PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY PADA TOPIK BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA DI SMA NEGERI 1 PANAIHULU.
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
DAN INQUIRY PADA TOPIK BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL
BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP
ILMIAH SISWA DI SMA NEGERI 1 PANAI HULU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
:
IRMAWANTI SIRAIT NIM : 8146174020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
i ABSTRAK
Irmawanti Sirait. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry dan
Discovery pada Topik Bioteknologi Terhadap Hasil belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Siswa di SMA Negeri 1 Panaihulu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap: (1) hasil belajar; (2) keterampilan proses sains; dan (3) sikap ilmiah siswa di kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas dengan teknik random sampling. Kelas XII IPA1 dibelajarkan dengan dengan metode inquiry, kelas XII IPA2 dibelajarkan dengan metode discovery, dan kelas XII IPA3 (kontrol) dibelajarkan dengan metode konvensional. Instrumen penelitian menggunakan instrumen tes hasil belajar berupa tes pilihan ganda dan uraian, instrumen keterampilan proses sains dengan menggunakan tes uraian, dan instrumen sikap ilmiah siswa dengan menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan Analisis Kovariat (ANAKOVA) pada taraf signifikan α=0,05 dengan bantuan SPSS 21.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran terhadap kemampuan hasil belajar siswa (F=78,595;P= 0,000). Kemampuan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode inquiry (77,50±5,22) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
discovery (73,32±6,15), maupun metode konvensional (60,07±7,39); (2) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa (F=82.853;P= 0,000). Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan inquiry (76,92±4,20) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan metode discovery (73,21±5,73), maupun metode konvensional (61,57±6,18); (3) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran terhadap sikap ilmiah siswa (F=20,794; P= 0,000). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan metode inquiry (84,2±6,8) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan metode discovery (80,5±5,1); dan metode konvensional (75,53±4,7). Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan metode pembelajaran inquiry pada topik bioteknologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah siswa. Kata kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, Inquiry,
(6)
ii ABSTRACT
Irmawanti Sirait. The Effect of Inquiry and Discovery Learning Method on Learning Outcomes, Science Process Skills and Student’s Scientific Attitude in Biotecnology Topic in SMA Negeri 1 Panaihulu. A Thesis. Medan: Postgraduate Program State University of Medan, 2016.
This research aims to determine the effect of the learning method on: (1) student’s learning outcomes, (2) science process skills, and (3) student’s scientific attitude in SMA Negeri 1 Panaihulu. The research applied experimental queasy method research with 3 classes by using random sampling technique. The class XII IPA1 learn with inquiry learning method, class XII IPA2 with discovery learning method, and while class XII-IPA3 (control) with conventional learning method. The research instrument were the test of learning achievement test in multiple choice and essay, science process skills in essay test, and questionnaire for scientific attitude. The data analysis technique used Covariat Analysis at the level of significance α = 0.005 by using SPSS 21.0. The results showed that: (1) there was significant effect of learning method on students’ learning outcomes (F= 78,595; P= 0.000). The cognitive skills learn by inquiry learning method (77,50) ± 5,22) is significant higher than discovery learning method (73,32 ± 6,15), and conventional learning method (60,07 ± 7,39); (2) There was significant effect of learning method on students’ science process skills (F= 82.853; P= 0.000). The students’ science process skills learn by inquiry learning method (76,92 ± 4,20) is significant higher discovery learning method (73,21 ± 5,73), and conventional learning method (61,57 ± 6,18); (3) There was significant effect of learning method on Scientific attitude (F= 20,794; P= 0,000), the students’ scientific attitude by learn inquiry (84,2 ± 6,8) is significant higher than with discovery learning method (80,5 ± 5,1), and conventional learning method (75,53 ± 4,7). The study imply that expected to the teachers to be able to conduct inquiry and discovery learning in biotecnology topic as the effort to improve the learning outcomes, science process skills and scientific attitude.
Keywords: Learning Outcomes, Science Process Skills, Scientific Attitude, Inquiry, discovery, Conventional.
(7)
v DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR………...... iii
DAFTAR ISI………....... v
DAFTAR TABEL ………. viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..………... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah……..……….………… 7
1.3. Batasan Masalah………….……….…………..…… 8
1.4. Rumusan Masalah……….……….……… 8
1.5. Tujuan Penelitian………....………... 9
1.6. Manfaat Penelitian………. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.KerangkaTeoritis………..…………..……… 10
2.1.1.Teori Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner……….. 10
2.1.2.Metode Pembelajaran Inquiry ……………... 13
2.1.3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Inquiry...………. 16
2.1.4. Metode Pembelajaran Discovery…..…..………. 17
2.1.5.Keunggulan dan Kekurangan Metode Discovery……………... 20
2.1.6.Metode Pembelajaran Konvensional ..……… 20
2.1.7. Keunggulan dan Kekurangan Metode Konvensional……….. 22
2.1.8. Pengertian Hasil Belajar……….………. 24
2.1.9 Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif……….……... 25
2.1.10. Keterampilan Proses Sains ………..……… 26
2.1.11. Sikap Ilmiah……….…………... 29
2.2. Penelitian yang Relevan………... 31
2.3. Kerangka Berpikir……….. 33
2.3.1. Pengaruh Penggunaan Metode Inquir y dan Discovery terhadap Hasil Belajar Siswa………... 33
2.3.2. Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry dan Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains………... 34
2.3.3. Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry dan Discovery Terhadap Sikap Ilmiah Siswa………... 35
(8)
vi BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu Penelitian..……… 38
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian………..………... 38
3.2.1.Populasi……… 38
3.2.2.Sampel………... 38
3.3.Variabel Penelitian………. 39
3.4. Jenis dan Desain Penelitian……… 39
3.4.1. Jenis Penelitian……….………. 39
3.4.2. Desain Penelitian……… 39
3.5.Prosedur Pelaksanaan Penelitian……..……….. 40
3.6.Definisi Operasional……….. 42
3.7.Teknik Pengumpulan Data……….……… 43
3.8. Instrumen Penelitian………..………… 44
3.8.1. Instrumen Tes Hasil Belajar……… 44
3.8.2. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains……… 46
3.8.3. Instrumen Sikap Ilmiah……… 47
3.9. Analisis Instrumen………. 48
3.9.1. Uji Coba Instrumen Penelitian……… 48
3.9.1.1. Validitas Tes………..……… 48
3.9.1.2. Indeks Kesukaran……….. 49
3.9.1.3. Daya Pembeda………..………. 50
3.9.1.4. Reliabilitas Tes……….……. 51
3.10.Teknik Analisis Data………... 51
3.10.1. Uji Normalitas……… 52
3.10.2. Uji Homogenitas………. 52
3.10.3.Uji Hipotesis……… 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ………….……… … 53
4.1.1. Deskripsi Data Pretes dan Postes Hasil Belajar……….. …… 53
4.1.2. Deskripsi Data PretesdanPostesKeterampilan Proses Sains………... 54
4.1.3.Deskripsi Data Pretes dan Postes Sikap Ilmiah Siswa..……… 56
4.1.4. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar ………... 57
4.1.5.Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains……… 61
4.1.6.Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Sikap Ilmiah………… 64
4.2. Pembahasan……… 68
4.2.1. Melalui Metode Inquiry dan Discovery Siswa dapat Meningkatkan Kemampuan Menemukan dan Menyelidiki………. 68
4.2.2. MelaluiMetode Inquiry dan Discovery Siswadapat Mengembangkan Keterampilan Proses Sains………... 71
4.2.3. Melalui Metode Pembelajaran Inquiry dan Discovery Siswa Dapat Meningkatkan Sikap Ilmiah………... 75
(9)
vii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan……….…. 77
5.2. Implikasi……….… 77
5.3. Saran………. 78
(10)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Rata – Rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun
Pelajaran 2011 sampai 2014 ……… 2
Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Inquiry………. 15
Tabel 2.2. Tahapan Metode Pembelajaran Discovery……… 19
Tabel 2. 3. Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2010)………… 26
Tabel 2.4. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya………… 28
Tabel 2.5. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah………. 31
Tabel 3.1. Deskripsi Populasi Dan Sampel...………. 38
Tabel 3.2. Desain Penelitian………. 39
Tabel 3.3. Kisi Kisi Instrumen Hasil Belajar ………. 45
(11)
ix
Daftar Gambar
Halaman Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Penggunaan pembelajaran
Discovery dan Inquiri di SMA……….. 41 Gambar 4.1. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
(Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F=78.275; P=0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti Berbeda
Signifikan (Uji Tukey).………. 57 Gambar 4.2. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1
Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran
Discovery pada Topik Bioteknologi……… 58 Gambar 4.3. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1
Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran
Inquiry pada Topik Bioteknologi………. 59 Gambar 4.4. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1
Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran
Konvensional pada Topik Bioteknologi……… 59 Gambar 4.5. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Keterampilan
Proses Sains (Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F = 82, 853; P = 0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti
Berbeda Signifikan (Uji Tukey).……….. 61 Gambar 4.6. Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode
Pembelajaran Discovery pada Topik Bioteknologi………. 62 Gambar 4.7 Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode
Pembelajaran Inquiry pada Topik Bioteknologi……… 62 Gambar 4.8. Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode
(12)
x
Gambar 4.9. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Sikap Ilmiah (Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F = 20,794; P = 0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti Berbeda
Signifikan (Uji Tukey)………. 64
Gambar 4.10. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode
Pembelajaran Discovery pada Topik Bioteknologi……… 65 Gambar 4.11. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode
Pembelajaran Inquiry pada Topik Bioteknologi……… 66 Gambar 4.12. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA
Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode
(13)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus……….. 85
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery……. 87
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry….……… 103
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional... 126
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa………... 136
Lampiran 6 Instrumen Hasil Belajar ………... 149
Lampiran 7 Instrumen Keterampilan Proses Sains………... 157
Lampiran 8 Instrumen Sikap Ilmiah……… 159
Lampiran 9 Tabel Validitas Soal……….. 161
Lampiran 10 Uji Validitas Soal……….. 162
Lampiran 11 Uji Reabilitas Soal………. 164
Lampiran 12 Tingkat Kesukaran Soal……… 165
Lampiran 13 Uji Daya Beda Soal……… 167
Lampiran 14 Tabel Uji Daya Beda Soal……… 169
Lampiran 15 Nilai Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah……… 171
Lampiran 16 Rata-Rata dan Standar Deviasi Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Siswa………. 189
Lampiran 17 Uji Normalitas Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah………. 198
Lampiran 18 Uji Homogenitas Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah……… 204
Lampiran 19 Uji Hipotesis Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah………. 207
(14)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/
keterampilan (Skills development), sikap atau mengubah sikap (attitude of change). Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai
hal – hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya (Rivai dan Sylviana, 2009). Namun, dalam pelaksanaan pendidikan sering kali terjadi kesulitan – kesulitan yang dialami oleh peserta didik, salah satunya adalah kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang berdampak pada rendahnya nilai peserta didik (Kalista, 2013).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Programme Internasionale for syudent Assesment (PISA) pada tahun 2012 diketahui bahwa kemampuan sains
siswa Indonesia masih rendah. Kesimpulan ini diperoleh dari laporan PISA 2012
dalam (Organization for Economic Co-operation and Development, 2013) yang
menyatakan bahwa rata – rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari 65 negara peserta. Hasil studi yang dilakukan PISA tentang kemampuan sains siswa tidak berbeda jauh dengan hasil survey Trends in Internasional Mathematics and Science Studies (TIMSS)
yang diterbitkan oleh situs resmi litbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 15 Agustus 2011. Skor hasil survey untuk prestasi sains siswa kelas VIII Indonesia berada dibawah rata – rata skor internasional yaitu kurang dari 500. Menurut hasil survey TIMSS pada tahun 1999, Indonesia berada pada tingkat
(15)
2
32 dari 38 negara peserta, pada tahun 2003 berada pada peringkat 37 dari 46 negara peserta, pada tahun 2011 berada pada peringkat 38 dari 48 negara peserta survey TIMSS (Litbang, 2011).
Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Panaihulu diperoleh informasi nilai rata – rata ulangan harian siswa tahun ajaran 2014/2015 pada materi bioteknologi rendah. Dari 3 kelas yang ada, tidak ada satu pun kelas yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Data rata rata nilai ujian biologi dalam kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Rata – Rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun Pelajaran 2011 sampai 2014
No Tahun Pelajaran KKM Nilai Rata – Rata
1 2011 – 2012 67 65
2 2012 – 2013 68 66
3 2013 – 2014 69 68
Sumber : DKN SMA Negeri 1 Panaihulu
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata rata nilai biologi masih rendah, karena masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Masih rendahnya nilai bioteknologi, diduga karena guru belum melaksanakan metode pembelajaran dengan tepat. Guru belum optimal dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Padahal fasilitas sekolah yang berupa laboratorium biologi dengan peralatan biologi dan bahan – bahan praktikum tersedia dengan baik. Proses pembelajaran di kelas yang terjadi masih berpusat pada guru (teaching center), sehingga interaksi aktif jarang terjadi antara siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa tidak terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang dibelajarkan, dan siswa kurang bisa bekerja dalam
(16)
3
kelompok diskusi serta memecahkan masalah yang diberikan karena guru hanya mentransfer pengetahuan ke siswa.
Penyampaian materi bioteknologi oleh guru di sekolah masih hanya sebatas teori saja yaitu dengan metode ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru lalu mencatatnya sehingga siswa sulit menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini kurang mendukung siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Guru dalam mengajar sains hendaknya konsisten dengan hakikat sains. Oleh karena itu, pelajaran khususnya sains hendaknya menerapkan metode pengajaran yang mengupayakan pengembangan proses perolehan dan keaktifan belajar siswa. Kurangnya interaksi guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan kurangnya kemampuan psikomotor dan afektif siswa. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang menyebabkan siswa menjadi pasif, sehingga keterampilan proses sains tidak berkembang, dan sikap ilmiah kurang. Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa biologi merupakan mata pelajaran yang banyak menghafal dan membosankan sehingga timbul rasa malas untuk belajar biologi.
Di dalam kurikulum 2013, disebutkan bahwa Kompetensi Dasar 3.10 yaitu memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Bioteknologi merupakan materi yang bersifat kompleks dan luas karena mencakup beberapa konsep dasar yang merupakan aplikasi terpadu antara bidang biologi lainnya seperti mikrobiologi, biokimia,
(17)
4
biologi sel, fisiologi, dan genetika. Purwianingsih (2009) menyatakan bioteknologi merupakan materi yang relatif sulit karena untuk mendapatkan pemahaman yang baik diperlukan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar yang banyak bersifat abstrak. Berdasarkan hal tersebut, guru harus memiliki strategi baru dalam mengajar yang melibatkan metode yang tepat agar siswa dapat memahami materi pelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan metode pembelajaran inquiry dan metode pembelajaran discovery.
Dalam metode ini peserta didik berperan sebagai subjek disamping sebagai objek pembelajaran (belajar). Peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru (Rohani, 2010). Hamalik (2011) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pendapat yang sejalan diungkapkan oleh Rohani (2004) pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang didalamnya melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung
(18)
5
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002; Sanjaya, 2009).
Biologi sebagai cakupan ruang lingkup IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006). Agar terciptanya pengalaman belajar dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran inquiry. Menurut Mathison yang dikutip Campbell memaparkan inquiry sebagai sebuah strategi instruksional yang menjanjikan, jika biasa
dilakukan di ruang kelas (Campbell, 2010). Inquiry merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Selain itu, kurikulum biologi yang memuat standar kompetensi dan kompetensi
Dasar dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran inquiry. Dalam
pembelajaran inquiry terdapat proses – proses mental yaitu merumuskan masalah,
membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data serta menarik kesimpulan (Zulfani, 2006).
(19)
6
Dalam penerapan metode discovery learning siswa dilatih untuk menemukan
konsep dalam materi itu sendiri, dengan menggunakan langkah-langkah seperti mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur , membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2008). Dengan diterapkannya metode discovery maupun inquiry, siswa tidak hanya
meningkat kemampuan kognitif, namun juga dikembangkan keterampilan emosional, spiritual dan kemampuan kreatif siswa. Berarti aspek psikomotorik yang berupa keterampilan proses sains dan aspek afektif yakni sikap dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan, kepedulian terhadap teman juga dikembangkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2012) yang menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar dan sikap ilmiah siswa. Wahyuningsih (2012) menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan penemuan terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan dari 30,77%, kemudian menjadi 89,74%.
Menurut penelitian Olatunde (dalam Ambarsari, 2013), sikap berhubungan dengan hasil belajar. Siswa yang aktif umumnya memiliki hasil belajar yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pasif. Menurut penelitian Yenice (2010), sikap ilmiah dipengaruhi banyak faktor tetapi dengan menggunakan pembelajaran student centered, sikap ilmiah siswa mengalami
peningkatan yang signifikan. Marjan (2014), menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih baik dari pada metode pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains.
(20)
7
Kedua metode pembelajaran discovery dan inquiry dapat digunakan sebagai
referensi bagi pendidik untuk menggunakan salah satu metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang diduga sesuai dengan materi bioteknologi sehingga siswa diharapkan berperan aktif, kreatif dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian “Pengaruh penggunaan metode pembelajaran
discovery dan inquiry pada topik bioteknologi untuk meningkatkan hasil belajar,
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa di SMA Negeri 1 Panaihulu”. 1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya hasil belajar biologi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu pada topik bioteknologi.
2. Keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa yang kurang berkembang.
3. Metode pembelajaran yang digunakan guru pada materi bioteknologi kurang bervariasi, metode ceramah masih dominan digunakan.
4. Pembelajaran pada topik bioteknologi masih berpusat pada guru dimana guru
sebagai sumber belajar di kelas (teacher centered).
5. Siswa sulit menangkap pembelajaran yang disampaikan oleh guru pada topik
bioteknologi.
6. Metode pembelajaran pada materi bioteknologi tidak melatih kemampuan
(21)
8
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1) Topik bioteknologi yang dibelajarkan dengan menggunakan metode
pembelajaran discovery, metode pembelajaran inquiry, dan metode
pembelajaran konvensional.
2) Hasil belajar peserta didik yang akan diukur dibatasi pada ranah kognitif pada topik bioteknologi dengan jenjang kemampuan C1 – C6.
3) Keterampilan proses sains siswa diukur dengan tes keterampilan proses sains. 4) Sikap ilmiah siswa diukur dengan lembar angket sikap ilmiah.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
discovery, inquiry, dan konvensional terhadap hasil belajar siswa pada topik
bioteknologi pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu ?
2) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
discovery, inquiry, dan konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa
pada topik bioteknologi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu?
3) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
discovery, inquiry, dan konvensional terhadap sikap ilmiah siswa pada topik
(22)
9
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
1) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery
dan inquiry terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu.
2) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery
dan inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XII SMA Negeri 1
Panaihulu.
3) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery
dan inquiry terhadap sikap ilmiah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1) Untuk guru biologi dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran pada topik bioteknologi.
2) Memberikan masukan kepada sekolah dalam menentukan kebijakan tentang
metode pembelajaran yang cocok untuk topik bioteknologi khususnya untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
3) Untuk para peneliti selanjutnya agar dapat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait penelitian dan terinspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai metode yang cocok pada topik bioteknologi.
(23)
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional terhadap hasil belajar siswa pada topik bioteknologi di kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas yang dibelajarkan dengan metode inquiry yaitu 77,60; kelas discovery memiliki nilai rata-rata 73,49; sedangkan kelas konvensional memiliki nilai rata-rata 60,14.
2. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa pada topik bioteknologi di kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas inquiry
yaitu 77; kelas discovery memiliki nilai rata-rata 73,21; sedangkan kelas konvensional memiliki nilai rata-rata 60,35.
3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional terhadap sikap ilmiah siswa pada topik bioteknologi di kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas inquiry yaitu 84,2; kelas discovery memiliki nilai rata-rata 80,52; sedangkan kelas konvensional memiliki nilai rata-rata 75,5.
5.2. Implikasi
Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa metode pembelajaran inquiry dan
(24)
78
ilmiah siswa. Metode pembelajaran inquiry dan discovery merupakan metode belajar yang membuat siswa belajar mandiri sehingga siswa memiliki pengalaman nyata untuk mencari dan menemukan konsep, dan mencari jawaban dari masalah.
Dalam penerapannya, metode inquiry dan discovery di dalam kelas bukanlah hal yang mudah, sehingga guru harus merancang perencanaan pembelajaran dan menyediakan alokasi waktu yang sesuai agar semua materi yang dibelajarkan kepada siswa dapat tersampaikan dengan baik dan benar, serta mampu dipahami dan diingat siswa serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. Guru sebagai fasilitator dan motivator harus menyediakan sarana dan sumber belajar yang memadai kepada siswa, mengupayakan kondisi yang nyaman untuk belajar. Melalui penerapan metode inquiry dan discovery, diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dan mampu meningatkan hasil belajar, mengasah keterampilan proses sains, serta menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
5.3. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru khususnya guru biologi disarankan untuk dapat menggunakan metode pembelajaran inquiry dan discovery pada topik bioteknologi untuk menarik minat dan motivasi siswa meningkatkan hasil belajar, keterampilan proses sains serta sikap ilmiah siswa.
(25)
79
2. Hendaknya dalam pembelajaran materi biologi guru harus mampu menyesuaikan materi yang akan disampaikan dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan.
3. Dalam penerapan metode pembelajaran inquiry dan discovery, guru harus menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sehingga metode pembelajaran tersebut sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan.
(26)
80
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Kalista, Kurnia Ningsih, Laili Fitri Yeni. 2013. Penerapan Praktikum Pada Home Industry Makanan Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi
Bioteknologi Di SMP. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan.
Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Depdikbud.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK : Universitas Semarang Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pelangi Ilmu, 2(5).
Amri, S dan Ahmadi, I, Khoiru. 2010. Konstruktivisme Pengembangan
Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Brickman, P., Gormally, C., N., Hallar, B. 2009. Effect of inquiry –based Learninggo students’ science Literacy Skills and confidence.
International Journal for theScholarship of teaching and learning. Vol.3
No.2 (Mei 2016).
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. (Jakarta: Badan Satandar Pendidikan, hal:45)
Budiningsih, A.c. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Batubara, A. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Discovery
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Topik Bioteknologi di MAN I Padang Sidempuan. Tesis. PascaSarjana UNIMED MEDAN
Campbell, N. A. & Reece, J. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan oleh Wulandari. Jakarta: Penerbit Elangga.
Dahar, R.W. 1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta. Erlangga
(27)
81
Dymyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran, penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Daphne, D.M., Abigail, J.L., & Jeane, C. 2010. Inquiry-Based Science InstructionWhat is It and Does it Matter? Results from a Research Synthesis Year 1984 to 2000. Journal of Reasearch in Science Education. Vol. 47(4): 474496
Gagne, R, M., Brigss, I, J., and Wanger, W, W. 1988. Principles of Instructional
Design. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winson.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. Penerbit Grasindo. Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Hermawati. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa. Artikel. Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha. Ibrohim. 2015. Pengembangan IPA/Biologi Berbasis Discovery/inquiry dan
Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah serta
Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Seminar Sains & Entrepreneurship II
Agustus 2015.
Joyce, B & Weil, M. 2000. Model of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall.Inc. Jacobsen, D.A, Eggen, P., & Kauchak, D.2009. Methods For Teaching:
Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Edisi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar
Kemendikbud. 2013. Pembelajaran dengan Pendekatan Scientifik 2013.
Kemendikbud. 2011.a. Survei International PISA. Tersedia pada
http://litbang.Kemendikbud.go.id/index.php/survei.international.TIMSS. Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2016
Kurniasih, S. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bioteknologi Melalui
Implementasi Lesson Study. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP.
Universitas Pakuan.
Lubis, S. 2012. Pengaruh Pembelajaran Discovery dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Sosial Siswa SMA UISU Medan. Tesis. Program pascasarjana UNIMED
(28)
82
Masruroh, S. 2014. Implementasi pendekatan Saintific pada kurikulum 2013 untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang kompetensi teknologi
informasi dan komunikasi. Prosiding konvensi APTEKINDO ke 7 FPTK
UPI Bandung.
Maretasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Physics Education Journal. 1 (2): 27-31
Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan proses Sains Siswa MA Mu”allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur NTB. E-Journal Program
Studi IPA (Volume 4)
Mu’adayah, L. 2012. Efektifitas Kegiatan laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Materi system Respirasi Manusia. Unnes Journal Of Biology Education. 1 (1) : 52-58
Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan menyenangkan. Bandung : Pt. Remaja Rosda Karya.
Muslich. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
National research Council. 2000. Explore Inquiry and The National Science
Education Standard. AGude for Teaching and Learning. Washington
D.C. Natonal Academy Press.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purwianingsih, dkk. 2009. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada
Guru SLTA se Jawa Barat. Seminar Nasional Inovasi Biologi dan
Pendidikan Biologi Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 15-16 Juli 2009.
Rustaman, N. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi .Universitas Terbuka. Rustaman. 2009. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia
Rustaman, Y. 2009. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. FMIPA UPI, BANDUNG
Rosilawati dan Sunyono. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Konsep
Termokimia Melalui Pembelajaran Penemuan
Terbimbing.(online).(http://jurnal.lipi.go.id/admin/jurnal/61086
974.pdf&ei, diakses pada 12 Desember 2015;20:00).
(29)
83
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sagala, S. 2004. Konsep dan Makan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sani , A.R. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.
Sardiman, A. M. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sajidan. tanpa tahun. Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Saintifik pada
Implementasi Kurikulum 2013, Pendidikan BIologi FKIP UNS Surakarta.
Sri Riani, Iin Hindun, Moch. Agus Krisno Budiyanto , 2013, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Bioteknologi Modern Siswa Kelas
Xii Sma, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia
(Halaman 9-16).
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Surapranata. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryosubroto. B. 2002. Proses belajar mengajar di Sekolah. Jakarta:PT Rineka
Cipta
Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-sifat Koloid Menggunakan Metode
Discovery-Inquiry. Bandung: UPI
Supardi. 2015. Penilaian Autentik. Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada. Subahar, S. 2007. Biologi SMA Kelas XII. Bandung : Penerbit Quadra
Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta Penerbit : Gramedia Widisarana Indonesia
Setiadi, H. 2013. Penilaian Kinerja: Performance Assessment. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas
(30)
84
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Suherman, H., Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Materi Matriks
Kontempores. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grifindo Persada
Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi pustaka : Jakarta.
Todd Campbell, et all., 2010. Development Of Instrumen To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experience In Science Classroom,
Journal Science Teacher education, p. 27).
Ting, C.Y. 2001. Enhancing Learner’s Conceptual Change in Physics: Towards
the Development of Multimedia Cognitive Tools. Malayasia : Faculty of
Information Technology Multimedia Universitas Cyberjaya.
Trowbridge, L.W. & Bybe, R.W. 1990. Becoming a secondary school science
Teacher. Melbourne. Merill Publishing Company.
Udin S. Winataputra. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saefuddin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Wahyunimgsih,S. 2012. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA materi
Penggolongan Daun dengan Metode Penemuan
Terbimbing.(online).(http://irpp.com/index.php/dinamika/arti
cle.view/46/46&ei.diakses 12 Desember 2015; 20:30).
Zulfiani, 2013, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2. Wahyuni S. 2015. Pengaruh Metode Inquiry dan Discovery terhadap Hasil
Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Materi Pencemaran Lingkungan Pada SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Tesis. Program pascasarjana UNIMED
Wena, M. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang: Bumi Aksara
(1)
2. Hendaknya dalam pembelajaran materi biologi guru harus mampu menyesuaikan materi yang akan disampaikan dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan.
3. Dalam penerapan metode pembelajaran inquiry dan discovery, guru harus menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sehingga metode pembelajaran tersebut sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Kalista, Kurnia Ningsih, Laili Fitri Yeni. 2013. Penerapan Praktikum Pada Home Industry Makanan Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Bioteknologi Di SMP. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan. Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Depdikbud. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK : Universitas Semarang Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pelangi Ilmu, 2(5).
Amri, S dan Ahmadi, I, Khoiru. 2010. Konstruktivisme Pengembangan Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Brickman, P., Gormally, C., N., Hallar, B. 2009. Effect of inquiry –based Learninggo students’ science Literacy Skills and confidence. International Journal for theScholarship of teaching and learning. Vol.3 No.2 (Mei 2016).
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (Jakarta: Badan Satandar Pendidikan, hal:45)
Budiningsih, A.c. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Batubara, A. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Discovery
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Topik Bioteknologi di MAN I Padang Sidempuan. Tesis. PascaSarjana UNIMED MEDAN
Campbell, N. A. & Reece, J. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan oleh Wulandari. Jakarta: Penerbit Elangga.
Dahar, R.W. 1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta. Erlangga
(3)
Dymyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran, penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Daphne, D.M., Abigail, J.L., & Jeane, C. 2010. Inquiry-Based Science InstructionWhat is It and Does it Matter? Results from a Research Synthesis Year 1984 to 2000. Journal of Reasearch in Science Education. Vol. 47(4): 474496
Gagne, R, M., Brigss, I, J., and Wanger, W, W. 1988. Principles of Instructional Design. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winson.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. Penerbit Grasindo. Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Hermawati. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa. Artikel. Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha. Ibrohim. 2015. Pengembangan IPA/Biologi Berbasis Discovery/inquiry dan
Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah serta Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Seminar Sains & Entrepreneurship II Agustus 2015.
Joyce, B & Weil, M. 2000. Model of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall.Inc. Jacobsen, D.A, Eggen, P., & Kauchak, D.2009. Methods For Teaching:
Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar
Kemendikbud. 2013. Pembelajaran dengan Pendekatan Scientifik 2013.
Kemendikbud. 2011.a. Survei International PISA. Tersedia pada http://litbang.Kemendikbud.go.id/index.php/survei.international.TIMSS. Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2016
Kurniasih, S. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bioteknologi Melalui Implementasi Lesson Study. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP. Universitas Pakuan.
Lubis, S. 2012. Pengaruh Pembelajaran Discovery dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Sosial Siswa SMA UISU Medan. Tesis. Program pascasarjana UNIMED
(4)
Masruroh, S. 2014. Implementasi pendekatan Saintific pada kurikulum 2013 untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang kompetensi teknologi informasi dan komunikasi. Prosiding konvensi APTEKINDO ke 7 FPTK UPI Bandung.
Maretasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Physics Education Journal. 1 (2): 27-31
Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan proses Sains Siswa MA Mu”allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur NTB. E-Journal Program Studi IPA (Volume 4)
Mu’adayah, L. 2012. Efektifitas Kegiatan laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Materi system Respirasi Manusia. Unnes Journal Of Biology Education. 1 (1) : 52-58
Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan. Bandung : Pt. Remaja Rosda Karya.
Muslich. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
National research Council. 2000. Explore Inquiry and The National Science Education Standard. AGude for Teaching and Learning. Washington D.C. Natonal Academy Press.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purwianingsih, dkk. 2009. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat. Seminar Nasional Inovasi Biologi dan Pendidikan Biologi Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 15-16 Juli 2009.
Rustaman, N. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi .Universitas Terbuka. Rustaman. 2009. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia
Rustaman, Y. 2009. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Pendidikan Sains. FMIPA UPI, BANDUNG
Rosilawati dan Sunyono. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Termokimia Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing.(online).(http://jurnal.lipi.go.id/admin/jurnal/61086
974.pdf&ei, diakses pada 12 Desember 2015;20:00).
(5)
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sagala, S. 2004. Konsep dan Makan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sani , A.R. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.
Sardiman, A. M. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sajidan. tanpa tahun. Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Saintifik pada Implementasi Kurikulum 2013, Pendidikan BIologi FKIP UNS Surakarta. Sri Riani, Iin Hindun, Moch. Agus Krisno Budiyanto , 2013, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Bioteknologi Modern Siswa Kelas
Xii Sma, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia (Halaman 9-16).
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Surapranata. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryosubroto. B. 2002. Proses belajar mengajar di Sekolah. Jakarta:PT Rineka
Cipta
Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-sifat Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Bandung: UPI
Supardi. 2015. Penilaian Autentik. Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada. Subahar, S. 2007. Biologi SMA Kelas XII. Bandung : Penerbit Quadra
Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta Penerbit : Gramedia Widisarana Indonesia
Setiadi, H. 2013. Penilaian Kinerja: Performance Assessment. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas
(6)
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Suherman, H., Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Materi Matriks Kontempores. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grifindo Persada
Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi pustaka : Jakarta.
Todd Campbell, et all., 2010. Development Of Instrumen To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experience In Science Classroom, Journal Science Teacher education, p. 27).
Ting, C.Y. 2001. Enhancing Learner’s Conceptual Change in Physics: Towards the Development of Multimedia Cognitive Tools. Malayasia : Faculty of Information Technology Multimedia Universitas Cyberjaya.
Trowbridge, L.W. & Bybe, R.W. 1990. Becoming a secondary school science Teacher. Melbourne. Merill Publishing Company.
Udin S. Winataputra. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saefuddin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Wahyunimgsih,S. 2012. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA materi Penggolongan Daun dengan Metode Penemuan Terbimbing.(online).(http://irpp.com/index.php/dinamika/arti
cle.view/46/46&ei.diakses 12 Desember 2015; 20:30).
Zulfiani, 2013, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2. Wahyuni S. 2015. Pengaruh Metode Inquiry dan Discovery terhadap Hasil
Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Materi Pencemaran Lingkungan Pada SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Tesis. Program pascasarjana UNIMED
Wena, M. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang: Bumi Aksara