Otoritas Jasa Keuangan
3. Otoritas Jasa Keuangan
Selain perlindundan hukum dari UU Perbankan dan ketentuan-ketentuan dalam BI, perlindungan hukum yang diberikan dunia perbankan kepada nasabah juga dapat dilihat dengan berdirinya OJK dan peraturan-peraturan yang di kelurkannya. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 yang selanjutnya di sebut UU OJK. Terdapat Pasal yang dapat dijadikan acuan bagi nasabah dan OJK untuk perlindungan hukum bagi nasabah pengguna electrtonic banking yang terdapat dalam Pasal 28 dan Pasal 29. Pasal 28 menyatakan bahwa
Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, ojk berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b. Meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.
Aturan yang di keluarkan OJK ini mewajibkan pihak bank untuk memberikan informasi yang benar dan jelas mengenai suatu produk yang ditawarkan oleh pihak bank yang dalam hal ini electronic banking guna untuk meminimalkan tingkat kerugian yang dapat dialami oleh nasabah akibat penggunaan produk electronic banking. Selain itu juga dalam aturan tersebut menjelaskan mengenai kewenangan OJK untuk
29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/164/KEP/DIR dan Surat Edaran Nomor 27/9/UPPB tanggal 31 Maret 1995 tentang tentang Penggunaan Teknologi Sistem Informasi oleh Bank 29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/164/KEP/DIR dan Surat Edaran Nomor 27/9/UPPB tanggal 31 Maret 1995 tentang tentang Penggunaan Teknologi Sistem Informasi oleh Bank
Sedangkan Pasal 29 menyatakn bahwa; OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi:
1) Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen yang
dirugikan oleh pelaku dilembaga jasa keuangan;
2) Membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku dilembaga jasa keuangan; dan
3) Memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan. 30
Berkaitan dengan Pasal 29 di atas OJK menerbitkan beberapa aturan terkaitan dengan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan mediasi perbankan yang telah di alihkan ke OJK. Yang antara lain
a. Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan (“POJK No.1/2013”);
b. Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (“POJK No. 1/2014”); dan
c. Surat Edaran OJK No. 2/SEOJK.07/2014 tanggal 14 Februari 2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan (“SE OJK No. 2/2014”)
Untuk selanjutnya semua peraturan di atas disebut Peraturan OJK. Walaupun demikian, Peraturan OJK tidak mencabut keberlakuan Peraturan BI selama ketentuan- ketentuan dalam Peraturan BI tidak bertentangan dengan Peraturan OJK. Tahapan penyelesaian pengaduan konsumen pada bank dan tahapan penyelesaian sengketa melalui OJK adalah sebagai berikut;
a. Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Bank POJK No.1/2013 mewajibkan setiap bank untuk memiliki unit yang dibentuk
secara khusus disetiap kantor bank untuk menangani dan menyelesaikan pengaduan yang diajukan oleh konsumen tanpa dipungut bayaran. Pengaduan harus didasari atas
30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Ganti rugi diberikan untuk kerugian yang bersifat material, dengan ketentuan konsumen telah memenuhi kewajibannya dan terdapat ketidak sesuaian antara produk dan/atau layanan bank yang diterima dengan yang di perjanjikan, pengaduan diajukan paling lama 30 hari sejak diketahuinya produk dan/atau layanan yang tidak sesuai dengan perjanjian dan kerugian berdampak langsung pada konsumen. Ganti rugi yang
ditetapkan oleh OJK maksimum sebesar nilai kerugian Konsumen. 31
b. Penyelesaian Sengketa Melalui OJK Jika pengaduan Konsumen tidak dapat diselesaikan oleh bank, maka konsumen
dapat mengajukan penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor perbankan. Berdasarkan POJK No. 1/2014 lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor perbankan dibentuk oleh bank-bank yang dikoordinasi oleh asosiasi perbankan, yang berwenang untuk memeriksa sengketa dan
menyelesaikannya melalui mediasi, ajudikasi atau arbitrase. 32
c. Yurisdiksi Penyelesaian Sengketa Melalui OJK Berdasarkan SEBI No. 8/2006 jo. POJK No.1/2013 sengketa yang dapat
diajukan penyelesaiannya melalui OJK adalah sengketa keperdataan dengan nilai sengketa yang diajukan maksimum sebesar Rp. 500.000.000. Jumlah maksimum nilai sengketa sebagaimana dimaksud sebelumnya dapat berupa nilai kumulatif dari kerugian finansial yang telah terjadi pada konsumen, potensi kerugian karena penundaan atau tidak dapat dilaksanakannya transaksi keuangan konsumen dengan pihak lain, dan atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan terkait.
Kerugian immateriil, antara lain karena pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan, tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan nilai sengketa. Selain itu, sengketa yang diajukan untuk penyelesaian melalui OJK juga harus tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus oleh lembaga arbitrase atau peradilan atau lembaga mediasi, sehingga dapat difasilitasi oleh OJK dan di ajukan paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan disampaikan
oleh bank kepada konsumen. 33
b. Mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan konsumen menurut Surat Edaran OJK No. 2/SEOJK.07/2014 adalah sebagai berikut.
1. PUJK wajib melayani dan menyelesaikan adanya pengaduan konsumen sebelum pengaduan tersebut disampaikan kepada pihak lain.
2. PUJK wajib segera menindak lanjuti dan menyelesaikan pengaduan paling lambat
20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan.
3. Dalam hal terdapat kondisi tertentu, PUJK dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja berikutnya.
31 Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan 32 Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
4. Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan wajib diberitahukan secara tertulis kepada Konsumen yang mengajukan pengaduan sebelum jangka waktu berakhir.
5. PUJK harus mempunyai prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan yang sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. penerapan prinsip aksesibilitas, independensi, keadilan, efisiensi, dan efektifitas;
b. pelaksanaan penerimaan pengaduan konsumen melalui berbagai cara antara lain tatap muka, email dan surat namun tidak termasuk pengaduan yang dilakukan melalui pemberitaan di media massa;
c. Tatacara komunikasi kepada konsumen paling kurang mencakup : Prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan dalam format yang mudah dimengerti dan mudah diakses oleh konsumen; dan Penawaran penyelesaian jika dari hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan oleh
PUJK terjadinya pengaduan disebabkan kesalahan dari PUJK.
d. merahasiakan informasi mengenai Konsumen yang melakukan pengaduan kepada pihak manapun, kecuali:
kepada OJK; dalam rangka penyelesaian pengaduan; diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan; dan/atau atas persetujuan konsumen 34