TANGGUNGJAWAB HUKUM PERAWAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

B. TANGGUNGJAWAB HUKUM PERAWAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Hubungan antara perawat dan pasien dapat menimbulkan aspek hukum, baik aspek hukum perdata, administrasi, maupun pidana. Dalam hukum perdata, dapat menimbulkan gugatan perdata. Tanggunggugat perdata dapat terjadi karena : melanggar aturan hukum, tidak terpenuhinya prestasi dan kealpaan (negligence) ataupun kecerobohan (recklessness) sehingga berdampak pada kematian/kecacatan tubuh.

Pengertian tanggung jawab perawat menurut ANA yaitu penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar . Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum. Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut : tanggung jawab utama terhadap Tuhannya (Responsibility to God), tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society), tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to Colleague and Supervisor). Sesuai dengan tanggungjawab, tersebut, ada tiga jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, yaitu tindakan secara mandiri, memberikan pendelegasian pada perawat yang lain dan tindakan yang dilakukan berdasarkan pesanan dari profesi lain (kolaborasi). Ketiga tindakan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Tindakan mandiri dan memberikan pendelegasian pada perawat yang lain sepenuhnya dapat dibebankan kepada perawat, sedangkan tindakan kolaborasi tidak dapat sepenuhnya secara hukum dibebankan kepada perawat. Untuk melakukan tindakan keperawatan di atas, perawat dapat melakukan peran perawat mandiri, peran perawat pendelegasian dalam praktik keperawatan, dan peran perawat kolaboratif. Peran perawat diuraikan di bawah ini:

1. Peran perawat mandiri

Peran adalah pola tingkah laku individu yang diharapkan dalam situasi sosial. Expanded role (penambahan /pengembangan peran) adalah satu yang diasumsikan perawat melalui pendidikan dan pengalaman yang baik. Perawat yang berasumsi sebagai peran expanded meningkatkan tanggungjawab dan biasanya, mempunyai otonomi yang besar. Perawat berperan dalam expanded role baik di rumah sakit dan komunitas.

Di dalam UU No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan pada bab IV pasal telah mengatur Registrasi, Izin Praktik, Dan Registrasi Ulang dengan tegas menyebutkan bahwa perawat dapat melakukan praktik di fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Secara hukum perawat mempunyai tanggungjawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri, dengan menggunakan pendekatan dan memberikan asuhan keperawatan sesuai standar yang disusun oleh organisasi profesi (PPNI).

2. Peran Perawat pendelegasian dalam praktik keperawatan

Tentunya tidak semua pekerjaan dapat dilaksanakan oleh perawat secara mandiri dan sendiri. Ada beberapa tugas yang perlu didelegasikan kepada perawat lain yang dianggap mampu melaksanakannya dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pendelegasian:

a. Tugas yang didelegasikan tidak bersifat kebijakan/keputusan yang harus diambil.

b. Mendelegasikan pada orang yang tepat dan dianggap mampu melaksanakannya.

c. Tugas harus jelas dan mudah dalam pelaksanaannya.

d. Tugas tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bila Anda selesai mendelegasikan, maka harus dilakukan evaluasi dan umpan balik untuk mengetahui kendala yang ditemukan, dan bagaimana jalan keluar yang akan ditempuh.

3. Peran perawat kolaboratif

Seperti kita ketahui bahwa perawat tidak bisa melaksanakan tugasnya sendiri dalam membantu kesembuhan pasien, tetapi perawat butuh kerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Dalam melaksanakan peran perawat kolaboratif, perawat bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya, misalnya dengan dokter, ahli gizi dalam menentukan menu makanan /diet pasien sesuai kondisi dan penyakitnya, Fisioterapis dalam membantu pasien yang membutuhkan mobilisasi ataupun ambulasi secepatnya guna mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat immobilisasi. Perawat juga bekerjasama dengan psikolog guna membantu pasien dan keluarga yang bermasalah dengan kejiwaan akibat penyakit yang diderita. Saat ini tenaga kesehatan lain sudah banyak berkembang sesuai kebutuhan masyarakat, antara lain Fisioterapi, Okupasi Terapi dan Ortotik Prostetik yang berhubungan dengan membantu pasien yang mengalami kecacatan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan, terapi kerja dan pembuatan tangan/kaki palsu. Terapis Wicara yang berhubungan masalah gangguan berbicara karena berbagai faktor.