FUNGSIKOMPANG PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN

3.2.4 Malam Berinai, Berinai, Tari Inai Dan Cecah Inai

Upacara malam berinai diadakan sehari sebelum menikah di rumah calon masing-masingpengantin dan dihadiri oleh seluruh kerabat, saudara, tetangga serta teman-teman terdekat dari kedua belah pihak calon pengantin, ada tiga upacara di malam berinai antar lain:

1. Berinai Berinai ialah pemakaian inai yang sudah di haluskan dan di lengketkan kemudian di balut kejari kuku kedua belah mempelai penganti kira-kira satu inci jari kuku. Kemudian inai ini juga di tempelkan ke telapak tangan kira-kira sebesar bola pimpong.Upacara berinai diadakan sehari sebelum menikah di rumah masing-masing calon pengantin dan dihadiri oleh seluruh keluarga dan teman-teman terdekat dari kedua calon pengantin.Malam berinai dilakukan satu malam saja hal ini dilakukan karena alasan untuk mempersingkat waktu dan perekonomian. Malam berinai yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki hanya tepung tawar oleh keluarga dan teman-temanya saja, sedangkan malam berinai yang dilakukan oleh pihak mempelai perempuan ialah serangkaian acara sakral, malam berinai di awali dengan bersalaman kepada kedua orang tua sebelum calon pengantin wanita duduk di atas pelaminan, kemudian dilanjutkan acara hiburan dan tari inai sebagai pelengkap kesakralan malam berinai tersebut.

2. Tari inai

Pada acara malam berinai, penari inai menggunakan baju kurung muslim dan kepala di tutup dengan menggunakan peci muslim berwarna hitam di tambah hiasan kain songket pada bagian pinggang yang di bentuk segitiga atau sejajar dan di ikatkan ke pinggang, berkancing limah buah kancing baju pada bagian leher yang melambangkan rukun Islam yang berjumlah lima rukun Islam yakni:

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah.

2. Menunaikan shalat lima waktu sehari.

3. Mengeluarkan zakat.

4. Berpuasa pada bulan Ramadan.

5. Menunaikan haji bagi mereka yang mampu. Inai adalah tumbuhan yang hidup di dataran tinggi yang memiliki daun yang lebat berukuran relatif kecil dan berwarna hijau. Daun inai yang telah tua ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam yang terdapat didaun tersebut, daun yang tua itulah yang digiling halus kemudian diisi kedalam piring kecil, dibuat seperti bukit kecil di atas piring tersebut dan diletakan lilin yang menyala di atas tumpukan inai yang telah halus.

Beras kunyit di taburkan kearah kedua mempelai yang sedang bersanding oleh sipenari inai, dan sipenari inai langsung menarikan tarian untuk mendoakan keselamatan keduamempelai sampai keanak cucu sambil menarikan tarian inai dengan inai yang telah disiapkan tadi.Dalam penyajian tarian inai masyarakat di daerah ini pada konteks upacara Beras kunyit di taburkan kearah kedua mempelai yang sedang bersanding oleh sipenari inai, dan sipenari inai langsung menarikan tarian untuk mendoakan keselamatan keduamempelai sampai keanak cucu sambil menarikan tarian inai dengan inai yang telah disiapkan tadi.Dalam penyajian tarian inai masyarakat di daerah ini pada konteks upacara

Pada kebudayaan etnis Melayu di sini tari inai yang di tampilkan pada upacara perkawinan di waktu malam berinai merupakan kegiatan yang penting dalam suatu perkawinan dan pada upacara tersebut tari inai di tampilkan.Dari gerakan-gerakan tarian inai ini memiliki makna-makna religius dan kombinasi dari gerakan-gerakan silat.

3. Cecah Inai Daun pinang di bentuk seperti sapu lidi di celupkan kedalam air mawar, air mawar ialah air putih yang diisi minyak wangi dan daun pandan wangi yang sudah diiris halus kemudian semua bahan tersebut diisi kedalam satu mangkuk.

3.2.5 Mandi Tepung Tawar

Mandi tepung tawar ialah calon pengantin di mandikan oleh petinggi adat dengan harapan kedua belah pihak mempelai di jauhkan Mandi tepung tawar ialah calon pengantin di mandikan oleh petinggi adat dengan harapan kedua belah pihak mempelai di jauhkan

3.2.6 Bersanding

Bersanding ialah kedua mempelai di sandingkan di pelaminan, dan pelaksanaan upacara bersanding diadakan di rumah pengantin perempun.Pasangan pengantin telah dirias kemudian duduk di atas pelaminan.

Gambar 3.7 : Bersanding (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

3.2.7 Meminjam Pengantin

Pada hari yang sudah di tentukan maka orang tua dari pihak mempelai laki-laki mengutus anak laki-laki atau anakperempuan dari pihak mempelai laki-laki meminjam pengantin ke rumah ibu bapakmempelai pengantin perempuan.Perwakilan dari belah pihak

mempelai pengantin laki-laki ini akan membawakan orang tua dari mempelai perempuan ini kue-kue, tilam, bantal dan satu mangkuk nasi kuning. Secara simbolis tuan rumah atau orang tua dari mempelai perempuan akan menyerahkan asam, garam, beras, lesong dan alat-alat memasak lainya dengan tujuan agar anak perempuannya mau ikut membantu kedapur ketika berada di rumah mepelai laki-laki. Setelah tiga malam atau seperti yang dijanjikan bersamapengantin di antar kerumah mempelai perempuan dan setelah itu, selesailah seluruhupacara perkawinan adat Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman ini.

3.2.8Deskripsi MusikKompang

Untuk melihat fungsi kompangdalam konteks upacara perkawinan ini, akan lebih mudah mengetahui terlebih dahulubagaimana proses dan tahap-tahap upacara adat perkawinan tersebut namun sebelum melihat bagaimana pertunjukannya kompangpada pesta perkawinan tersebut di daerah ini, penulis akan menjelaskan kebiasaan pemusik kompangsebelum mulai memainkan alat musik kompang di depan rumah pengantin laki-laki.

Gambar 3.8 : Persiapan para pemusik kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Sebelum memulai pengiringan pengantin laki-laki menuju kekediaman pengantin perempuan dengan musik kompang, para pemusik kompang akan mempersiapkan alat musik kompang mereka masing-masing. Sebelum dimainkan terlebih dahulu dipasangsidak, sidak adalah rotan atau kabel listrik kecil yang di pasang di bagian dalam alat musik kompang yang berfungsi sebagai alat bantuuntuk mengencangkan kulit alat musik kompang tersebut. Tujuan di pasangnya sidak ini ialah agar terdengar nyaring saat di pukul, ada juga dengan cara menjemur alat musik kompang tersebut.

Gambar 3.9 : Persiapan para pemusik kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

3.2.9 Pemusik Kompang

Pemusik merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan musik kompang ini, karena para pemusik kompang inilah yang akan memainkanalat musik kompang tersebut.Pemusik kompang menjadi symbol atau tanda bagi masyarakat di sini karena apabila masyarakat di daerah Sungai Guntungmendengar musik kompang ini di mainkan di jalanan berarti ada upacara perkawinan yang sedang berlangsung.

Dahulunya musik kompang hanya di pakai oleh etnis Melayu saja, namun seiring perkembangan zaman kini musik kompang di daerah Sungai Guntung ini juga di pakai oleh etnis diluar etnis Melayu dalam upacara perkawinan.H.Mastar Abbas, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) menyatakan bahwa etins Bugis bone yang ada di sini yang menggunakan musik kompang ini dalam upacara perkawinan adat etnis mereka hanya Dahulunya musik kompang hanya di pakai oleh etnis Melayu saja, namun seiring perkembangan zaman kini musik kompang di daerah Sungai Guntung ini juga di pakai oleh etnis diluar etnis Melayu dalam upacara perkawinan.H.Mastar Abbas, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) menyatakan bahwa etins Bugis bone yang ada di sini yang menggunakan musik kompang ini dalam upacara perkawinan adat etnis mereka hanya

Dalam penyajian musik kompang biasanya pemusik kompang ini berjumlah minimal 8 orang pemusik dan maksimal 30 orang pemusik kompang.sebelummulai mengiringi pengantin laki-laki menuju ke kediaman mempelai pengantin perempuan para keluarga daripihak mempelai laki-laki akan di bantu oleh para pemusik kompang untuk mengatur barisan sebelum memulai perjalanan menuju kekediaman mempelai perempuan.

Gambar 3.10 : Mengatur barisan pemusik kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Dalam proses mengantar pengantin laki-laki menuju kekediaman pengantin perempuan barisan atau susunan pengantin yang benar pada saat diiringi oleh para pemusik kompang ada tiga pembagian barisan yakni barisan

depan, barisan tengah, dan barisan belakang.Barisan depan di isi oleh pengantin laki-laki, pemegang payung dan pemegang bunga yang berada tepat di belakang pengantin laki-laki dan pemegang payung.Barisan tengah di isi oleh pemusik kompang.Dan barisan belakang atau barisan akhir di isi oleh para sanak saudara dari pihak pengantin laki-laki atau siap saja yang ikut mengantar pengantin laki laki menuju kekediaman pengantin perempuan.Pemilihan pemusik kompang ini yang penulis dapatkan di lapangan merupakan anggota dari sanggar Dangkong di Sungai Guntung Kecamatan Kateman. Para pemusik kompang ini selalu berlatih setiap malam jum’at mereka adalah pemusik kompang pertama kali dan satu- satunya dari lima kecamatan yang ada di Daerah Indra girihilir Utara, Kecamatan Belengkong, Kecamatan Mandah, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan Pulau Burung Dan Kecamatan Kateman.

Para pemusik kompang dari sanggar Dangkong ini juga sering dijemput untuk mengantar pengantin di kecamatan-kecamatan yang ada di Indra Girihilir Utara ini.

3.2.10 Teknik PermainKompang

Untuk menghasilkan suara dari alat musik ini maka dimainkan dengan cara duduk, berdiri, atau berjalan. Kompang dapat dimainkan dengan cara memukul atau mengetuk kulit dengan tangan atau jari. Tangan kiri digunakan untuk memegang kompang dan tangan kanan digunakan untuk memukul kompang.Cara menghasilkan bunyi 'bung', pemain perlu merapatkan jari dan Untuk menghasilkan suara dari alat musik ini maka dimainkan dengan cara duduk, berdiri, atau berjalan. Kompang dapat dimainkan dengan cara memukul atau mengetuk kulit dengan tangan atau jari. Tangan kiri digunakan untuk memegang kompang dan tangan kanan digunakan untuk memukul kompang.Cara menghasilkan bunyi 'bung', pemain perlu merapatkan jari dan

Gambar 3.11 Posisi menghasilkan bunyi “pak” (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Dari pengamatan penulis cara menghasilkan bunyi “pak” pada alat musik kompang ialah jari pemain musik kompang harus di rapatkan sewaktu memukul kompang dan pukulan haruslah mengenai pada bagian tengah kulit kompang.

Gambar 3.12

Tehnik menghasilkan bunyi “pak” dengan gaya permainan kompang

sambil berjalan mengiringi pengantin laki-laki. (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Ada tigacara posisi permainan kompang yang digunakan oleh masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntungini, yang pertama posisi permainan kompang dengan cara duduk, yang kedua posisi permainan kompang dengan cara berdiri dan yang ketiga posisi permainan kompang yang di mainkandengan cara sambil berjalan. Berbeda dengan posisiatau cara menghasilkan bunyi “pak” pada alat musik kompang yang dimainakan dengan posisi duduk. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bunyi “pak” pada kompang yang dimainkan dengan posisi berdiri ini ialah jari pemain musik kompang harus direnggangkan sewaktu memukul kompang dan Ada tigacara posisi permainan kompang yang digunakan oleh masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntungini, yang pertama posisi permainan kompang dengan cara duduk, yang kedua posisi permainan kompang dengan cara berdiri dan yang ketiga posisi permainan kompang yang di mainkandengan cara sambil berjalan. Berbeda dengan posisiatau cara menghasilkan bunyi “pak” pada alat musik kompang yang dimainakan dengan posisi duduk. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bunyi “pak” pada kompang yang dimainkan dengan posisi berdiri ini ialah jari pemain musik kompang harus direnggangkan sewaktu memukul kompang dan

Gambar 3. 13

Posisi menghasilkan bunyi “bung” dengan gaya permainan kompang

sambil berjalan mengiringi pengantin laki-laki.

(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Untuk menghasilkan bunyi “bung” tangan kiri digunakan untuk memegangkompang dantangan kanan digunakan untuk memukul kompang. Cara menghasilkan bunyi “bung” ini, pemain harus merapatkan jari dan memukul pada bagian sisi pinggir kompang .

Gambar 3.14

Posisi memegang kompang tampak dari depan. (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Tangan kiri menggenggam balo atau kerangka kompang bagian bawah dengan empat jari menghadap kedepan dan ibu jari menghadap kearah belakang balo atau keranga kompang (lihat ilustrasi gambar 3.14).Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang pada umumnya.

Gambar 3. 15

Posisi memegang kompang tampak dari belakang. (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Tangan kiri menggenggam balo atau kerangka kompang bagian bawah dengan ibu jari menghadap kearah belakang balo atau kerangka kompang.Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang pada umumnya.

Gambar 3. 16

Posisi memegang kompang tampak dari depan untuk posisi permainan

kompang secara berdiri (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Tangan kanan menggenggam balo atau kerangka kompang bagian atas dengan ibu jari menghadap kearah depan balo atau kerangka kompang. Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang kiri atau kidal.

Gambar 3. 17

Posisi memegang kompang tampak dari belakang untuk posisi permainan

kompang secara berdiri (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Tangan kanan menggenggam balo atau kerangka kompang bagian atas dengan ibu jari menghadap kearah depan balo atau kerangka kompang dan empat jari menghadap ke arah belakang kompang. Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang kiri atau kidal.

3.2.11 Proses Pembuatan Alat Musik Kompang

Bahan-bahan yang di perlukan antara lain :kayu nangka, kulit kambing betina, geregaji, pahat, pisau, kapak,kertas pasir atau amplas,tikar atau pita merah dan paku. Adapun cara-cara pembuatan kompangtersebut sebagai berikut:

1. kayu besar yang dipotong menggunakan geregaji atau mesin potong kemudian kayu dibuat menjadi bentuk segi empat.

2. Membuat pola atau ukuran pada kayu yang telah menjadi segi empat tersebut dan kemudian potong kayu mengikuti pola atau ukuran yang

sudah dibuat, potong kayu menjadi bentuk bulat frem drum menggunakan kapak atau mesin bubut kayu.

3. Setelah menjadi bulat frem drum, kemudian di haluskan menggunakan kertas pasir atau amplas dan kemudian di lanjutkan dengan memasang besi anggit.

4. Proses memasang kulit kambing pada balo atau kerangka kompang. Kulit kambing terlebih dahulu direndam dan diletakkan di atas besi pengencang kulit kambing tersebut. Lalu kemudian kulit kambing tersebut dipasang di atas balo atau kerangka kompang menggunakan tikar pita yang dipasang mengelilingi bagian lingkaran balo atau kerangka kompang dan diperkuat dengan paku .

5. Setelah proses di atas siap, langkah selanjutnya adalah jemur sehingga betul-betul kering.

6. Kompang yang di inginkan punselesai.

3.2.12Busanan Pemusik Kompang

Pada saat mengantar pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan para pemusik kompang ini menggunakan busanan baju kurung muslim dengan warna kuning muda, celana panjang warna kuning muda. Pemusik laki-laki menggunakn peci haji dan peci hitam di bagian kepala. Dan para pemusik perempuan menggunakan jilbab atau kerudung berwarna hitam dan ada juga kerudung yang berwarna hitam dan bergaris oren. Busana para pemusik kompang ini Masmur (pimpinan kompang sanggar dangkong) mengatakan bahwa pakaian tersebut mereka kenakan karna agar terlihat seragam saat mengiringi pengantin laki-laki. Untuk busana sendiri mereka Pada saat mengantar pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan para pemusik kompang ini menggunakan busanan baju kurung muslim dengan warna kuning muda, celana panjang warna kuning muda. Pemusik laki-laki menggunakn peci haji dan peci hitam di bagian kepala. Dan para pemusik perempuan menggunakan jilbab atau kerudung berwarna hitam dan ada juga kerudung yang berwarna hitam dan bergaris oren. Busana para pemusik kompang ini Masmur (pimpinan kompang sanggar dangkong) mengatakan bahwa pakaian tersebut mereka kenakan karna agar terlihat seragam saat mengiringi pengantin laki-laki. Untuk busana sendiri mereka

Gambar 3.16 Pemusik Kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Gambar 3.17 Penganti laki-laki diiringi olehPemusik Kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Gambar 3.18

Suasana Perjalanan Pemusik Kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Gambar 3.19

Perjalanan Pemusik Kompang dengan rombongan pengantin laki-laki (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

Gambar 3.20 Persiapan sebelum penyerahanuang lawe(Uang Tambahan) (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

3.3 Fungsi Kompang

Fungsi merupakan tujuan dari suatu pertunjukan kesenian.Setiap suatu upacara adat yang dibuat pasti memiliki suatu tujuan dari pihak keluarga atau segi pandangan dari masyarkat itu sendiri.Jadi musik kompang memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat.Selainuntuk meneruskan kebiasaan etnik Melayu yang telah ada pada zaman dahulu, musik kompang ini juga memiliki fungsi religi dan pengitergrasian masyarakat.Fungsi religi menurut masyarakatnya jika musik kompang ini dimainkan pada saat mengantar mempelai laki-laki kekediaman mempelai perempuan diharapkan agar kedua belah pihak calon pengantin dapat menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah kelak, Lewat do’a yang di nyanyikan oleh pemusik kompang selama perjalanan menuju kekediaman mempelai perempuan. Sedangkan fungsi pengintergrasian masyarakat Fungsi merupakan tujuan dari suatu pertunjukan kesenian.Setiap suatu upacara adat yang dibuat pasti memiliki suatu tujuan dari pihak keluarga atau segi pandangan dari masyarkat itu sendiri.Jadi musik kompang memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat.Selainuntuk meneruskan kebiasaan etnik Melayu yang telah ada pada zaman dahulu, musik kompang ini juga memiliki fungsi religi dan pengitergrasian masyarakat.Fungsi religi menurut masyarakatnya jika musik kompang ini dimainkan pada saat mengantar mempelai laki-laki kekediaman mempelai perempuan diharapkan agar kedua belah pihak calon pengantin dapat menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah kelak, Lewat do’a yang di nyanyikan oleh pemusik kompang selama perjalanan menuju kekediaman mempelai perempuan. Sedangkan fungsi pengintergrasian masyarakat