48
A
ij
= E
ij
– E
’ ij
r
ij
– r
in
6
Keterangan : A
ij
= Pengaruh alokasi dibagi menjadi dua bagian yaitu adanya tingkat spesialisasi sektor i diwilayah j dikalikan dengan
keunggulan kompetitif. E
ij
– E
’ ij
= Tingkat spesialisasi terjadi apabila variabel wilayah nyata E
ij
lebih besar dari variabel yang diharapkan E
ij
r
ij
– r
in
= Keunggulan kompetitif terjadi bila laju pertumbuhan sektor di daerah lebih besar daripada laju pertumbuhan sektor
nasionalregional .
Maka pengaruh alokasi ini disubtitusikan dalam analisis S-S tradisional menjadi persamaan S-S yang dimodifikasi oleh Estaban Marquillas E-M menjadi persamaan :
D
ij
=E
ij
r
n
+ E
ij
r
in
– r
n
+ E
’ ij
r
ij
– r
in
+ E
ij
- E
’ ij
r
ij
– r
in
7
Berdasarkan analisa ini diharapkan dimasing–masing KabupatenKota dapat ditentukan sektor-sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesilaisasi.
3.4.4. Penentuan Tipologi Daerah
Klassen Tipology pada dasarnya membagi daerah berdasarkan 2 dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Dengan
menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai vertikal dan rata-rata perdapatan perkapita sebagai sumbu horisontal, daerah yang diamati dapat menjadi 4 klasifikasi
Soepono, 1993; Sjafrizal, 1997; Kuncoro dan Aswandi , 2002 yaitu : 1.
Tipologi I : Daerah Cepat maju dan cepat tumbuh high growth and high income adalah Kabupatenkota yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB rata-
rata diatas pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah dan pendapatan perkapita diatas rata-rata pendapat perkapita Sulawesi Tengah .
2. Tipologi 2 : Daerah maju tapi tertekan high income but low growth adalah
Kabupaten yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB rata-rata lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah dan pendapatan perkapita lebih
tinggi rata-rata diatas pendapatan perkapita Sulawesi Tengah.
49 3.
Tipologi 3 : Daerah berkembang cepat high growth but low income merupakan Kabupatenkota yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB rata-rata lebih tinggi
dari rata-rata pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah dan pendapatan perkapita lebih rendah rata-rata diatas pendapatan perkapita Sulawesi Tengah.
4. Tipologi 4 : Daerah relatif tertinggal low growth and low income merupakan
kabupatenkota yang mempunyai laju rata-rata pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan dan pendapatan
perkapita Sulawesi tengah.
Berikut ini gambaran atau skema dari Tipologi Daerah
Klasifikasi I Daerah Cepat maju dan
Cepat Tumbuh Klasifikasi II
Daerah maju tapi tertekan
Klasifikasi III Daerah Berkembang Cepat
Klasifikasi IV Daerah Relatif Tertinggal
Diharapkan dari analisis ini dapat ditentukan tipologi masing-masing kabupaten kota yang dapat digunakan sebagai acuan pendukung untuk menentukan prioritas dalam
pengembangan pembangunan wilayah.
3.4.5 Menentukan prioritas sektor basis untuk pengembangan pembangunan Kabupatenkota di Sulawesi Tengah.
Dari hasil analisis LQ, S–S untuk keunggulan kompetitif dan spesialisasi serta tipologi daerah yang semuanya diskorkan sesuai dengan range yang ada di masing-
masing sektor, maka dapat ditentukan wilayah yang diprioritaskan dalam pengembangan pembangunan bagi sektor-sektor yang potensial di Kabupatenkota di Propinsi Sulawesi
50 Tengah. Interval kelas mengikuti Tipologi Daerah, sedangkan rangenya Purbayu dan
Ashari, 2003 adalah:
Nilai terbesar - Nilai terkecil R = -------------------------------------
Kelas
3.4.6. Metode SIG untuk Pemetaan