11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dampak
Dampak secara sederhana dapat di artikan adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik
sosial, ekonomi, fisik, kimia maupun biologi. Menurut KBBI dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik dampak positif maupun
negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang , benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh
adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi.
Adapun dampak memberikan pengaruh berupa:
1. Dampak Positif yaitu dampak yang berpengaruh positif.
2. Dampak Negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif.
3. Dampak Langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung dan berkaitan
dengan dampak positif. 4.
Dampak Tidak Langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan dengan adaya suatu pengaruh.KBBI dalam Sartika, 2014
Universitas Sumatera Utara
12
2.2 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni RS-RTLH 2.2.1 Pengertian Rumah Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni adalah suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak layak huni karna tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara
teknis maupun non teknis. Pada umumnya rumah tidak layak huni erat kaitannya dengan pemukiaman kumuh karena pada dasarnya di daerah permukiman kumuh
tergambar kemiskinan masyarakat.
Adaupun kriteria rumah tidak layak huni apabila:
a. Kondisi rumah
1. Luas lantai perkapita kota 4 m
2
, desa 10 m
2
. 2.
Sumber air tidak sehat, akses memperoleh air bersih terbatas . 3.
Tidak mempunyai akses mandi, cuci dan kakus. 4.
Bahan bangunan tidak permanen atau atapdinding dari bambu, rumbia.
5. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara.
6. Tidak memiliki pembagian ruangan.
7. Lantai dari tanah dan rumah lembab.
8. Letak rumah tidak teratur dan berdempetan.
b. Kondisi lingkungan
1. Lingkungan kumuh dan becek.
2. Saluran pembungan air tidak memenuhi standar.
Universitas Sumatera Utara
13
3. Jalan stapak tidak teratur. http:www.kemsos.go.idmoduls.diakses
pada pukul 24 Febuari2015 pukul 18.00 WIB
2.2.2 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
Merespon kondisi fakir miskin yang dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan rumah layak huni, Kementerian Sosial RI mengembangkan kebijakan
sosial Penanggulangan Kemiskinan P2K melalui Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni RS-RTLH. RS-RTLH dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan rumah layak huni sebagai unsur kesejahteraan sosial. Kegiatan RS-RTLH tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengatasi
sebagian masalah kemiskinan, tersedianya rumah yang layak huni, adanya kenyamanan bertempat tinggal, meningkatnya kemampuan keluarga dalam
melaksanakan peran
dan fungsi
keluarga untuk
memberikan perlindungan,bimbingan dan pendidikan, meningkatnya kualitas kesehatan
lingkungan permukiman dan meningkatnya harkat dan martabat. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 02 2012 hal 207
2.2.3 Maksud , Tujuan dan sasaran Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
Layak Huni RS-RTLH a Maksud
1. Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan melalui program
bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni. 2.
Membantu masyrakat yang berpenghasilan rendah agar dapat hidup lebih sehat dan sejahtera.
3. Mewujudkan masyarakat yang sehat, sejahtera, dan makmur.
Universitas Sumatera Utara
14
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang layak bagi
kemanusiaan. b
Tujuan
1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga yang kurang mampu
sehingga dapat hidup secara sehat, serasi, aman dan teratur. 2.
Memberikan motivasi kepada masyarakat yang kurang mampu guna menunjang kehidupan yang lebih sejahtera.
3. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan tujuan memberantas
keniskinan dan keterbelakangan. c
Sasaran
Dalam kegiatan ini sasarannya adalah masyarakat yang memiliki rumah tidak layak huni dan tergolong dibawah garis kemiskinan dan
berpenghasilan rendah.
2.2.4. Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan
Ada beberapa kriteria yang harus di miliki setiap keluarga penerima bantuan RS- RTLH adalah sebagai berikut:
1. Memiliki KTPidentitas diri yang berlaku;
2. Kepala keluargaanggota keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan;
Universitas Sumatera Utara
15
3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat dan raskin;
4. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah
yang ditempati;
5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan desa atas
status tanah.
6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang tidak memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan sosial, dengan kondisi
sebagai berikut :
a. Tidak permanen dan atau rusak;
b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusaklapuk, seperti : papan, ilalang, bamboo yang dianyamgedeg, dsb;
c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu keselamatan penghuninya;
d. Lantai tanahsemen dalam kondisi rusak;
e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan kakus.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.5. Kelompok Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
Kepala Keluarga penerima bantuan dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial KabKota membentuk kelompok dengan anggota berjumlah 5 sampai dengan 10
KK. Tugas kelompok adalah : 1. Membentuk pengurus kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara;
2. Membuka rekening di Bank Pemerintah atas nama kelompok dengan specimen ditandatangani ketua dan bendahara;
3. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi; 4. Menetapkan toko bangunan yang akan menjamin penyediaan barang;
5. Mengusulkan pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan tukang; 6. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang
diperlukan maksimal sebesar Rp. 10.000.000,- setiap rumah untuk disetujui oleh Dinas SosialKabKota;
7. Membantu tukang yang telah ditunjuk untuk mengerjakan perbaikan rumah secara gotong royong dalam satu kelompok;
8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam
rekening dengan diketahui aparat desakelurahan setempat dan segera dikirim ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial KabKota;
Universitas Sumatera Utara
17
9. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan dan kegiatan RS- RTLH kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial
KabKota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi dengan malampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan telah
diselesaikannya pekerjaan yang diketahui kepala desalurah.
2.2.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan
Prosedur pengusulan penerima bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni adalah sebagai berikut :
1. Dinas Sosial KabKota bersama TKSKPSMKarang TarunaOrsosAparat desaKelurahan melakukan pendataan KK calon penerima RTLH;
2. Berdasarkan hasil pendataan tersebut, Dinas SosialInstansi KabKota mengajukan permohonan bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
ke Kementerian Sosial dengan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi dengan melampirkan data lokasi, data calon penerima by name by address dan
foto rumah; 3. Ditjen Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan; 4. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi dan lapangan Ditjen Pemberdayaan
Sosial mengeluarkan SK Penerapan KK penerima bantuan RS-RTLH 5. Nama penerima bantuan yang sudah ditetapkan dalam SK Dirjen
Pemberdayaan Sosial tidak dapat diganti.
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.7 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni 2.2.7
.1 Prinsip Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
Prinsip pelaksanaan kegiatan RS-RTLH
adalah: 1. Swakelola; Baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan
lampiran I Bab III Keppres No.80 tahun 2003. 2. Kesetiakawanan; Dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang.
3. Keadilan; Menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan seimbang antara hak dan kewajiban.
4. Kemanfaatan; Dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi dari barangruangkondisi yang diperbaiki atau diganti.
5. Keterpaduan; Mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis.
6. Kemitraan; Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan fakir miskin dan masyarakat pada umumnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak.
7. Keterbukaan; Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak mendapatkan informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi
keberhasilan pelaksanaan kegiatan RS-RTLH. 8. Akuntabilitas; Berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung
jawab dan dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif.
Universitas Sumatera Utara
19
9. Partisipasi; Pelaksaan RS-RTLH dilaksanakan dengan melibatkan unsur masyarakat termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai
sumber daya yang dimilikinya. 10.Profesional; Dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik dan
pendekatan konsep yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 11.Keberlanjutan; Dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai
kesejahteraan dan kemandirian.
2.2.7.2 Tahapan Pelaksanaan
Tahap pelaksanan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni adalah sebagai berikut ini:
1. Verifikasi proposal RS-RTLH;
2. Penjajagan calon lokasi kegiatan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kesiapan daerah dan masyarakat, kelayakan calon penerima bantuan
dan faktor lainnya nyang akan mendukung keberhasilan kegiatan;
3. Sosialisasi
Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperoleh kesamaan pemahaman dan gerak langkah setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
RS-RTLH.
Sasaran kegiatan sosialisasi mencakup :
a DinasInstansi Sosial Provinsi;
Universitas Sumatera Utara
20
b DinasInstansi Sosial KabupatenKota;
c Unsur Masyarakat;
d Pendamping TKSK.
4. Membangun dan mengembangkan komitmen untuk menyepakati berbagai sumber daya yang dapat dan akan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan program;
5. Penentuan lokasi dan calon penerima;
6. Verifikasi calon penerima bantuan;
7. Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH:
a Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan diperbaiki;
b Menetapkan prioritas bagian rumah yang akan diperbaiki berdasarkan pada fungsi dan ketersediaan dana dan sumber lainnya;
c Membuat rincian jenisbahan bangunan yang diperlukan serta besarnya biaya;
d Melaksanakan pembelian bahan bangunan;
e Melaksanakan kegiatan perbaikan rumah;
Universitas Sumatera Utara
21
f Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH telah selesai selambat-lambatnya 100 hari setelah dana masuk ke rekening kelompok.
2.2.7.3 Pelaporan
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Sosial KabKota kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, mencakup:
a. Laporan pertanggung jawaban keuangan dana operasional masing-masing KabKota selambat-lambatnya akhir tahun anggaran;
b. Laporan pertanggung jawaban keuangan bantuan RS-RTLH masing-masing kelompok setelah selesai pelaksanaan pekerjaan;
c. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan foto rumah dalam kondisi sebelum, proses dan hasil akhir kegiatan dengan disertakan surat
pernyataan penyelesaian pekerjaan untuk kelompok, disampaikan selambat- lambatnya 14 hari setelah pekerjaan selesai.
2.2.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana Rehabilitasi Sosia Rumah Tidak Layak Huni
2.2.8.1 Penyaluran dan Pencairan
1. Pihak Dinas Sosial KabKota mengajukan identitas penanggung jawab pengelola anggaran nama dan alamat kantor, penanggung jawab program,
nama bendahara pengeluaran, nomor rekening bank dan nomor pokok wajib pajak ke Dit. PFM untuk dana operasional tembusan disampaikan kepada
DinasInstansi Sosial Provinsi;
Universitas Sumatera Utara
22
2. Pihak Dinas Sosial KabKota mengajukan identitas dan nomor rekening Dinas Sosial yang sudah ada, rekening kelompok penerima bantuan RS-
RTLH ;
3. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin mengajukan SPP-LS ke bagian keuangan Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sosial dengan melampirkan SK Dirjen Pemberdayaan Sosial tentang penetapan penerima bantuan serta nomor rekening Dinas Sosial KbKota,
rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH untuk dibuatkan SPM-LS;
4. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN dilampiri SK Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang penerima bantuan RS-
RTLH, serta dana operasional;
5. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening Dinas Sosial KabKota, rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH
6. Pencairan dana kegiatan RS-RTLH dari rekening kelompok dapat dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasipersetujuan dari Dinas
Sosial KabKota.
2.2.8.2 Penggunaan Dana
Jumlah dana Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni RS- RTLH untuk setiap unit atau rumah, yakni sebanyak Rp.10.000.000,-dengan pengunaan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
23
a. Pembelian bahan bangunan, biaya atau dana untuk pembeilian bahan
bangunan sebanyak Rp.9.000.000,- b.
Biaya tukang, biaya atau dana bangunan rumah sebanyak
Rp.1.000.000,-
2. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana operasional, maka Dinas Sosial kabKota harus segera menyetor ke kas
Negara dengan blanko Surat Setoran Pengembalian Belanja,
3. Seluruh pajak dan penerima Negara bukan pajak dalam pelaksanaan kegiatan dana operasional disetorkan ke kas Negara oleh pihak Dinas
Sosial KabKota sesuai peraturan perpajakan yang berlaku dengan menyampaikan bukti setoran pajak dan Surat Setoran Bukan Pajak SSBP
ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin.
2.2.9 Sanksi
Sanksi hukum akan dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila:
1. Dinas
Sosial selaku
penerima, pengelola
dan penanggung
jawab dana operasional tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya;
2. Kelompok penerima bantuan stimulan RS-RTLH selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana bantuan tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai
dengan peruntukkannya; http: www.kemsos.go.idmodule
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan
diakses 24 Febuari 2015 pukul 18.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
24
2.3 Kualitas Hidup
Kualitas hidup yang sering diidentikkan dengan kesejahteraan, akhir-akhir ini makin banyak didengungkan. Salah satu sebabnya adalah munculnya
kesadaran, bahwa pembangunan tidak cukup diukur kesuksesannya dengan membangun input yang banyak, tetapi justru yang lebih penting adalah output.
Dan kualitas hidup merupakan salah satu tolak ukurnya. Kreitler Ben dalam Nofitri, 2009 kualitas hidup diartikan sebagai
persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam
kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi
perhatian individu. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan umum
individu dan masyarakat. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks, termasuk bidang pembangunan internasional , kesehatan, dan politik. Kualitas hidup tidak
harus dengan konsep standar hidup , yang terutama didasarkan pada pendapatan. Sebaliknya, indikator standar kualitas hidup meliputi tidak hanya kekayaan dan
pekerjaan, tetapi juga lingkungan binaan, fisik dan kesehatan mental, pendidikan, rekreasi
dan waktu luang. http:en.wikipedia.orgwikiQuality_of_life
diakses tanggal 23 Febuari 2015
pukul 18.00 WIB
Kualitas hidup menunjukkan kondisi yang diinginkan seseorang terkait dengan rumah dan lingkungan masyarakat, sekolah atau kerja, serta kesehatan dan
kesejahteraan Renwick, Brown, Nagler dalam Kartini, 2014. Kualitas hidup didefenisikan sebagai kesejahteraan umum secara keseluruhan yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
25
evaluasi objektif dan subjektif dari fisik, materi, sosial, dan kesejahteraan emosional bersama dengan tingkat pengembangan pribadi dan tujuan aktivitas,
semua ditimbang oleh satu set nilai-nilai pribadi. Evaluasi objektif mengacu pada gambaran kondisi kehidupan dimana orang hidup, seperti kesehatan,
pendapatan,kualitas perumahan, jaringan persahabatan, aktivitas, transosial dan sebagainya. Evaluasi subjektif mengacu pada kepuasan pribadi dengan kondisi
kehidupan yang demikian. Signifikansi keduanya ditafsirkan dalam kaitannya dengan nilai atau pentingnya tempat individu pada masing-masing wilayah yang
bersangkutan Renwick, Brown Nagler dalam Kartini, 2014. Kualitas hidup seseorang dapat diukur melalui empat dimensi utama yaitu
kesejahteraan fungsional, fisik, psikologisemosional, dan sosial a. Kesejahteraan Fungsional
Kesejahteraan fungsional yaitu kemampuan seseorang utnuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari meliputi bekerja, melakukan transaksi di
bank, belanja, belajar, membersihkan rumah, merawat diri, berpakaian, menyiapkan makanan.
b. Kesejahteraan Fisik Kesejahteraan fisik adalah kemampuan organ tubuh untuk berfungsi secara
optimal sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
c. Kesejahteraan PsikologisEmosional Kesejahteraan psikologisemosional adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan perasaan senang dan puas terhadap suatu peristiwa atau kejadian
Universitas Sumatera Utara
26
yang dialami dalam kehidupan seseorang sehingga terhindar dari timbulnya masalah-masalah psikologis.
d. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah kemampuan seseorang untuk membina hubungan interpersonal dengan orang lain, di mana hubungan yang terbina adalah hubungan
yang mempunyai kerekatan dan keharmonisan http:Welcome To My World.com Kualitas Hidup.htmKualitas Hidup 25 Febuari 2015 pukul 18.00
WIB Masih ada beberapa indikator lain yang mencerminkan kualitas hidup.
Dilihat dari masing-masing pemerintahan, indikator yang dimaksud ternyata juga berbeda-beda. Negara komunis memiliki standar kualitas hidup yang berbeda
dengan negara nonkomunis. Selain itu, akhir-akhir ini juga tampak perkembangan indikator yang mengarah pada indikator nonfisik. Indikator-indikator seperti
kebahagiaan, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain mulai dipertimbangkan sebagai indikator yang penting.
Memasukkan idikator dalam melihat kualitas hidup merupakan suatu hal yang ideal, namun pada kenyataannya sangat sulit memasukkan berbagai
indikator tersebut sekaligus. Misalnya faktor cakupan wilayah adalah salah satu faktor yang bisa menghambat realisasi hal itu. Untuk wilayah yang luas dengan
penduduk yang banyak akan sulit mengukur indikator psikis. Sebaliknya untuk unit analisis yang kecil kurang memenuhi syarat untuk mengukur data-data seperti
IMR Tingkat Kematian Bayi dan TFR Angka Fertilitas Total. KORAN-
Universitas Sumatera Utara
27
Kualitas Hidup Sebagai Sasaran Pembangunan.pdf diakases 23 febuari 2015 pukul 19.00 WIB.
Menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan seperti itu maka banyak ahli yang berorientasi pragmatis dengan jalan hanya mengambil sedikit indikator yang
relevan saja sesuai dengan pokok penelitian peneliti. Salah satu asumsinya adalah karena tingginya korelasi antar indikator sehingga menggunakan sedikit indikator
saja sudah cukup mewakili. Oleh sebab itu dari beberapa indikator yang di kemukan di atas, maka
dalam penelitian ini, yang mana peneliti sedang mencari dampak dari Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni RS-RLTH terhadap peningkatan
kualitas hidup keluarga miskin mengunakan indikator kualitas hidup yang relavan dengan penelitian ini yaitu, evaluasi objektif dari kesejahteraan umum yang
mengacu pada gambaran kondisi kehidupan dimana orang hidup, Yaitu Kondisi pemenuhan kebutuhan rumah, kondisi sosial, kondisi psikologis, kondisi
kesehatan dan prilaku hidup bersih.
2.4 Keluarga Miskin