Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental
B. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental
1. Identifikasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi
Identifikasi putusan nilai adalah pemaparan hasil penilaian pembaca terhadap film Laskar Pelangi melalui kuesioner eksperimental. Hasil identifikasi putusan nilai merupakan evaluasi dan penilaian para pembaca secara psikologis mengenai berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Pemaparan hasil pengisian kuesioner eksperimental berisi tentang dua kriteria pertanyaan.
Kriteria pertanyaan pertama adalah penilaian pembaca terhadap film Laskar Pelangi secara umum. Jawaban yang tertuang dalam kuesioner tersebut meliputi pilihan: (1) sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Hasil penilaian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dianggap benar karena berdasarkan pada aspek internal pembaca terhadap film Laskar Pelangi.
Kriteria pertanyaan selanjutnya adalah berdasarkan pada aspek psikologis yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Klasifikasi jawabannya meliputi: (1) sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Pemberian nilai hanya ditujukan untuk mempermudah pelaporan hasil penelitian. Angka-angka yang dipaparkan bukan merupakan data kuantitatif yaitu aspek penelitian yang mementingkan jumlah data sebagai aspek penilaian karena hanya untuk melaporkan Kriteria pertanyaan selanjutnya adalah berdasarkan pada aspek psikologis yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Klasifikasi jawabannya meliputi: (1) sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Pemberian nilai hanya ditujukan untuk mempermudah pelaporan hasil penelitian. Angka-angka yang dipaparkan bukan merupakan data kuantitatif yaitu aspek penelitian yang mementingkan jumlah data sebagai aspek penilaian karena hanya untuk melaporkan
Klasifikasi penilaian “sangat” (sangat baik dan sangat kurang) mendapatkan nilai yang lebih karena memiliki unsur nilai yang jelas. Klasifikasi ini memaparkan kemampuan analisis yang maksimal terhadap kriteria tertentu dalam film yang dilakukan oleh para pembaca. Hal itu juga menggambarkan ketajaman analisis pembaca sehingga memunculkan aspek rasa secara jelas. Penilaian “baik”, “jelek”, dan “cukup” hanya akan mendapatkan nilai 5 karena menunjukkan kemampuan analisis pembaca terhadap kriteria tertentu dalam film yang kurang maksimal. Berbeda tentunya dengan penilaian “sangat” yang mampu menggambarkan bahwa pembaca benar-benar memahami kriteria tertentu dalam film tersebut sehingga analisis yang diberikan pun sangat maksimal. Penilaian “sangat” terhadap kriteria tertentu mencerminkan kejelasan dan keakuratan analisis pembaca secara mendalam. Penilaian ”cukup”, “sedang”, dan “kurang” mencerminkan kurangnya keakuratan pembaca dalam memahami kriteria tertentu secara mendalam. Selain itu, pilihan- pilihan jawaban tersebut juga merupakan penggambaran mengenai efek motivasional pembaca mengenai kriteria-kriteria penilaian terhadap film.
Pembuktian kemampuan analisis melalui hasil kuesioner eksperimental tersebut dapat dilakukan melalui tahap wawancara. Tahap ini selain merupakan teknik pengumpulan data dalam hal hasil interpretasi putusan nilai juga merupakan tahap untuk mengukur kemampuan analisis pembaca dalam hal identifikasi putusan nilai melalui kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner eksperimental yang berdasarkan pada
1 kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi memiliki peran 2 dan fungsi yang berbeda-beda. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang sehubungan dengan isi dari
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah penilaian Anda terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi?. Pertanyaan mengenai penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tanggapan pembaca terhadap kualitas film. Hal ini berfungsi untuk mengetahui tingkat penilaian pembaca terhadap film secara menyeluruh.
2) Bagaimanakah kandungan tema atau gagasan utama dalam film ini?. Pertanyaan mengenai tingkat kandungan tema atau gagasan utama dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengukur kemampuan analisis pembaca terhadap gagasan atau tema film tersebut. Hal itu dinilai penting karena ketika pembaca memahami gagasan atau tema dalam film tersebut, pembaca akan mampu mengetahui pokok utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut.
3) Apakah film ini menunjukkan makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa terikat ruang dan waktu?. Pertanyaan mengenai makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa terikat
ruang dan waktu memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis
1 Peran yang dimaksud adalah isi cerita dalam film yang memiliki kontribusi terhadap pembaca. 2 Fungsi yang dimaksud adalah manfaat dari kemunculan isi cerita.
pembaca terhadap makna yang dapat ditemukan dalam film secara objektif. Tanpa terikat ruang dan waktu menjelaskan bahwa keobjektifan makna dan daya tarik film ini relatif tetap sama meski disaksikan pada waktu yang berbeda dan lokasi yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, tingkat keobjektifan tema film Laskar Pelangi baik disaksikan oleh masyarakat yang tinggal di kota maupun di desa, disaksikan pada saat ini atau kapan pun akan tetap memiliki tema yang sama yaitu tentang pendidikan.
4) Apakah bahasa yang digunakan dalam film ini mudah dipahami?. Pertanyaan mengenai penggunaan bahasa yang mudah dipahami memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan penulis atau sutradara dalam film Laskar Pelangi. Bahasa yang terampil juga mencakup tentang aspek kekhasan bahasa yang terdapat dalam film tersebut.
5) Apakah film ini memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?. Pertanyaan mengenai pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap aspek pengembangan cerita dan aspek plot yang baik. Dengan pemahaman mengenai pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik maka akan dapat diketahui kepekaan pembaca dalam memahami alur cerita film tersebut.
6) Apakah film ini memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar 3 , dan berbeda?.
Pertanyaan mengenai keaslian dan perspektif yang segar dan berbeda dalam kuesioner ini memiliki peran dan fungsi untuk mengukur pemahaman pembaca mengenai ciri khas film Laskar Pelangi dan membandingkannya dengan karya-karya lain. Hal ini tentu berhubungan dengan wawasan para pembaca terhadap film Laskar Pelangi dan berfungsi untuk mengukur pemahaman mereka mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut.
7) Apakah Anda merasakan keterlibatan secara emosional terhadap watak dan tindakan tokoh dalam film ini?. Pertanyaan mengenai keterlibatan secara emosional terhadap watak dan
tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kepekaan pembaca terhadap peristiwa-peristiwa dalam film tersebut. Hal ini dinilai penting karena berfungsi untuk mengukur segi afektif atau penalaran unsur rasa yang dapat ditemukan pada diri pembaca dari film tersebut.
8) Apakah Anda menjumpai film ini memperlihatkan kecakapan 4 teknik naratifnya?.
Pertanyaan mengenai kecakapan teknik naratif dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan pembaca dalam memahami maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Sehubungan dengan maksud
3 Segar yang dimaksud adalah mengenai kebaruan. 4 Kecakapan yang dimaksud adalah tingkat kemampuan dalam menyampaikan maksud melalui narasi.
yang ingin disampaikan oleh penulis, kecakapan teknik naratif merupakan analisis terhadap prolog yang disampaikan oleh narator dalam film tersebut.
9) Bagaimanakah pemaparan karakter kemanusiaan 5 yang dapat dikenali?.
Pertanyaan mengenai pemaparan karakter kemanusiaan yang dapat dikenali memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pertanyaan ini ditujukan untuk membaca karakter tokoh dan penokohannya yang biasanya memiliki warna tersendiri dalam setiap karya sastra.
10) Apakah film ini menunjukkan adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?. Pertanyaan mengenai tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan konsentrasi pembaca ketika menyaksikan film Laskar Pelangi. Kemampuan konsentrasi yang dimaksud adalah berhubungan dengan tingkat konsentrasi pembaca dalam memahami setiap unsur instrinsik maupun ekstrinsik ketika menyaksikan film tersebut.
11) Bagaimanakah tingkat kerumitan atau kesederhanaan film Laskar Pelangi?. Pertanyaan mengenai kerumitan atau kesederhanaan film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca dalam hal memahami permasalahan yang diangkat dalam film tersebut. Pertanyaan ini berhubungan dengan aspek-aspek problematika yang muncul dalam film. Pertanyaan
5 Karakter kemanusiaan yang dimaksud adalah sifat-sifat manusia secara umum.
ini berfungsi untuk mengetahui penilaian pembaca terhadap tingkat kerumitan film Laskar Pelangi .
12) Apakah makna dalam film ini dapat dipahami?. Pertanyaan mengenai pemahaman makna film Laskar Pelangi memiliki peran
dan fungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca dalam menelaah kandungan film tersebut. Pertanyaan ini merupakan nilai penting yang harus dipahami oleh pembaca karena berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
13) Apakah film ini memiliki struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?. Pertanyaan mengenai struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan pembaca dalam menganalisis dan memahami film Laskar Pelangi secara utuh. Pertanyaan ini berhubungan dengan kemampuan analisis pembaca dalam memahami isi film tersebut secara berkelanjutan.
14) Apakah film ini dapat dipercaya?. Pertanyaan mengenai tingkat kepercayaan pembaca terhadap fakta dan fiksi
film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut. Tinggi rendahnya penilaian pembaca dalam hal kepercayaan mereka terhadap film tersebut dipengaruhi oleh penilaian mereka mengenai kebenaran isi yang dipaparkan dalam film tersebut.
15) Apakah film ini mengandalkan imaji?.
Pertanyaan mengenai mengandalkan kemampuan imaji dalam menikmati film tersebut memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan analisis estetika pembaca dalam menikmati film Laskar Pelangi. Tinggi rendahnya tingkatan imaji dalam memahami film tersebut berhubungan dengan kemampuan penganalogian visualisasi teks yang dilakukan oleh masing-masing informan.
16) Apakah unsur-unsur dalam film ini menyenangkan Anda?. Pertanyaan mengenai pokok persoalan film yang menyenangkan memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kepuasan pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Pertanyaan ini dapat menggambarkan mengenai kecenderungan karakteristik masing-masing pembaca dalam menilai teks sastra.
17) Apakah film ini menarik perhatian Anda?. Pertanyaan mengenai ketertarikan pembaca terhadap film memiliki peran dan
fungsi untuk menjabarkan orientasi pembaca yang bisa dikaitkan dengan isi dari film Laskar Pelangi . Pertanyaan ini sedikit banyak dapat merefleksikan kecenderungan mengenai ketertarikan para pembaca terhadap hal-hal tertentu dalam film tersebut.
18) Apakah film ini mengandung ironi?. Pertanyaan mengenai kandungan ironi dalam film Laskar Pelangi memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui kepekaan pembaca dalam menyikapi suatu peristiwa dalam film. Kepekaan yang dimaksud adalah kemampuan pembaca dalam membandingkan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata.
19) Apakah Anda mendapatkan unsur yang menegangkan dalam film ini?.
Pertanyaan mengenai unsur yang menegangkan dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi dalam hal mengukur keterlibatan suasana para pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film. Keterlibatan suasana yang dimaksud adalah mengenai respon para pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang menegangkan dalam film tersebut.
20) Apakah Anda menyukai karakteristik formal film ini?. Pertanyaan mengenai tingkat rasa suka terhadap karakteristik formal film
Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca dalam memahami ciri khas yang ada pada film tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tentang pemahaman pembaca terhadap karakteristik formal dalam film tersebut.
21) Apakah Anda merasakan bahwa film ini memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut?. Pertanyaan mengenai tingkat tantangan intelektual yang mengarahkan untuk
merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut terhadap film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan penalaran pembaca terhadap film tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan analisis masing-masing pembaca terhadap film Laskar Pelangi.
Pertanyaan-pertanyaan di atas memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda dalam hal identifikasi putusan nilai para pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Masing-masing pertanyaan memiliki tujuan yang berbeda dalam hal menggambarkan Pertanyaan-pertanyaan di atas memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda dalam hal identifikasi putusan nilai para pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Masing-masing pertanyaan memiliki tujuan yang berbeda dalam hal menggambarkan
Pembaca pertama menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi adalah sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai sangat terampil (10); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai sangat kompleks (10); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca kedua menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang (5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lambat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai seluruhnya terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca ketiga menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (10); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca keempat menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) Penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedikit (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) Film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) Dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca kelima menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai sangat terampil (10); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut
dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai sangat baik (10); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca keenam menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter
kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup simpel (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai tidak sama sekali (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedang (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai sedikit (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca ketujuh menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai baik (5); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang (5); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup simpel (5); (12)
makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca kedelapan menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang (5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang (5); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai sangat kompleks (10); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut Pembaca kedelapan menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang (5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang (5); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai sangat kompleks (10); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut
Pembaca kesembilan menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas
(10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca kesepuluh menilai bahwa: (1) penilaian secara keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi baik (5); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini dapat dipahami seluruhnya (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai cukup menarik (5); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedikit (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini Pembaca kesepuluh menilai bahwa: (1) penilaian secara keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi baik (5); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini dapat dipahami seluruhnya (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai cukup menarik (5); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedikit (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini
Pemaparan hasil kuesioner eksperimental tersebut dapat menjelaskan mengenai penilaian keseluruhan dan penilaian mengenai kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi oleh para pembaca. Adapun tabulasi penggambaran kualitas analisis pembaca yang diperoleh dari laporan hasil pengisian kuesioner eksperimental tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Tingkat pemahaman pembaca berdasarkan hasil kuesioner eksperimental
No Kode Pembaca
Jenis Kelamin
Poin
10 10 P
Melalui data dari tabel tersebut dapat diinterpretasikan bahwa lima pembaca dengan jenis kelamin laki-laki yang terdiri dari kode: 1, 2, 6, 7, dan 8, memperoleh poin dengan jumlah: 180, 160, 160, 140, dan 135. Lima pembaca dengan jenis kelamin perempuan yang terdiri dari kode: 3, 4, 5, 9, dan 10, memperoleh poin dengan jumlah: 175, 140, 180, 160, dan 150.
Tinggi rendahnya nilai yang diperoleh oleh masing-masing informan, menunjukkan tinggi rendahnya efek motivasi dan keakuratan ketajaman analisis para pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca dengan kode 1 berjenis kelamin laki-laki dan pembaca dengan kode 5 berjenis kelamin perempuan memperoleh poin tertinggi dengan jumlah yang sama yaitu 180. Hal itu menggambarkan bahwa kualitas identifikasi putusan nilai kedua pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi sangat tinggi. Baik itu dalam hal kemampuan dan keakuratan analisis maupun mengenai analisis mereka terhadap efek-efek motivasional terhadap film tersebut.
Pembahasan mengenai penilaian dari masing-masing pembaca akan dibagi ke dalam empat klasifikasi, yaitu: (1) efek motivasional yang tinggi dari masing-masing pembaca terhadap film; (2) efek motivasional yang kurang dari pembaca terhadap film; (3) ketajaman analisis yang tinggi oleh pembaca terhadap film; dan (4) ketajaman analisis yang kurang oleh pembaca terhadap film. Setiap pembagian klasifikasi tersebut disertakan pula nomor pertanyaan sehingga penyajian pembahasan ini lebih sistematis. Adapun penjabaran dan analisis data dari hasil kuesioner eksperimental tersebut adalah sebagai berikut.
Pembaca pertama memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan film (1); gagasan utama film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tingkat kerumitan atau kesederhanaan film (11); makna dalam film (12); pengandalan imaji (15); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan dalam hal menyukai karakteristik formal (20). Pembaca pertama kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); unsur yang menegangkan dalam film (19); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21).
Pembaca pertama memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara utuh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan film (3); aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang dalam film (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film (5); ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau unsur rasa yang berhubungan dengan film (7); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); aspek-aspek
problematika yang muncul dalam film (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film (11); kemampuan penganalogian visualisasi teks (12); menyikapi suatu peristiwa dalam film (15); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); dan mengenai terhadap karakteristik formal dalam film. Pembaca pertama kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai mengenai kemampuan konsentrasi ketika menyaksikan film (10); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film secara berkesinambungan atau berkelanjutan (14); tingkat kelogisan terhadap unsur-unsur instrinsik film, tingkat selera kepuasan terhadap film (16); respon terhadap peristiwa-peristiwa yang menegangkan dalam film (19); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kedua memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan utama film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tingkat kepercayaan terhadap film (14); tingkat pengandalan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan dalam hal tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca kedua kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang Pembaca kedua memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan utama film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tingkat kepercayaan terhadap film (14); tingkat pengandalan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan dalam hal tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca kedua kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang
Pembaca kedua memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); makna yang dapat ditemukan dalam film secara objektif (3); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat kelogisan pemikiran pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (16); ketertarikan para pembaca terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kedua kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); memahami alur cerita film (5); ciri khas yang dimiliki oleh film (6); ketajaman analisis mengenai kemampuan konsentrasi ketika menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); pesan yang ingin disampaikan melalui film (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); peristiwa- peristiwa yang menegangkan dalam film (19); dan pemahaman mengenai ciri khas yang ada pada film (20).
Pembaca ketiga memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); dalam hal mengandalkan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dalam hal menyukai karakteristik formal (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca ketiga kurang memiliki efek motivasional yang tinggi dalam hal menilai terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11); tingkat kepercayan terhadap film (14); dan dalam hal unsur yang menegangkan dalam film (19).
Pembaca ketiga memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film(3); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); sifat dan karakter tokoh dalam film (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); ketajaman analisis mengenai kemampuan konsentrasi ketika menyaksikan film
(13); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); tingkat kepuasan terhadap hal- hal tertentu yang ada di dalam film (16); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); ciri khas yang ada pada film tersebut (20); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca ketiga kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); tingkat pemahaman dalam memahami alur cerita (5); dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat kefokusan dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik (14), dan dalam hal keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19).
Pembaca keempat memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film, gagasan atau tema film (1); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (2); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (3); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (6); dalam hal menarik perhatian (7); dan dalam hal ironi (17). Pembaca keempat kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kkerumitan film (11); Pembaca keempat memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film, gagasan atau tema film (1); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (2); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (3); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (6); dalam hal menarik perhatian (7); dan dalam hal ironi (17). Pembaca keempat kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kkerumitan film (11);
Pembaca keempat memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (3); segi afektif atau penalaran unsur rasa dalam film (6); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (7); dan dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (17). Pembaca keempat kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistik atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan pembaca dalam memahami alur cerita (5); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh (9); tingkat kefokusan dalam menyaksikan film (10); pemahaman terhadap aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); terhadap karakteristik formal dalam film (12); pesan yang ingin disampaikan melalui film (13); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara berkesinambungan atau berkelanjutan (14); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik dalam film (15); kemampuan penganalogian visualisasi teks (16); tingkat kepuasan dalam menilai teks sastra (18); keterlibatan suasana terhadap Pembaca keempat memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (3); segi afektif atau penalaran unsur rasa dalam film (6); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (7); dan dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (17). Pembaca keempat kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistik atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan pembaca dalam memahami alur cerita (5); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh (9); tingkat kefokusan dalam menyaksikan film (10); pemahaman terhadap aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); terhadap karakteristik formal dalam film (12); pesan yang ingin disampaikan melalui film (13); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara berkesinambungan atau berkelanjutan (14); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik dalam film (15); kemampuan penganalogian visualisasi teks (16); tingkat kepuasan dalam menilai teks sastra (18); keterlibatan suasana terhadap
Pembaca kelima memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap penilaian keseluruhan film (1); gagasan atau tema (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dalam hal menyukai karakteristik formal (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca kelima kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); dan dalam hal unsur yang menegangkan dalam film (19).
Pembaca kelima memiliki ketajaman analisis terhadap kualitas film secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); keobjektifan makna dan daya tarik dalam film (3); aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita
(5); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut (13); kepuasan pembaca terhadap kualitas teks sastra (16); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); pemahaman terhadap karakteristik formal (20); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kelima kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat kefokusan ketika menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); tingkat kelogisan pemikiran pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); dan dalam hal keterlibatan suasana para terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19).
Pembaca keenam memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna dalam film (12); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji menyaksikan film (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dan dalam hal menarik perhatian (17). Pembaca keenam kurang memiliki efek Pembaca keenam memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna dalam film (12); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji menyaksikan film (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dan dalam hal menarik perhatian (17). Pembaca keenam kurang memiliki efek
Pembaca keenam memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai terhadap kualitas film secara menyeluruh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); dalam memahami alur cerita film (5); ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); membaca karakter tokoh dan penokohannya (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat kelogisan dalam hal unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); dan dalam hal tingkat kepuasan terhadap film (16). Pembaca keenam kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang dalam film (4); dalam hal memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkatan fokus ketika menyaksikan film (10); aspek- aspek problematika yang muncul dalam film (11); ketahanan emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19); Pembaca keenam memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai terhadap kualitas film secara menyeluruh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); dalam memahami alur cerita film (5); ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); membaca karakter tokoh dan penokohannya (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat kelogisan dalam hal unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); dan dalam hal tingkat kepuasan terhadap film (16). Pembaca keenam kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang dalam film (4); dalam hal memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkatan fokus ketika menyaksikan film (10); aspek- aspek problematika yang muncul dalam film (11); ketahanan emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19);
Pembaca ketujuh memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dan dalam hal ironi (18). Pembaca ketujuh kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan terhadap film (1); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan (7); kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); dalam hal unsur yang menegangkan (19); dalam hal menyukai karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21).
Pembaca ketujuh memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai terhadap persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); kemampuan analisis terhadap sifat dan karakter tokoh
dalam film (9); tingkat kepuasan terhadap film (16); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); dan kemampuan dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada pada kehidupan secara nyata (18). Pembaca ketujuh kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan oleh pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film tersebut (5); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat konsentrasi dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara kontinyu atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19); karakteristik formal dalam film (20); dan dalam hal kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kedelapan memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan terhadap film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); kecakapan teknik naratif (8); tingkat kerumitan film (11); dan dalam hal menarik perhatian (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang terampil (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); Pembaca kedelapan memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan terhadap film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); kecakapan teknik naratif (8); tingkat kerumitan film (11); dan dalam hal menarik perhatian (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang terampil (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9);
Pembaca kedelapan memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai keseluruhan film (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); dan dalam hal ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita (5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); kemampuan analisis terhadap sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat konsentrasi dalam menyaksikan film (10); pesan yang ingin disampaikan melalui film (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film secara berkesinambungan atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); penganalogian visualisasi teks (15); selera dan tingkat kepuasan terhadap film (16); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam Pembaca kedelapan memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai keseluruhan film (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); dan dalam hal ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita (5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); kemampuan analisis terhadap sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat konsentrasi dalam menyaksikan film (10); pesan yang ingin disampaikan melalui film (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film secara berkesinambungan atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); penganalogian visualisasi teks (15); selera dan tingkat kepuasan terhadap film (16); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam
Pembaca kesembilan memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan film (1); gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); dalam pengandalan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca kesembilan kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan teknik naratif (8); adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan dalam film (11); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal unsur yang menegangkan (19); dan dalam hal menyukai karakteristik formal (20).
Pembaca kesembilan memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film secara menyeluruh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); dalam segi
afektif atau penalaran unsur rasa (7); sifat dan karakter tokoh dalam film (9); penganalogian visualisasi teks (15); tingkat kepuasan terhadap film (16); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada pada kehidupan secara nyata (18); dan dalam hal tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kesembilan kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film (5); dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat kefokusan dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara berkesinambungan atau berkelanjutan(13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19); dan dalam hal karakteristik formal dalam film (20).
Pembaca kesepuluh memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan gagasan atau tema (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); makna dalam film (12); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menyukai karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca Pembaca kesepuluh memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan gagasan atau tema (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); makna dalam film (12); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menyukai karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca
Pembaca kesepuluh memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); kepekaan dalam memahami alur cerita film tersebut (5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); mengukur segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat kepuasan dan selera terhadap film (16); pemahaman terhadap karakteristik formal dalam film (20); dan dalam hal mengukur tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kesepuluh kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal kualitas film secara menyeluruh (1); kemampuan analisis Pembaca terhadap aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kemampuan dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat kefokusan ketika menyaksikan film tersebut (10); ketahanan emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap Pembaca kesepuluh memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); kepekaan dalam memahami alur cerita film tersebut (5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); mengukur segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat kepuasan dan selera terhadap film (16); pemahaman terhadap karakteristik formal dalam film (20); dan dalam hal mengukur tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kesepuluh kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal kualitas film secara menyeluruh (1); kemampuan analisis Pembaca terhadap aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kemampuan dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat kefokusan ketika menyaksikan film tersebut (10); ketahanan emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap
2. Hasil Interpretasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi
Hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi merupakan pertanggungjawaban mereka terhadap hasil kuesioner eksperimental. Pengambilan data tersebut dilakukan melalui wawancara, dengan sistem simak, rekam, dan catat. Adapun hasil dan pemaparan dari putusan nilai pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut.
Pembaca pertama menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena film itu dapat menginspirasi kehidupan tentang dunia pendidikan atau edukasi; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena film itu digambarkan secara rinci dan detail mengenai kehidupan para anggota Laskar Pelangi dan tentang kehidupan masyarakatnya; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena ketika menyaksikan film Laskar Pelangi merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak Laskar Pelangi; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena pemilihan diksi dari film Laskar Pelangi sangat menarik untuk dipelajari, ditelaah, dan banyak mengandung kata-kata puitis yang bisa diambil dari film ini; (5) pengembangan
organisasi plot film tersebut sedang karena sudah terperinci dan berkesinambungan, tidak melompat-lompat dan mudah dicerna; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena film ini diangkat dari nilai-nilai budaya lokal masyarakat Belitung, mengangkat kebudayaan dan sejarah perkembangan pulau Belitung; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ada beberapa bagian film yang menggambarkan kegigihan dan kerja keras untuk bisa sekolah, menginspirasi untuk menerapkannya dalam kehidupan secara nyata; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena mudah dipahami dan film ini benar-benar menggambarkan realita yang dialami oleh masyarakat Belitung sehingga ikut merasakan apa yang dialami oleh para pemain ketika menyaksikan film itu; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena tidak ada loncatan-loncatan alur, dan langsung menuju pada pokok penceritaan; (11) film tersebut sangat kompleks karena menggambarkan secara nyata kondisi masyarakat Belitung; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena terinspirasi penokohan yang diperankan oleh Lintang yang harus kerja keras untuk sekolah dan memiliki semangat juang untuk menuntut ilmu; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena dari sisi alur dan latar film tersebut memiliki pengaruh untuk menikmati film karena mempermudah dalam hal mencerna dan memahami pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut; (14) film tersebut cukup terpercaya karena film ini bersumber dari novel yang ditulis oleh Andrea Hirata yang merupakan kisah nyata Adrea Hirata di Belitung, meski film ini
mendapatkan tambahan-tambahan bagian kecil untuk pemanis, tetapi pada dasarnya dapat dipercaya karena cerita ini adalah kisah nyata Andrea Hirata; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena munculnya kata-katanya puitis dengan lokal jenius bahasa Melayu sehingga mampu menghadirkan imajinasi pada adegan yang dilihat; (16) film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena di lain sisi tentang keseriusan, film ini juga memunculkan adegan yang mengundang tawa, seperti ketika Ikal yang jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap kuku yang sangat cantik dan membuat bunga sakura jatuh; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menginspirasi dalam hal edukasi dan semangat juang; (18) film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan menyenangkan dalam film tesebut seperti ketika Lintang ingin berangkat sekolah harus bertemu buaya dan harus menunggu buaya itu menepi dan ketika bapak Lintang harus meninggal dan itu menimbulkan ironi; (19) film tersebut sedikit dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya ada beberapa peristiwa yang menegangkan seperti ketika Lintang mau berangkat sekolah dan bertemu dengan buaya; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena film ini merupakan sebuah gambaran tentang kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pendidikan di pelosok-pelosok yang kualitasnya masih rendah; dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena banyak menggunakan bahasa yang ilmiah.
Pembaca kedua menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik, tema film yang diangkat itu sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari jadi dapat memaknainya secara sederhana dan dapat menangkapnya secara mudah; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena tergambar dengan sangat jelas bahwa tema yang diangkat adalah tema pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam film ini sangat mudah dipahami karena pendidikan tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, jadi ketika film itu ditampilkan sekarang atau di masa depan yang diangkat tetap tema tentang pendidikan; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena menggunakan perpaduan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang disampaikan, tentu ada satu ketertarikan tersendiri kita sebagai penikmat film untuk menikmati bahasa yang digunakan dalam film; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena ada bagian demi bagian yang tidak runtut; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena latar budayanya adalah latar buatan jadi tidak maksimal, tidak sepenuhnya seperti pada zaman Andrea Hirata ketika sekolah; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena ada sesuatu ketertarikan emosional yang dibawakan dalam film itu, jadi ikut mengalir terbawa suasana; (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil karena mampu membawa pembaca untuk terhanyut; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena karakternya itu gampang dikenali, jadi unsur ceritanya secara keseluruhan itu dapat di tangkap; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena ada pengemasan yang lebih ringkas sehingga terkadang ada unsur-unsur yang seharusnya dimasukan, terpotong dan ada yang timpang; (11) film tersebut cukup
kompleks karena sekalipun mengusung tema pendidikan tapi di dalamnya juga ada unsur kemanusiaan; (12) seluruh makna film tersebut cukup terpahami karena film tersebut mengangkat tentang bangku pendidikan jadi sangat-sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena film ini menggabungkan unsur-unsur yang ada di Belitung, baik itu tentang bahasa, sudut kota-kota lamanya dan segala kondisi yang ada di sana; (14) film tersebut seluruhnya terpercaya karena ini lah bukti kesenjangan pendidikan yang ada di Indonesia yang dituangkan dalam film Laskar Pelangi; (15) film tersebut sangat tinggi dalam hal mengandalkan imaji karena penggambaran dalam film memunculkan analogi tentang pulau Belitung; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena peristiwa- peristiwa dalam film sangat menginspirasi dengan kemauan gigih para anggota Laskar Pelangi; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menggambarkan pendidikan yang sederhana dengan fasilitas yang seadanya, tetapi justru mampu mengangkat makna filosofi tentang pendidikan; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena inilah ironi dari pendidikan di Indoensia, ketika kesenjangan antara pendidikan di kota dan daerah yang sangat jauh ketika di kota dengan fasislitas mewah dan di daerah seperti film tersebut; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang menegangkan sehingga berdampak pada diri pembaca ; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena adanya narasi yang sangat baik, penggunaan seting dan penggambaran tokoh-tokohnya dengan karakter yang jelas; dan (21) film tersebut kompleks karena sekalipun mengusung tema pendidikan tapi di dalamnya juga ada unsur kemanusiaan; (12) seluruh makna film tersebut cukup terpahami karena film tersebut mengangkat tentang bangku pendidikan jadi sangat-sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena film ini menggabungkan unsur-unsur yang ada di Belitung, baik itu tentang bahasa, sudut kota-kota lamanya dan segala kondisi yang ada di sana; (14) film tersebut seluruhnya terpercaya karena ini lah bukti kesenjangan pendidikan yang ada di Indonesia yang dituangkan dalam film Laskar Pelangi; (15) film tersebut sangat tinggi dalam hal mengandalkan imaji karena penggambaran dalam film memunculkan analogi tentang pulau Belitung; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena peristiwa- peristiwa dalam film sangat menginspirasi dengan kemauan gigih para anggota Laskar Pelangi; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menggambarkan pendidikan yang sederhana dengan fasilitas yang seadanya, tetapi justru mampu mengangkat makna filosofi tentang pendidikan; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena inilah ironi dari pendidikan di Indoensia, ketika kesenjangan antara pendidikan di kota dan daerah yang sangat jauh ketika di kota dengan fasislitas mewah dan di daerah seperti film tersebut; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang menegangkan sehingga berdampak pada diri pembaca ; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena adanya narasi yang sangat baik, penggunaan seting dan penggambaran tokoh-tokohnya dengan karakter yang jelas; dan (21) film tersebut
Pembaca ketiga menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi baik karena pesan yang ingin disampaikan tentang perjuangan dalam dunia pendidikan dapat ditangkap oleh penonton dengan baik; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena melalui tokoh Lintang, film tersebut merupakan penggambaran untuk mengangkat masalah perjuangan dalam hal pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam film ini sangat jelas karena dapat dinikmati di manapun, kapanpun dan oleh siapapun, makna dan tema film tersebut tidak berubah; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena cukup membuat penonton jelas dalam menangkap maksud inti cerita; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedikit karena hanya ruang lingkup pendidikan yang diangkat melalui tokoh-tokoh itu; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena film ini hadir dengan membawa tema yang berbeda dari pada yang lain dan film ini menyediakan ide cerita yang segar; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena bisa merasakan bahwa masih banyak di sekitar kita anak-anak yang membutuhkan pendidikan yang layak, seperti yang digambarkan pada cerita tersebut; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena pembahasannya menarik membawa pesan yang jelas dan menghibur; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena lakon dijelaskan dengan cukup tetapi ada
beberapa yang kurang; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena ada beberapa bagian yang mendramatisir jalannya cerita; (11) film tersebut cukup kompleks karena plot-nya cukup menggambarkan dunia pendidikan yang kompleks; (12) seluruh makna film tersebut cukup terpahami karena film tersebut cukup mewakili dalam menceritakan perjuangan dunia pendidikan di daerah pinggiran; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena peristiwa- peristiwa dalam film tersebut saling berhubungan secara runtut; (14) film tersebut cukup terpercaya karena tema nya asli dan berdasarkan pengalaman asli dari penulis; (15) film tersebut sedang dalam hal mengandalkan imaji karena dalam pengimajinasian tokohnya cukup menarik untuk dicermati; (16) film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena melalui film tersebut cukup membuat prihatin akan dunia pendidikan di Indonesia; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena mengangkat tema yang segar dan berbeda dari yang lain; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena adanya peristiwa yang menyedihkan mengenai perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam mengejar pendidikannya; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena unsur-unsur menegangkan yang dihadirkan dalam film tersebut cukup mendramatisir suasana film; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena karakternya menarik; dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena menantang penonton untuk menyelami tema baru yang dimunculkan dalam film itu.
Pembaca ke empat menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena film tersebut mengandung gagasan yang jelas; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena pesan yang ingin disampaikan sutradara tervisualisasikan amat jelas dan dapat tersampaikan kepada penonton; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena film tersebut menggambarkan pengalaman masa kecil penulis yang dapat diambil pelajaran dalam setiap kehidupannya dan cerita seperti Bu Mus yang penuh semangat, hingga kini pun masih bisa dijumpai Bu Mus yang lain pada zaman sekarang; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena menggunakan bahasa asli Belitung yang terdengar unik; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedikit karena terlihat runtut dan tidak membingungkan; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena diambil dari pengalaman pribadi penulis dengan setting juga di daerah asal, yang segar dan berbeda dan muncul di tengah-tengah novel-novel populer yang merebak; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena cerita terasa sangat nyata seperti kehidupan anak-anak; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena runtut dan mudah dipahami; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena ekspresi dan tindakan tokoh-tokohnya jelas; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena terasa begitu pas dalam percakapan-percakapannya; (11) film tersebut cukup kompleks karena permasalahan yang diangkat penuh pengorbanan dalam mengatasinya; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena maksud atau
pesan yang disampaikan film itu bisa dimengerti; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena runtut dan tidak membingungkan; (14) film tersebut cukup terpercaya karena terdapat bukti- bukti nyata yang sampai sekarang masih bisa dilihat meski sudah mengalami perubahan; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena berdasarkan kisah nyata; (16) film tesebut sedang, dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena setiap adegan tokoh terasa begitu nyata dan tidak dibuat-buat; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena tema yang diangkat adalah tema baru dan penggambaran latar budayanya belum pernah dijumpai sebelumnya; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena seperti kasus Tuk Bayan Tula, sosok Bu Mus mengandung arti lain di balik semua itu; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena saat perjalanan bertemu buaya ketika mau cerdas cermat, terasa mistis dan penuh tantangan; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena penyajiannya bagus; dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena mengandung nilai moral untuk dikaji dan diterapkan pada generasi muda supaya mempunyai nilai moral yang baik.
Pembaca kelima, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena amanat yang ingin disampaikan oleh penulis maupun sutradara tersampaikan; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena tema yang diangkat adalah tema tentang pendidikan dan mudah untuk dipahami; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas karena tema yang diangkat adalah tentang pendidikan dan sampai kapanpun film tersebut tetap bertemakan tentang pendidikan; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut sangat terampil karena meskipun penggunan bahasa dengan penggunaan logat maupun dialek Belitung, tetapi masih bisa dipahami; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sangat baik karena alur atau plotnya berurutan; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena film tersebut diangkat dari pengalaman pribadi sehingga sangat asli; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena ada beberapa peristiwa yang mampu menumbuhkan keterlibatan emosional seperti dalam lomba cerdas cermat ketika jawaban yang dikemukakan Lintang benar, tetapi dinyatakan salah oleh juri; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena kepintaran narator yang menceritakan tentang kondisi di sana; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena dengan mengangkat tema pendidikan yang kondisi masyarakatnya jauh dari kemapanan, film tersebut bisa dijadikan sebagai sebuah patokan untuk pendidikan di Indonesia, terutama di daerah terpencil; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cukup cepat karena misalkan ada beberapa peristiwa dalam novel yang diceritakan dengan cukup jelas, dalam film tersebut ditampilkan dengan cukup cepat; (11) film tersebut cukup kompleks karena dengan tema tentang pendidikan yang diangkat, seharusnya film tersebut masih bisa mengangkat lebih banyak lagi mengenai berbagai permasalahan yang seharusnya lebih bisa dimunculkan; (12) seluruh makna film tersebut dapat dipahami karena pesan yang ingin disampaikan dari film tersebut
tersampaikan dengan baik, yaitu tentang pendidikan; (13) film tersebut sangat baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena unsur instrinsiknya saling berkaitan; (14) film tersebut cukup terpercaya karena film tersebut diangkat dari pengalaman pribadi, jadi bisa dipercaya oleh pembaca nya; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena film tersebut menampilkan tentang pengalaman pribadi, sehingga tidak memberikan banyak efek tentang imajinasi untuk memahaminya; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena mengandung motivasi dan banyak hal yang menyentuh; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena tema yang diangkat adalah tentang pendidikan; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena kondisi film yang memprihatinkan dalam film tersebut, merupakan pengalaman hidup secara nyata dari pengarangnya; (19) film ini cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya sedikit peristiwa yang mengangkan dalam film tersebut, yaitu hanya pada bagian cerdas cermat dan bagian akhir dari film tersebut; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena tema dan alur dari film ini cukup jelas; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena adanya unsur penggunaan bahasa yang menggabungkan antara bahasa asli dengan bahasa Indonesia sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih.
Pembaca keenam menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi baik, karena meski banyak hal yang diangkat dalam film tersebut, namun misi utama yang diusung yaitu tentang pendidikan tidak teralihkan; (2)
gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena gagasannya itu tanpa harus mencari-cari atau memahami isi dari film tersebut, dengan mudah sudah diketahui bahwa yang diangkat adalah pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam film ini sangat jelas karena kondisi pendidikan di Indonesia pada umumnya, dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah, seperti yang tergambarkan pada film tersebut; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena meskipun film tersebut mengunakan dialek melayu beltong, namun setiap penonton akan dapat dengan mudah memahami isinya; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena tanpa ada kerancuan dan tertata rapi; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena latar atau seting film tersebut mengambil lokasi asli dari cerita tersebut yaitu di Belitong; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ketika ada adegan-adegan yang mungkin tegang atau lucu langsung berekspresi tanpa harus berpikir terlebih dahulu; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena tidak hanya terbatsa pada dialognya karena melibatkan prolog dari tokoh Ikal yang menceritakan kondisi yang ada dalam film tersebut; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena pada tahapnya film ini adalah sebuah film yang realis dan benar-benar bisa dikatakan diusung dari fakta; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena perpindahan alur yang cukup cepat dan bisa dinalar dengan logika; (11) film tersebut cukup simpel karena film ini pada awalnya adalah berawal dari fakta dan tidak terkesan dibuat-buat; (12) seluruh makna film tersebut cukup
terpahami karena tidak ada kerancuan dalam jalan cerita film tersebut; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena kondisi yang diangkat dalam film tersebut sinkron tehadap keadaan saat itu; (14) film tersebut cukup terpercaya karena diakhir itu diberi bukti-bukti autentik tentang di mana ada buaya yang begitu besar, terus tentang foto-foto yang asli yang dimiliki oleh Ikal; (15) film tersebut sedang dalam hal mengandalkan imaji karena film ini adalah suatu film yang realis; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena sangat jelas dalam menggambarkan keadaan yang sangat menyenangkan dan itu sangat enak untuk ditonton oleh para penonton; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena pada awalnya sudah membaca novelnya dan mengganggap novelnya itu bagus; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena walaupun itu berasal dari masalah yang biasa kita jumpai, namun terasa kompleks dan dan mengejutkan prediksi pembaca ; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ketika ada beberapa peristiwa yang muncul dalam film akan menghadirkan ketegangan seperti yang dialami oleh tokoh; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena banyaknya istilah-istilah yang dimunculkan oleh penulis yang memicu pembaca untuk berpikir; dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena amanat dari filmnya ini tentang pendidikan itu langsung memberi potret bahwa pendidikan Indonesia dari dulu sampai sekarang itu sama saja.
Pembaca ketujuh, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena keseluruhan isi yang ada di dalam novel dituangkan ke dalam film itu; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena diam-diam mengangkat dan menyoroti tentang pendidikan yang ada di daerah Belitong; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena kondisi pendidikan di Indonesia terutama di luar pulau Jawa dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Melayu secara baik; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena alurnya kurang rapi; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena menggambarkan kondisi yang sangat nyata dari daerah Belitong; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena sangat menyentuh dan menginspirasi; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena segi naratifnya itu tidak membosankan; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena rasa kemanusiaan tokoh-tokoh film tersebut yang sangat tinggi; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena adanya pebedaan penceritaan atara novel dan film yang dipersingkat; (11) film tersebut sangat kompleks karena permasalahan yang diangkat dalam film tersebut sangat banyak; (12) seluruh makna film tersebut dapat dipahami karena adanya keterlibatan emosional; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena sutradara memperhatikan hal-hal yang sederhana; (14) film tersebut cukup
terpercaya karena sesuai dengan kondisi yang ada di Belitung; (15) film tersebut sangat tinggi dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena tindakan tokoh dalam film tidak mencerminkan kondisi umur mereka yang kurang relevan; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena mengandung motivasi dan banyak hal yang menyentuh; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena naratifnya bagus sehingga isi novel tercairkan pada film tersebut; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena kondisi pendidikan di Indonesia sangat tidak berimbang antara pulau Jawa dan luar Jawa; (19) film ini cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena banyak peristiwa yang membuat menegangkan; (20) karakteristik formal film ini sangat disukai karena sangat kental dalam memunculkan budaya dan kondisi masyarakat belitong yang khas; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena harus ada analisis lebih lanjut terhadap tindakan-tindakan tokoh.
Pembaca kedelapan, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena dari keseluruhan film tersebut sangat menarik perhatian; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena diangkat dari realita; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena tema utama yaitu tentang pendidikan dari dulu sampai sekarang kondisinya masih relatif sama; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belitung yang sangat baik; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena hanya berada dalam
seting yang terbatas; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena model film seperti Laskar Pelangi sudah ada sebelumnya di Indonesia; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ada perwatakan tokoh yang sesuai dengan diri informan; (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil kemahiran dari penulis maupun sutradaranya; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena tidak terlalu menonjol; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena adanya peristiwa-peristiwa yang muncul secara spontan; (11) film tersebut sangat kompleks karena mampu mengangkat kondisi antropologi masyarakat dalam film tersebut; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena mengangkat kondisi pendidikan di Indonesia secara nyata; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena tertata cukup baik; (14) film tersebut cukup terpercaya karena diangakat dari novel Laskar Pelangi; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena munculnya sesuatu yang membutuhkan imajinasi untuk mengikuti alur cerita; (16) film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena memberikan motivasi; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18) film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan menyenangkan dalam film tesebut; (19) film tersebut sedikit dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya ada beberapa peristiwa yang menegangkan; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena tokoh, aktor pendukung seting dan suasana dalam film yang sangat menarik; dan (21) film tersebut cukup menantang seting yang terbatas; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena model film seperti Laskar Pelangi sudah ada sebelumnya di Indonesia; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ada perwatakan tokoh yang sesuai dengan diri informan; (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil kemahiran dari penulis maupun sutradaranya; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena tidak terlalu menonjol; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena adanya peristiwa-peristiwa yang muncul secara spontan; (11) film tersebut sangat kompleks karena mampu mengangkat kondisi antropologi masyarakat dalam film tersebut; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena mengangkat kondisi pendidikan di Indonesia secara nyata; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena tertata cukup baik; (14) film tersebut cukup terpercaya karena diangakat dari novel Laskar Pelangi; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena munculnya sesuatu yang membutuhkan imajinasi untuk mengikuti alur cerita; (16) film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena memberikan motivasi; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18) film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan menyenangkan dalam film tesebut; (19) film tersebut sedikit dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya ada beberapa peristiwa yang menegangkan; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena tokoh, aktor pendukung seting dan suasana dalam film yang sangat menarik; dan (21) film tersebut cukup menantang
Pembaca kesembilan, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena dari awal hingga akhir itu isinya mendidik, jadi semua kalangan bisa menerimanya; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena film tersebut ingin menyampaikan bahwa pendidikan yang baik adalah seperti itu; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena hal itu bisa diketahui dan bisa dilihat di mana pun dan kapan pun karena memang pendidikan selalu berkelanjutan; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena kolaborasi bahasa antara bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia pada film tersebut cukup bagus; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena plot yang ditampilkan dalam film tersebut melompat-lompat atau tidak runtut; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena setingnya masih sangat alami dan begitu sederhana, sehingga kelihatan seperti tempat asli dan seakan tidak ada rekayasa; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena kejadian-kejadian dalam film membuat terharu dan seakan terasa benar-benar terlibat dalam hal itu; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena penceritaan film tersebut cukup terampil terutama dalam hal yang menyenangkan dan dalam hal yang menyedihkan; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena seperti karakter Bu Muslimah sebagai guru teladan, karakternya sangat jelas dan bisa diteladani; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan
cepat karena seharusnya cerita itu cukup panjang, tetapi film ini bisa diringakas dengan durasi yang cepat dan semuanya itu bisa terangkum; (11) film tersebut cukup kompleks karena cukup mampu merangkum tentang cerita dan poblematika kehidupan tokoh dalam film tersebut; (12) seluruh makna film cukup terpahami karena pembaca cukup memahami mengenai makna dan pesan dalam film, sehingga bisa menangkap maksud dari film tersebut; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena perpaduan struktur dan unsur-unsur lain dalam film tersebut terintegrasi dan koheren; (14) film tersebut cukup terpercaya karena sesuai dengan problematika pendidikan di Indonesia dan tidak terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan dalam film tersebut; (15) film tersebut sangat tinggi dalam mengandalkan imajinasi karena ketika menyaksikan film tersebut seakan-akan membayangkan dan mempertanyakan mengenai kondisi Andrea Hirata pada masa lalu yang tergambar seperti dalam diri tokoh Ikal; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena kondisi pedesaan dan lautan yang sangat natural jadi terasa begitu menyenangkan; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena problematika dalam film tersebut merupakan sindiran kepada pemerintah yang kurang memperhatikan kondisi pendidikan di daerah-daerah; (19) film tersebut dinilai cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang menegangkan seperti dalam perlombaan cerdas cermat; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena karakter yang dimunculkan dalam tokoh cukup sesuai, namun ada beberapa hal yang cepat karena seharusnya cerita itu cukup panjang, tetapi film ini bisa diringakas dengan durasi yang cepat dan semuanya itu bisa terangkum; (11) film tersebut cukup kompleks karena cukup mampu merangkum tentang cerita dan poblematika kehidupan tokoh dalam film tersebut; (12) seluruh makna film cukup terpahami karena pembaca cukup memahami mengenai makna dan pesan dalam film, sehingga bisa menangkap maksud dari film tersebut; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena perpaduan struktur dan unsur-unsur lain dalam film tersebut terintegrasi dan koheren; (14) film tersebut cukup terpercaya karena sesuai dengan problematika pendidikan di Indonesia dan tidak terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan dalam film tersebut; (15) film tersebut sangat tinggi dalam mengandalkan imajinasi karena ketika menyaksikan film tersebut seakan-akan membayangkan dan mempertanyakan mengenai kondisi Andrea Hirata pada masa lalu yang tergambar seperti dalam diri tokoh Ikal; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena kondisi pedesaan dan lautan yang sangat natural jadi terasa begitu menyenangkan; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena problematika dalam film tersebut merupakan sindiran kepada pemerintah yang kurang memperhatikan kondisi pendidikan di daerah-daerah; (19) film tersebut dinilai cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang menegangkan seperti dalam perlombaan cerdas cermat; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena karakter yang dimunculkan dalam tokoh cukup sesuai, namun ada beberapa hal yang
Pembaca kesepuluh, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi baik karena walaupun ada beberapa hal dalam novel yang tidak diangkat ke dalam film, namun amanatnya tetap jelas dan langsung bisa dicerna oleh penonton; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena penggambaran dari tema dan amanatnya itu gamblang, yaitu tentang pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena kondisi pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang tetap seperti itu dan ketika ditonton sampai kapanpun tetap sama; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena dengan pilihan kata yang sederhana, maka masyarakat dengan mudah akan mampu mencerna maksudnya; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sangat jelas karena dengan alur yang jelas, maka isi dan pesan yang ingin disampaikan dalam film tersebut dapat tereksplorasi; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena film ini berawal dari kisah asli sang penulis yang ditampilkan sebagaimana adanya; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena setelah melihat film tesebut, melalui karakter tokohnya terasa menggugah dan tidak hanya sebatas menonton yang hanya lewat dalam ingatan, tetapi sangat membekas; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena tidak berbelit-belit; (9) karakter kemanusiaan
film tersebut sedang karena yang diangkat adalah tema sehari-hari, sehingga karakternya bukan sesuatu yang sulit untuk dipahami; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena basa-basi yang dimunculkan pada bagian-bagian tertentu dalam film tersebut cukup banyak, sehingga membutuhkan pendeskripsian yang lebih lama; (11) film tersebut cukup kompleks karena dengan mengangkat tema tentang pendidikan yang biasanya orang- orang memulai cita-cita dan perjuangannya, yang cukup tergambarkan dalam film tersebut; (12) seluruh makna film tersebut dapat dipahami karena film tersebut mengangkat cerita tentang kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah dipahami dan efek yang dimunculkan dari melihat film ataupun membaca novelnya terasa mengena dan cukup membekas; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena tidak ada pertentangan seting yang diangkat dan cukup mewakili karakter masyarakat setempat; (14) film tersebut cukup terpercaya karena sebuah karya sastra selalu diambil dari fakta dengan penambahan imajinasi, seperti halnya film tersebut berusaha mengangkat pengalaman pribadi yang merupakan fakta sejarahnya dan dikemas dengan imajinasinya; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena film tersebut beralirkan realis, sehingga tidak membutuhkan imajinasi yang kuat untuk memahaminya; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena selain mengambil permasalahan tantang kehidupan sehari-hari, bahasanya mudah dicerna, dengan estetika bahasa yang masih mampu menghadirkan imajinasi; (17) film tersebut cukup menarik perhatian karena selain film tersebut
booming, film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel tersebut berawal dari sebuah kenyataan yang tentu berbeda karena biasanya hanya berupa imajinasi saja; (18) film tersebut sedikit dalam mengandung ironi karena genre film tersebut adalah realis, sehingga tidak ada pertentangan antara realita dengan film; (19) film ini cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang cukup menegangkan, seperti ketika lomba cerdas cermat, dan ketika Lintang tidak lagi sekolah karena Bapaknya meninggal; (20) karakteristik formal film ini sangat disukai karena film tersebut merupakan hasil dari pengalaman pribadi dan bukan hanya sebatas imajinasi; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena film ini sarat dengan hal-hal intelektual.
3. Dampak Psikologis dan Perubahan yang Muncul terhadap Pembaca dengan Mempertimbangkan Aspek Nilai yang Dominan
Dampak psikologis yang muncul dari film Laskar Pelangi terhadap pembaca, terbagi dalam aspek rasa dan perubahan sikap mental Pembaca yang dimunculkan setelah menonton film yang didasari oleh faktor biografi para Pembaca tersebut. Adapun pemaparan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kisah hidup Anda secara garis besar dari masa kecil hingga sekarang?
2. Cita-cita apa sajakah yang pernah Anda miliki dari kecil hingga sekarang?
3. Mengapa Anda memiliki cita-cita tersebut dan bagaimanakah pandangan Anda terhadap cita-cita tersebut?
4. Apakah Anda pernah mengalami kegagalan atau peristiwa yang menghadirkan trauma dalam kehidupan Anda?.
5. Apa sajakah harapan Anda pada masa kecil?
6. Apa sajakah harapan Anda pada masa remaja?
7. Apa sajakah harapan Anda sekarang?
8. Sehubungan dengan film Laskar Pelangi, apakah film tersebut mampu menghadirkan perubahan dalam pemikiran Anda mengenai kehidupan?
9. Aspek nilai apakah yang dominan muncul dalam diri Anda yang dihadirkan dari film tersebut hingga sekarang?
10. Bagaimanakah dampak yang muncul dalam diri Anda hingga sekarang setelah menyaksikan film Laskar Pelangi?.
Sepuluh pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui aspek biografi secara psikologis ego dari masing- masing pembaca yang terpilih sebagai informan dalam penelitian ini. Secara nyata kondisi tersebut akan dapat ditemukan pada aspek rasa dan dampak psikologis yang muncul pada masing-masing pembaca yang dihadirkan dari film Laskar Pelangi. Adapun penjabaran dan analisis terhadap pembaca yang berhubungan dengan dampak psikologis dan perubahan yang muncul dengan mempertimbangkan aspek nilai yang dominan adalah sebagai berikut.
Pembaca pertama menyatakan bahwa: (1) memiliki kisah kehidupan dari masa kecil yang sederhana, menjunjung nilai-nilai pendidikan, dan memiliki keluarga yang agamis. Pernah mengalami pindah rumah, dan setiap hari harus berjalan pulang pergi sejauh dua kilometer ketika TK. Ketika duduk di bangku SD, setiap hari harus menyeberang jalan raya ketika sekolah dan ketika SMP harus berangkat pagi dan pulang sore. Terlahir dari keluarga wirausahawan dan sejak SMP diberi kebebasan dalam hal menentukan jalan hidupnya; (2) memiliki cita cita ingin menjadi bos ketika kecil. Ketika remaja dan dewasa hanyalah ingin membahagiakan orang tua dan keluarga; (3) pandanganya untuk menjadi bos karena ingin memimpin orang banyak, ketika remaja dan dewasa ingin membahagiakan orang tua dan keluarga karena tidak ingin melihat orang tuanya sedih; (4) kegagalan yang pernah dialami dan mengakibatkan trauma adalah ketika gagal latihan setir mobil dan menabrak hingga mobilnya rusak parah; (5) harapan ketika masa kecil adalah ingin melihat orang tua tidak susah dan selalu tersenyum; (6) harapan ketika masa remaja adalah ingin menjadi pria dewasa yang mapan secara materi yang bertujuan untuk membantu keluarga; (7) harapan ketika dewasa adalah ingin berwirausaha dan segera menyelesaikan kuliah; (8) perubahan mengenai pandangan terhadap kehidupan yang dimunculkan dari film Laskar Pelangi adalah merasa lebih bersyukur karena ternyata ada yang lebih sulit kehidupannya dibandingkan dirinya; (9) aspek nilai yang dominan yang muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa iba dan bangga. Iba karena kehidupan yang mereka jalankan sangat pas-pasan dan bangga karena selalu semangat, pantang mengeluh, dan pantang menyerah walau dihadapkan dengan Pembaca pertama menyatakan bahwa: (1) memiliki kisah kehidupan dari masa kecil yang sederhana, menjunjung nilai-nilai pendidikan, dan memiliki keluarga yang agamis. Pernah mengalami pindah rumah, dan setiap hari harus berjalan pulang pergi sejauh dua kilometer ketika TK. Ketika duduk di bangku SD, setiap hari harus menyeberang jalan raya ketika sekolah dan ketika SMP harus berangkat pagi dan pulang sore. Terlahir dari keluarga wirausahawan dan sejak SMP diberi kebebasan dalam hal menentukan jalan hidupnya; (2) memiliki cita cita ingin menjadi bos ketika kecil. Ketika remaja dan dewasa hanyalah ingin membahagiakan orang tua dan keluarga; (3) pandanganya untuk menjadi bos karena ingin memimpin orang banyak, ketika remaja dan dewasa ingin membahagiakan orang tua dan keluarga karena tidak ingin melihat orang tuanya sedih; (4) kegagalan yang pernah dialami dan mengakibatkan trauma adalah ketika gagal latihan setir mobil dan menabrak hingga mobilnya rusak parah; (5) harapan ketika masa kecil adalah ingin melihat orang tua tidak susah dan selalu tersenyum; (6) harapan ketika masa remaja adalah ingin menjadi pria dewasa yang mapan secara materi yang bertujuan untuk membantu keluarga; (7) harapan ketika dewasa adalah ingin berwirausaha dan segera menyelesaikan kuliah; (8) perubahan mengenai pandangan terhadap kehidupan yang dimunculkan dari film Laskar Pelangi adalah merasa lebih bersyukur karena ternyata ada yang lebih sulit kehidupannya dibandingkan dirinya; (9) aspek nilai yang dominan yang muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa iba dan bangga. Iba karena kehidupan yang mereka jalankan sangat pas-pasan dan bangga karena selalu semangat, pantang mengeluh, dan pantang menyerah walau dihadapkan dengan
Pembaca kedua menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga sekarang cukup baik dan tidak mengalami kendala yang berarti; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pada waktu kecil adalah menjadi dokter, ketika remaja adalah menjadi penulis dan ketika dewasa adalah menjadi wartawan; (3) pandangannya untuk menjadi dokter karena ingin membantu menyembuhkan orang yang sakit, menjadi penulis karena ingin menciptakan karya seperti novel, dan ingin menjadi wartawan karena berhubungan dengan bidang ilmu yang saat ini ditekuni; (4) kegagalan atau trauma yang pernah dialami adalah jatuh dari motor; (5) harapan ketika masih kecil adalah memiliki banyak teman; (6) harapan ketika remaja adalah masuk di perguruan tinggi negeri; (7) harapannya ketika dewasa atau sekarang adalah segera menyelesaikan studi; (8) pandangan terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah bahwa hidup ini harus disyukuri karena masih banyak orang yang berada dalam berbagai kekurangan; (9) aspek rasa yang dominan terhadap film Laskar Pelangi adalah sedih dan haru karena kondisi mereka yang cukup memperihatinkan namun masih tetap bersemangat dalam bersekolah; (10) dampak psikologis yang muncul dari film tersebut adalah memiliki semangat yang Pembaca kedua menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga sekarang cukup baik dan tidak mengalami kendala yang berarti; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pada waktu kecil adalah menjadi dokter, ketika remaja adalah menjadi penulis dan ketika dewasa adalah menjadi wartawan; (3) pandangannya untuk menjadi dokter karena ingin membantu menyembuhkan orang yang sakit, menjadi penulis karena ingin menciptakan karya seperti novel, dan ingin menjadi wartawan karena berhubungan dengan bidang ilmu yang saat ini ditekuni; (4) kegagalan atau trauma yang pernah dialami adalah jatuh dari motor; (5) harapan ketika masih kecil adalah memiliki banyak teman; (6) harapan ketika remaja adalah masuk di perguruan tinggi negeri; (7) harapannya ketika dewasa atau sekarang adalah segera menyelesaikan studi; (8) pandangan terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah bahwa hidup ini harus disyukuri karena masih banyak orang yang berada dalam berbagai kekurangan; (9) aspek rasa yang dominan terhadap film Laskar Pelangi adalah sedih dan haru karena kondisi mereka yang cukup memperihatinkan namun masih tetap bersemangat dalam bersekolah; (10) dampak psikologis yang muncul dari film tersebut adalah memiliki semangat yang
Pembaca ketiga menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga sekarang normal saja karena kedua orang tua adalah pegawai negeri; (2) cita-cita pembaca tersebut waktu kecil ingin menjadi ilmuwan, saat remaja dan sekarang ingin menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi ilmuwan itu keren, terkesan pandai, memiliki gengsi, kerja di laboratorium, dan bisa menemukan hal-hal yang baru, sedangkan menjadi guru kelebihannya terletak pada efisiensi waktu, bisa mengurus anak di rumah, dan lain-lain; (4) peristiwa yang membuat pembaca tersebut trauma pada masa kecil adalah ketika mengupas kacang panjang dan ada ulatnya; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah minta boneka Winnie The Pooh yang ukuran besar dan sampai sekarang tidak keturutan karena hanya punya yang kecil; (6) harapan pembaca tersebut ketika remaja adalah ingin kuliah di UNIBRA tetapi tidak keterima dan kuliah di sini; (7) harapan pembaca tersebut ketika dewasa atau saat ini adalah ingin segera lulus kalau bisa tiga setengah tahun, bekerja, dan menikah; (8) penilaian pembaca tersebut tentang kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah munculnya kesadaran bahwa hidup itu penuh perjuangan, terlebih bagi anak-anak pesisir yang susah dalam hal memperoleh pendidikan; (9) aspek rasa yang dominan muncul dari film Laskar Pelangi terhadap diri pembaca adalah rasa haru karena melihat perjuangan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang susah dan harus bekerja keras; (10) dampak Pembaca ketiga menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga sekarang normal saja karena kedua orang tua adalah pegawai negeri; (2) cita-cita pembaca tersebut waktu kecil ingin menjadi ilmuwan, saat remaja dan sekarang ingin menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi ilmuwan itu keren, terkesan pandai, memiliki gengsi, kerja di laboratorium, dan bisa menemukan hal-hal yang baru, sedangkan menjadi guru kelebihannya terletak pada efisiensi waktu, bisa mengurus anak di rumah, dan lain-lain; (4) peristiwa yang membuat pembaca tersebut trauma pada masa kecil adalah ketika mengupas kacang panjang dan ada ulatnya; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah minta boneka Winnie The Pooh yang ukuran besar dan sampai sekarang tidak keturutan karena hanya punya yang kecil; (6) harapan pembaca tersebut ketika remaja adalah ingin kuliah di UNIBRA tetapi tidak keterima dan kuliah di sini; (7) harapan pembaca tersebut ketika dewasa atau saat ini adalah ingin segera lulus kalau bisa tiga setengah tahun, bekerja, dan menikah; (8) penilaian pembaca tersebut tentang kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah munculnya kesadaran bahwa hidup itu penuh perjuangan, terlebih bagi anak-anak pesisir yang susah dalam hal memperoleh pendidikan; (9) aspek rasa yang dominan muncul dari film Laskar Pelangi terhadap diri pembaca adalah rasa haru karena melihat perjuangan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang susah dan harus bekerja keras; (10) dampak
Pembaca keempat menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari kecil pembaca tersebut hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari waktu kecil adalah keliling dunia. Ketika remaja cita-cita pembaca tersebut adalah menjadi penulis begitu juga sekarang ketika telah dewasa; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita bisa keliling dunia karena untuk menambah wawasan dan pengalaman, menjadi penulis karena ingin mengenalkan budaya Indonesia di dunia internasional; (4) trauma yang pernah dimiliki oleh pembaca tersebut adalah takut ketika diboncengkan naik sepeda motor dengan kecepatan yang tinggi; (5) harapan pada masa kecil pembaca tersebut adalah memiliki banyak teman; (6) harapan pembaca tersebut di masa remaja adalah bisa masuk perguruan tinggi favorit; (7) harapan pembaca tersebut sekarang adalah ingin segera menerbitkan novel yang berisi tentang pengenalan kampus; (8) perubahan pandangan hidup pembaca tersebut yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi terhadap kehidupan adalah harus bisa memanfaatkan peluang yang dimiliki sebaik mungkin; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah sedih, terlebih dengan tokoh Lintang yang pintar tetapi tidak bisa meneruskan sekolah; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah termotivasi untuk menjadi seperti anak-anak Laskar Pelangi yang memiliki semangat luar biasa meski dalam kondisi yang serba kekurangan.
Pembaca kelima menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang mengalami sedikit guncangan ketika ibunya meninggal; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang adalah menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi guru adalah karena profesi tersebut cukup mulia; (4) trauma yang pernah dimiliki pembaca tersebut adalah ketika salah satu orang tuanya meninggal dunia; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah memiliki banyak teman; (6) harapan pembaca tersebut di masa remaja adalah membahagiakan orang tua; (7) harapan pembaca tersebut saat dewasa atau sekarang adalah segera lulus dan bisa bekerja; (8) perubahan pembaca tersebut terhadap pandangan hidup yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah harus mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki karena banyak orang yang tidak memiliki kesempatan yang sama seperti yang kita miliki; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa haru karena perjuangan anak-anak Laskar Pelangi yang luar biasa; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah mensyukuri atas segala kondisi yang kita miliki.
Pembaca keenam menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari masa kecil hingga sekarang penuh petualangan seperti kebanyakan anak-anak lelaki pada umumnya; (2) cita-cita yang pernah dimiliki oleh pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang adalah menjadi dokter. Ketika remaja pembaca tersebut memiliki cita-cita menjadi penulis dan sekarang saat dewasa ingin menjadi dosen; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi dokter karena bisa membantu
orang lain, menjadi penulis karena ingin menjadi sastrawan, dan menjadi dosen karena ingin mengabdikan diri untuk bidang ilmu dan negara; (4) trauma yang pernah dialami pembaca tersebut adalah ketika jatuh dari motor; (5) harapan di masa kecil pembaca tersebut adalah menjadi juara umum di kelas; (6) harapan pembaca tersebut ketika remaja adalah bisa menerbitkan novel; (7) harapan pembaca tersebut sekarang adalah ingin segera lulus dan bisa studi lanjut ke luar negeri; (8) perubahan dalam hal pandangan pembaca tersebut terhadap kehidupan yang muncul setelah menonton film Laskar Pelangi adalah di luar pengetahuan kita, banyak masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah haru dengan keberhasilan Ikal di akhir cerita yang bisa kuliah ke Perancis; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah ingin bisa studi lanjut ke luar negeri seperti Ikal.
Pembaca ketujuh menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang mengalami goncangan ketika pada usia delapan tahun harus kehilangan salah satu orang tua; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang adalah menjadi dokter, masuk jurusan IPA ketika remaja, dan menjadi guru setelah lulus kuliah; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita- cita tersebut karena menjadi dokter adalah pekerjaan yang keren karena berseragam putih dan di rumah sakit, masuk IPA karena ingin menjadi dokter, dan menjadi guru ketika dewasa karena profesi yang mulia; (4) trauma yang pernah dimiliki pembaca tesebut adalah ketika salah satu orang tua meninggal dan gagal masuk IPA; (5)
harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah punya mobil sehingga bisa pergi kemana-mana, punya Nintendo dan Gameboot; (6) ketika remaja pembaca tersebut ingin punya banyak pacar; (7) saat ini atau ketika dewasa nanti pembaca tersebut ingin segera menyelesaikan kuliah; (8) perubahan pandangan pembaca tersebut terhadap kehidupan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa bersyukur dengan melihat kondisi masyarakat yang berada di bawah kita; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa haru dengan semangat anak-anak Laskar Pelangi dan kata-kata Pak Harfan yang cukup memotivasi; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah tetap semangat untuk menjalani kehidupan.
Pembaca kedelapan menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari masa kecil hingga dewasa secara garis besar relatif sewajarnya seperti anak-anak kecil pada umumnya yang suka bermain; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang adalah menjadi pilot, menjadi artis, dan mengabdi kepada pemerintah; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi pilot karena terlihat hebat yang bisa terbang ke berbagai daerah, menjadi artis karena peluangnya besar dan cukup menjanjikan, menjadi PNS karena terinspirasi orang tua dan keluarga; (4) trauma yang pernah dialami pembaca tersebut adalah ketika jatuh dari motor dan ketika kepleset di waktu kecil hingga kepalanya berdarah; (5) harapan di masa kecil yang pernah dimiliki pembaca tersebut adalah memiliki banyak teman; (6) harapan pembaca tersebut pada masa remaja adalah ingin mempunyai band yang
terkenal; (7) harapan pembaca tersebut sekarang adalah untuk segera menyelesaikan kuliah dan mengabdi kepada pemerintah yaitu menjadi PNS; (8) perubahan pembaca tersebut terhadap pandangan mengenai kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada masa lampau terutama di daerah-daerah sangat memperihatinkan; (9) aspek rasa yang dominan muncul bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa sedih dengan kondisi anak-anak Laskar Pelangi yang sulit dalam menempuh pendidikan; (10) dampak psikologis pembaca tersebut yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah termotivasi untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupan.
Pembaca kesembilan menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari masa kecil hingga sekarang cukup mengalami perubahan ketika di masa kecil kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan namun dengan kerja keras orang tua saat ini kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari masa kecil adalah menjadi dokter, menjadi perawat ketika remaja, dan menjadi guru pada saat ini; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita tersebut karena menjadi dokter bisa membantu orang yang sedang sakit, menjadi perawat karena ingin kerja di rumah sakit dan berhubungan dengan kondisi ekonomi keluarga, dan menjadi guru karena profesi yang mulia; (4) trauma yang dialami pembaca tersebut adalah ketika mengingat kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan di masa kecil; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah memiliki banyak teman dan boneka; (6) ketika remaja harapan pembaca
tersebut adalah masuk di jurusan pendidikan setelah lulus SMA karena faktor ekonomi dan biaya; (7) harapan pembaca tersebut sekarang ketika dewasa adalah segera menjadi guru dan membahagiakan orang tua; (8) pandangan pembaca tersebut terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah bahwa dengan usaha yang luar biasa, kehidupan itu akan selalu dinamis dan mengarah kearah yang positif; (9) aspek rasa pembaca tersebut yang dominan muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa haru dan bangga atas keberhasilan anggota Laskar Pelangi ; (10) dampak psikologis pembaca tersebut yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah lebih termotivasi untuk meraih cita-cita.
Pembaca kesepuluh menyatakan bahwa: (1) kisah kehidupan pembaca tersebut dari masa kecil hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan dan normal-normal saja; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut ketika kecil adalah ingin menjadi guru dan ingin menjadi dokter, ketika remaja ingin menjadi psikolog, dan ketika dewasa atau saat ini adalah ingin menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi guru karena sebagai wanita selain mendidik anak sendiri juga bisa mendidik anak bangsa, sedangkan cita-cita pembaca tersebut menjadi dokter karena bisa menolong orang dan menjadi psikolog agar bisa memahami karakter orang dan bisa menempatkan diri; (4) pembaca tersebut tidak pernah mengalami trauma atau peristiwa yang menakutkan; (5) semua harapan di masa kecil pembaca tersebut bisa terwujud dan berjalan dengan normal; (6) ketika remaja keinginan pembaca tersebut adalah ingin kuliah di Psikologi UGM, tetapi tidak keterima dan diterima di sini; (7) harapan pembaca tersebut dalam pertemanan Pembaca kesepuluh menyatakan bahwa: (1) kisah kehidupan pembaca tersebut dari masa kecil hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan dan normal-normal saja; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut ketika kecil adalah ingin menjadi guru dan ingin menjadi dokter, ketika remaja ingin menjadi psikolog, dan ketika dewasa atau saat ini adalah ingin menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi guru karena sebagai wanita selain mendidik anak sendiri juga bisa mendidik anak bangsa, sedangkan cita-cita pembaca tersebut menjadi dokter karena bisa menolong orang dan menjadi psikolog agar bisa memahami karakter orang dan bisa menempatkan diri; (4) pembaca tersebut tidak pernah mengalami trauma atau peristiwa yang menakutkan; (5) semua harapan di masa kecil pembaca tersebut bisa terwujud dan berjalan dengan normal; (6) ketika remaja keinginan pembaca tersebut adalah ingin kuliah di Psikologi UGM, tetapi tidak keterima dan diterima di sini; (7) harapan pembaca tersebut dalam pertemanan