Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menghindari ataupun mengurangi kerugian akibat bencana disaster.
b. Bencana buatan manusia. Bencana juga dapat terjadi akibat perbuatan manusia. Sebagai contoh kegagalan infrastruktur dan terorisme. Dalam hal ini pengawasan
dan perencanaan juga diharapkan dapat menghindari kerugian. Menurut Gregory, 2009 Disaster Recovery Plan DRP adalah bagian dari
sebuah proses yang lebih besar sebagai perencanaan kelangsungan bisnis dan termasuk di dalamnya perencanaan untuk memulai kembali aplikasi, data, perangkat
keras hardware, komunikasi elektronik networking dan infrastruktur teknologi informasi lainnya. Langkah-langkah kontrol pemulihan recovery bencana teknologi
informasi dapat diklarifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Langkah preventive, kontrol yang dilakukan untuk mencegah sebuah bencana
yang akan terjadi. 2. Langkah deteksi, kontrol yang bertujuan untuk mendeteksi atau menemukan
kejadian yang tidak diinginkan. 3. Langkah korektif, kontrol yang ditujukan untuk memperbaiki atau memulihkan
sistem setelah bencana atau peristiwa. Disaster recovery plan yang baik memastikan bahwa ketiga jenis kontrol
didokumentasikan dan diuji secara teratur.
2.3. Konsep Backup
Menurut Tawar Wahyuningsih, 2011 Proses backup dalam teknologi informasi mengacu pada pembuatan salinan data, sehingga salinan tambahan tersebut dapat
digunakan untuk mengembalikan restore semula setelah peristiwa kehilangan data. Backup data merupakan salah satu pengelolaan data agar data tetap terjaga saat terjadi
perubahan atau kehilangan data. Backup sangat berguna terutama untuk dua tujuan: a. Untuk memulihkan keadaan setelah bencana disaster recovery
b. Untuk mengembalikan sejumlah kecil file setelah sengaja dihapus atau rusak. Konsistensi data dalam proses backup harus dijaga, sebelum melakukan backup data.
Secara umum tipe backup terbagi menjadi dua, yaitu: a. Full Backup, yaitu tipe backup yang menyalin file secara keseluruhan dalam
satu waktu dengan mengabaikan attribut archive bit file. Setelah file di-backup
Universitas Sumatera Utara
maka archive bit dari file tersebut akan dihapus sampai file tersebut dimodifikasi. Ketika archive bit diset kembali, ini menandakan bahwa file
tersebut telah berubah dan perlu di-backup lagi. b. Incremental Backup, adalah backup data yang mengalami perubahan sejak
backup terakhir dilakukan. Hanya file dengan archive bit yang akan di-backup. Hal ini akan menghemat penggunaan pita tapi memerlukan waktu yang lama
untuk me-restore data karena data tersebar pada pita yang berbeda-beda. Menurut Elmasri Rames : 2011 incremental backup sering digunakan
karena hanya mengganti perubahan yang terjadi sejak backup terakhir yang telah disimpan.
2.4. Replikasi
Replikasi dicapai dengan memiliki sistem standby, yang merupakan duplikasi dari database produksi. Replikasi standby diperbaharui setelah database produksi
memanipulasi data, sehingga membuat sistem standby sangat dekat dengan sistem utama Radulescu, 2002. Replikasi adalah suatu teknik untuk melakukan copy dan
pendistribusian data dan objek-objek database dari satu database ke database lain dan melakukan sinkronisasi antara database sehingga konsistensi data dapat terjamin
Tawar Wahyuningsih, 2011. Pada dasarnya sistem replikasi membutuhkan minimal dua buah server untuk
digunakan sebagai master dan slave. Dengan menggunakan teknik replikasi, data dapat didistribusikan ke lokasi yang berbeda melalui koneksi jaringan lokal maupun
internet. Beberapa keuntungan dari replikasi adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan beberapa lokasi menyimpan data yang sama. Hal ini sangat berguna pada saat lokasi-lokasi tersebut membutuhkan data yang sama atau
memerlukan server yang terpisah dalam pembuatan aplikasi laporan. 2. Aplikasi transaksi online terpisah dari aplikasi pembacaan seperti proses analisis
database secara online, data smarts atau data warehouse. 3. Memungkin otonomi yang besar. Pengguna dapat bekerja dengan meng-copy
data pada saat tidak terkoneksi kemudian melakukan perubahan untuk dibuat database baru pada saat terkoneksi.
Universitas Sumatera Utara
4. Data dapat ditampilkan seperti layaknya melihat data tersebut dengan menggunakan aplikasi berbasis Web.
5. Meningkatkan kinerja pembacaan. 6. Membawa data mendekati lokasi individu atau kelompok pengguna. Hal ini akan
membantu mengurangi masalah karena modifikasi data dan pemrosesan query yang dilakukan oleh banyak pengguna karena data dapat didistribusikan melalui
jaringan dan data dapat dibagi berdasarkan kebutuhan masing-masing unit atau pengguna.
7. Penggunaan replikasi sebagai bagian dari strategi standby server. 8. Menyembunyikan perbedaan antara layanan replicated dan non-replicated.
Menurut Wiesman et al, 2000 replikasi database memiliki tiga parameter dalam menentukan karakteristik yang terbaik untuk mereplikasi data, yaitu:
1. Arsitektur Server Parameter kunci pertama untuk dipertimbangkan adalah transaksi yang
dieksekusi pada tempat pertama. Ada dua kemungkinan identifikasi, yaitu Replikasi copy primary yang memiliki situs yang spesifik untuk di copy oleh
setiap data yang saling terkait. Serta replikasi update everywhere yang memungkinkan update ke item data yang akan dilakukan di mana saja dalam
sistem. 2.
Interaksi Server Untuk parameter ini terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu
interaksi konstan, protokol dalam kategori ini melakukan pesan tunggal per transaksi dengan mengelompokkan semua operasi dari transaksi dalam satu
pesan. Selanjutnya adalah interaksi linear yang biasanya berkaitan dengan teknik yang apabila sebuah server database merambat ke setiap operasi dari
sebuah transaksi pada basis per operasi. 3. Terminasi Transaksi
Sedangkan pada parameter terakhir juga terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu terminasi voting yang membutuhkan babak tambahan
pesan untuk mengkoordinasi replika yang berbeda. Dan terminasi non-voting yang menyiratkan bahwa situs dapat memutuskan sendiri apakah akan
melakukan atau membatalkan transaksi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan membandingkan ketiga karakteristik tersebut Wiesman menyimpulkan bahwa update everywhere memiliki potensi yang baik untuk mereplikasi data.
Teknik replikasi di dalam Data Grid Environments menurut Noraziah 2012 adalah:
1. A Weight-Based Dynamic Replica Replacement. Strategi ini dihitung berdasarkan waktu akses dalam jendela waktu di masa depan, berdasarkan
akses pada history terakhir. 2. Distributed Popularity Based Replica Placement Algorithm. Dikembangkan
untuk jaringan data hirarkis. Strategi ini memanfaatkan history akses data untuk mengenali file yang sering muncul dan menentukan lokasi replikasi
yang optimal untuk meningkatkan kinerja akses data dengan meminimalkan replikasi yang overhead pada pola jalur data yang diberikan.
3. A New Replication Strategy for Dynamic Data Grids diusulkan untuk memperhitungkan situs yang dinamis. Strategi ini dapat meningkatkan
ketersediaan berkas, meningkatkan waktu respon dan dapat mengurangi konsumsi bandwidth.
4. Enhance Fast Spread Replication Strategy adalah versi yang disempurnakan pada Fast Spread untuk strategi replikasi data grid. Strategi ini diusulkan
untuk meningkatkan total waktu respon dan total konsumsi bandwidth. 5. A Value-Based Replication Strategy untuk mengurangi jaringan latency dan
sementara itu untuk meningkatkan kinerja keseluruhan sistem. 6. Agent Based Replica Placement Algorithm diusulkan untuk menentukan calon
lokasi untuk penempatan replika yang mengurangi biaya akses, network traffic dan agregat waktu respon untuk aplikasi.
2.5. Primary Database dan Standby Database