PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY.

(1)

Neneng Anisah, 2013

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA

PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN

METODE DISCOVERY-INQUIRY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat utuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh : Neneng Anisah

0902242

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA

PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY

Oleh Neneng Anisah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Neneng Anisah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Neneng Anisah, 2013

NENENG ANISAH

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA

PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Gun Gun Gumilar, S.Pd., M.Si NIP: 19790626001121001

Pembimbing II

Dr. F.M. Titin Supriyanti, M.Si NIP: 195810141986012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP: 196611211991031002


(4)

(5)

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

ABSTRAK

Keterampilan Proses Sains (KPS) dianggap sebagai keterampilan dasar dan penting bagi siswa, sehingga KPS perlu diukur dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang pencapaian KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental, dengan desain penelitian One-Shot Case Study. Subjek penelitian adalah siswa pada salah satu SMA di Kota Bandung sebanyak 37 orang. Instrumen penelitian berupa tes tertulis, lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS) dan pedoman wawancara. KPS yang diukur dalam penelitian ini meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian KPS untuk siswa kelompok tinggi dan sedang termasuk kategori sangat baik dan baik, sedangkan siswa kelompok rendah pencapaiannya sebagian besar termasuk kategori cukup. Pencapaian keseluruhan indikator KPS pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik, sedangkan pada kelompok sedang dan rendah termasuk kategori baik, namun demikian nilai KPS siswa kelompok sedang lebih tinggi dibanding siswa kelompok rendah. Secara keseluruhan, pencapaian KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid, menggunakan metode discovery-inquiry, termasuk kategori baik.

Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, Discovery-Inquiry, Pembuatan Sistem Koloid.


(6)

ABSTRACT

Science process skills (KPS) are considered as basic and important skill for student, so that KPS needs to be measured in learning process. The purpose of this research is to obtain an informations about student’s science process skills achievement on making colloidal Systems learning using discovery-inquiry. This research method used pre-experimental, with one-shot case study as the design. Subjetcs were student in the one of senior school in Bandung, with total are 37 peoples. Research instruments in the form of a written test, observation sheet, student worksheet (LKS), and interview guidelines. There are eight KPS measured on this research were skill at asking question, hypothesizing, predicting, designing experiment, using tools and materials, observing, communicating and interpreting data. The result of high and medium ability student group’s science process skills achievement are very good and good category, whereas the result of low ability student group’s science process skills achievement for the most part enough category. The result at the whole indicators science process skills is the high ability student’s group are very good category while on a medium and low ability student’s group are good category, however the value of science process skills of medium ability student’s group is higher compared to the low ability student’s group. Overall, the student’s science process skills on making colloidal Systems, using discovery-inquiry method, is good category.


(7)

iv Neneng Anisah, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………… i

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……….. 3

C. Tujuan Penetilitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ………... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ……….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Proses Sains………..………... 7

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya…. 8 3. Pentingnya Keterampilan Proses Sains... 13

4. Metode Discovery-Inquiry………..………... 14

a. Discovery ……… 15

b. Inquiry ……… 16

c. Discovery-Inquiry ………... 17

5. Deskripsi Materi Pembuatan Sistem Koloid... 21

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 25

C. Kerangka Pemikiran ………... 28

D. Hipotesis Penelitian ……… 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 32

B. Desain Penelitian ……… 33

C. Metode Penelitian ………. 38

D. Definisi Operasional ………... 38

E. Instrumen Penelitian ………... 39

F. Proses Pengembangan Instrumen ………... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ………. 41


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pencapaian Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS)

untuk Masing-masing Kelompok Siswa…...…... 45

B. Pencapaian Keseluruhan Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk Masing-masing Kelompok Siswa... 68

C. Pencapaian Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk Seluruh Siswa…... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 77

B. Saran ……… 79

DAFTAR PUSTAKA ………... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 85


(9)

vi Neneng Anisah, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains.…. 9 Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Shot Case Study……...……… 34 Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan……….……… 42 Tabel 4.1 KPS yang Diukur pada Setiap Tahapan Metode

Discovery-Inquiry ………...……… 46 Tabel 4.2 Pencapaian Keterampilan Mengajukan Pertanyaan untuk

Masing-masing Kelompok Siswa ………...………… 47 Tabel 4.3 Pencapaian Keterampilan Berhipotesis untuk

Masing-masing Kelompok Siswa...…..……… 49 Tabel 4.4 Pencapaian Keterampilan Memprediksi untuk

Masing-masing Kelompok Siswa...………... 52 Tabel 4.5 Pencapaian Keterampilan Merencanakan Percobaan untuk

Masing-masing Kelompok Siswa...…..……… 54 Tabel 4.6 Pencapaian Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan

untuk Masing-masing Kelompok Siswa..……… 57 Tabel 4.7 Pencapaian Keterampilan Mengamati untuk

Masing-masing Kelompok Siswa...……… 59 Tabel 4.8 Pencapaian Keterampilan Berkomunikasi untuk

Masing-masing Kelompok Siswa...………..……… 61 Tabel 4.9 Pencapaian Keterampilan Menafsirkan Pengamatan

untuk Masing-masing Kelompok Siswa.…………...…… 64 Tabel 4.10 Pencapaian Setiap Indikator KPS untuk Seluruh Siswa…… 72


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Mikroskopik Larutan, Suspensi, dan Koloid..… 22 Gambar 2.3 Pembuatan Sol Fe(OH)3…….………. 25

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian………. 28 Gambar 3.1 Alur Penelitian ………. 36 Gambar 4.1 Nilai Setiap Indikator KPS untuk Setiap Kelompok

Siswa………. 67

Gambar 4.2 Nilai Persentase Rata-rata Keseluruhan Indikator KPS

untuk Masing-masing Kelompok Siswa……… 68 Gambar 4.3 Nilai Persentase Rata-rata KPS Seluruh Siswa untuk


(11)

viii Neneng Anisah, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……….. 87

A.2 Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) …………..…………..…………..….. 102

A.3 Kisi-kisi Soal pada LKS 1 ……… 112

A.4 Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) ……… 118

A.5 Kisi-kisi Soal pada LKS 2 ……… 127

Lampiran B B.1 Kisi-kisi Instrumen………. 134

B.2 Soal Tes Tertulis (post-test) ………..………. 136

B.3 Standar Penilaian Soal Tes Tertulis……….….……….. 139

B.4 Petunjuk Penilaian Lembar Observasi 1 ....……… 151

B.5 Lembar Observasi 1 (Cara Kondesasi) ……….. 155

B.6 Petunjuk Penilaian Lembar Observasi 2 ……… 163

B.7 Lembar Observasi 2 (Cara Dispersi) ………. 167

B.8 Pedoman Wawancara……….. 175

Lampiran C C.1 Data Pengelompokkan Siswa .………... 177

C.2 KPS Mengajukan Pertanyaan ………...………. 179

C.3 KPS Berhipotesis ………...………...………. 181

C.4 KPS Memprediksi ………..…...……....………. 183

C.5 KPS Merencanakan Percobaan ……...………. 185

C.6 KPS Menggunakan Alat dan Bahan ….………. 187

C.7 KPS Mengamati …...………...……...………. 190

C.8 KPS Berkomunikasi…...…….………...………. 192

C.9 KPS Menafsirkan Pengamatan ………..………. 194

C.10 KPS Masing-masing Kelompok Siswa untuk Seluruh Indikator ……. 196

C.11 KPS Seluruh Siswa untuk Setiap Indikator …….…….…….…….….. 197

Lampiran D D.1 Surat Izin Penetilian ………... 199

D.2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ………... 200


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sains bidang kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasakan sulit bagi banyak siswa karena berbagai alasan, salah satunya adalah fakta bahwa keberhasilan siswa dalam pembelajaran kimia adalah tegantung pada informasi yang telah mereka pelajari dari pembelajaran sebelumnya (Orgill, 2008). Kesulitan mempelajari ilmu kimia juga disebabkan karena konsep-konsep yang terdapat dalam pelajaran kimia memiliki kesukaran dan keabstrakan yang tinggi (Chittleborough, 2004). Maka dari itu perlunya melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran agar siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.

Kimia pada hakikatnya mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip (Ozgelen, 2012). Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia. Proses dalam melakukan keterampilan yang terkait dengan sains disebut dengan keterampilan proses sains (sains process skills), dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuan disebut sikap ilmiah. Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains. Keterampilan proses sains (KPS) dianggap sebagai keterampilan dasar dan penting bagi siswa, sehingga KPS perlu diukur dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang sesuai yakni metode pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian, dari tiga sampel sekolah yang dilakukan wawancara, ditemukan bahwa metode pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah, belum mengarah pada metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), seringkali guru menerapkan metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan siswa berlaku pasif hanya sekedar menerima informasi dari guru. Dengan demikian,


(13)

2

Neneng Anisah, 2013

siswa cenderung jenuh dan kurang tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi pembelajaran, yakni pembelajaran yang dapat mendorong siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri serta mengembangkan KPS siswa, salah satunya menggunakan metode discovery-inquiry. Dari ketiga sampel sekolah yang dilakukan wawancara, salah satunya dipilih sebagai subjek penelitian.

Menurut Amien (1987) discovery-inquiry merupakan suatu metode pembelajaran yang cara penyajian pelajarannya banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan. Sintaks dalam metode pembelajaran discovery-inquiry ini meliputi stimulasi, perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, verifikasi, dan generalisasi (Makmun, 2003). Pembelajaran melalui metode ini tentunya akan membawa dampak besar bagi perkembangan mental yang positif pada siswa, sebab melalui pembelajaran discovery-inquiry siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk bereksplorasi dan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang dimiliki siswa. Dengan demikian, siswa tidak akan berlaku pasif, tetapi memungkinkan siswa untuk menemukan penemuan-penemuan baru secara mandiri, baik berupa konsep, fakta, maupun prinsip-prinsip.

Berbagai penelitian mengenai KPS sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Balim pada tahun 2008, hasil penelitian yang diperoleh yaitu prestasi belajar siswa, persepsi, dan hafalan pada tingkat kognitif maupun afektif siswa kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran discovery dan inquiry learning memperoleh pencapaian yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode tradisional, serta penggunaan metode pembelajaran discovery dan inquiry learning membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Suprini pada tahun 2012, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode discovery-inquiry pada pembelajaran sifat-sifat koloid dapat mengembangkan KPS siswa dengan baik, hasil yang diperoleh yaitu keterampilan menafsirkan pengamatan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, serta mengamati tergolong kategori baik. Berdasarkan kedua penelitian tersebut,


(14)

3

menunjukkan bahwa metode discovery-inquiry dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, serta dapat mengembangkan KPS siswa.

Salah satu materi pembelajaran kimia yang dapat mengembangkan KPS siswa adalah “Pembuatan Sistem Koloid”. Materi tersebut dipilih karena beberapa alasan. Pertama, pembelajaran materi ini tidak bersifat memberikan informasi konsep-konsep saja, tetapi berkesempatan untuk mengembangkan KPS siswa yang ditunjang melalui kegiatan praktikum yang sesuai dengan sintaks-sintaks dalam pembelajaran discovery-inquiry. Kedua, pembuatan sistem koloid merupakan materi yang banyak diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia, dan peranannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, dari tiga sampel sekolah di kota Bandung yang dilakukan wawancara pada tahun 2013, mengungkapkan bahwa biasanya pembelajaran pembuatan sistem koloid diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliknya. Selain itu, materi pembuatan sistem koloid jarang diajarkan di sekolah karena menurutnya materi tersebut banyak tetapi alokasi waktunya sedikit, sehingga guru hanya sekedar memberikan tugas membaca dan merangkum saja.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery-inquiry untuk mengukur KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid. Adapun penelitian yang dilakukan berjudul “Profil Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan yang teridentifikasi yaitu mengenai metode pembelajaran yang sering kali digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah, terutama pada materi pembuatan sistem koloid adalah metode yang berpusat pada guru. Akibatnya, dengan metode tersebut siswa tidak dapat mengembangkan KPS yang dimilikinya.


(15)

4

Neneng Anisah, 2013

Materi pembuatan sistem koloid erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan ini harus diterapkan dalam kehidupan siswa yaitu untuk mengatasi berbagai persoalan yang mereka temukan. Dengan demikian, perlu diterapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu menggunakan metode discovery-inquiry yang dapat mengembangkan KPS siswa.

Berdasarkan uraian di atas, secara umum yang menjadi masalah utama

yaitu “Bagaimana KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery- inquiry?

Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pencapaian setiap indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry?

2. Bagaimana pencapaian keseluruhan indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry?

3. Bagaimana pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh informasi tentang pencapaian setiap indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry,

2. Memperoleh informasi tentang pencapaian keseluruhan indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry serta;

3. Memperoleh informasi tentang pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry.


(16)

5

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:

a. Melatih siswa belajar secara aktif, sehingga dapat memberikan pengalaman baru serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembuatan sistem koloid dalam pembelajaran yang menggunakan metode discovery-inquiry.

b. Melatih keterampilan proses sains (keterampilan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan).

2. Bagi guru:

Memberikan pengetahuan mengenai penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry yang dapat digunakan untuk aktivitas belajar yang berpusat pada siswa, terutama pada materi pembuatan sistem koloid.

3. Bagi peneliti lain:

Dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya guna meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Setiap bab terdiri dari sub bab yang disusun secara terstruktur sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Bab 1 sebagai bab Pendahuluan dalam melakukan penelitian, memuat lima sub bab meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Bab II sebagai bab yang membahas mengenai Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, memuat empat sub bab meliputi Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu yang Relavan, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Kajian


(17)

6

Neneng Anisah, 2013

Pustaka yang disajikan membahas mengenai teori-teori yang melandasi penyusunan, yaitu pembahasan mengenai KPS, Metode Discovery-Inquiry, dan Deskripi Materi Pembuatan Sistem Koloid.

Bab III sebagai bab yang membahas Metodologi Penelitian, memuat delapan sub bab meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, serta Analisis Data. Bab IV merupakan bab yang menunjukkan Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat tiga sub bab meliputi Pencapaian Setiap Indikator KPS untuk Masing-masing Kelompok Siswa, Pencapaian Keseluruhan Indikator KPS untuk Masing-masing Kelompok Siswa, dan Pencapaian Setiap Indikator KPS Seluruh Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Bab terakhir dalam penulisan skripsi ini adalah Bab V yang membahas mengenai Kesimpulan dan Saran, memuat dua sub bab yaitu Kesimpulan dan Saran sesuai dengan hasil penelitian.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan uraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut dideskripsikan secara sistematis sebagaimana penelitian ini dilaksanakan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMA di kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester 2, sebanyak satu kelas yang terdiri dari 37 orang siswa dan sedang mengikuti pembelajaran pembuatan sistem koloid pada semester 2, tahun ajaran 2012-2013. Siswa dikelompokkan kedalam tiga kategori kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian ketiga kategori tersebut dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Adapun kualifikasi pengelompokkan ketiga kategori tersebut menggunakan cara statistik. Pengelompokkan dengan cara statistik dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Rumus untuk mencari rata-rata (mean) sebagai berikut:

Keterangan : : Jumlah skor N : Jumlah siswa (Arikunto, 2010)

Rumus untuk mencari standar deviasi adalah: Mean =


(19)

33

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

: tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N : semua skor dijumlahkan, dibagi N lalu dikuadratkan

Berdasarkan hasil perhitungan (pada lampiran C.1), didapatkan nilai mean sebesar 70.84 dan nilai standar deviasi sebesar 10,4. Hasil perhitungan dari penentuan dalam pengelompokkan siswa menunjukkan untuk dapat digolongkan menjadi siswa kelompok tinggi harus memiliki nilai di atas 81,24. Siswa digolongkan menjadi kelompok rendah harus memiliki nilai di bawah 60,44, dan sisanya yaitu di antara nilai 81,24 sampai dengan 60,44 termasuk ke dalam siswa kelompok sedang. Analisis terhadap nilai ulangan kimia pada seluruh siswa sebagai subjek penelitian, memperoleh jumlah siswa yang dapat digolongkan menjadi siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pembagian kelompok siswa pada penelitian ini yaitu siswa kelompok tinggi sebanyak 5 orang, siswa kelompok sedang sebanyak 28 orang dan siswa kelompok rendah sebanyak 4 orang.

Untuk kepentingan penelitian ini, di awal pembelajaran siswa kelompok eksperimen dikelompokkan secara heterogen, yaitu kelompok terdiri dari siswa kelompok tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa dibagi ke dalam delapan kelompok dengan masing-masing kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Desain penelitian One-Shot Case Study, yaitu sekelompok siswa kelas XI yang diberi perlakuan/treatment dengan metode pembelajaran discovery-inquiry pada materi pembuatan sistem koloid, dan selanjutnya diobservasi hasilnya mengenai pencapaian keterampilan proses sains (KPS) siswa dari hasil tes tertulis (post-test), lembar observasi dan LKS. Pada pembelajaran discovery-inquiry kelompok eksperimen melakukan kegiatan


(20)

34

praktikum sesuai dengan tahapan-tahapan dalam metode discovery-inquiry. Paradigma dalam penelitian eksperimen desain ini dapat digambarkan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain penelitian One-Shot Case Study

Kelompok Perlakuan Post-test

Eksperimen X O

(Sugiyono, 2012) X = treatment yang diberikan (Variabel bebas)

O = Observasi (Variabel terikat)

Pada tahap stimulasi, siswa diberikan permasalahan berupa artikel yang mengandung masalah-masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, masalah yang diberikan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Tahap selanjutnya adalah perumusan masalah, pada tahap ini siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan mengajukan pertanyaan, memprediksi dan berhipotesis. Siswa mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terdapat di dalam artikel. Masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, kemudian siswa membuat jawaban sementara (hipotesis) atas pertanyaan yang siswa ajukan sendiri.

Setelah tahap perumusan masalah, kemudian siswa menguji kebenaran dari hipotesis yang telah ia buat sendiri. Oleh karena itu, siswa harus melakukan pengumpulan data melalui kegiatan praktikum. Untuk mendapatkan data dari eksperimen, maka siswa sebelumnya merancang percobaan yang akan dilaksanakan serta mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap pengumpulan data, siswa dilatih keterampilan merancanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, serta keterampilan mengamati hasil percobaannya. Selain pengumpulan data didapat dari data percobaan, siswa juga dapat mengumpulkan data diluar data percobaan, misalnya dari studi pustaka dan sumber belajar lain. Tahap selanjutnya yaitu analisis data, dari tahap stimulasi sampai analisis data siswa melakukan pembelajaran dalam bentuk belajar kelompok. Pada tahap analisis data siswa membuat pertimbangan berdasarkan data percobaan yang didapat. Selain itu, pada tahap ini juga siswa dilatih


(21)

35

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

keterampilan berkomunikasinya yaitu melatih siswa untuk dapat menggambarkan data empiris hasil pengamatan pembuatan sistem koloid ke dalam bentuk tabel. Setelah tahap analisis data, dilanjutkan dengan tahap verifikasi. Pada tahap ini siswa dilatih keterampilan menafsirkan pengamatannya yaitu siswa membandingkan kesesuaian hasil percobaan dengan hipotesis awal yang telah mereka nyatakan sebelumnya. Tahap terakhir yaitu generalisasi, pada tahap ini juga siswa dilatih keterampilan menafsirkan pengamatannya yaitu mengemukakan kesimpulan sebagai suatu hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi terhadap kegiatan siswa untuk memperoleh nilai siswa selama pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry yang akan dijadikan sebagai nilai KPS siswa. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberikan post-test untuk mengetahui kemampuan KPS siswa setelah diberikan perlakuan.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya suatu desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap pengolahan dan analisis data. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(22)

36

Tahap Akhir Mengolah dan menganalisis data

Pembahasan

BAGAN ALUR PENELITIAN

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan Analisis standar isi kimia

SMA berdasarkan KTSP

Penentuan materi kimia yang akan diteliti

Studi kepustakaan materi pembuatan sistem koloid sesuai KTSP

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembuatan sistem koloid

Validasi instrumen penelitian

Perbaikan

Penyusunan instrumen penelitian (Soal tes tertulis, LKS, lembar observasi, pedoman wawancara)

Pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry untuk menganalisis KPS siswa

Studi kepustakaan mengenai metode discovery-inquiry Studi kepustakaan mengenai

KPS siswa

Pengisian LKS Observasi

Wawancara Post-test


(23)

37

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

Berdasarkan Gambar 3.1, alur penelitian tersebut dimulai dari tahapan persiapan, dilanjutkan tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian diuraikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menganalisis standar isi KTSP 2006 materi pelajaran kimia SMA kelas XI.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai KPS.

c. Melakukan studi kepustakaan mengenai metode discovery-inquiry. d. Menetapkan materi pembuatan sistem koloid yang akan digunakan

sebagai materi pembelajaran dalam penelitian ini.

e. Melakukan studi kepustakaan mengenai materi pembuatan sistem koloid yang sesuai dengan KTSP.

f. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran pembuatan sistem koloid.

g. Menyusun instrumen penelitian meliputi: Soal uraian (tes tertulis), lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi dan pedoman wawancara.

h. Melakukan validasi instrumen penelitian. i. Melakukan perbaikan instrumen penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Melakukan pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry pada kelas yang diteliti.

b. Memberikan LKS dan melaksanakan observasi pada kelas yang diteliti.

c. Melaksanakan post-test untuk mengetahui KPS yang diukur pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.

d. Melaksanakan wawancara terhadap perwakilan siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada kelas yang diteliti.

3. Tahap pengolahan dan analisis data


(24)

38

b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari tes tertulis, LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara.

c. Membuat kesimpulan penelitian yang dilaksanakan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre-experimental. Metode penelitian pre-experimental merupakan metode penelitian yang belum sesungguhnya dikarenakan variabel terikatnya masih dipengaruhi oleh variabel luar selain variabel bebasnya. Pada penelitian pre-eksperimental tidak adanya kelas kontrol, dan sampel tidak dipilih secara acak. Variabel terikat pada penelitian ini adalah KPS, sedangkan variabel bebasnya adalah metode discovery-inquiry. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian KPS siswa yang diukur pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupkan penjabaran variabel dan kondisi yang terjadi pada penelitian (Wiersma, 2009). Definsi operasional menyatakan apa yang diamati dan bagaimana mengukurnya. Variabel-variabel dalam penelitian ini menyangkut variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang akan diuji. Variabel ini merupakan variabel yang dimanipulasi atau diubah oleh orang yang melakukan eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran discovery-inquiry. Metode discovery-inquiry yang digunakan adalah jenis modified discovery-inquiry.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah KPS siswa. KPS siswa diperoleh berdasarkan nilai siswa menjawab soal tes tertulis (post-test), LKS dan lembar observasi.


(25)

39

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah tingkatan kelas siswa yang dijadikan subjek penelitian, sekolah lokasi penelitian dan materi pokok yang diajarkan yaitu pembuatan sistem koloid.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih hemat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian (tes tertulis), lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi dan pedoman wawancara.

1. Tes Tertulis

Tes digunakan untuk mengetahui KPS yang dikembangkan oleh siswa. Tes dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri dari lima butir soal meliputi indikator keterampilan merencanakan percobaan, memprediksi, berhipotesis, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan berisi prosedur praktikum dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan langkah-langkah pada metode discovery-inquiry dan indikator-indikator KPS yang hendak diukur. LKS ini digunakan sebagai alat bantu untuk memandu siswa selama proses pembelajaran discovery-inquiry berlangsung, serta LKS yang telah diisi siswa bertujuan untuk mengukur indikator-indikator KPS siswa yang dapat dikembangkan pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.

3. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian


(26)

40

(Musfiqon, 2012). Observasi ini dilakukan oleh pengamat menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yaitu catatan hasil pengamatan yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui KPS yang dimiliki siswa. Lembar observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan guna memperoleh data yang akurat dalam pengamatan. Melalui observasi yang dilakukan terhadap siswa dalam kegiatan belajar, baik pada waktu menjawab pertanyaan, melakukan percobaan, maupun kerja kelompok, guru dapat membuat ”judgement” tentang taraf penguasaan keterampilan-keterampilan proses oleh masing-masing siswa (Firman, 2000).

4. Pedoman wawancara

Pedoman Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Informasi tersebut diperoleh dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan antara peneliti dan siswa. Wawancara bertujuan untuk memperkuat jawaban tes tertulis, LKS dan lembar observasi.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur, dimana peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang tersusun secara sistematis (Sugiyono, 2012). Kegiatan wawancara direkam menggunakan tape recorder atau video untuk pendokumentasian, kemudian dianalisis.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu instrumen yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian KPS siswa. Pengujian instrumen dalam penelitian ini meliputi validasi istrumen.

Uji Validitas

Menurut Arikunto (2010) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat


(27)

41

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).

Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut (Firman, 2000). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian (Sudjana, 2005). Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi (content validity) adalah derajat kesesuaian isi butir-butir soal dari suatu tes dengan karakteristik yang hendak diukur (Reksoatmodjo, 2007). Validitas isi terhadap instrumen ini dilakukan oleh dua orang dosen, dengan cara mempertimbangkan kesesuaian antara butir soal dalam tes tertulis, LKS dan lembar observasi yang digunakan sebagai alat pengumpul data dengan indikator KPS siswa yang diukur dalam penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian berupa tes tertulis, LKS, lembar observasi dan hasil wawancara untuk memperoleh informasi mengenai pencapaian KPS siswa. Data dari tes tertulis dan LKS diperoleh dari jawaban siswa ketika menjawab soal tes tertulis dan LKS mengenai pencapaian KPS siswa yang diukur dalam penelitian. Lembar observasi diperoleh dari aspek psikomotor siswa selama melakukan kegiatan praktikum. Hasil wawancara diperoleh melalui rekaman jawaban siswa terhadap pertanyaan yang diajukan dalam pedoman wawancara, serta digunakan sebagai data pendukung. Responden yang diwawancarai adalah sembilan siswa dari masing-masing perwakilan kelompok tinggi, sedang dan rendah. Rekaman data hasil wawancara diubah ke dalam bentuk transkrip, sehingga membentuk suatu transkrip wawancara. Wawancara ini dilakukan diluar jam pelajaran.

H. Analisis Data

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data untuk tes tertulis, LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara adalah sebagai berikut:


(28)

42

1. Pengolahan data tes tertulis

a) Menentukan pencapaian setiap indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah adalah sebagai berikut:

- Mengelompokkan siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah.

- Memberikan total skor mentah jawaban setiap siswa pada tes tertulis.

- Mengubah skor mentah menjadi nilai persentase, dengan rumus:

Nilai persentase = x 100%

- Menghitung nilai yang diperoleh siswa dalam masing-masing kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk setiap indikator KPS siswa yang diukur.

- Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam masing-masing kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk setiap indikator KPS siswa yang diukur.

- Menentukan kategori kemampuan perkategori siswa berdasarkan skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.

Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81-100 61-80 41-60 21-41 0-20

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

(Arikunto, 2010)

b) Menentukan pencapaian keseluruhan indikator KPS siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah adalah sebagai berikut:


(29)

43

Neneng Anisah, 2013

Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan

- Menghitung nilai rata-rata KPS yang diperoleh siswa pada masing-masing kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk seluruh indikator KPS yang diukur.

- Menentukan kategori kemampuan perkategori siswa berdasarkan skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.

c) Menentukan pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa adalah sebagai berikut :

- Menghitung nilai rata-rata KPS seluruh siswa untuk setiap indikator KPS yang diukur.

- Menentukan kategori kemampuan seluruh siswa berdasarkan skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.

2. Lembar Kerja Siswa dan lembar observasi

a) Memberikan skor mentah pada lembar observasi dan jawaban siswa yang terdapat dalam LKS berdasarkan kriteria penilaian yang telah dibuat.

b) Mengubah skor mentah yang diperoleh kedalam bentuk nilai persentase.

c) Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk masing-masing:

 Kategori kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.

 KPS siswa dalam keterampilan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan.

d) Menentukan kategori kemampuan seluruh siswa berdasarkan skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.

skor mentah

skor maksimum


(30)

44

3. Wawancara

Wawancara dilakukan pada perwakilan siswa yang memperoleh nilai tinggi, sedang dan rendah dalam tes. Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang berupa lisan diubah menjadi tulisan. Hasil wawancara dibuat data tertulis untuk mengetahui informasi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran berlangsung. Selanjutnya menganalisis hasil wawancara untuk menggabungkan antara jawaban tes tertulis, LKS dan lembar observasi.


(31)

77 Neneng Anisah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada penelitian dengan judul Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pencapaian setiap indikator KPS setiap kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan mengajukan pertanyaan pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik (90%), siswa kelompok sedang termasuk kategori baik (61%), dan siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup (56%).

b. Keterampilan berhipotesis pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik (88%), siswa kelompok sedang termasuk kategori baik (66%), dan siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup (53%).

c. Keterampilan memprediksi pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik (95%), siswa kelompok sedang termasuk kategori baik (62%), dan siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup (56%).

d. Keterampilan merencanakan percobaan pada siswa kelompok tinggi dan sedang termasuk kategori sangat baik yaitu dengan


(32)

masing-78

masing nilai sebesar (100%) dan (87%), serta siswa kelompok rendah termasuk kategori baik (75%).

e. Keterampilan menggunakan alat dan bahan pada siswa kelompok tinggi dan sedang termasuk kategori baik yaitu dengan masing-masing nilai sebesar (80%) dan (72%), serta siswa kelompok rendah termasuk kategori sangat baik (91%).

f. Keterampilan mengamati pada siswa kelompok tinggi dan sedang termasuk kategori sangat baik yaitu dengan masing-masing nilai (97%) dan (81%), serta siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup (58%).

g. Keterampilan berkomunikasi pada siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah termasuk kategori sangat baik dengan nilai masing-masing sebesar (93%), (86%), dan (91%).

h. Keterampilan menafsirkan pengamatan pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik (93%), serta kelompok sedang dan rendah termasuk kategori baik dengan nilai masing-masing sebesar (75%) dan (71%).

2. Pencapaian keseluruhan indikator KPS pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik dengan nilai persentase KPS sebesar 92%, sedangkan pada kelompok sedang dan rendah termasuk kategori baik, namun demikian siswa kelompok sedang memperoleh pencapaian dengan nilai persentase KPS yang lebih tinggi (74%) dibanding siswa kelompok rendah (69%).

3. Pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa adalah sebagai berikut: a. Keterampilan berkomunikasi (90%), merencanakan percobaan (87%),

serta menggunakan alat dan bahan (81%) termasuk kategori sangat baik. Keterampilan berhipotesis (69%), mengajukan pertanyaan (69%), memprediksi (71%,), mengamati (79%), dan menafsirkan pengamatan (80%) termasuk kategori baik.


(33)

79

Neneng Anisah, 2013

b. Pencapaian persentase rata-rata KPS seluruh siswa, pada pembelajaran pembuatan sistem koloid, menggunakan metode discovery-inquiry, termasuk kategori baik (78%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pencapaian keterampilan siswa pada indikator mengajukan pertanyaan, berhipotesis, dan memprediksi, memperoleh nilai paling rendah terutama pada siswa kelompok rendah. Peneliti menyarankan agar keterampilan berhipotesis sering dilatihkan kepada siswa, agar siswa terbiasa dalam membuat hipotesis.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai KPS siswa, selain menggunakan butir soal yang mengukur KPS sebaiknya juga menggunakan instrumen lembar observasi, agar KPS siswa yang muncul saat pembelajaran berlangsung dapat terukur.

3. Bagi pengajar, disarankan untuk menggunakan metode discovery-inquiry dalam pembelajaran kimia di kelas, terutama untuk materi pembuatan sistem koloid, karena bisa memfasilitasi dan melatih KPS siswa dalam setiap tahapan metode discovery-inquiry.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Afolabi, F & Akinbobola, A.O. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Journal of scientific Research., 5 (4), 234-240.

Aktamis, H. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on

Student’s Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia Pasific Forum on Science Learning Teaching., Vol.9 Issue1.

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi Kelima). Jakarta: Rieka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Balim, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research., 35, 1-20.

Birdi, K. S. (2010). Surface and Colloid Chemistry: Principles and Applications. New York: CRC Press Taylor & Francis Group.

Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.


(35)

81

Neneng Anisah, 2013

Bruner. J. (1960). The Process of Education. MA: Harvard University Press.

Carin, A. A. (1997). Teaching Modern Science, Seventh Edition. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Chabalengula,V. (2012). How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science Skills. Southern Illinois University Carbondale, USA. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education., 8(3), 167-176.

Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical

Representations in Developing Student’s Mental Models of Chemical

Phenomena. Tesis Doctor pada Curtin University of Technology.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Devi, K. P. (2010). Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: PPPTK IPA.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Esler, W. A. (1993). Teaching Elementary Science. California: Wadsworth Publishing Company.


(36)

82

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: FPMIPA UPI.

Heriawan, A., et.al. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Serang: LP3G.

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Manan, mulyono HA. (2002). Ilmu Kimia 2 untuk SMU/MA Kelas 2. Bandung: Acarya Media Utama

Marimuthu, T. (2011). An Insight into Constructivism and Discovery Inquiry in the Teaching of Science by Secondary School Trainee Teachers during Practicum. Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim.

Musfiqon, H. M. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Orgill, M dan Sutherland, A. (2008). Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems. Chemistry Education Research and Practice., 9, 131–143.

Ozgelen, S. (2012). Students’ Science Process Skills with a Cognitive Domain Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education., 8(4), 283-292.

Rambuda, A.M & Fraser, W.J. (2004). Perceptions of Teachers of the Application of Science Process Skills in the Teaching of Geography in Secondary Schools in the Free State Province. South African Journal of Education., Vol 24(1) 10 – 17.


(37)

83

Neneng Anisah, 2013

Reksoatmodjo, T. N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Rezba, R. J., et.al. (2003). Learning and Assessing Science Process Skills, 4th edition. Kendall/Hunt publishing company.

Rustaman, N.Y. (2005). Pengembangan Kegiatan Laboratorium (Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran-Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: alfabet.

Semiawan, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.

Sudirman, N. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarna, O., et.al. (2006). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Bogor: Regina.

Sunarya,Y & Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu


(38)

84

Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suprini. (2012). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Susiwi, S. (2007). Perangkat Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha ilmu.

Trowbridge, L. W., et.al. (2000) Teaching Secondary Science, Strategies for Developing Scientific Literacy. (7Edn). New York Prentice: Hall Inc.

Unesco. (1985). Teaching Methodologies For Population Education: Inquiry/Discovery Approach. Bangkok: Unesco Regional Office Education In Asia & the Pacific.

Wahyu, W., et.al. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Wiersma, W., et.al. (2009). Research Methods in Education: An Introduction 9th Edition. USA: Pearson.


(1)

79

b. Pencapaian persentase rata-rata KPS seluruh siswa, pada pembelajaran pembuatan sistem koloid, menggunakan metode discovery-inquiry, termasuk kategori baik (78%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pencapaian keterampilan siswa pada indikator mengajukan pertanyaan, berhipotesis, dan memprediksi, memperoleh nilai paling rendah terutama pada siswa kelompok rendah. Peneliti menyarankan agar keterampilan berhipotesis sering dilatihkan kepada siswa, agar siswa terbiasa dalam membuat hipotesis.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai KPS siswa, selain menggunakan butir soal yang mengukur KPS sebaiknya juga menggunakan instrumen lembar observasi, agar KPS siswa yang muncul saat pembelajaran berlangsung dapat terukur.

3. Bagi pengajar, disarankan untuk menggunakan metode discovery-inquiry dalam pembelajaran kimia di kelas, terutama untuk materi pembuatan sistem koloid, karena bisa memfasilitasi dan melatih KPS siswa dalam setiap tahapan metode discovery-inquiry.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afolabi, F & Akinbobola, A.O. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Journal of scientific Research., 5 (4), 234-240.

Aktamis, H. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on Student’s Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia Pasific Forum on Science Learning Teaching., Vol.9 Issue1.

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi Kelima). Jakarta: Rieka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Balim, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research., 35, 1-20.

Birdi, K. S. (2010). Surface and Colloid Chemistry: Principles and Applications. New York: CRC Press Taylor & Francis Group.


(3)

81

Bruner. J. (1960). The Process of Education. MA: Harvard University Press.

Carin, A. A. (1997). Teaching Modern Science, Seventh Edition. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Chabalengula,V. (2012). How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science Skills. Southern Illinois University Carbondale, USA. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education., 8(3), 167-176.

Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Student’s Mental Models of Chemical Phenomena. Tesis Doctor pada Curtin University of Technology.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Devi, K. P. (2010). Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: PPPTK IPA.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Esler, W. A. (1993). Teaching Elementary Science. California: Wadsworth Publishing Company.


(4)

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: FPMIPA UPI.

Heriawan, A., et.al. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Serang: LP3G.

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Manan, mulyono HA. (2002). Ilmu Kimia 2 untuk SMU/MA Kelas 2. Bandung: Acarya Media Utama

Marimuthu, T. (2011). An Insight into Constructivism and Discovery Inquiry in the Teaching of Science by Secondary School Trainee Teachers during Practicum. Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim.

Musfiqon, H. M. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Orgill, M dan Sutherland, A. (2008). Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems. Chemistry Education Research and Practice., 9, 131–143.

Ozgelen, S. (2012). Students’ Science Process Skills with a Cognitive Domain Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education., 8(4), 283-292.

Rambuda, A.M & Fraser, W.J. (2004). Perceptions of Teachers of the Application of Science Process Skills in the Teaching of Geography in Secondary Schools in the Free State Province. South African Journal of


(5)

83

Reksoatmodjo, T. N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Rezba, R. J., et.al. (2003). Learning and Assessing Science Process Skills, 4th edition. Kendall/Hunt publishing company.

Rustaman, N.Y. (2005). Pengembangan Kegiatan Laboratorium (Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran-Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: alfabet.

Semiawan, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.

Sudirman, N. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarna, O., et.al. (2006). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Bogor: Regina.

Sunarya,Y & Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu


(6)

Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suprini. (2012). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Susiwi, S. (2007). Perangkat Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha ilmu.

Trowbridge, L. W., et.al. (2000) Teaching Secondary Science, Strategies for Developing Scientific Literacy. (7Edn). New York Prentice: Hall Inc.

Unesco. (1985). Teaching Methodologies For Population Education: Inquiry/Discovery Approach. Bangkok: Unesco Regional Office Education In Asia & the Pacific.

Wahyu, W., et.al. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Wiersma, W., et.al. (2009). Research Methods in Education: An Introduction 9th Edition. USA: Pearson.