Wilayah Administratif

Tabel 16. Hasil Perhitungan LQ Keseluruhan Kabupaten Bojonegoro

2 Pertambangan dan penggalian

3 Industri pengolahan

4 Listrik, gas, dan air bersih

6 Perdagangan, hotel, dan restoran

7 Pengangkutan dan komunikasi

8 Keuangan, persewaan, dan jasa

Sumber: Hasil analisis, 2016

Tabel 17. Hasil Perhitungan PB Kabupaten Bojonegoro

2 Pertambangan dan penggalian

3 Industri pengolahan

4 Listrik, gas, dan air bersih

6 Perdagangan, hotel, dan restoran

7 Angkutan dan komunikasi

8 Keuangan, persewaan, dan jasa

Sumber: Hasil analisis, 2016

Berdasarkan tabel diatas, penggolongan sektor yang terjadi dalam tipologi Klassen adalah:

1) Sektor Unggulan (LQ > 1 dan PB > 0) Sektor unggulan merupakan sektor yang memiliki kriteria sektor basis dengan pertumbuhan yang cepat. Adapun sektor unggulan di Kabupaten Bojonegoro yakni sektor pertambangan dan penggalian serta sektor bangunan.

2) Sektor Andalan (LQ < 1 dan PB > 0) Sektor andalan merupakan sektor yang memiliki kriteria sektor non basis dengan pertumbuhan yang cepat. Adapun sektor andalan di Kabupaten Bojonegoro yakni:

 Sektor Industri pengolahan  Sektor Perdagangan, hotel dan restoran  Sektor Angkutan dan komunikasi  Sektor Keuangan, persewaan jasa

3) Sektor Potensial (LQ > 1 dan PB < 0) Sektor potensial merupakan sektor yang memiliki kriteria sektor basis dengan pertumbuhan yang lambat. Adapun sektor potensial di Kabupaten Bojonegoro yakni sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.

4) Sektor Terbelakang (LQ < 1 dan PB < 0) Sektor terbelakang merupakan sektor yang memiliki kriteria sektor non basis dengan pertumbuhan yang lambat. Adapun sektor terbelakang di Kabupaten Bojonegoro yakni sektor listrik, gas, dan air bersih.

Gambar 11. Matriks penggolongan sektor si Kabupaten Bojonegoro

Sumber: Hasil analisis, 2015

Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bojonegoro merupakan sektor unggulan. Sub sektor yang memiliki keunggulan di sektor pertambangan dan penggalian adalah sub sektor minyak dan gas. Walaupun sektor pertambangan dan penggalian memiliki pertumbuhan yang lambat, hal ini tidak menutup kemungkinan dalam memajukan perekonomian di kabupaten Bojonegoro. Sehingga diperlukan strategi dalam meningkatkan potensi sektor pertambagan dan penggalian khususnya minyak dan gas dalam rangka memajukan perekonomian di Kabupaten Bojonegoro.

BAB V KONSEP PENGEMBANGAN BAB V KONSEP PENGEMBANGAN

Konsep pengembangan yang kami usulkan dalam konteks untuk mengembangkan perekonomian wilayah di Kabupaten Bojonegoro yaitu dengan konsep Sustainable Development dalam pengembangan potensi pertambangan di Kabupaten Bojonegoro. Dengan penerapan konsep Sustainable Development ini nantinya dalam semua kegiatan pembangunan maupun pengolahan pertambangan minyak dan gas akan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Sehingga nantinya kegiatan pertambangan minyak dan gas ini tidak hanya meningkatkan ekonomi saja, melainkan juga meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Perlu diketahui bahwa kebanyakan kegiatan pertambangan sangat rentan dengan resiko kerusakan lingkungan akibat pengelolaan yang kurang baik dan berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, dengan adanya konsep ini diharapkan dapat menyeimbangkan ketiga aspek tersebut dalam pengembangan perekonomian wilayah di Kabupaten Bojonegoro. Sehingga nantinya tidak muncul masalah yang merugikan lingkungan maupun manusia di sekitarnya.

Dalam merumuskan konsep pengembangan ini, dilihat dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor unggulan serta sub sektor minyak dan gas yang merupakan sub sektor unggulan. Fakta empiris sub sektor minyak dan gas di Kabupaten Bojonegoro yang dilihat dari kebijakan, antara lain:

a. Sub sektor minyak dan gas di Kabupaten Bojonegoro memiliki nilai PDRB terbesar di Provinsi Jawa Timur

Dalam menentukan tingkat PDRB pada sub sektor minyak dan gas pada kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi dalam minyak dan gas, didapatkanlah 6 (enam) kabupaten antara lain Kabupaten Bojoengoro, Gresik, Tuban, Sumenep, Sidoarjo, dan Bangkalan. Dari keenam kabupaten yang berpotensi dalam minyak dan gas di Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki nilai PDRB dalam sub sektor minyak dan gas tertinggi nomer satu di Provinsi Jawa Timur. Berikut rincian tabel terkait nilai PDRB sub sektor minyak dan gas di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 18. PDRB ADHK Sub Sektor Minyak dan Gas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Sub Sektor Minyak dan Gas

No

Kabupaten

(juta rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

b. Sub sektor minyak dan gas mampu memberi kontribusi yang besar dalam bentuk dana Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025 dijelaskan bahwa potensi migas yang sangat besar di Kabupaten Bojonegoro memberikan dampak yang sangat positif bagi peningkatan penerimaan daerah melalui dana bagi hasil migas. Selain itu sektor industri migas yang ada di Kabupaten Bojonegoro memiliki multiplier effect yang cukup tinggi terhadap sektor- sektor yang lainnya, misalnya jasa, perdagangan, angkutan, perumahan dan lainnya. Hal ini diharapkan mampu memicu kesejahteraan rakyat Bojonegoro secara merata nantinya.

c. Cadangan minyak mencapai 600 juta – 1,4 milyar barel dan cadangan gas sekitar 1,7 – 2 triliun kaki kubik Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro tahun 2013-2018 dijelaskan bahwa potensi minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Kabupaten Bojonegoro cukup besar. Diperkirakan bahwa cadangan minyak di Kabupaten Bojonegoro mencapai 600 juta – 1,4 milyar barel dan cadangan gas sekitar 1,7 – 2 triliun kaki kubik. Angka-angka tersebut merupakan jumlah perkiraan terbesar di Indonesia yang berada di blok cepu yang dieksploitasi oleh Exxon Mpbil. Selain itu terdapat juga JOBPPEJ (Petrochina – Pertamina) yang mengelola lapangan Sukowati dengan produksi rata-rata 3 juta barel/tahun. Juga terdapat lapangan Tiung biru yang masih dalam tahap eksplorasi oleh Pertamina EP dengan potensi gas yang diduga cukup besar dan mampu memberikan tambahan produksi gas 250 juta kaki kubik per hari.

d. Sub sektor minyak dan gas di Kabupaten Bojonegoro mampu menyumbang 20% produksi nasional Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro tahun 2013-2018 dijelaskan bahwa potensi migas yang cukup besar di Kabupaten Bojonegoro tersebut, diperkirakan mampu menyumbang 20% produksi nasional.

Terkait dengan fakta empiris migas di Kabupaten Bojonegoro yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat arahan dan kebijakan tentang migas tersebut yaitu:

 Meningkatnya produksi migas yang memberi kontribusi bagi perekonomian daerah (RPJPD Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025)

 Meningkatnya multiplier effect terbangunnya industri lain sebagai dampak eksplorasi migas (RPJPD Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025)

 Penetapan eksploitasi dan eksplorasi penambangan Migas di Blok Cepu dan Petro china yang mendukung keberlanjutan (RTRW Kabupaten Bojonegoro tahun 2007-2027)

 Perlindungan dan Pengendalian pengeboran minyak tradisional oleh masyarakat (RTRW Kabupaten Bojonegoro tahun 2007-2027) Permasalahan yang ada terkait sub sektor minyak dan gas di Kabupataen Bojonegoro berdasarkan

RPJPD Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025, antara lain:

a. Eksplorasi dan eksploitasi migas onshore di wilayah Kabupaten Bojonegoro berada di lingkungan permukiman penduduk yang rata-rata terkategori penduduk miskin, sehingga sangat rentan terhadap munculnya gejolak sosial masyarakat.

b. Belum optimalnya implementasi Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dalam Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi serta Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Migas) di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap esensi perda tersebut. Selain belum optimalnya implementasi perda tersebut juga dikarenakan masih rendahnya kepedulian K3S dan kontraktor pelaksananya terhadap upaya pemberdayan masyarakat sekitar proyek serta masih muncul ambigu implementasi perda tersebut dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi khususnya terkait dengan domain negara atas tata kelola migas.

c. Kabupaten Bojonegoro sebagai lokasi lokasi sasaran kegiatan proyek nasional terkait dengan migas seringkali terbebani dengan berbagai faktor resiko, baik terkait dampak kerusakan alam yang ditimbulkan, munculnya permasalahan sosial akibat kurangnya perhatian sisi pemberdayaan potensi lokal atau bahkan kerusakan infrastruktur yang penanganannya memerlukan biaya yang nilainya tidak sepadan dengan alokasi penganggaran yang diterima daerah. Sedangkan konsepsi tata kelola migas seringkali secara kritis diletakkan pada paradigma yang berbasis negara yaitu negara memiliki wewenang penuh untuk menguasai, memiliki, dan mengatur pengelolaan migas.

d. Belum terbangunnya sarana infrastruktur baik jalan maupun sarana lain menuju ke area lokasi pertambangan. Dengan adanya permasalahan terkait migas di Kabupaten Bojonegoro, maka kami merumuskan strategi konsep pengembangan kawasan Kabupaten Bojonegoro sebagai upaya untuk meningkatkan d. Belum terbangunnya sarana infrastruktur baik jalan maupun sarana lain menuju ke area lokasi pertambangan. Dengan adanya permasalahan terkait migas di Kabupaten Bojonegoro, maka kami merumuskan strategi konsep pengembangan kawasan Kabupaten Bojonegoro sebagai upaya untuk meningkatkan

1. Mengembangkan sektor lain yang mendukung pertumbuhan sektor unggulan (sektor pertambangan

dan penggalian) Dalam mengembangkan sektor unggulan, pastinya perlu mempertimbangkan sektor-sektor lain yang dapat mendukung pertumbuhan sektor unggulan tersebut. Dalam menentukan sektor-sektor lain yang dimaksud, digunakan tabel input output Provinsi Jawa Timur tahun 2010 untuk menentukan forward lingkage (keterkaitan ke depan) dan backward lingkage (keterkaitan ke belakang). Forward lingkage merupakan hubungan penjualan barang jadi, sedangkan backward lingkage merupakan hubungan dengan bahan mentah atau bahan baku.

 Forward linkage dari sektor pertambangan adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.  Backward linkage dari sektor pertambangan adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

Sehingga dengan menerapkan strategi ini diharapkan terjadi multiplier effect dari kegiatan pertambangan migas di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sesuai dengan arahan kebijakan dalam RPJPD Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025 yaitu meningkatnya multiplier effect terbangunnya industri lain sebagai dampak eksplorasi migas.

2. Memberlakukan kebijakan insentif dan disinsentif bagi para investor minyak dan gas, dengan syarat memperhatikan keseimbangan lingkungan

Dalam RTRW Kabupaten Bojonegoro, sudah disebutkan mengenai arahan pengendalian mengenai ketentuan insentif dan disinsentif kepada pengusaha dan swasta. Adapun ketentuan insentif dan disinsentif yakni:

 Ketentuan Insentif

a) Kemudahan prosedur perizinan

b) Pembangunan serta pengadaan infrastruktur  Ketentuan Disinsentif

a) Pengenaan pajak tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan

b) Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;

c) Pembatasan penyediaan infrastruktur;

d) Pengenaan kompensasi;

e) Izin tidak diperpanjang; dan

f) Penalti. Dalam strategi pengembangan minyak dan gas di Kabupaten Bojonegoro, investor yang membangun kawasan pertambangan sesuai peruntukkannya dapat diberikan insentif, dengan syarat harus tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Sedangkan bagi investor yang melanggar peraturan tata ruang, dapat diberlakukan ketentuan disinsentif dengan pengenaan pajak tinggi yang diseuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam mengatasi dampak akibat pemanfaatan ruang, serta dapat pula dikenakan pengenaan kompensasi.

3. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola potensi migas dalam meningkatkan ekonomi daerah

Strategi ini muncul dikarenakan eksplorasi dan eksploitasi migas di Kabupaten Bojonegoro sangat rentan terhadap munculnya gejolak sosial masyarakat akibat lokasinya yang berada di lingkungan permukiman penduduk dengan rata-rata berkategori penduduk miskin. Selain itu, masih banyaknya penambang tradisional yang merupakan warga asli Kabupaten Bojonegoro. Apabila strategi ini Strategi ini muncul dikarenakan eksplorasi dan eksploitasi migas di Kabupaten Bojonegoro sangat rentan terhadap munculnya gejolak sosial masyarakat akibat lokasinya yang berada di lingkungan permukiman penduduk dengan rata-rata berkategori penduduk miskin. Selain itu, masih banyaknya penambang tradisional yang merupakan warga asli Kabupaten Bojonegoro. Apabila strategi ini

4. Peraturan dan kebijakan harus jelas dan tegas dalam hal pengelolaan migas

Strategi ini muncul karena dalam RPJPD Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2025 dijelaskan bahwa implementasi Peraturan Daerah Nomor 23 tahun 2001 tentang percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dalam pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi serta pengolahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Bojonegoro belum optimal. Hal ini dikarenakan masih muncul ambigu implementasi perda tersebut terhadap peraturan perundangan yang lebih tinggi khususnya yang terkait dengan domain negara atas tata kelola migas. Sehingga dengan penerapan strategi ini diharapkan terdapat kejelasan dan ketegasan dari peraturan dan kebijakan terkait pengelolaan migas agar K3S, kontraktor, maupun masyarakat tidak bingung lagi dan paham akan peraturan maupun kebijakan yang ada.

5. Perbaikan infrastruktur yang mendukung kegiatan pertambangan khususnya migas

Strategi ini muncul akibat dari permasalahan yang ada dalam kegiatan pertambangan migas di Bojenegoro, yaitu belum terbangunnya sarana infrastruktur terutama jalan dan sarana lain untuk menuju ke area lokasi pertambangan. Sehingga apabila dilakukan perbaikan pada infrastruktur yang mendukung kegiatan pertambangan migas di Kabupaten Bojonegoro, diharapkan akan memperlancar dan mempermudah akses keluar-masuk menuju lokasi pertambangan.

Gambar 12. Lokasi Pengembangan Migas di Kabupaten Bojonegoro

Sumber: RTRW Kabupaten Bojonegoro 2007-2027

Lokasi yang akan dikembangkan seperti ditunjukkan dalam gambar di atas, yaitu Kecamatan Kedewan, Kecamatan Ngasem, Kecamatan Dander, Kecamatan Bojonegoro, dan Kecamatan Kapas. Dalam kebijakan dan peraturan yang ada, dominan menyebutkan 5 (lima) lokasi tersebut. Sehingga kami memilih lokasi-lokasi tersebut. Sebenarnya, kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro memiliki Lokasi yang akan dikembangkan seperti ditunjukkan dalam gambar di atas, yaitu Kecamatan Kedewan, Kecamatan Ngasem, Kecamatan Dander, Kecamatan Bojonegoro, dan Kecamatan Kapas. Dalam kebijakan dan peraturan yang ada, dominan menyebutkan 5 (lima) lokasi tersebut. Sehingga kami memilih lokasi-lokasi tersebut. Sebenarnya, kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro memiliki

alam yang tidak dapat diperbarui.

BAB VI

BAB VI PENUTUP PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

 Sektor basis pada Kabupaten Bojonegoro (LQ>1) adalah sebagai berikut.

1. Pertambangan dan penggalian

2. Pertanian

3. Jasa-jasa

4. Bangunan  Sub sektor basis adalah minyak dan gas bumi.

 Sektor yang secara nasional tumbuh paling cepat yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran.  Sektor yang secara nasional tumbuh paling lambat yaitu sektor pertanian.  Sektor yang memiliki daya saing tertinggi yaitu sektor pertambangan dan penggalian.  Konsep pengembangan yang direkomendasikan yaitu Sustainable Development yang meliputi

beberapa strategi antara lain: (1) Mengembangkan sektor andalan, (2) Memberlakukan kebijakan disinsentif bagi para investor migas, (3) Pemberdayaan masyarakat lokal, (4) Penegakan peraturan terkait migas secara jelas dan tegas, (5) Perbaikan infrastruktur pendukung migas

6.2 Saran

Agar hasil analisis yang telah dilakukan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan ekonomi wilayah secara tepat dan akurat, diperlukan data PDRB terkini secara time series . Sebaiknya data yang digunakan terakhir adalah tahun 2015, sehingga hasilnya lebih representatif sebagai input bagi perencanaan pembangunan di masa mendatang.

6.3 Lesson Learned

Setelah menyelesaikan studi terkait pengembangan ekonomi wilayah ini, penulis mendapatkan beberapa pelajaran yakni sebagai berikut.

 Analisis Location Quotient (LQ) berfungsi untuk menentukan sektor basis di suatu wilayah.  Analisis Shift Share dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pada sektor ekonomi.  Kabupaten Bojonegoro memiliki sektor basis yaitu pertambangan dan penggalian dengan sub sektor

minyak dan gas bumi. Sektor tersebut menjadi potensi ekonomi wilayah yang dapat bersaing di tingkat nasional bahkan dalam skala internasional.

 Konsep pengembangan ekonomi wilayah pada sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bojonegoro antara lain yaitu: (1) Mengembangkan sektor andalan, (2) Memberlakukan kebijakan disinsentif bagi para investor migas, (3) Pemberdayaan masyarakat lokal, (4) Penegakan peraturan

terkait migas secara jelas dan tegas, serta (5) Perbaikan infrastruktur pendukung migas.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Kesenjangan dan Konvergensi Ekonomi antar Kabupaten pada Empat Koridor di Propinsi Jawa Timur . Jurnal Humanity, 4(2).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2005-2025 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013-2018 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2027

Suharjo, Okto Dasa Matra dan Eko Budi Santoso. (2014). Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Teknik Pomits, Volume 3, Nomor 2. Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Wadji, M. (2013). Teori Ekonomi Basis. http://bunda-bisa.blogspot.co.id/2013/03/teori-basis-ekonomi.html

(diakses pada 7 Maret 2016) Yuuhaa, M. I. W., Cahyono, H., & Unesa, K. K. S. (2013). Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor Potensial di Kabupaten Lamongan. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE). Volume 1, Nomor 3.

LAMPIRAN

Tabel 19. Hasil Revisi

No

Revisi

Tanggapan terhadap Revisi

1 Tampilkan fakta mengenai disparitas Sudah ditambahkan pada Bab I Pendahuluan Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur.

(Halaman 1)

2 Masukkan peta guna lahan dan grafik. Sudah ditambahkan pada Bab III Gambaran Umum (Halaman 12-13)

3 PDRB dibuat grafik. Sudah ditambahkan pada Bab III Gambaran Umum (Halaman 17)

4 Tambahkan potensi mengenai sektor pertanian. Sudah ditambahkan pada Bab III Gambaran

Umum Sub Bab Potensi poin 2 (Halaman 19)

5 Masukkan sumber arahan kebijakan. Sudah ditambahkan pada Bab II Tinjauan Pustaka Sub Bab Tinjauan Kebijakan (Halaman 7)

6 Perlu ditinjau kembali apakah kebijakan Sudah ditambahkan pada Bab V Konsep disinsentif sudah ada atau belum diterapkan.

Pengembangan poin ke 2 tentang penerapan insentif dan disinsentif (Halaman 28)

7 Masukkan data empiris mengenai kondisi Sudah ditambahkan pada Bab III Gambaran masyarakat.

Umum Sub Bab Demografi (Halaman 16)

8 Konsep multiplier effect dilihat dari tabel I-O Sudah ditambahkan pada Bab V Konsep untuk sektor pertambangan.

Pengembangan poin ke 1 tentang pengembangan sektor pendukung sektor unggulan (Halaman 28)

9 Konsep pengembangan kalau bisa diganti. Sudah ditambahkan pada Bab V Konsep Pengembangan yaitu Sustainable Development (Halaman 26)

Sumber: Penulis, 2016