RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS ANGKATAN 2010 TERHADAP FILM LASKAR PELANGI: ANALISIS ESTETIKA EKSPERIMENTAL

UNS ANGKATAN 2010 TERHADAP FILM LASKAR PELANGI: ANALISIS ESTETIKA EKSPERIMENTAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh

HARY SULISTYO

C0207028

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERNYATAAN

Nama : Hary Sulistyo NIM : C0207028

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi : Analisis Estetika Eksperimental” adalah betul-betul karya saya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 19 Juni 2012 Yang membuat pernyataan

Hary Sulistyo NIM C0207028

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas segumpal darah dan daging yang telah Kau karuniakan terhadap jiwaku. Rosul-ku, Muhammad SAW. Terimakasih atas keteladanan yang telah kau berikan kepada kami;

2. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta;

3. Kekasih dan Hipogramku;

4. Teman-teman seperjuangan;

5. Pecinta sastra; dan

6. Almamater.

MOTTO

 Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Al-Quran

Surat Ar-Ra’d ayat 11)

 Orang sukses adalah mereka yang suka melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang gagal. Mereka belum tentu suka melakukan hal-hal tersebut namun ketidaksukaannya tunduk pada tujuan akhir (E.M.Gray)

 Kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti berusaha (Orang Bijak)

 Jadikanlah masa lalu sebagai motivasi untuk meraih masa depan yang lebih baik (Penulis)

 Hidup adalah pilihan, tak ada yang salah dan tak perlu ada yang disesali (Penulis)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Sarjana Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini;

3. Dwi Susanto, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi;

4. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan selama studi;

5. “Ibu” di Jurusan: Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M. Hum., Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum., dan Dra. Murtini, M.S., terimakasih atas motivasi dan saran-sarannya;

6. Bapak ibu dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan;

7. Segenap petugas perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, terimakasih atas kerjasamanya;

8. Jajaran Tata Usaha Fakultas Sastra dan Seni Rupa: Mas Purwono, Bu Yuni, Mbak Ida, Mbak Nur, Mbak Kris, Mas BG, Mas Eko (Satpam), Mas Eko, Pak Dar, Mas Sigid, Mas Budi, Bu Datin, Bu Nisa, dan Bu Kus. Terimakasih atas kerjasamanya;

9. Bapak, Ibu, dan Keluargaku, terimakasih atas dukungan yang telah diberikan;

10. Kekasihku Sinta, terimakasih atas dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebersamaan kita berujung ibadah;

11. Hyphogram-ku Festy Emillarosa, terimakasih telah banyak menginspirasi;

12. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang telah membiayai penelitian ini;

13. Informan penelitianku: Ahmad Nurrofik, Ariel Aji Wahyudi, Devi Kusumawati, Galih Purnamasari, Irma Fitri Putu Marta, Jalu Norva Illa Putra, Muhammad Burhanudin, Ogi Adetia Lesmana, Wahyu Setyawati, Yustin Fatimah, dan segenap mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

14. Pembimbing PKM ku: Pak Asep dan Pak Yayan (FSSR), Bu Trisni dan Pak Sony (FISIP), Pak Fahru (MIPA), dan Pak Rohmadi (FKIP), terimakasih telah mengkondisikan penulis untuk mendalami penalaran akademik;

15. Jajaran Institut Javanologi LPPM-UNS: Drs. Sahid Teguh Widodo, M.Hum., Ph.D., Dr. Kundaru Sadono, M.Hum., Siti Muslifah, S.S., M.Hum., Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn., Mas Arif, Mas Aris, Astiti, dan Hafids. Terimakasih atas kesempatan, kebersamaan, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;

16. Dhani Setiawan, Rosyid Fauzan, Lita Listyaningrum, S.S., Irwanto, Latif Anshori Kurniawan, S.Pd., Andri Prihatmono, dan M. Luthfi A. Terimakasih telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

17. Teman-teman seperjuanganku: Sabar Nugroho, Dudie Aditya, Gathot (SMAN 2 Wng), Aditya Wirawan Siregar, Anggoro Dwi Jayanto, Arif Setiyadi, Fajar Junianto, Rahmad Tri Hidayat, Taufik Akbar Mustofa, Wibi Kusuma Ardianto, dan teman- teman Sasindo angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini;

18. Morgen: Wahyu, Arif, Bagus, dan Tony, tempatku belajar mengembangkan imajinasi, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya;

19. Teman-teman kos Imanuel II, temanku berbagi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya Jurusan Sastra Indonesia.

Surakarta, 19 Juni 2012

Hary Sulistyo

ABSTRAK

Hary Sulistyo. C0207028. “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental” Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Berdasarkan aspek dan dampak psikologis, karya sastra menghadirkan makna tersendiri bagi pembacanya. Umur pembaca, situasi dan kondisi, proses penikmatan, dan gudang pengalaman merupakan faktor penting hadirnya dampak psikologis membaca karya sastra. Film Laskar Pelangi merupakan film yang cukup sukses. Kemunculnya sebagai pelopor semangat zaman “meraih mimpi”, menjadi trend munculnya karya-karya lain. Pemilihan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 sebagai informan penelitian ini mempertimbangkan aspek umur, latar pendidikan, dan jumlah informan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini meliputi: (1) putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi; (2) hasil interpretasi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi; dan (3) dampak psikologis film tersebut terhadap informan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan psikologi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan skunder. Data dalam penelitian ini adalah resepsi 10 mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menilai resepsi dan hasil wawancara informan terhadap film Laskar Pelangi dengan mempertimbangkan aspek psiko biografi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) adanya efek motivasional informan yang berbeda-beda terhadap film Laskar Pelangi; (2) adanya klasifikasi informan yang terbagi dalam penekanan aspek tekstual dan non tekstual film Laskar Pelangi; dan (3) adanya dampak psikologis yang muncul terhadap masing-masing informan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai wahana pembelajaran penelaahan kehidupan, tentu menghadirkan makna tersendiri bagi pembacanya. Karya yang dianggap sebagai tulisan fiksi ini selalu menghadirkan pesan yang dapat “diambil” ketika seseorang membaca karya tersebut. Berdasarkan aspek dan dampak evaluasi psikologisnya, pemahaman tersebut merupakan proses pencerdasan karena masing-masing individu akan berupaya menginterpretasi karya menurut pemikirannya secara mandiri. Melalui proses ini, peristiwa membaca akan meningkatkan kecerdasan pembacanya. Seperti yang dikemukakan oleh Rient T. Segers “Karya sastra berisi tentang pesan yang dapat dipahami oleh pembaca dengan dasar semiotik dan informasi. Semiotik merupakan lambang-lambang kebahasaan yang dimunculkan dalam teks yang memiliki makna sedangkan informasi merupakan proses penyampaian pesan dalam teks terhadap pembaca” (Rien T. Segers,1978:12).

Ketika seseorang memahami karya sastra dengan baik maka akan ditemukan korelasi secara nyata antara makna karya dengan kejiwaan masing-masing pembaca. Kesedihan yang mendalam, kebahagiaan, motivasi, dan munculnya kesadaran melalui katarsis hanya akan hadir ketika pembaca mampu “merebut makna” dari sebuah karya. Hal itu terjadi ketika pembaca benar-benar mampu menginterpretasi karya Ketika seseorang memahami karya sastra dengan baik maka akan ditemukan korelasi secara nyata antara makna karya dengan kejiwaan masing-masing pembaca. Kesedihan yang mendalam, kebahagiaan, motivasi, dan munculnya kesadaran melalui katarsis hanya akan hadir ketika pembaca mampu “merebut makna” dari sebuah karya. Hal itu terjadi ketika pembaca benar-benar mampu menginterpretasi karya

Membaca tidak hanya bergantung pada teks, tetapi juga unsur-unsur lain yang hadir dari luar teks. Unsur-unsur yang dimaksud tidak hanya berupa interteks, hipogram, atau referensi yang masih teramat dekat dengan teks, tetapi mungkin hadir karena faktor internal pembaca yang sangat jauh ke luar dari teks tersebut. Umur pembaca, situasi dan kondisi, proses penikmatan, atau “gudang pengalaman” yang cukup dari seorang pembaca dalam hal kemampuan mengkondisikan diri sebagai dampak membaca karya sastra. Kehadiran teks yang diinterpretasi secara eksperimental akan memunculkan evaluasi sehingga akan ditemukan analisis estetika eksperimental pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Oleh karena itu, seperti yang telah dikemukakan oleh Lotman, sikap pembaca terhadap suatu karya sangatlah penting karena mampu mencerminkan kondisi dan identitas dari pembaca tersebut. Umar Junus mengutip pendapat Wolfgang Isser mengenai hermeneutik yang mengatakan bahwa suatu karya sastra akan menimbulkan kesan tertentu pada pembacanya. Melalui proses pembacaannya akan ada interaksi antara hakikat karya itu dengan “teks luar” yang mungkin memberikan kaidah dan nilai yang berbeda. Bahkan dapat dikatakan bahwa kaidah dan nilai “teks luar” akan sangat menentukan kesan yang akan muncul pada seseorang sewaktu membaca suatu teks karena fenomena ini akan menentukan imaji pembaca dalam membaca teks itu (Umar Junus, 1985:38)

Kemunculan dampak yang hadir dari proses menikmati karya sastra dipengaruhi oleh standar emosional dan tingkat intelektual yang cukup. Secara lebih jelas, interpretasi seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar akan menghadirkan dampak yang berbeda bila dibandingkan dengan anak Sekolah Menengah Pertama ketika menikmati karya sastra yang sama, dengan waktu dan kondisi yang sama pula. Umur, pengalaman, dan wawasan merupakan faktor penting yang harus dilihat dalam mengukur dampak psikologis melalui proses keterbacaan teks sastra. Begitu pula dengan pertimbangan jenis kelamin, kondisi ekonomi keluarga, harmonisasi yang menaungi kehidupan pembaca, dan kondisi masa lalu yang dialami oleh masing-masing pembaca. Umar Junus mengatakan bahwa pembaca biasanya menghubungkan pengalamannya sendiri dalam menghidupkan suatu realitas, sehingga bacaan itu selalu dihubungkan dengan realitas. Akan tetapi semestinya diingat bahwa teks karya adalah reaksi terhadap realitas. Ada perbedaan antara kehidupan sehari-hari yang selalu nyata, dengan kehidupan dalam karya sastra dan ini bertemu dalam diri pembacanya, bukan dalam kehidupan dunia (Umar Junus, 1985:38). Pembaca akan berusaha menelaah teks, memahaminya, dan mencoba menghadirkan definisi, serta dampak yang bisa muncul terhadap dirinya. Semakin sering seseorang melakukan proses ini, pembaca tersebut semakin peka pula. Kepekaan yang dimaksud adalah dalam hal memahami isi dari teks atau kepekaan membaca kehidupan dalam dunia teks tersebut.

Evaluasi terhadap karya sastra oleh pembaca dipengaruhi banyak faktor. Menariknya sebuah cerita, kualitas karya yang mudah diinterpretasi oleh semua lapisan masyarakat tentu memiliki nilai keterbacaan yang berbeda bila dibandingkan dengan karya yang kurang populer. Semakin karya tersebut memiliki popularitas yang tinggi, diasumsikan nilai keterbacaan karya tersebut juga relatif tinggi pula bila dibandingkan dengan karya yang kurang terkenal. Membaca yang dimaksud tidak hanya dalam ranah teks tertulis, tetapi termasuk juga dalam ranah teks visual seperti halnya dalam film.“Yang diistilahkan Lotman sebagai ‘teks’ seperti istilahnya tentang ‘bahasa’ merupakan istilah teknis tidak bersangkutan dengan arti umum, misalnya sejumlah kata-kata yang tertulis dalam bahasa Inggris. Sebagai contohnya adalah lukisan, film, dan juga sebuah sonata juga bisa disebut teks (Rien T. Segers, 1978:25). Hal itu sepaham dengan yang dikatakan oleh Rien T. Segers, “Sebuah teks sastra adalah seperangkat tanda-tanda verbal yang eksplisit, terbatas, dan terstruktur serta fungsi estetisnya dirasakan dominan oleh pembaca” (Rien T. Segers,1978:25- 26).

Perkembangan dunia sastra cukup menyita perhatian bagi masyarakat pecinta kesusastraan Indonesia. Film Laskar Pelangi misalnya, merupakan salah satu pengalihwahanaan novel ke dalam film yang cukup sukses dalam kesusastraan Indonesia. Film ini merupakan visualisasi atau ekranisasi dari novel yang ditulis oleh Andrea Hirata pada tahun 2004. Berdasarkan asal kata, Pamusuk Eneste mengatakan bahwa ekranisasi sebagai pelayarputihan (ecran dalam bahasa Perancis berarti layar).

“Ekranisasi merupakan proses perubahan pada alat yang dipakai, proses penggarapan, proses penikmatan, dan waktu penikmatan” (Pamusuk Eneste, 1991:61).

Semangat zaman yang dihadirkan oleh film ini merupakan penggambaran kondisi masyarakat yang cukup realistis. Cerita mengenai kebersamaan dengan teman sepermainan di masa kecil dan perjuangan untuk meraih mimpi dalam dunia pendidikan, film tersebut cukup mampu menggambarkan kehidupan anak yang sederhana dengan problematika sosial di daerah pinggiran. Ketika film ini muncul sebagai pelopor semangat zaman tentang “meraih mimpi”, film yang disutradarai oleh Riri Reza dan produser film Mira Lesmana ini cukup banyak digemari generasi muda dan menjadi trend munculnya karya-karya lainnya yang beraliran tentang “mimpi”.

Film Laskar Pelangi ditayangkan dalam belantika perfilman Indonesia pada tahun 2008. Film tersebut bercerita mengenai kehidupan seorang anak dan 9 temannya dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong di Pulau Belitong. Mereka adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun.

Pemilihan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 sebagai informan dalam penelitian ini memiliki beberapa alasan. Sehubungan dengan asumsi bahwa siswa Sekolah Menengah Atas sederajat merupakan fase penting dalam pengembangan jati diri, maka pemilihan informan penelitian ini sangat beralasan karena film tersebut muncul ketika mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Penelitian resepsi sastra yang mempertimbangkan dampak psikologis, harus mempertimbangkan jarak waktu karena dampak yang sebenarnya tidak hanya berupa efek sesaat tetapi perubahan sikap mental yang nyata. Dalam perspektif jarak estetis, karya ini relatif berbeda dengan karya-karya lain yang ada pada masa kemunculannya. Dengan menitikberatkan pada pertimbangan waktu dan jarak estetis, menarik kiranya untuk diteliti mengenai dampak yang muncul terhadap psikologi pembaca.

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 merupakan kelas mahasiswa yang mengkaji dalam bidang ilmu sastra, yaitu sastra Indonesia. Dengan alasan tersebut diharapkan para mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 cukup tertarik ketika dilibatkan dalam penelitian ini karena film tersebut termasuk dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Selain itu, dengan jumlah mereka yang mencapai 78 orang, penelitian ini memiliki populasi yang cukup ketika harus memilih beberapa sampel sebagai informan dalam penelitian ini.

Ketika film tersebut ditayangkan, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 masih berstatus sebagai murid Sekolah Menengah Atas / sederajat. Oleh karena itu, dalam proses berjalannya waktu dapat dilihat tanggapan pembaca terhadap karya tersebut yang dapat diukur melalui beberapa standar estetis dan dampak positif dari karya tersebut hingga sekarang. Tujuannya, dengan standar estetis dari mahasiswa yang memiliki jenjang umur relatif sama dan pernah menjadi penikmat film Laskar Pelangi akan dihubungkan dengan resepsi pembaca terhadap Ketika film tersebut ditayangkan, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 masih berstatus sebagai murid Sekolah Menengah Atas / sederajat. Oleh karena itu, dalam proses berjalannya waktu dapat dilihat tanggapan pembaca terhadap karya tersebut yang dapat diukur melalui beberapa standar estetis dan dampak positif dari karya tersebut hingga sekarang. Tujuannya, dengan standar estetis dari mahasiswa yang memiliki jenjang umur relatif sama dan pernah menjadi penikmat film Laskar Pelangi akan dihubungkan dengan resepsi pembaca terhadap

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada aspek tekstual film Laskar Pelangi dengan tujuan untuk membatasi interpretasi informan agar lebih terstruktur dan terukur. Aspek-aspek tekstual yang dimaksud lebih menekankan pada penokohan, karakter, latar, alur, tema, dan sebagainya.

Melalui metode penentuan informan dengan pembagian kuesioner instrumental akan ditemukan responden yang memiliki klasifikasi umur, letak geografis, pendidikan, dan standar estetis yang memadai untuk dijadikan informan. Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 selain memiliki klasifikasi- klasifikasi tersebut juga merupakan mahasiswa yang mengkaji bidang ilmu sastra sehingga secara tidak langsung akan dapat diketahui mengenai kemampuan analisis mereka terhadap karya sastra. Analisis yang dimaksud adalah resepsi atau tanggapan terhadap karya sastra ketika melakukan evaluasi estetika secara eksperimental terhadap film Laskar Pelangi. “Pengetahuan tentang kode sastra yang terbatas Melalui metode penentuan informan dengan pembagian kuesioner instrumental akan ditemukan responden yang memiliki klasifikasi umur, letak geografis, pendidikan, dan standar estetis yang memadai untuk dijadikan informan. Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 selain memiliki klasifikasi- klasifikasi tersebut juga merupakan mahasiswa yang mengkaji bidang ilmu sastra sehingga secara tidak langsung akan dapat diketahui mengenai kemampuan analisis mereka terhadap karya sastra. Analisis yang dimaksud adalah resepsi atau tanggapan terhadap karya sastra ketika melakukan evaluasi estetika secara eksperimental terhadap film Laskar Pelangi. “Pengetahuan tentang kode sastra yang terbatas

Sehubungan dengan asumsi-asumsi yang telah diuraikan, perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi pembaca terhadap film Laskar Pelangi dengan sudut pandang estetika resepsi sehingga akan ditemukan mengenai dampak yang dominan bagi para pembaca terhadap film tersebut. Penelitian ini memaparkan peran karya sastra sebagai pembelajaran kehidupan terhadap kejiwaan masing-masing pembaca, korelasi film Laskar Pelangi terhadap mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010, dan aspek nilai pembaca terhadap film tersebut.

B. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada estetika resepsi terhadap film Laskar Pelangi oleh mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 dalam perspektif estetika eksperimental. Adapun pembatasan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut.

1. Putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi.

2. Interpretasi nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi.

3. Dampak psikologis yang muncul dari film tersebut hingga sekarang dengan mempertimbangkan aspek nilai yang dominan bagi informan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah identifikasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi?.

2. Bagaimanakah hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi?.

3. Bagaimanakah dampak psikologis yang muncul dari film tersebut melalui pembacaan terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi?.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan identifikasi dan hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi dengan menekankan pada dampak psikologis dan aspek nilai yang dominan bagi informan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah alternatif penelitian sastra dengan model penelitian lapangan, yaitu mengukur putusan nilai Manfaat penelitian ini terbagi dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah alternatif penelitian sastra dengan model penelitian lapangan, yaitu mengukur putusan nilai

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dijabarkan dan dibagi ke dalam lima bab, yaitu : Bab satu merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua merupakan landasan teori yang terdiri dari studi terdahulu yaitu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan objek kajian dan kajian penelitian terhadap film Laskar Pelangi. Bab ini juga memaparkan mengenai teori-teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini, yaitu mengenai teori estetika resepsi.

Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penarikan kesimpulan.

Bab empat merupakan inti dari penelitian yang terdiri dari analisis identifikasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi, hasil interpretasi putusan nilai terhadap film Laskar Pelangi dan Bab empat merupakan inti dari penelitian yang terdiri dari analisis identifikasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi, hasil interpretasi putusan nilai terhadap film Laskar Pelangi dan

Bab lima merupakan pembahasan mengenai interpretasi psiko ego pembaca terhadap aspek tekstual yang meliputi interpretasi eksperimental dan psiko analisis ego pembaca dalam respon tekstual terhadap film Laskar Pelangi.

Bab enam merupakan penutup yang berisi tentang simpulan dari penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Studi Terdahulu

Penelitian mengenai resepsi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Laskar Pelangi. Penelitian-penelitian itu bisa dimanfaatkan sebagai studi pustaka dalam penelitian ini. Adapun studi terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Skripsi Ririh Yuli Atmaningsih (2008), dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”, menyimpulkan bahwa: (1) gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu: simile, metafora, tautotes, ironi, hiperbola, metonimia, dispersonifikasi, asidenta, pertanyaan retoris, paradoks, hipalase, anatonomasia, antitesis, alusio, inuendo, tautologi, koreksio, personifikasi, eponim, sinekdoks pras pratoto, sinekdoks tatum pro parte, elipis, dan satire; (2) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu: iman, syukur, taqwa, ikhlas, tawakal, sabar, berpikir positif, disiplin, menjadi contoh yang baik, tekad kuat dan kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap orang tua dari pada hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan, membantu meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak merendahkan golongan lain, baik sangka, rendah hati, menepati janji, lapang dada, dan dapat dipercaya; dan (3) pemanfaatan novel Laskar Pelangi dalam pembelajaran novel di SMA, yaitu: Skripsi Ririh Yuli Atmaningsih (2008), dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”, menyimpulkan bahwa: (1) gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu: simile, metafora, tautotes, ironi, hiperbola, metonimia, dispersonifikasi, asidenta, pertanyaan retoris, paradoks, hipalase, anatonomasia, antitesis, alusio, inuendo, tautologi, koreksio, personifikasi, eponim, sinekdoks pras pratoto, sinekdoks tatum pro parte, elipis, dan satire; (2) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu: iman, syukur, taqwa, ikhlas, tawakal, sabar, berpikir positif, disiplin, menjadi contoh yang baik, tekad kuat dan kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap orang tua dari pada hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan, membantu meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak merendahkan golongan lain, baik sangka, rendah hati, menepati janji, lapang dada, dan dapat dipercaya; dan (3) pemanfaatan novel Laskar Pelangi dalam pembelajaran novel di SMA, yaitu:

Skripsi Kurnia Septianingrum (2009) dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Psikologi Sastra, mengemukakan bahwa: (1) aspek struktural dalam novel Laskar Pelangi secara padu membangun peristiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2) aspek kepribadian Flegmanticiti tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dalam tinjauan psikologi sastra menunjukkan bahwa perilaku-perilaku Lintang yang tangguh, tidak mudah putus asa, kritis, memiliki imajinasi yang tinggi, cerdas, suka mandiri, seorang anak yang suka membaca buku, dan pribadi yang optimis dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain sangat berpengaruh bagi pembaca.

Skripsi Sutri (2009) dengan judul “Dimensi Sosial Budaya dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra”, mengemukakan bahwa: (1) struktur yang terjalin dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata memiliki aspek yang berkaitan dengan menguatkan satu sama lain dan aspek struktural tersebut secara padu membangun perisiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2) analisis sosiologis dapat diketahui bahwa dimensi sosial, kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada masalah kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi mencakup dua hal, yaitu (a) kemiskinan temporal (temporary provety) yang terdiri dari kekurangan materi dan kemiskinan kesejahteraan, kemiskinan yang berdampak pada semua aspek kehidupan yang salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai Skripsi Sutri (2009) dengan judul “Dimensi Sosial Budaya dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra”, mengemukakan bahwa: (1) struktur yang terjalin dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata memiliki aspek yang berkaitan dengan menguatkan satu sama lain dan aspek struktural tersebut secara padu membangun perisiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2) analisis sosiologis dapat diketahui bahwa dimensi sosial, kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada masalah kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi mencakup dua hal, yaitu (a) kemiskinan temporal (temporary provety) yang terdiri dari kekurangan materi dan kemiskinan kesejahteraan, kemiskinan yang berdampak pada semua aspek kehidupan yang salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai

Tesis Eko Marini (2010) dengan judul “Analisis Stilistika Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” menyimpulkan bahwa: (1) keunikan atau kekhasan pemakaian bahasa pada novel Laskar Pelangi dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya dan pendidikan penulis yang diungkapkan melalui deskripsi ceritanya. Adapun keunikan pemilihan dan pemakaian kosa kata yaitu tampak pada: (a) pemakaian dan pemilihan leksikon asing, (b) pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa, (c) pemilihan dan pemakaian leksikon ilmu pengetahuan, (d) pemilihan dan pemakaian kata sapaan, dan (e) pemilihan dan pemakaian kata konotasi pada judul. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mampu menonjolkan keunikan dan pemakaian kosa-kata yang spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu menghasilkan style tersendiri yang menjadi ciri khusus Andrea Hirata dalam menuangkan gagasan melalui karya sastra; (2) kekhususan aspek morfologis dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yaitu pada penggunaan afiksasi pada leksikon bahasa Jawa dan bahasa Inggris dan terduplikasi dalam leksikon bahasa Jawa; (3) aspek sintaksis yaitu pemakaian repetisi, pemakaian kalimat majemuk, dan kalimat inversi; (4) pemakaian gaya bahasa figuratif pada novel Laskar Pelangi membuat pengungkapan maksud

menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas, dan lebih menarik. Beberapa bahasa figuratif yang terdapat dalam pembahasan novel Laskar Pelangi yaitu idiom, arti kiasan, konotasi, metafora, metonimia, simile, personifikasi, dan hiperbola. Penggunaan idiom ada 45 data, arti kiasan ada 33 data, konotasi ada 56 data, metafora ada 24 data, metonomia ada 15 data, simile ada 54 data dengan kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, personifikasi 8 data, dan hiperbola ada 25 data. Kata-kata tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk penggunaan gaya bahasa figuratif yang unik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca. Andrea Hirata mampu memilih dan menempatkan kosa-kata yang metaforis dan disesuaikan dengan makna dalam kalimat.

Penelitian ini dengan judul “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi : Analisis Estetika Eksperimental”, memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut karena penelitian ini menekankan pada aspek pembaca dan bukan pada teks. Meskipun penelitian Karnia Septianingrum dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Psikologi Sastra” melakukan analisis dalam hal psikologi sastra, namun penelitian ini berbeda karena aspek psikologi yang diteliti adalah pembaca dan bukan kepribadian tokohnya. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang lainnya karena penelitian ini meneliti mengenai tanggapan pembaca terhadap film Laskar Pelangi sedangkan penelitian-penelitian tersebut meneliti aspek gaya bahasa dan nilai pendidikan, dimensi sosial dan budaya, dan aspek stiliistika terhadap Laskar Pelangi.

B. Landasan Teori

Tanggapan pembaca terhadap suatu karya merupakan keleluasan seorang penikmat dalam memaknai sebuah teks. Kualitas resepsi atau ketajaman tanggapan seseorang terhadap sebuah karya, antara orang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, baik itu usia, standar estetis, gudang pengalaman atau wawasan, dan faktor psikologi. Hal itu sesuai dengan konsep tentang horizon of expectations (erwartungs-horitzont) ‘cakrawala atau horizon harapan’, disusun dengan sarana (1) norma generik yang terkenal yang dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh pembaca; (2) pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap keseluruhan teks yang telah dibaca sebelumnya; dan (3) kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuaan pembaca untuk menerima teks baru di dalam cakrawala harapannya yang “sempit” dan cakrawala hidupnya yang “luas” (Jauss dalam Rien T. Segers,1978:36).

Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakekat estetika yang ada di dalamnya. Atau mungkin juga bersifat aktif, yaitu bagaimana ia “merealisasikan”- nya. Oleh karena itu pengertian resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan (Umar Junus,1984:1).

Secara historis, menurut Jan Van Luxemburg dalam I Nyoman Kutha Ratna (2004:163-164), ada dua tradisi klasik dalam kaitannya dengan relevansi fungsi dan Secara historis, menurut Jan Van Luxemburg dalam I Nyoman Kutha Ratna (2004:163-164), ada dua tradisi klasik dalam kaitannya dengan relevansi fungsi dan

Resepsi sastra sebagaimana dimaksudkan dalam teori kontemporer tidak sebagai reaksi, tetapi sudah disertai dengan penafsiran, dan bahkan penafsiran yang sangat rinci. Dalam penelitian resepsi dibedakan menjadi dua bentuk, (a) resepsi secara sinkronis, (b) resepsi secara diakronis. Bentuk pertama meneliti karya sastra dalam hubungannya dengan pembaca sezaman. Sekelompok pembaca, misalnya memberikan tanggapan baik secara sosiologis maupun psikologis terhadap sebuah novel. Bentuk resepsi yang lebih rumit adalah tanggapan pembaca secara diakronik sebab melibatkan pembaca sepanjang sejarah. I Nyoman Kutha Ratna (2004:167-169) menjelaskan mengenai kaitannya dengan pembaca, timbul berbagai istilah, seperti: pembaca eksplisit, pembaca implisit, pembaca mahatahu, pembaca yang diintensikan, dan sebagainya. Di samping itu timbul pula istilah-istilah lain yang didefinisikan sesuai dengan tokoh masing-masing, diantaranya: concretitazion (Vodicka), horizon harapan (Jausz), pembaca implisit dan ruang kosong (Isser), kompetensi pembaca (Culler).

Umar Junus dalam bukunya Resepsi Sastra (1984:46) menjelaskan bahwa resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan resepsi atau tanggapan terhadapnya. Secara lebih jauh dijelaskan mengenai tanggapan pasif, yaitu bagaimana pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya, atau mungkin bersifat aktif, yaitu bagaimana ia merealisasikannya.

Wolfgang Isser memberikan contoh bagaimana pelaksanaan teorinya yang mementingkan soal kesan, efek (wirkung). Lebih lanjut Isser memberikan kepada peranan pembaca dalam memahami atau mengkonkretkan suatu karya. Pembaca mungkin akan dapat merekonstruksikan suatu yang tak disebutkan (=nicht-Erzahlen) (Umar Junus,1984:47). Umar Junus mengutip pendapat Ingarden mengenai struktur karya sastra yang konstan.

Ingarden berpendapat bahwa karya sastra merupakan struktur yang konstans. Melalui berbagai kecenderungan yang menjadi konkret ketika ada di tangan pembaca. Dalam karya sastra itu sendiri hanya ditemui pandangan yang skematis, suatu schemata yang pasti, yang melalui berbagai kecenderungan persepsi dapat dilihat sebagai struktrur yang konstans. Tapi begitu ia diaktualisasi oleh pembaca, maka ia akan menjadi konkret dengan cara tertentu. Ia diutuhkan kembali melalui data yang konkret, dan cara melaluinya hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada pembacanya. Ia akan mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu yang tertentu, yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan tanggapan/persepsinya, kecenderungan terhadap suatu mutu tertentu dan tingat kepadatan (= coherence ). Dengan begitu, ia akan berbeda bagi berbagai pembaca. Pembaca juga mengaitkannya dengan berbagai pengalamannya dan memperkenalkan Ingarden berpendapat bahwa karya sastra merupakan struktur yang konstans. Melalui berbagai kecenderungan yang menjadi konkret ketika ada di tangan pembaca. Dalam karya sastra itu sendiri hanya ditemui pandangan yang skematis, suatu schemata yang pasti, yang melalui berbagai kecenderungan persepsi dapat dilihat sebagai struktrur yang konstans. Tapi begitu ia diaktualisasi oleh pembaca, maka ia akan menjadi konkret dengan cara tertentu. Ia diutuhkan kembali melalui data yang konkret, dan cara melaluinya hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada pembacanya. Ia akan mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu yang tertentu, yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan tanggapan/persepsinya, kecenderungan terhadap suatu mutu tertentu dan tingat kepadatan (= coherence ). Dengan begitu, ia akan berbeda bagi berbagai pembaca. Pembaca juga mengaitkannya dengan berbagai pengalamannya dan memperkenalkan

Wolfgang Isser, dalam artikelnya Die Wurkliceit der Fiktion, mengajukan beberapa saran yang mendukung tekstabilitas studi sastra. Dia tidak melihat fiksi hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional. Oleh karena itu, pertanyaan kuno yang diarahkan kepada sastra harus diganti dengan pertanyaan baru: fokus tidak lagi pada arti sastra, tetapi pada pengaruhnya (Rien T. Segers,1978:40). “Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra” (Rien T. Segers,1978:45).

Psikologi sastra memberikan bantuan metodologis dalam mempelajari suatu teks terhadap sekelompok pembaca. Dalam lapangan psikologi, experimental esthetics ‘estetika eksperimental’ menghasilkan sejumlah eksperimen yang menarik dan penting. Dalam kontrasnya dengan unsur instrinsik, estetika resepsi terutama menitikberatkan pada masalah konkretisasi sebuah teks (Rien T. Segers,1978:53).

Penelitian eksperimental ditujukan untuk memerikan sistem norma sejumlah pembaca yang tergolong pada kelompok baca yang oleh Stanley Fish disebut informed reader ‘pembaca yang diberi informasi’;

Informed reader dibatasi dengan tiga karakteristik, yaitu (1) pewicara kompeten dengan bahasa yang dipakai dalam teks, (2) memiliki pengetahuan semantik yang penuh, pendengar dewasa yang dapat memahami tugasnya; ini Informed reader dibatasi dengan tiga karakteristik, yaitu (1) pewicara kompeten dengan bahasa yang dipakai dalam teks, (2) memiliki pengetahuan semantik yang penuh, pendengar dewasa yang dapat memahami tugasnya; ini

Wienold menjelaskan bahwa “objek studi sastra tidak lagi berupa teks, tetapi proses interpretasi dan evaluasi sastra”. Wienold mendekati teks sastra dari sudut pandang teori komunikasi (objek teori komunikasi adalah pemindahan informasi) (Rien T. Segers,1978:38). Norbert Groeben juga menyukai perlakuan terhadap hubungan teks dengan pembaca. Selanjutnya ia mengutarakan apa yang dimaksud dengan pendekatan empirik dalam studi sastra. Penelitian empirik mengimplikasikan penelitian tentang reaksi-reaksi pembaca yang riil (Rien T. Segers,1978:38). “Konsep eksperimental berkaitan dengan nama cabang psikologi, estetika eksperimental, yakni eksperimen yang sebenarnya” (Rien T. Segers,1978:39). D. E. Berlyne mengistilahkan cabang psikologi sastra yang paling relevan dengan penelitian tentang evaluasi dan atau resepsi sastra dengan istilah experimental esthetics (estetika ekperimental). Berlyne memberikan estetika eksperimental sebagai ‘studi tentang efek-efek motivasional’ dari karya-karya seni kepada penerimanya (Rien T. Segers,1978:73).

Hubungan antara estetika resepsi dan estetika eksperimetal mungkin mengarahkan pada hasil-hasil yang penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran, dan juga studi psikologi. “Dalam kolaborasi ini, estetika resepsi memiliki tugas menyusun basis penelitian teoretik dan merumuskan hipotesis dan tujuan-tujuan Hubungan antara estetika resepsi dan estetika eksperimetal mungkin mengarahkan pada hasil-hasil yang penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran, dan juga studi psikologi. “Dalam kolaborasi ini, estetika resepsi memiliki tugas menyusun basis penelitian teoretik dan merumuskan hipotesis dan tujuan-tujuan

Melalui pemaparan teori-teori di atas, penelitian estetika resepsi tidak lagi melakukan kerja analisis terhadap teks, tetapi menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap teks secara riil. Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra. Fiksi tidak hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional yang mengedepankan pemindahan informasi. Penelitian ini mencoba memaparkan resepsi pembaca dan aspek psikologi yang mengukur tenggapan pembaca terhadap film Laskar Pelangi secara eksperimental yang berhubungan dengan studi tentang efek-efek motivasional terhadap karya.

C. Kerangka Berpikir

Deskrepsi penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka berpikir seperti berikut ini.

1. Menentukan informan yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 melalui kuesioner instrumental, berisi pertanyaan mengenai aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi sehingga ditemukan sepuluh mahasiswa yang memiliki nilai pemahaman tertinggi;

2. Tahap berikutnya dari penelitian ini adalah menyaksikan film secara bersama- sama yaitu para informan yang terdiri dari sepuluh mahasiswa. Setelah itu 2. Tahap berikutnya dari penelitian ini adalah menyaksikan film secara bersama- sama yaitu para informan yang terdiri dari sepuluh mahasiswa. Setelah itu

3. Setelah ditemukan hasil evaluasi mengenai film yang dilakukan oleh para informan dalam bentuk kuesioner eksperimental, maka tahapan penelitian selanjutnya adalah melakukan wawancara terhadap informan mengenai alasan pemilihan jawaban yang ada dalam kuesioner eksperimental.

4. Tahap akhir dari penelitian ini adalah pemaparan hasil penelitian dan dampak psikologis yang muncul dengan mempertimbangkan aspek nilai yang dominan bagi para informan.

Kerangka Berpikir Penelitian

Mahasiswa Sastra Menyaksikan Film Indonesia UNS

Laskar Pelangi Angkatan 2010

Kuesioner (Instrumental)

Sepuluh Informan yang Memiliki Pemahaman Tertinggi

Menyaksikan Film dan Mengisi Kuesioner Eksperimental

Wawancara Mengenai Hasil Kuesioner dengan Masing-Masing Informan

Pemaparan hasil Penelitian, dan Dampak Nilai yang Dominan bagi Informan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif karena data yang diperoleh lebih mementingkan aspek kulitas dan bukan pada jumlah banyaknya data. Penelitian ini menganalisis resepsi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 secara eksperimental terhadap film Laskar Pelangi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi mengenai kualitas tanggapan informan terhadap film Laskar Pelangi. Meskipun demikian, penelitian ini juga menyampaikan data yang berupa tabulasi angka dalam bentuk tabel, untuk mempermudah dalam hal pemaparan hasil penelitian. Objek kajian penelitian ini berupa objek material dan objek formal. Objek material meliputi hasil interpretasi informan terhadap film Laskar Pelangi yang diperoleh melalui eksperimen saat menyaksikan film yang berupa kuesioner dan hasil wawancara. Objek formal penelitian ini adalah dampak psikologis para informan terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 baik itu yang memenuhi klasifikasi sebagai

informan maupun yang tidak memenuhi klasifikasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 yang memiliki klasifikasi memperoleh nilai tertinggi dalam hal pemahaman terhadap film Laskar Pelangi yang dapat diukur melalui kuesioner instrumental. Melalui tahap pembagian kuesioner instrumental ditemukan 10 orang informan yang memenuhi klasifikasi dalam penelitian ini. Dari jumlah mahasiswa sebanyak 78 orang, dengan 59 orang yang terlibat dalam pengisian kuesioner instrumental, akhirnya diperoleh 10 orang mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Hal itu dapat diukur melalui pembagian kuesioner terhadap sekelompok individu yang memiliki hubungan dengan ciri-ciri tertentu atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya, yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Penelitian ini tidak mempertimbangkan aspek gender meskipun informan yang terpilih adalah 5 laki-laki dan 5 perempuan. Terpilihnya informan tersebut lebih karena nilai rata-rata yang sama sehingga perlu dipilih dengan mempertimbangkan aspek kesamarataan.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua klasifikasi yaitu data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi yang berupa hasil kuesioner eksperimental, hasil wawancara eksperimental, dan hasil wawancara psikologi ego. Data skunder dalam penelitian ini meliputi data- data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Data primer yang berupa hasil kuesiner eksperimental, hasil wawancara eksperimental, dan hasil wawancara psikologi ego, dimaknai lebih lanjut dengan bantuan data-data skunder yang diperoleh melalui penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan. Sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner eksperimental, wawancara eksperimental, wawancara psikologi ego (primer), penelitian terdahulu, dan buku-buku yang relevan (skunder).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini terbagi ke dalam dua aspek yaitu data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data primer penelitian ini meliputi: 1) pembagian dan pengisian kuesioner eksperimental; 2) wawancara eksperimental; dan 3) melalui tahapan wawancara psikologi ego. Teknik pengumpulan data skunder dalam penelitian ini meliputi: 1) mencari informasi mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang Laskar Pelangi; dan 2) membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian.

E. Teknik Analisis Data