BAB I PENDAHULUAN
2. Latar Belakang Masalah
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menempatkan Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus, terkait dengan karakter khas
sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang yang tinggi. Pengakuan negara atas kekhususan daerah Aceh ini terakhir diberikan melalui Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh UUPA.
1
Gerakan Aceh Merdeka UUPA ini tidak
terlepas dari Nota Kesepahaman MoU Memorandum of Understanding antara Pemerintah dan
GAM yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial,
ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 Ayat 2 UUD 1945 menyebutkan bahwa
“Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupatenkota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Selanjutnya
disebutkan dalam Pasal 18B Ayat 1 dan Ayat 2 yang menyebutkan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan
1
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Daerah Istimewa Aceh Sebagai Nanggroe Aceh Darussalam.
Universitas Sumatera Utara
istimewa, serta menghormati satuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjelaskan bahwa pengertian desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danatau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing
community dengan local self government
2
Desa Adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan Desa, pembangunan Desa, serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah KabupatenKota. Dalam posisi seperti
, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa
dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut
pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta
pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.
2
Sejauh ini ada tiga perspektif untuk menempatkan kedudukan desa di Indonesia dan di banyak Negara. Tiga bentuk tersebut adalah desa sebagai kesatuan masyarakat desa adat self governing community, desa
otonom local self government dan desa administratif local state government atau di Indonesia dikenal dengan nama kelurahan. Pada prinsipnya self-governing community adalah komunitas lokal diatas negara,
yang mengelola hidupnya sendiri dengan menggunakan lembaga lokal. Self Government adalah suatu pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat terhadap pemerintahan daerah untuk mengatur pemerintah
sendiri, kecuali menyangkut tiga kebijakan moneter atau keuangan, keamanan, serta kebijakan luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
ini, Desa dan Desa Adat mendapat perlakuan yang sama dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
3
Gampong dalam konteks Qanun Oleh sebab itu, di masa depan Desa dan Desa Adat dapat melakukan perubahan
wajah Desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta pembinaan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat di wilayahnya. Dalam status yang sama seperti itu, Desa dan Desa Adat diatur secara tersendiri dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh menyebutkan bahwa Gampong atau dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum
yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik atau dengan nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Dengan demikian gampong
merupakan salah satu strata pemerintahan dalam susunan Pemerintahan Aceh yang berada diwilayah KabupatenKota.
4
3
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
4
Qanun, adalah sejenis peraturan daerah Perda di tingkat provinsi dan kabupatenkota . Tujuannnya untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
No. 5 Tahun 2003 merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, mempunyai pimpinan
pemerintahan dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Sebagai kesatuan masyarakat hukum dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan, gampong
memiliki hak dan kekuasaan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam lingkungannya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gampong mempunyai tugas
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, membina masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan syariat Islam.
5
Sebagai kesatuan wilayah adat terkecil di Aceh, gampong merupakan kumpulan hunian atau komunitas yang diikat oleh satu meunasah madrasah. Gampong sendiri terdiri
dari beberapa jurong, Tumpok kumpulan rumah atau ujong ujung gampong.
6
Penanda dari wilayah suatu gampong bisa dilihat dari keadaan fisik atau topografi alam setempat
untuk menandai wilayah gampong yang satu dengan yang lain digunakan batas alam sungai, tanah, gunung dan bukit. Gampong memiliki karakteristik yang ditandai dengan
pola pemukiman yang padat dan terpusat dengan arah bangunan menghadap ke kiblat. Terdapat bangunan rumah berbentuk rumah panggung dengan meunasah sebagai tempat
beribadah yang terletak di tengah-tengah gampong.
7
Satuan komunitas tersebut merupakan entitas kolektif yang didasarkan pada hubungan saling mengenal dan saling membantu dalam ikatan geneologis maupun
teritorial. Satuan komunitas ini membentuk kesatuan masyarakat hukum yang pada asalnya bersifat komunal. Pada mulanya satuan-satuan komunitas tersebut terbentuk atas kebutuhan
anggotanya sendiri. Untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya mereka membuat lembaga yang diperlukan. Lembaga yang dibentuk mencakup lembaga politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Dengan demikian, lembaga yang
5
Abdurrahman, Reusam Gampong, Majalah Jeumala, Edisi No. XXVII Juli 2008, Majelis Adat Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2008, hal. 13.
6
M. Arief, Sanusi. Gampong dan Mukim di Aceh Menuju Rekronstruksi Pasca Tsunami, Bogor: Pustaka Latin, 2005, hal 11.
7
Hiraswari Gayatri, Irine dan Septi Satriani ed. Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. Jakarta:LIPI Press, 2007, hal 48
Universitas Sumatera Utara
terbentuk sangat beragam, tergantung pada pola-model tertentu berdasarkan adat-istiadat komunitas yang bersangkutan.
Karena konsep kekuasaan di Aceh tidak memisakan antara adat dan agama, maka konsep kekuasaan ini dijabarkan dalam pemerintahan hingga ke tingkat gampong.
Gampong sendiri memiliki struktur pemerintahan yang dinamakan pemerintahan gampong. Gampong sebagai kesatuan masyarakat hukum memiliki hak dan kekuasaan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat terutama dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, gampong memiliki peran dan
fungsi yang strategis, yakni gampong memiliki susunan pemerintahan yang asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, penyelenggaraan pemerintah gampong
merupakan subsistem dari penyelenggaraan Pemerintahan Aceh dan juga subsistem Pemerintahan Nasional, Gampong juga dapat melakukan penyusunan produk hukum, baik
hukum publik, hukum perdata maupun hukum adat yang dirumuskan dalam bentuk qanun gampong, memiliki harta kekayaan, harta benda atau aset, bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut di pengadilan. Gampong sebagai perwujudan demokrasi. Di dalam gampong dibentuk lembaga Tuha
peut atau dengan sebutan lain sebagai lembaga yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, menetapkan legislasi serta mengawasi jalannya pemerintahan gampong. Di
Gampong juga dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat sesuai kebutuhan yang merupakan mitra kerja Pemerintah Gampong dan juga memiliki sumber pembiayaan
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan gampong merupakan penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh tiga pilar pemerintah gampong yaitu keuchik, Teungku imam meunasah, dan badan
permusyawaratan gampong yang disebut Tuha peut sekumpulan orang yang dituakan karena memiliki beberapa kelebihan. Tiga lembaga pemerintah gampong ini berfungsi
sebagai penyelenggara pemerintahan gampong. Peranan masing-masing lembaga sudah diatur dimana keuchik mengurusi masalah pemerintahan, teungku imam meunasah dalam
bidang keagamaan dan tuha peut sebagai perwakilan masyarakat gampong.
8
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kekuasaan yang dimiliki seorang keuchik, bagaimana ia menggunakan kekuasaannya untuk
menjalankan sebuah pemerintahan gampong. Menarik bahwa disamping memimpin suatu gampong, seorang keuchik harus juga mengetahui secara mendalam tentang hukum Islam,
menguasai adat-istiadat dan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat gampong yang Kekuasaan eksekutif berada pada kepala desa atau Keuchik. Keuchik merupakan
representatif dari masyarakat gampong yang diberi mandat dan kepercayaan untuk menjalankan roda pemerintahan, menetapkan berbagai kebijakan gampong dalan upaya
mensejahterakan masyarakat gampong. Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Keuhchik lebih banyak berorientasi pada adat. Hal itu sebagai implikasi dari kehidupan
keseharian masyarakat gampong yang masih patuh menjalankan serta melestarikan nilai- nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat.
8
Hurgronje, C Snouck, Aceh Rakyat dan Adat Istiadatnya. Jakarta: Indonesian–Netherlands Cooperation in Islamic Studies.1996 hal 53.
Universitas Sumatera Utara
dipimpinnya dalam tujuan menjaga keamanan, kenyamanan, kerukunan, dan ketertiban masyarakat gampong.
3. Perumusan Masalah