasar penentuan kebijakan dalam program pemuliaan. Keberadaan
kambing PE yang stabil dalam hal ukuran dan bentuk sebagai hasil seleksi,
merupakan sesuatu yang penting dikaitkan dengan keberagaman sumber daya
genetik ternak lokal Indonesia.

1

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ukuran (size) dan bentuk
(shape) tubuh kambing PE pada dua lokasi peternakan di Bogor, yaitu Doa Anak
Yatim Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF). Penciri ukuran (size) dan bentuk
(shape) kambing PE pada masing-masing peternakan dapat ditentukan pada
penelitian ini. Diagram kerumunan berdasarkan ukuran dan bentuk dapat
memberikan informasi mengenai keberadaaan kambing PE antara DAYF dan CF.


2

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifkasi Kambing
Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia
Bovidae; sub-familia Caprinae, genus Capra dan spesies Capra hircus (Myers et al.,
2012). Kambing (Capra aegagrus hircus) adalah sub-spesies kambing liar yang
secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa (Batubara, 2007).
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang.
Tanduk pada kambing jantan lebih besar dibandingkan betina. Umumnya kambing
mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas dan kebanyakan berbulu lurus
dan kasar. Panjang tubuh kambing liar adalah 1,3-1,4 m. Bobot kambing betina 5055 kg, sedangkan jantan dapat mencapai 120 kg. Kambing liar menyebar dari
Spanyol ke arah timur sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan
Siberia. Habitat yang disukai adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.
Kambing sudah dibudidayakan manusia sekitar 8.000-9.000 tahun yang lalu.
Kambing hidup berkelompok 5-20 ekor di habitat aslinya (Batubara, 2007).
Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromososm dan sifat reproduksi
kambing secara umum. Davendra dan Burn (1994) melaporkan jumlah kromosom

dan sifat reproduksi kambing secara umum. Hal tersebut disajikan pada Tabel 1.
Table 1. Peubah Reproduksi Ternak Kambing
Peubah

Kambing

Jumlah kromosom (buah)

60

Umur pubertas (bulan)

5-7

Panjang siklus estrus (hari)

20-21

Lama estrus (jam)


24-48

Terjadinya ovulasi (jam)

24-36

Jumlah ovum persiklus (buah)

2-3

Lama kebuntingan (hari)

149

Sumber: Davendra dan Burn (1994)

3

Kambing Perah
Menurut Atabany (2001), kambing perah merupakan jenis kambing yang

dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya. Kambing
perah yang biasa dipelihara adalah kambing lokal seperti kambing Etawah,
Peranakan Etawah (PE) dan Jawarandu yang merupakan bangsa kambing perah
tropis. Kambing Etawah merupakan keturunan dari kambing Jamnapari. Sifat perah
kambing Jamnapari sangat baik dan juga sering dipelihara sebagai penghasil daging.
Davendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa kambing Etawah digunakan
secara luas untuk meningkatkan mutu kambing asli di Malaysia dan Indonesia untuk
tujuan produksi susu dan daging. Produksi susu kambing Etawah sekitar 235 kg
selama masa laktasi 261 hari.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing Etawah dan kambing Kacang (Heryadi, 2004). Heryadi (2004) lebih lanjut
menjelaskan bahwa kambing PE termasuk bangsa kambing tipe dwiguna, sebagai
penghasil daging dan susu. Kambing PE betina memiliki kemampuan menghasilkan
susu yang cukup baik, rata-rata 1,2 l/ekor/hari selama fase 70 hari pertama laktasi
atau 2-3 l/ekor/hari pada masa laktasi lebih dari 150 hari.
Kambing Etawah
Kambing Etawah merupakan bangsa kambing penghasil susu yang paling
populer di India dan Asia Tenggara. Kambing Etawah berukuran besar, bertelinga
panjang dan berasal dari daerah sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India.
Etawah diambil dari tempat dimana Kambing Etawah dipelihara di distrik Etawah

provinsi Pradesh Utara (Davendra dan Burn, 1994).
Kambing Etawah selain sebagai ternak perah, juga sering dipelihara sebagai
penghasil daging. Kambing Etawah memiliki berbagai warna, termasuk warna putih,
merah coklat dan hitam. Telinga kambing Etawah sekitar 30 cm. Ambing
berkembang dengan baik dan memiliki profil muka cembung dan biasanya bertanduk
pendek seperti pedang lengkung yang cembung yang menunjukkan kemungkinan
memiliki hubungan darah dengan bangsa kambing tipe Nubia di Timur Tengah
sebagai moyangnya. Kambing jantan berbobot sekitar 68-91 kg dan betina 36-63 kg
dengan tinggi tanduk masing-masing jenis kelamin 91-127 dan 76-107 cm (Davendra
dan Burn, 1994).

4

Kambing Kacang
Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan kambing
asli Malaysia dan Indonesia. Kambing kacang mampu beradaptasi baik dengan
lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai penghasil
daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar.
Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk
berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik

pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan
punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu.
Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm.
Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing
kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur
12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).
Ciri-ciri kambing Kacang adalah memiliki bulu pendek dan berwarna tunggal
(putih, hitam atau coklat), tetapi ditemukan juga campuran ketiga warna tersebut.
Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk berbentuk pedang, melengkung ke
atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat
pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung
melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher,
pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Setiadi et al. (1997)
menyatakan bahwa ukuran kambing Kacang betina dewasa adalah rataan panjang
badan 50,33 ± 6,72 cm, tinggi pundak 52,00 ± 7,38 cm, tinggi pinggul 58,40 ± 1,67
cm, lingkar dada 64,77 ± 5,80 cm dan lebar dada 14,00 ± 2,49 cm.
Kambing Peranakan Etawah (PE)
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan
antara kambing lokal Indonesia dan kambing dari India, yaitu antara kambing
Kacang dan kambing Etawah, sehingga memiliki sifat diantara kedua kambing

tersebut (Atabany, 2001). Kambing PE merupakan tipe dwiguna, penghasil susu dan
daging (Davendra dan Burn, 1994). Kambing PE merupakan hasil persilangan
grading up antara kambing Kacang dengan kambing Etawah. Sebagian kambing PE
mempunyai sifat mendekati kambing Etawah dan sebagian sifat lainnya mendekati
kambing Kacang (Atabany, 2001). Ciri khas kambing PE yaitu bentuk muka

5

cembung, telinga panjang menggantung dengan postur tubuh tinggi, panjang dan
agak ramping (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2007). Berat tubuh
bangsa kambing PE dewasa sekitar 27,11-41,71 kg (Kostaman dan Sutama, 2012).
Standar Nasional Indonesia (2008) menyatakan rataan bobot badan kambing PE
jantan pada kondisi gigi I0 berkisar 24-34 kg, kondisi gigi I1 berkisar 31-49 kg dan
kondisi gigi I3-I4 berkisar 43-65 kg, sedangkan rataan bobot badan kambing PE
betina pada kondisi gigi I0 berkisar 17-27 kg, kondisi gigi I1 berkisar 28-40 kg dan
kondisi gigi I3-I4 berkisar 34-48 kg.
Batubara et al. (2006) menyatakan bahwa ciri khas kambing PE yaitu
memiliki bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir
di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut. Kambing ini bertelinga
panjang, lembek menggantung dengan ujung agak berlipat, memiliki ujung tanduk

agak melengkung, bertubuh tinggi dan pipih, memiliki bentuk garis punggung yang
mengombak ke belakang. Kambing ini memiliki bulu yang tumbuh panjang pada
bagian leher, pundak, punggung dan paha. Bulu paha kambing ini panjang dan tebal
dengan warna bulu tunggal yang jarang ditemukan seperti putih, hitam atau coklat.
Warna bulu kebanyakan terdiri atas 2-3 pola warna, yaitu belang hitam, belang
coklat dan putih bertotol hitam. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kostaman dan
Sutama (2012) kambing PE memiliki ciri khas antara lain daun telinga agak besar
dan panjang terkulai ke bawah, hidung agak melengkung, bergelambir besar, tanduk
kecil dan wajah cembung.
Pertumbuhan
Herren (2000) mendefinisikan pertumbuhan sebagai peningkatan ukuran atau
volume dari makhluk hidup yang meliputi dua fase utama yaitu prenatal dan
postnatal. Pertumbuhan prenatal terjadi sebelum hewan lahir, sedangkan postnatal
setelah hewan lahir. Pertumbuhan cepat terjadi sejak hewan lahir sampai dewasa
kelamin. Pertumbuhan hewan terjadi lambat setelah dewasa kelamin, tetapi
pertumbuhan tulang dan otot pada saat itu telah berhenti. Menurut Prasetyo (1999),
pola pertumbuhan suatu ternak yang berbeda dapat terjadi sebagai akibat perbedaan
menejemen pemeliharaan. Perbedaan performa (fenotipik) tersebut menurut Noor
(2008) disebabkan efek genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan
lingkungan.


6

Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan lebih cepat tumbuh
dibandingkan betina pada umur yang sama. Jantan memiliki testosteron salah satu
steroid androgen, hormon pengatur pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial
dan kelenjar adrenal. Testosteron dihasilkan testis pada jantan, sehingga
pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina lebih cepat terutama setelah sifatsifat kelamin sekunder muncul. Penelitian Zaman (1984) telah membuktikan bahwa
keeratan hubungan ditemukan antara bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada
ternak yang sedang tumbuh. Hanibal (2008) melaporkan bahwa keeratan hubungan
antara skor ukuran dan bobot badan ditemukan positif pada domba persilangan
Garut.
Morfometrik
Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau
suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji.

Berdasarkan

pengertian, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu ukuran
(size) dan bentuk (shape). Ukuran (size) dapat diartikan sebagai dimensi, besar,

volume, ukuran relatif, sedangkan bentuk (shape) diartikan sebagai model, pola,
karakteristik, sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology Online Team, 2009).
Campbell dan Lack (1985) juga menyatakan bahwa morfometrik merupakan
ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ukuran. Kusrini et al. (2009) juga
menambahkan bahwa pengukuran secara morfometrik merupakan suatu metode yang
lebih baik untuk membedakan bentuk tubuh pada ternak di dalam suatu populasi.
Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling
Mattjik dan Sumertajaya (2002) menyatakan statistik deskriptif yang meliputi
nilai tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman. Gaspersz (1992)
menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk mendapatkan perbedaan
vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini dapat dilakukan
secara bersamaan pada banyak variabel pengukuran. Pengujian lebih lanjut seperti
Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan, dapat dilakukan apabila hasil
T2-Hotelling diperoleh nyata.

7

Analisis Komponen Utama
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau
Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragamperagam melalui kombinasi linear dari sejumlah variabel. Analisis ini digunakan
untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan
(mereduksi) data dan menginterpretasikannya.
Komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal
yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar.
Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak
berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman
data setelah diterangkan komponen utama pertama. Keunggulan teknik komponen
utama yaitu dapat mengatasi masalah multikoelinaritas dalam analisis regresi klasik
yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Johnson dan
Wichern (2007), hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan
berdasarkan skor komponen utama pertama dan skor komponen utama kedua.
Nishida et al. (1982) dan Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa komponen
utama pertama disetarakan dengan ukuran, sedangkan komponen utama kedua
disetarakan dengan bentuk. Everitt dan Dunn (1998) juga menyatakan bahwa bentuk
merupakan hal yang lebih diminati para ahli taksonomi. Bentuk secara genetis lebih
diwariskan.

8

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan
kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan
Ciampea dan peternakan kambing Cordero Farm (CF) di Ciapus, Bogor. Penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2012.
Materi
Materi penelitian adalah kambing Peranakan Etawah (PE) sebanyak 185
ekor. Kambing yang digunakan adalah kambing yang baru lahir sampai dengan
umur 11 bulan (I0), kambing yang sudah dewasa tubuh umur 1,0-1,5 tahun (I1), umur
dua tahun (I2), dan umur tiga tahun (I3). Tabel 2 menyajikan rincian kambing PE
yang digunakan. Jumlah total kambing PE I0 sebanyak 87 ekor, I1 sebanyak 58 ekor,
I2 sebanyak 17 ekor, I3 sebanyak 23 ekor. Kambing PE I2 jantan tidak ditemukan di
CF. Jumlah kambing jantan DAYF sebanyak 45 ekor dan CF sebanyak 35 ekor.
Jumlah kambing betina DAYF sebanyak 52 ekor dan CF sebanyak 53 ekor. Sampel
kambing PE dipilih secara tidak acak (Purposive Sampling).
Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati
Kondisi
Gigi

Doa Anak Yatim Farm
Jantan

Betina

Cordero Farm
Jantan

Betina

Total

----------------------------------------(ekor)------------------------------------I0

27

7

25

28

87

I1

10

31

5

12

58

I2

2

9

0

6

17

I3

6

5

5

7

23

Total

45

52

35

53

185

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkat ukur, kaliper,
pita ukur, digital camera, wearpack, sepatu boot, kalkulator, komputer dan alat-alat
tulis serta lembar-lembar tabel untuk mengisi data mentah. Pengolahan data dan
penyajian diagram kerumunan dibantu dengan menggunakan peranti lunak statistika
®

MINITAB 15.1.20.0. Gambar 1 menyajikan peralatan yang digunakan pada
penelitian.

9

(a). Tongkat Ukur

(b). Kaliper

(c). Kamera Digital Sony Cybershot

(d). Pita Ukur Buterfly Brand

(e). Sepatu Boot AP

(f). Wearpack

(g). Kalkulator Casiofx-350ES

(h). Software statistik Minitab 15

Gambar 1. Peralatan yang Digunakan (a). Tongkat Ukur Prosedur, (b). Kaliper, (c).
Kamera Digital Sony Cybershot, (d). Pita Ukur Buterfly Brand, (e).
Sepatu Boot AP, (f). Wearpack, (g). Kalkulator Casiofx-350ES, (h).
Software statistik Minitab 15

10

Penentuan Umur Kambing
Frandson (1993) menyatakan bahwa umur kambing (I0) dilihat dari semua
gigi yang belum permanen atau gigi susu masih utuh. Umur kambing (I1) dilihat dari
satu pasang gigi susu seri yang tanggal dan berganti menjadi gigi permanen. Umur
kambing (I2) dilihat dari dua pasang gigi susu yang tanggal dan diganti menjadi gigi
permanen. Umur kambing (I3) dilihat dari tiga pasang gigi susu tanggal dan diganti
menjadi gigi permanen. Gambar 2 menyajikan ilustrasi kondisi gigi I0, I1, I2 dan I3.
I0

8 Gigi susu

Gigi Anak
(di bawah 1
tahun)
I1

2 Gigi seri pusat (central)

2 Gigi Dewasa

6 Gigi susu

(1-2 tahun)

I2

2 Gigi seri pusat (central)

4 Gigi Dewasa
(2-3 tahun)

2 Gigi seri sisi (lateral)
4 Gigi susu

I3

2 Gigi seri pusat (central)

4 Gigi Dewasa

2 Gigi seri sisi (lateral)

(3-4 tahun)

2 Gigi seri (intermedial)
2 Gigi seri sudut (corner oncisors)
Gambar 2. Susunan Gigi Kambing I0, I1, I2, dan I3

Pengukuran Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh
Pengukuran variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh (panjang
tulang) dilakukan pada penelitian ini. Panjang tulang diwariskan lebih tinggi
dibandingkan dengan bobot badan. Menurut Dalton (1981), heritabilitas panjang
tulang lebih besar dibandingkan dengan heritabilitas bobot badan. Gizaw et al.
(2008) melaporkan bahwa nilai heritabilitas panjang badan dan lingkar dada masingmasing sebesar 0,27 dan 0,31. Prihartini (2000) menyatakan nilai heritibilitas bobot
11

badan lahir kambing PE 0,32. Janssens dan Vandepitte (2003) menyatakan bahwa
heritabilitas ukuran tubuh pada domba sebesar 0,26‐0,57 dengan korelasi genetik
sangat tinggi terhadap bobot hidup

X7

X9

X1

X3

X6

X2

X8

X4
X5
X10

Keterangan: Tinggi pundak (X1), Tinggi pinggul (X2), Panjang badan (X3), Lebar dada (X4), Dalam
dada (X5), Lebar pinggul (X6), Lebar kelangkang (X7), Panjang kelangkang (X8), Lingkar
dada (X9), Lingkar kanon (X10).

Gambar 3. Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE yang
Diamati
Variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh yang diamati meliputi
tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam
dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8),
lingkar dada (X9), lingkar kanon (X10); seperti yang disajikan pada Gambar 3.
Berikut ini disajikan prosedur pengukuran variabel-variabel ukuran linear permukaan
tubuh pada kambing PE penelitian.
Tinggi Pundak. Tinggi pundak (X1) diukur dari jarak tertinggi pundak sampai
permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur dalam
satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 4.

12

Tinggi Pinggul. Tinggi pinggul (X2) diukur dari jarak tertinggi pinggul (lumbar
vertabrae) yang tegak lurus terhadap permukaan tanah. Pengukuran dilakukan
dengan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 4.

X1

X2
Gambar 4. Pengukuran Tinggi Pundak (X1) dan Tinggi Pinggul (X2)
Panjang Badan. Panjang badan (X3) diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang
processus spinosus sampai os ischium. Pengukuran dilakukan dengan tongkat ukur
dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 5.

X3

X4

Gambar 5. Pengukuran Panjang Badan (X3) dan Lebar Dada (X4)
Lebar Dada. Lebar dada (X4) diukur dari jarak antara penonjolan sendi bahu os
scapula bagian kanan dan kiri. Pengukuran dilakukan dengan kaliper dalam satuan
cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 5.
Dalam Dada. Dalam dada (X5) diukur dengan cara menarik garis lurus dari puncak
tertinggi pundak sampai tepi bagian bawah dada mengikuti garis lurus. Pengukuran
dilakukan dengan tongkat ukur dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada
Gambar 6.

13

X5

X6

Gambar 6. Pengukuran Dalam Dada (X5) dan Lebar Pinggul (X6)
Lebar Pinggul. Lebar pinggul (X6) diukur pada sendi pinggul (penonjolan tulang
femur bagian atas) antara sebelah kanan dan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan
dengan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 6.
Lebar Kelangkang. Lebar kelangkangan (X7) diukur pada jarak antara sisi luar
sudut pangkal paha (ox coxae) sebelah kanan dan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan
dengan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 7.

X7

X8

Gambar 7. Pengukuran Lebar Kelangkang (X7) dan Panjang Kelangkang (X8)
Panjang Kelangkang. Pengukuran pangkal kelangkangan (X8) diukur dari jarak
antara pangkal paha sampai os ischium. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur
dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 7.
Lingkar Dada. Lingkar dada (X9) diukur melingkari rongga dada (body of sternum)
di belakang sendi bahu. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur dalam satuan cm.
Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 8.
Lingkar Kanon. Lingkar kanon (X10) diukur secara melingkar di tengah-tengah
tulang metacarpal kaki depan sebelah kiri. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur
dalam satuan cm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 8.

14

X9

X10

Gambar 8. Pengukuran Lingkar Dada (X9) dan Lingkar Kanon (X10)
Rancangan dan Analisis Data
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan,
simpangan baku dan koefsien keragaman pada variabel-variabel ukuran linear
permukaan tubuh kambing PE, dihitung berdasarkan Mattjik dan Sumertajaya
(2002).
̅



Keterangan:
̅
Xi
n
KK




̅)

̅

= Rataan
= Data ke-i
= Banyak data sampel
= Simpangan baku
= Koefisien keragaman

Statistik T2-Hotelling
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa untuk menguji perbedaan vektor nilai
rata-rata ukuran-ukuran tubuh diantara dua populasi, dapat menggunakan statistik
T2-Hotelling. Pengujian tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

15

Ho : U1 = U2, artinya vektor nilai rata-rata ukuran tubuh kambing PE di Doa
Anak Yatim Farm sama dengan ukuran tubuh kambing PE di
Cordero Farm.
H1 : U1 ≠ U2, artinya kedua vektor nilai rata-rata ukuran tubuh kambing PE
berbeda.
Statistik T2-Hotelling dirumuskan sebagai berikut:

Selanjutnya besaran:

F=

)

T2

akan berdistribusi F dengan derajat bebas

dan

Keterangan:
T2 = Nilai T2-Hotelling
F = Nilai hitung untuk T2-Hotelling
n1 = Jumlah data pengamatan di Doa Anan Yatim Farm
n2 = Jumlah data pengamatan Cordero Farm
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari Doa Anak Yatim Farm
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari Cordero Farm
p = Banyaknya variabel yang diukur
Pada penelitian ini bila diperoleh perbedaan variabel-variabel ukuran linear
permukaan tubuh kambing PE diantara lokasi pengamatan maka persamaan Analisis
Komponen Utama dapat dibentuk pada masing-masing lokasi populasi kambing PE.
Bila perbedaan tidak diperoleh, maka Analisis Komponen Utama dapat dibentuk
pada gabungan dua lokasi yang dinyatakan sama.
Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk membentuk kerumunan
data kambing PE pada masing-masing peternakan, berdasarkan skor ukuran dan skor
bentuk. Gaspersz (1992) menerangkan struktur ragam peragam melalui kombinasi
linear dari variabel-variabel. Secara umum Analisis Komponen Utama bertujuan
untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya.

16

Gaspersz (1992) menyatakan model statistik Analisis Komponen Utama
sebagai berikut:

Keterangan:
Yp

= Komponen utama ke-P (P = 1, 2, 3, ...10)

X1-p

= Variabel ke-P (P=1, 2, 3, ... 10)

a1p-app

= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... 10 dengan komponen
utama ke-P
Nishida et al. (1982) dan Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa

komponen utama pertama disetarakan dengan ukuran, sedangkan komponen utama
kedua disetarakan dengan bentuk. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa
bentuk merupakan hal yang lebih diminati para ahli taksonomi karena bentuk secara
genetis lebih diwariskan. Berikut ini disajikan rumus persamaan ukuran berdasarkan
rumus Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Keterangan:
Y1

= Skor ukuran (Komponen utama pertama)

X1

= Tinggi pundak

X2

= Tinggi pinggul

X3

= Panjang badan

X4

= Lebar dada

X5

= Dalam dada

X6

= Lebar pinggul

X7

= Lebar kelangkang

X8

= Panjang kelangkang

X9

= Lingkar dada

X10

= Lingkar kanon

a11-a101= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... , 10
Berikut ini disajikan rumus persamaan bentuk berdasarkan rumus Gaspersz
(1992) sebagai berikut:

17

Keterangan:
Y2

= Skor bentuk (Komponen utama kedua)

X1

= Tinggi pundak

X2

= Tinggi pinggul

X3

= Panjang badan

X4

= Lebar dada

X5

= Dalam dada

X6

= Lebar pinggul

X7

= Lebar kelangkang

X8

= Panjang kelangkang

X9

= Lingkar dada

X10

= Lingkar kanon

a12-a102 = Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... , 10
Penciri ukuran ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan
ukuran. Penciri bentuk ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan
bentuk.
Pembuatan Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibuat berdasarkan sumbu X sebagai skor ukuran dan
sumbu Y sebagai skor bentuk yang diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan
bentuk. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan data setiap individu.
Perbedaan pengelompokan data individu-individu pada diagram kerumunan diamati
dan diperbandingkan.
Pengolahan Data
Pengolahan data untuk uji T2-Hotelling dan Analisis Komponen Utama
®

dibantu dengan peranti lunak statistik MINITAB 15.1.20.0. Penyajian diagram
kerumunan juga menggunakan peranti lunak statistik yang sama.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Doa Anak Yatim Farm di Kecamatan Ciampea
Doa Anak Yatim Farm (DAY Farm) berlokasi di Kampung Suka Maju, Desa
Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Wilayah Barat, Jawa Barat. DAY
Farm berada pada ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Suhu di lokasi
peternakan berkisar 27 oC, curah hujan sekitar 2.400 mm/tahun dan memiliki
kelembaban relatif sekitar 76% (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika,
2012). DAY Farm merupakan peternakan yang bergerak di bidang penggemukan
sapi dan produksi susu kambing perah, sapi, kerbau dan kuda perah. Kambing perah
yang dipelihara meliputi kambing Peranakan Etawah (PE), kambing Etawah,
kambing Saanen dan kambing Toggenburg.
Limbah peternakan dimanfaatkan untuk keperluan persawahan, sarana kebun
dan kolam ikan yang juga dimiliki peternakan. Lahan DAY Farm seluas hampir 1,5
ha yang diisi dengan 335 ekor ternak, masing-masing 61 ekor kuda, 230 ekor
kambing, 28 ekor sapi dan 16 ekor kerbau. Ternak didatangkan dari luar Bogor
seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gambar 9 menyajikan peta lokasi DAY Farm.

Gambar 9. Peta Lokasi Doa Anak Yatim Farm Kampung Suka Maju, Desa Cibuntu
Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat
Sumber: Google Map (2012)

19

Kandang kambing perah dibagi menjadi tiga bagian yaitu kandang A, B dan
C. Setiap kandang berisi kambing jantan, kambing betina dan anak kambing
(cempe). Kandang A memiliki 10 kandang kelompok, kandang B memiliki 12
kandang kelompok dan kandang C memiliki 24 kandang kelompok. Setiap kandang
kelompok diisi 2-3 ekor jantan dan 7-9 ekor betina. Kandang beranak dan menyusui
ditemukan pada setiap kandang besar pada bagian tengah ujung kandang. Bahan
kandang dibuat dari bahan kayu, bambu dan kawat teralis dengan sistem atap
monitor serta lantai yang dibuat dari bahan bambu. Pemeliharaan domba
dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan berupa ampas kedelai dan
hijauan. Ampas kedelai berasal dari pabrik tahu dan tempe yang berlokasi di Jakarta.
Hijauan berasal dari perkampungan sekitar. Jenis hijauan terdiri atas rumput
Pennicetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala),
Paspalum dilatatum (rumput Australia), Brachiaria mutica (rumput para), Imperata
cylindrica (rumput ilalang) dan legum seperti Calopogonium mucunoides (rumput
kacang asu). Pengambilan ampas kedelai dilakukan dua kali/minggu, sedangkan
hijauan setiap pagi. Selama penelitian, ketersediaan ampas kedelai tidak kontinu.
Pada saat-saat tertentu, bila ampas kedelai tidak dipasok dari pabrik tahu dan tempe,
maka kambing PE hanya diberi rumput saja. Pemberian air minum diberikan hanya
satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Pemerahan kambing dilakukan dua kali sehari
yaitu pagi dan sore. Gambar 10 menyajikan perkandangan kambing perah di DAYF.

Gambar 10. Tipe Kandang Kambing PE di Doa Anak Yatim Farm Kampung Suka
Maju, Desa Cibuntu Bates, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat

20

Cordero Farm di Kecamatan Ciomas
Cordero Farm (CF) berlokasi di Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat. CF berada pada ketinggian 750 m di atas
permukaan laut. Suhu di lokasi peternakan berkisar 26 oC, curah hujan sekitar 4.000
mm/tahun dan memiliki kelembaban relatif sekitar 70% (Badan Metereologi
Klimatologi dan Geofisika, 2012). CF memiliki udara yang segar, bersih dan sejuk
karena dekat dengan gunung Salak sehingga sangat mendukung pemeliharaan
kambing perah.
Luas Lahan CF 800 m2 yang ditempati kandang kambing pembibitan,
kambing perah, kandang sapi perah dan sapi potong. CF merupakan usaha
pembibitan ternak perah kambing Etawah dan PE serta usaha penggemukan dan
ternak perah sapi yaitu sapi Freshian Holstein (FH) dan Peranakan Ongole (PO).
Peternakan ini juga memproduksi susu kambing, sedang susu sapi digunakan untuk
cempe. Gambar 11 menyajikan peta lokasi CF.

Gambar 11. Peta Lokasi Cordero Farm Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor Wilayah Tengah, Jawa Barat
Sumber: Google Earth (2012)

Kambing PE di CF dipelihara secara intensif yaitu dikandangkan sepanjang
hari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan
berupa ampas kedelai dan hijauan, jika ampas keledai tidak tersedia maka diganti
dengan silase ampas kurma. Ampas kedelai berasal dari pabrik tempe dan tahu yang

21

berlokasi di Jakarta. Hijauan yang diberikan berasal dari rumput sekitar daerah
perkampungan, terkadang rumput diambil dari kampung tetangga. Jenis hijauan
terdiri atas rumput Pennisetum purpurthypoides (rumput raja) Panicum maximum
(rumput benggala), Paspalum dilatatum (rumput Autralia), dan Brachiaria mutica
(rumput para) serta berbagai jenis legum seperti Calopogonium mucunoides (rumput
kacang asu) dan Macroptilium atropurpureum (rumput siratro). Pengambilan ampas
kedelai dilakukan dua kali/minggu, sedangkan rumput setiap pagi.
Perkandangan CF meliputi empat kandang besar.

Dua kandang besar

meliputi banyak kandang individu, sedangkan dua kandang besar lain berisi banyak
kandang kelompok. Kandang individu diisi kambing jantan dewasa atau kambing
jantan muda. Satu kandang besar berisi kambing yang berumur satu minggu, satu
bulan dan tiga bulan.

Setiap pagi dan sore anak kambing diberi minum susu

pengganti yaitu susu sapi segar. Setiap kandang kelompok diisi 10-15 ekor anak
kambing. Kandang kelompok digunakan juga untuk kambing yang sedang laktasi
sebanyak 5-10 ekor. Kandang kambing dibuat dari bahan bambu, kayu dan kawat
teralis dengan sistem atap monitor. Gambar 12 menyajikan perkandangan kambing
perah di CF.

Gambar 12. Tipe Kandang Kambing Perah di Cordero Farm Ciapus, Bogor, Jawa
Barat
Analisis Statistik Deskriptif
Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran-ukuran linear
permukaan tubuh kambing PE jantan dan betina kondisi gigi I0 di Doa Anak Yatim
Farm (DAYF) dan Cordero Farm (CF), disajikan pada Tabel 3. Ukuran-ukuran
linear permukaan tubuh kambing PE pada kondisi gigi I1 disajikan pada Tabel 4,
sedangkan Tabel 5 pada kondisi gigi I2. Tabel 6 menyajikan ukuran-ukuran linear

22

permukaan tubuh kambing PE pada kondisi gigi I3. Kambing PE jantan I2 tidak
ditemukan di CF (Tabel 5). Koefisien keragaman yang diperoleh pada pengamatan
ini dijadikan dasar penentuan apakah sifat ukuran-ukuran linear permukaan tubuh
kambing PE telah mengalami seleksi. Berdasarkan nilai koefisien keragaman
tersebut dapat ditentukan apakah suatu variabel ukuran linear permukaan tubuh
kambing PE sudah atau belum diseleksi.
Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I0 di Doa Anak Yatim
Farm dan Cordero Farm
Doa Anak Yatim

Cordero


n = 27


n=7


n = 25


n = 28

Tinggi Pundak
(X1)

51,20±10,15
(19,83%)

48,10±9,65
(20,06%)

53,28±7,57
(14,21%)

52,05±8,83
(16,96%)

Tinggi Pinggul
(X2)

54,33±10,85
(19,97%)

49,99±10,82
(21,65%)

56,40±8,01
(14,21%)

55,52±9,08
(16,35%)

Panjang Badan
(X3)

44,42±10,45
(23,53%)

39,81±6,78
(17,04%)

44,03±7,10
(16,13%)

43,37±8,44
(19,46%)

Lebar Dada
(X4)

9,267±2,265
(24,44%)

9,400±1,838
(19,56%)

9,404±1,795
(19,09%)

8,754±2,047
(23,38%)

Dalam Dada
(X5)

16,589±4,385
(26,44%)

14,314±1,749
(12,22%)

15,072±3,115 14,643±3,203
(20,66%)
(21,87%)

Lebar Pinggul
(X6)

8,022±1,645
(20,51%)

7,343±1,868
(25,44%)

8,004±1,194
(14,92%)

Lebar
Kelangkang (X7)

11,004±2,106
(19,14%)

9,700±2,036
(20,99%)

11,068±1,383 10,889±1,686
(12,49%)
(15,48%)

Panjang
Kelangkang (X8)

14,989±3,552
(23,70%)

14,500±2,566
(17,70%)

14,996±3,140 13,679±3,163
(20,94%)
(23,12%)

Lingkar Dada
(X9)

50,78±11,32
(22,29%)

45,64±8,82
(19,32%)

52,82±9,03
(17,09%)

50,74±8,62
(17,00%)

Lingkar Kanon
(X10)

6,581±0,738
(11,21%)

6,186±0,747
(12,08%)

7,120±0,726
(10,19%)

6,704±0,633
(9,44%)

Variabel

8,093±1,661
(20,53%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan
jumlah sampel

23

Pengertian seleksi disini adalah seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi
peternak merupakan seleksi buatan. Pada pengamatan ini, peternak tidak secara
langsung melakukan seleksi terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh, tetapi
terhadap ukuran dan bentuk tubuh kambing PE dilakukan untuk tujuan produksi dan
memenangkan kontes. Hanya betina-betina yang menghasilkan produksi susu tinggi
yang dipertahankan. Betina produksi susu tinggi memiliki ukuran dan bentuk tubuh
tipikal perah, demikian pula jantan yang diikutsertakan dalam kontes.
Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I1 di Doa Anak Yatim
Farm dan Cordero Farm

Tinggi Pundak
(X1)

Doa Anak Yatim


n = 10
n = 31
67,35±5,09
70,713±4,945
(7,55 %)
(6,99%)

Tinggi Pinggul
(X2)

70,65±5,59
(7,92%)

76,66±6,24
(8,14%)

Panjang Badan
(X3)

66,55±4,36
(6,54%)

73,54±7,54
(10,25%)

Lebar Dada
(X4)

12,050±0,985
(8,17%)

13,494±0,904
(6,7%)

11,400±0,652 14,208±1,753
(5,72%)
(12,34%)

Dalam Dada
(X5)

24,270±1,962
(8,09%)

27,094±3,113
(11,49%)

17,340±1,976 20,158±2,214
(11,39%)
(10,98%)

Lebar Pinggul
(X6)

10,710±1,012
(9,44%)

14,106±1,800
(12,76%)

9,200±0,274
(2,98%)

Lebar
14,370±1,677
Kelangkang (X7)
(11,67%)

17,239±1,625
(9,43%)

12,400±0,418 15,000±0,995
(3,37%)
(6,63%)

Panjang
16,700±0,587
Kelangkang (X8)
(3,51%)

19,519±2,172
(11,13%)

17,300±0,570 15,542±0,689
(3,30%)
(4,44%)

Variabel

Cordero


n=5
60,50±2,72
(4,49%)


n = 12
68,683±2,396
(3,49%)

65,500±2,031 72,958±2,410
(3,10%)
(3,30%)
51,60±2,41
(4,67%)

60,23±3,90
(6,48%)

11,858±1,145
(9,65%)

Lingkar Dada
(X9)

69,75±7,54
(10,81%)

81,55±8,71
(10,68%)

60,60±2,95
(4,86%)

69,333±3,150
(4,54%)

Lingkar Kanon
(X10)

8,480±0,476
(5,61%)

8,606±0,683
(7,93%)

7,800±0,274
(3,51%)

8,083±0,764
(9,45%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan
jumlah sampel

24

Tabel 5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I2 di Doa Anak Yatim
Farm dan Cordero Farm
Doa Anak Yatim
Variabel

Cordero

Tinggi Pundak
(X1)


n=2
80,50±3,54
(4,39%)


n=9
71,389±2,721
(3,81%)


n=0
-


n=6
72,667±2,173
(2,99%)

Tinggi Pinggul
(X2)

85,50±3,54
(4,14%)

75,80±3,67
(4,84%)

-

76,48±2,60
(3,40%)

Panjang Badan
(X3)

84,50±2,12
(2,51%)

75,93±6,48
(8,53%)

-

63,45±3,93
(6,20%)

Lebar Dada
(X4)

11,150±0,212
(1,90%)

10,856±1,001
(9,22%)

-

12,167±1,169
(9,61%)

Dalam Dada
(X5)

29,00 1,41
(4,88%)

27,622 2,944
(10,66%)

-

22,900±1,644
(7,18%)

Lebar Pinggul
(X6)

13,300±1,131 14,767±0,986
(8,51%)
(6,68%)

-

12,800±0,648
(5,06%)

Lebar Kelangkang
(X7)

18,200±1,273
(6,99%)

17,978±1,180
(6,56%)

-

16,050±0,771
(4,81%)

Panjang
Kelangkang (X8)

21,25±2,47
(11,65%)

18,744±1,423
(7,59%)

-

20,42±2,69
(13,18%)

Lingkar Dada
(X9)

83,50±4,95
(5,93%)

82,99±6,28
(7,56%)

-

74,33±3,50
(4,71%)

Lingkar Kanon
(X10)

10,750±1,061
(9,87%)

9,244±1,019
(11,02%)

-

8,583±0,376
(4,39%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman, n= menunjukkan jumlah
sampel dan kambing jantan tidak ditemukan pada kondisi gigi I2

Menurut Batubara et al. (2011) menyatakan bahwa bobot badan dan ukuranukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada, lingkar dada,
dan lingkar kanon) pada kambing Marica lebih tinggi dibandingkan dengan populasi
kambing lainnya. Jenis kambing yang diamati yaitu kambing Benggala, Marica,
Jawarandu, Kacang, Muara dan Samosir. Pada penelitian ini ukuran linear
permukaan tubuh kambing PE pada kondisi gigi berbeda dari hasil penelitian
Batubara et al. (2011). Ukuran linear permukaan tubuh kambing PE pada kondisi

25

gigi I2 di DAYF dan CF lebih besar pada variabel (tinggi pundak, panjang badan dan
lingkar dada) dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Batubara et al. (2011).
Tabel 6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Kambing PE pada Kondisi Gigi I3 di Doa Anak Yatim
Farm dan Cordero Farm

Tinggi Pundak
(X1)

Doa Anak Yatim


n=6
n=5
82,70±4,20
69,50±2,65
(5,08%)
(3,81%)

Tinggi Pinggul
(X2)

87,62±3,33
(3,80%)

73,18±3,21
(4,38%)

86,800±1,924
(2,22%)

77,857±2,561
(3,29%)

Panjang Badan
(X3)

85,70±2,94
(3,43%)

71,44±2,44
(3,42%)

77,00±7,07
(9,18%)

69,17±5,76
(8,33%)

Variabel

Cordero


n=5
82,40±3,58
(4,34%)


n=7
74,11±2,91
(3,93%)

Lebar Dada
(X4)

18,217±0,665 16,780±0,259 15,400±1,517
(3,65%)
(1,54%)
(9,85%)

15,271±1,592
(10,43%)

Dalam Dada
(X5)

32,467±1,305
(4,02%)

26,286±2,018
(7,68%)

Lebar Pinggul
(X6)

14,650±1,218 14,120±1,205 14,000±0,707
(8,31%)
(8,53%)
(5,05%)

14,957±0,971
(6,49%)

Lebar
Kelangkang (X7)

18,567±0,516 16,840±1,246 17,100±0,548
(2,78%)
(7,40%)
(3,20%)

17,214±0,430
(2,50%)

Panjang
Kelangkang (X8)

22,333±1,751 20,760±1,167 23,700±0,671
(7,84%)
(5,62%)
(2,83%)

22,143±1,069
(4,83%)

27,82±2,73
(9,82%)

25,90±2,85
(10,99%)

Lingkar Dada
(X9)

87,72±9,83
(11,20%)

82,40±5,86
(7,11%)

88,00±5,79
(6,58%)

78,50±3,94
(5,02%)

Lingkar Kanon
(X10)

11,433±0,781
(6,83%)

8,440±0,493
(5,84%)

10,900±0,652
(5,98%)

8,786±0,567
(6,45%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman dan n= menunjukkan
jumlah sampel

Tabel 7 disajikan untuk mempermudah pengambilan kesimpulan data
deskriptif yang disajikan pada Tabel 3, 4 dan 6. Tabel 7 merupakan urutan kelas
ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE jantan di DAYF dan CF pada
kondisi gigi I0, I1 dan I3. Urutan berdasarkan ukuran yang lebih besar. Koefisien
keragaman masing-masing variabel dibandingkan antara DAYF dan CF pada

26

masing-masing kondisi gigi yaitu I0, I1 dan I3. Koefisien keragaman yang lebih
rendah mengindikasikan bahwa variabel tersebut diseleksi lebih ketat.
Dari 10 variabel yang diamati, lingkar kanon merupakan variabel yang paling
tidak diperhatikan peternak dalam penentuan tipe perah. Lingkar kanon dapat
dijadikan sebagai variabel yang banyak diseleksi alam. Nei (1987) menyatakan
bahwa ukuran lingkar kanon dengan bobot badan ternak sangat berkorelasi positif,
karena semakin besar lingkar kanon yang didapat maka semakin besar pula bobot
badan.
Tabel 7.

Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE
Jantan di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm
Jantan (♂)
I0

Variabel

I1

I3

DAYF

CF

DAYF

CF

DAYF

CF

Tinggi Pundak (X1)

2

1*

1

2*

1

2*

Tinggi Pinggul (X2)

2

1*

1

2*

1

2*

Panjang Badan (X3)

1

2*

1

2*

1*

2

Lebar Dada (X4)

2

1*

1

2*

1*

2

Dalam Dada (X5)

1

2*

1*

2

1*

2

Lebar Pinggul (X6)

1

2*

1

2*

1

2*

Lebar Kelangkang (X7)

2

1*

1

2*

1*

2

Panjang Kelangkang (X8)

2

1*

2

1*

2

1*

Lingkar Dada (X9)

2

1*

1

2*

2

1*

Lingkar Kanon (X10)

2

1*

1

2*

1

2*

Keterangan: I2= tidak ditemukan; tanda (*)= ukuran linear yang terseleksi; 1= besar; 2= kecil pada
baris yang sama; DAYF= Doa Anak Yatim Farm; CF= Cordero Farm

Hasil penelitian pada Tabel 7 menyatakan bahwa seluruh ukuran-ukuran
linear permukaan tubuh kambing PE jantan pada kondisi gigi I0 di CF dibandingkan
dengan yang ditemukan di DAYF memiliki keragaman yang lebih rendah, yang
mengindikasikan bahwa kambing PE jantan dan umur I0 tersebut telah diseleksi lebih
ketat. Penyeleksian lebih ketat tersebut memberikan hasil ukuran tubuh yang lebih
besar pada tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar dada, lebar dan panjang kelangkang,
lingkar dada dan lingkar kanon. Hal yang tidak demikian ditemukan pada betina
27

(Tabel 8). Kambing PE betina pada kondisi gigi I0 terseleksi ke arah ukuran besar
pada tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, lebar kelangkang, lingkar dada dan
lingkar kanon. Perubahan urutan ukuran tubuh dan keragaman ditemukan pada
kambing PE jantan pada kondisi gigi I1 (Tabel 7). Seluruh ukuran-ukuran linear
permukaan tubuh kambing PE jantan I1 CF terseleksi ketat kecuali dalam dada.
Seleksi ketat berakibat pada penurunan ukuran pada semua ukuran tubuh kecuali
panjang kelangkang. Hal yang tidak terlalu berbeda ditemukan pada betina (Tabel
8).
Tabel 8.

Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kambing PE
Betina di Doa Anak Yatim Farm dan Cordero Farm
Betina (♀)
I0

Variabel

I1

I2

DAYF CF DAYF CF

I3

DAYF CF

DAYF

CF

Tinggi Pundak (X1)

2

1*

1

2*

2

1*

2*

1

Tinggi Pinggul (X2)

2

1*

1

2*

2

1*

2

1*

Panjang Badan (X3)

2*

1

1

2*

1

2*

1*

2

Lebar Dada (X4)

1*

2

2*

1

2*

1

1*

2

Dalam Dada (X5)

2*

1

1

2*

1

2*

1

2*

Lebar Pinggul (X6)

2

1*

1

2*

1

2*

2

1*

Lebar Kelangkang (X7)

2

1*

1

2*

1

2*

2

1*

Panjang Kelangkang (X8)

1*

2

1

2*

2*

1

2

1*

Lingkar Dada (X9)

2

1*

1

2*

1

2*

1

2*

Lingkar Kanon (X10)

2

1*

1*

2

1

2*

2*

1

Keterangan: tanda (*)= ukuran linear yang terseleksi; 1= besar; 2= kecil pada baris yang sama;
DAYF= Doa Anak Yatim Farm, CF= Cordero Farm

Seluruh ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kambing PE betina I1 CF
terseleksi ketat kecuali lebar dada dan lingkar kanon. Seleksi ketat juga berakibat
pada penurunan ukuran pada semua ukuran tubuh kecuali lebar dada. Hasil analisis
pada Tabel 7 mengindikasikan bahwa seleksi lebih ketat pada kambing PE betina
kondisi gigi I2 telah dilakukan di CF, kecuali lebar dada dan panjang kelangkang.
Fenomena yang berbeda ditemukan pada kambing PE kondisi gigi I3. Tabel 7 dan 8
memperlihatkan bahwa Kambing PE jantan dan betina pada kondisi gigi I3 CF

28

dibandingkan dengan DAYF lebih terseleksi. Hasil seleksi memberikan ukuran yang
lebih kecil pada jantan dan lebih besar pada betina. Perubahan ukuran tubuh
kambimg PE jantan dan betina dari umur I0 sampai dengan I3 menunjukkan
perbedaan antara CF dan DAYF.
Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan cerminan pola pertumbuhan.
Cerminan pola pertumbuhan pada kambing PE CF memperlihatkan pertumbuhan
tidak secepat DAYF dari umur I0 sampai dengan I2, tetapi dari I2 ke I3 pertumbuhan
kambing PE CF lebih cepat dibandingkan DAYF. Perbedaan cerminan pola
pertumbuhan kambing PE kemungkinan disebabkan perbedaan menejemen
pemeliharaan yang di dalamnya melibatkan kebijakan peternak dalam program
pemuliaan. Menurut Prasetyo (1999), pola pertumbuhan suatu ternak yang berbeda
dapat terjadi sebagai akibat perbedaan menejemen pemeliharaan. Menejemen
pemuliaan pada masing-masing lokasi pengamatan merupakan bagian dari
menejemen pemeliharaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa semua faktor produksi
(dalam satuan fisik) diperlukan untuk menghasilkan suatu produk peternakan, seperti
pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan lahan usaha. Perbedaan iklim pada lokasi
pengamatan juga mempengaruhi perolehan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh
pada masing-masing lokasi pengamatan. Pada pengamatan ini, suhu, curah hujan
dan kelembaban udara yang berbeda mengakibatkan perbedaan performa ukuranukuran linear permukaan tubuh. Suhu di DAYF ditemukan lebih tinggi, dengan
curah hujan yang lebih rendah serta kelembaban udara yang lebih tinggi,
dibandingkan dengan di CF (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, 2012).
Uji Statistik T2-Hotelling
Hasil uji T2-Hotelling pada penelitian ini memberikan hasil perbedaan pada
ukuran-ukuran linear permukaan tubuh antara kambing PE di DAYF dan CF
(P