PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS IPA SISWA SMP.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP
AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
IPA SISWA SMP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh
FATMAWARNY PANJAITAN
NIM : 8146175009

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ABSTRAK

Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap
Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP. Tesis. Medan : Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Keterampilan proses sains siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
ekspositori ; (2) Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan
pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta (3)
Interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan
tingkat kemampuan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan keterampilan
proses sains IPA siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group
pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Sibolga tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan
teknik cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen
yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran ekspositori. Instrumen yang
digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dalam bentuk lembar

observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep awal dalam bentuk soal uraian
serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan Anava dua jalur.
Hasil penelitian melalui analisis uji hipotesis bahwa ada perbedaan signifikan
antara efek model pembelajaran, pemahaman konsep awal terhadap keteram[ilan
proses sains IPA siswa. Kesimpulan menunjukkan bahwa model pembelajaran
inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa,
keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan
pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dari pada kelompok siswa
dengan kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta terdapat
interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan
pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi keterampilan proses sains IPA
siswa.
Kata kunci : Inquiry Training, Pemahaman Konsep Awal, Keterampilan Proses
Sains.

i

ABSTRACT


Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). The Effect of Inquiry Training’s
Model Based on Colaborative Learnings’ Model and The Pre-Understanding
Concept toward The Science Skill Process of The Junior High School Students.
Thesis. Medan : The Post Graduated School State University of Medan, 2016.
The aim of the Research were to analize about the students’ science skill process
was taught by using Inquiry Training’s Model based on Colaborative Learnings’
Model is better than expository learning ; (2) the students’ science skill process
who had high category of pre-understanding concept was better than low category
of pre-understanding concept, and (3) the interaction between inquiry training
learning model based on collaborative learning and the level of pre-understanding
concept ability in improving the students’scince process skill.
The researh type was quasi experiment with two group pre test – post test design.
The population of the study was the students in grade VIII of SMP Negeri 5
Sibolga, academic year 2015/20016. The sample was choosen by using cluster
random class technique.The sample was divided into two classes, the experiment
class taught by inquiry training based on collaborative and controll class taught by
expository learning. The instrument was consist of science process skill test in
observation sheet and pre-understanding concept test in essay test and had
clarified valid and reliable. The data of this research was analiyzed by using two

ways Anova.
The result of the research with hypothesis of the test analysis that any significant
different between the effect of learning model, pre-understanding concept to the
students’ skill natural science process. The conclusion of this research showed
that the inquiry training learning model based on colaborative was better than
expository learning in improving the students’ science process skill, the science
process skill of the students who had high category in pre understanding concept
ability was better than low category, and there was interaction between inquiry
training learning model based on collaborative and the level of pre–understanding
concept ability in affecting students’science process skill.
Key words: Inquiry Training , The Pre-Understanding Concept, Science Process
Skill.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry

Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Siswa Terhadap
Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. Sahyar, M.S.,M.M dan Ibu Prof. Dr. Retno Suyanti, M.Si sebagai
Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si,
Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga,
M.Si selaku narasumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penulis dengan hormat menyampaikan terimakasih yang tak terhingga
kepada Bapak, Umak, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Serta

ucapan terimakasih kepada Adik-adikku Sonang, Nita, Giat, Nilma dan Ria.

iii

iv

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Alpian
Hutauruk selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga yang telah memberikan
support dan motivasi kepada penulis, Bapak Anizar selaku Kepala SMPN 5
Sibolga beserta seluruh dewan guru dan pegawai atas bantuan dan kerjasamanya
sehingga penulis dapat melakukan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman
seperjuangan DIKFIS A dan B 2014 ( Anggi, Andri, Bakti, Jefri, Kak Dela, Elvi,
Sinta, Nazila, Muliani, bang Sumihar, Riska, Pretty, Eni, Kiky, Dara, Mutia,
Mila). Teman seperjuangan Masriani, Kak Hikmah, Elvita, Kak Radima, Inge,
Helena, serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan
dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam
menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2016
Penulis,

Fatmawarny Panjaitan

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

i
iii

v
viii
x
xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................
1.2. Identifikasi Masalah ..............................................................................
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................
1.7. Defenisi Operasional .............................................................................

1
7
8
8
9
10

10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teoritis ...........................................................................
2.1.1. Model Pembelajaran ......................................................................
2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri ..........................................................
2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry training ............................................
2.1.3.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry training ..............................
2.1.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran inquiry training .....................
2.1.3.3. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran
Inquiry Training..............................................................................
2.1.4. Pembelajaran Kolaboratif...............................................................
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif.............................................
2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif .......................................
2.1.4.3. Tujuan dari pembelajaran kolaboratif ............................................
2.1.4.4. Langkah – langkah Pembelajaran Kolaboratif ..............................
2.1.5. Model pembelajaran Ekspositori....................................................
2.1.5.1. Pengertian Model pembelajaran Ekspositori..................................
2.1.5.2. Prinsip-prinsip penggunaan Model pembelajaran Ekspositori.......

2.1.5.3. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ekspositori .................
2.1.7. Pemahaman Konsep Awal..............................................................
2.1.8. Keterampilan Proses Sains (KPS) ..................................................
2.1.8.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ...........................................
v

12
12
13
16
16
19
27
29
29
32
33
35
38
38

39
40
43
47
47

vi

2.1.8.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ..............................................
2.1.8.3. Pegukuran Keterampilan Proses Sains ............................................
2.1.9. Penelitian yang relevan....................................................................
2.2.
Kerangka Konseptual ......................................................................
2.2.1. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
dengan model pembelajaran ekspositori...........................................
2.2.2. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok
dengan pemahaman konsep diatas rata-rata dan pemahaman
konsep dibawah rata-rata IPA siswa...............................................
2.2.3. Interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif dan pemahaman konsep terhadap keterampilan proses
sains IPA siswa ...............................................................................
2.3.
Hipotesis .........................................................................................

50
53
55
60

64
65

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
3.2.
Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................
3.2.1. Populasi Penelitian .........................................................................
3.2.2. Sampel Penelitian ...........................................................................
3.3.
Variabel Penelitian ........................................................................
3.3.1. Variabel Bebas ...............................................................................
3.3.2. Variabel Moderator ........................................................................
3.3.3. Variabel Terikat ............................................................................
3.4.
Jenis dan Desain Penelitian ............................................................
3.4.1. Jenis Penelitian ...............................................................................
3.4.2. Desain Eksperimen .........................................................................
3.5.
Instrumen Penelitian .......................................................................
3.5.1. Tes Pemahaman Konsep awal ........................................................
3.5.2. Tes Keterampilan Proses Sains .......................................................
3.6.
Prosedur Penelitian .........................................................................
3.7.
Alat pengumpul data .......................................................................
3.7.1. Validitas Tes ....................................................................................
3.7.2. Analisis validitas Tes .....................................................................
3.7.3. Realibilitas Tes ...............................................................................
3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes ...................................................................
3.7.5. Daya Pembeda butir ........................................................................
3.8.
Teknik Analisis Data ......................................................................
3.8.1. Menghitung Nilai Rata – rata dan Simpangan Baku ......................
3.8.2. Uji Normalitas ...............................................................................

66
66
66
66
67
67
67
67
67
67
68
70
70
74
81
84
84
85
87
88
89
90
90
91

60

63

vii

3.8.3.
3.8.4.

Uji Homogenitas ...........................................................................
Pengujian Hipotesis Penelitian ......................................................

92
93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian.............................................................................
4.1.1.
Deskripsi Hasil Penelitian.............................................................
4.1.2.
Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes............................
4.1.2.1. Deskripsi Data Pretes....................................................................
4.1.2.2. Uji Normalitas Data Pretes...........................................................
4.1.2.3. Uji Homogenitas Data Pretes.......................................................
4.1.2.4. Uji Asumsi (Uji t pretes)..............................................................
4.1.3.
Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes...........................
4.1.3.1. Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian......................................
4.1.3.2. Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains........................
4.1.3.3. Uji Normalitas Data Postes...........................................................
4.1.3.4. Uji Homogenitas Data Postes........................................................
4.1.4.
Hasil Instrumen Pemahaman konsep awal....................................
4.1.5.
Analisis Hasil Penelitian................................................................
4.1.5.1. Analisis Data Postes Keterampilan Proses Sains..........................
4.1.5.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Pemahaman Konsep Awal.......................................
4.2.
Pengujian Hipotesis.......................................................................
4.3.
Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains.....................
4.4.
Pembelajaran Berbasis Kolaboratif................................................
4.5.
Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................
4.5.1. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa yang diajarkan dengan
Model Pembelajaran Inquiry training berbasis kolaboratif
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Ekspositori...........
4.5.2. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa Pada Kelompok Siswa
yang Memiliki Pemahaman konsep awal Diatas Rata-rata
lebih baik Dibandingkan Kelompok Siswa Yang Memiliki
Pemahaman konsep awal dibawah rata-rata....................................
4.5.3. Interaksi Model Pembelajaran Inquiry training berbasis
kolaboratif dan Pembelajaran Ekspositori Dengan Pemahaman
konsep awal Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa..............

135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan......................................................................................
5.2.
Saran................................................................................................

138
139

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

140

97
97
97
97
100
100
101
102
102
107
109
109
110
113
113
113
115
126
127
129

129

132

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1

Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran
IPA semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga..........
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training.....................
Tabel 2.2 Kegiatan Siswa dan Guru Model Pembelajaran Inquiry
Training.................................................................................
Tabel.2.3. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif selama proses
pembelajaran berlangsung....................................................
Tabel.2.4. Indikator Pemahaman Konsep..............................................
Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu..............................................................
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian............................................................
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA dua jalur...................................
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pemahaman Konsep awal.......................................
Tabel 3.4. Rubrik Penilaian Instrumen Pemahaman Konsep Awal......
Tabel 3.5. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains..................................
Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Instrumen Keterampilan Proses Sains.........
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains................
Tabel 3.8. Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains............................
Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran Soal..........................................................
Tabel 3.10. Daya Pembeda......................................................................
Tabel 3.10. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan.............................
Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa.....
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes.......................................................
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes....................................................
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar
Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol............................................................................
Tabel 4.5. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas
Kontrol dan Eksperimen............................................................
Tabel 4.6. Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol.............................................................................
Tabel 4.7. Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol..................................................
Tabel 4.8. Data Pemahaman konsep awal Siswa Gabungan Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol..................................................
Tabel 4.9. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Pemahaman
konsep awal...............................................................................
Tabel 4.10. Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Pemahaman

viii

5
19
25
37
47
55
68
69
71
71
75
75
86
88
89
90
94
98
100
100

102
107
109
110
111
112

konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada
Kelas Kontrol..........................................................................
Tabel 4.11. Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Pemahaman
konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada Kelas
Eksperimen.............................................................................
Tabel 4.12. Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur..................................
Tabel 4.13. Data Tingkat Pemahaman konsep awal dan Keterampilan
Proses Sains...........................................................................
Tabel 4.14. Uji Homogenitas Antar Kelompok.......................................
Tabel 4.15. Deskripsi Statistik Model Pembelajaran Dan
Pemahaman Konsep Awal.....................................................
Tabel 4.16. Hasil Uji Anava Dua Jalur.....................................................
Tabel 4.17. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheffe.............................

ix

114

115
116
117
117
118
119
124

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Efek Model Pembelajaran Inquiry Training.....................
Gambar 3.1. Skema pelaksanaan Penelitian ...........................................
Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ...............................
Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen.........................
Gambar 4.3. Hasil data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa....
Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa............................
Gambar 4.5. Histogram Data Postes Kelas Kontrol...............................
Gambar 4.6. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen.........................
Gambar 4.7. Diagram Postes dan Pretes kelas eksperimen dan kontrol..
Gambar 4.8. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan
Pemahaman konsep awal Siswa Terhadap Keterampilan
Proses Sains.........................................................................
Gambar 4.9. Persentase Pembelajaran Berbasis Kolaboratif...................
Gambar 4.10. Hubungan model pembelajaran dengan nilai rata-rata KPS
Gambar 4.11. Hubungan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains
yang memiliki pemahaman konsep awal diatas rata-rata
dan di bawah rata-rata.......................................................
Gambar 4.12. Interaksi antara model pembelajaran inquiry training
berbasis kolaboratif dengan pemahaman konsep awal
siswa terhadap keterampilan proses sains siswa............

x

24
83
99
99
104
106
108
108
113

123
128
130

133

136

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran .........................................................
Lampiran 2. RPP pertemuan 1.................................................................
Lampiran 3. LKS 1 Gaya sentuh dan tak sentuh ..................................
Lampiran 4. Bahan ajar pertemuan 1 .....................................................
Lampiran 5. RPP pertemuan 2 ................................................................
Lampiran 6. LKS 3 Gaya gesek antara dua permukaan benda ..............
Lampiran 7. Bahan ajar pertemuan 2 ....................................................
Lampiran 8. RPP pertemuan 3 ................................................................
Lampiran 9. LKS hubungan antara massa dan berat ...............................
Lampiran 10. Bahan ajar pertemuan 3 ....................................................
Lampiran 11. Instrumen KPS IPA SMP ..............................................
Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Keterampilan Proses Sains.............
Lampiran 13. Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains....................
Lampiran 14. Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains................
Lampiran 15. Daya Beda Soal Keterampilan Proses Sains............................
Lampiran 16. Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains...............
Lampiran 17. Butir Soal Pemahaman Konsep.......................................
Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Pemahaman Konsep Awal...........
Lampiran 19. Tabulasi Data Pretes........................................................
Lampiran 20. Tabulasi Data Postes........................................................
Lampiran 21. Tabulasi Data Pemahaman Konsep Awal.........................
Lampiran 22. Distribusi Data Penelitian.................................................
Lampiran 23. Tabulasi Pengelompokan Data Pemahaman Konsep Awal.
Lampiran 24. Analisis Statistik Data Pretes..............................................
Lampiran 25. Analisis Statistik Data Postes.............................................
Lampiran 26. Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur (2x2)....................
Lampiran 27. Uji Scheffe.........................................................................
Lampiran 28. Tabulasi Data Observasi Kolaboratif................................
Lampiran 29. Tabulasi Data Observasi....................................................
Lampiran 30. Rubrik Pengamatan Keterampilan Proses Sains IPA.......
Lampiran 31. Tabulasi Nilai Lembar Kerja Siswa..................................
Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian....................................................
Lampiran 33. Lembar Jawaban Siswa.....................................................

xi

144
146
154
157
162
170
173
176
184
187
189
196
199
201
203
204
205
212
215
217
219
221
223
225
228
230
232
234
238
244
252
253
257

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh
pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan adalah salah
satu cara untuk membenahi dan meningkatkan potensi diri seseorang. Pendidikan
merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
Pendidikan sangat penting sebagai penentu kemajuan suatu negara dan
kesejahteraan rakyat.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan
banyaknya konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran,
sedangkan guru tidak mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa.
Perkembangan IPTEK yang semakin cepat menyebabkan guru tidak mungkin
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Siswa perlu diberi bekal agar
dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri, oleh karena itu pembelajaran
IPA di sekolah tidak cukup hanya mengetengahkan fakta–fakta atau konsep saja
tetapi harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa untuk memahami
bagaimana fakta atau konsep tersebut diperoleh.

1

2

Dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan suasana belajar dan proses
pembelajaran diperlukan suatu perubahan paradigma pendidikan yang semula
proses belajar mengajar terpusat pada aktivitas guru ke arah aktivitas yang
terpusat pada siswa. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah untuk mengubah
paradigma lama pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Proses pembelajaran ekspositori, kegiatan pembelajarannya melibatkan
guru, siswa, dan materi pokok pembelajaran yang terkandung di dalam buku ajar.
Meskipun dewasa ini eksperimen di kelas sudah sering dilakukan, namun
pembelajaran masih berpusat pada guru. Dampak dari pembelajaran seperti ini
adalah siswa yang pasif. Hal ini mencerminkan kurangnya minat dan motivasi
siswa untuk belajar IPA. Guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru
aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah
diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah
menjadi paradigma membelajarkan siswa. Pembelajaran yang masih didominasi
oleh guru menyebabkan siswa pasif, hanya menerima dan melakukan apa yang
diminta oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam menemukan konsep materi
secara mandiri.
IPA merupakan ilmu universal dan merupakan salah satu ilmu yang
mendasari

perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Pembelajaran IPA

diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memahami IPA secara ilmiah. IPA merupakan hasil pengalaman langsung dari
suatu gejala alam , membahas fenomena yang terjadi pada masalah–masalah nyata
yang ada di alam. Tujuan pembelajaran IPA adalah penguasaan konsep, trampil

3

dalam melakukan proses IPA dalam kehidupan sehari–hari dan trampil dalam
berpikir. Pembelajaran IPA merupakan suatu proses penemuan sistematis yang
harus ditempuh siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui belajar IPA,
siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses
sains, berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan
atau penyelesaian dari suatu permasalahan IPA yang dihadapi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran
sebagian besar guru masih kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Dalam
proses belajar mengajar hanya menggunakan informasi verbal dengan hanya
melakukan ceramah di depan kelas, sehingga hasil belajar yang diperoleh hanya
pengetahuan konsep dan tidak mendukung pengembangan keterampilan berpikir
siswa. Ketidakmampuan guru dalam menumbuh kembangkan pemahaman konsep
awal dan keterampilan proses sains siswa dikarenakan guru tidak mampu
merencanakan proses pembelajaran dengan baik. Tanpa adanya perencanaan
pembelajaran yang matang akan dapat menyebabkan kekeliruan guru dalam
mengajar antara lain: (1) guru tidak mampu dan tidak berusaha untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, (2) guru tidak pernah mengajak siswa untuk proses sains,
(3) guru tidak berusaha memperoleh umpan balik, dan (4) guru menganggap
dirinya adalah orang yang paling mampu dan menguasai pembelajaran (Sanjaya,
2011:93).
Pada dasarnya model pembelajaran inquiry training lebih menekankan
pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. IPA mempunyai
karakteristik sebagai produk dan proses yang dikembangkan ilmuwan dengan

4

keterampilan proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA harus menjelaskan
konsep-konsep IPA dengan benar dan ditempuh dengan pendekatan proses yaitu
keterampilan proses sains IPA. Keterampilan proses sains IPA diterapkan
berdasarkan pada anggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang akibat
diterapkannya suatu proses metode ilmiah. Keterampilan proses sains IPA ialah
keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan
proses sains IPA.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru–guru IPA dimana
peneliti merupakan salah satu guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 5 Sibolga
banyak ditemukan permasalahan yang menjadi kendala dalam tercapainya KKM.
Beberapa permasalahan analisis hasil pembelajaran dalam melaksanakan
pembelajaran IPA diantaranya: (1) Proses pembelajaran di kelas berorientasi pada
guru sebagai penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar pasif,
(2) IPA dalam hal ini khusus fisika menjadi pelajaran yang sulit untuk dipelajari
karena lebih banyak bertumpu pada teori daripada praktikum, (3) keaktifan dan
hasil belajar siswa rendah, (4) interaksi siswa dalam pembelajaran masih rendah,
(5) siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran karena masih bertumpu
pada teori, (6) jarangnya menggunakan laboratorium meskipun alat di
laboratorium memadai untuk praktikum, (7) kurangnya perencanaan guru bidang
studi IPA untuk mengadakan praktikum khususnya IPA fisika. Mayoritas siswa
sulit melampaui nilai lulus minimal KKM di SMP yaitu 75,00. Sehingga untuk
menuntaskan nilai lulus minimal KKM ini, guru harus mengadakan remedial

5

kepada siswa tersebut. Berikut rata–rata nilai ujian mata pelajaran IPA semester
genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran IPA semester
genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga
Tahun pelajaran
Nilai rata-rata
2013 / 2014
67,00
2014 / 2015
70,00
Sumber : Arsip guru SMP Negeri 5 Sibolga

KKM
75,00
75,00

Salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan tersebut, yaitu dengan
melakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran yang disertai dengan
perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir tersebut tidak hanya dilakukan oleh
guru di sekolah, tetapi juga oleh semua unsur praktisi dan teoretisi pendidikan.
Perubahan pola pikir tersebut diperlukan agar mereka mampu berkreasi secara
optimal dalam mengubah fasilitas belajar. Proses belajar mengajar akan lebih
menarik apabila guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang
relevan dengan konsep yang sedang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Salah satu model pembelajaran yang memberikan porsi ruang dan waktu
terbesar kepada siswa SMP adalah model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif.

Dengan

menggunakan

model

pembelajaran

yang

mampu

mengkonstruksi konsep siswa dan mampu mengatasi keheterogenan siswa di
kelas, misalnya menggunakan model inquiry training berbasis kolaboratif. Model
inquiry training berbasis kolaboratif adalah model pembelajaran yang
menggabungkan model pembelajaran inquiry training dan model kolaboratif.
Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran
inquiry training secara signifikan lebih efektif dibandingkan pembelajaran

6

konvensional ( Trisno,dkk. 2013 : 14-20 ; Pandey et al., 2011 : 7-20 ; Abdi, 2014 :
37-41 ; Sirait, 2012 : 21-26.

Model pembelajaran inquiry training secara

signifikan lebih efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Hayati, dkk. 2013
: 24-33 ; Vaishnav , 2013 : 1216-1220).
Model

pembelajaran

inquiry

training

apabila

diterapkan

dalam

pembelajaran akan memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring (Joyce
& Weil, 2011 : 205). Adapun dampak instruksional dari model pembelajaran
inquiry training antara lain adalah keterampilan proses sains. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains (Azizah
(2012 : 1-11; Nirwana, dkk. 2014 : 31-42 ; Puspandini, 2014 : 1-6 ; Erggul et al.,
2011 : 48-67).
Model pembelajaran inkuiri juga dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dan pemahaman konsep awal siswa, sesuai dengan penelitian (Sari 2014 : 17 ; Tangkas, 2012 : 1-17 ; Setyawati, dkk. 2014 : 1-9 ; Marheni,dkk. 2014 : 1-11 ;
Panjaitan, dkk. 2015 : 8-22 ; Rizal, 2014 : 159-165). Untuk mengetahui hasil
keterampilan proses sains siswa juga dapat digunakan dengan pembelajaran
kolaboratif. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa model
collaborative teamwork learning mempengaruhi keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep awal (Darmayanti, dkk. 2013 : 1-12 ; Santoso, 2013 : 15-19).
Agar dapat memperoleh manfaat dari pembelajaran IPA, maka pada
penelitian ini dicoba suatu model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif untuk mengukur keterampilan proses sains dan pemahaman siswa,

7

sebagai alternatif dalam proses pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan SMP.
Pada penelitian ini dipilih model inquiry training berbasis kolaboratif, mengingat
siswa kelas VIII belum berpengalaman belajar dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, sehingga diperlukan
bimbingan dalam pembuatan keputusan tentang pembuatan data yang akan
dikumpulkan dan bagaimana cara pengumpulan datanya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian
untuk mengembangkan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
untuk meningkatkan keterampilan proses sains IPA dan pemahaman konsep awal
IPA siswa kelas VIII pada pokok bahasan Gaya. Maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Inquiry Training Berbasis
Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses
Sains IPA Siswa SMP”.

1.2 . Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah
untuk dikaji dan diteliti dalam pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Kemampuan hasil belajar IPA yang relatif rendah.
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep awal awal siswa.
3. Keterampilan proses sains IPA siswa kurang.
4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar
mengajar kurang bermakna.

8

5. Proses belajar masih mengunakan model ekspositori tidak melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
6. Penggunaan laboratorium untuk praktikum IPA masih kurang.
7. Tidak adanya perencanaan guru untuk melakukan praktikum di
laboratorium.
8. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif yang belum
diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.

1.3 . Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka
peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian dari banyaknya permasalahan
yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan model
pembelajaran ekspositori.
2. Pemahaman konsep awal IPA siswa.
3. Kemampuan siswa dalam keterampilan proses sains IPA.

1.4 . Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa dengan
penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
dengan model pembelajaran ekspositori?

9

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada
kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan
pemahaman konsep awal di bawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif

dan

model

pembelajaran

ekspositori

dengan

tingkat

pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi keterampilan
proses sains IPA siswa?

1.5 . Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa
dengan penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori.
2. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa
pada kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan
pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.
3. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry
training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran ekspositori dengan
tingkat pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi
keterampilan proses sains IPA siswa.

10

1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Apabila pembelajaran model inquiry training berbasis kolaboratif dalam
penelitian ini berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains IPA
siswa, maka model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
dapat dijadikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru
dalam proses belajar mengajar dalam menggunakan model inquiry
training berbasis kolaboratif untuk melihat interaksi dengan tingkat
pemahaman konsep awal IPA siswa.
3. Sebagai sumber informasi bagi guru IPA dalam merancang model
pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna
meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.

1.7. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses sainstifik
yang tujuan akhirnya adalah untuk menemukan pengetahuan yang baru.
2. Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang
menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari

11

seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal
3. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran di mana para
siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil
kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu
antara satu dengan yang lain.
4. Pemahaman konsep awal adalah kompetensi yang ditunjukkan siswa
dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes,
akurat, efisien dan tepat. Konsep awal diberikan di awal pembelajaran
yaitu materi sebelum gaya. Pemahaman konsep awal yang mendukung
konsep gaya adalah materi gerak.
5. Keterampilan proses sains IPA didefenisikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial, dan fisik
yang bersumber dari kemampuan–kemampuan mendasar yang pada
prinsipnya ialah ada dalam diri siswa sehingga mampu memproses
informasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun pengembangan
konsep dan nilai.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.

Kemampuan

keterampilan

proses

sains

IPA

siswa

menggunakan

pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan rata-rata 76,33
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa
menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan rata-rata 66,33.
2.

Kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok
pemahaman konsep awal di atas rata-rata 73,42 lebih baik dibandingkan
kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok pemahaman
konsep awal di bawah rata-rata 67,60.

3.

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep
awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa. Maka
interaksi pada kelas eksperimen keterampilan proses sains pemahaman
konsep awal di atas rata-rata lebih dominan daripada keterampilan proses
sains pemahaman konsep awal dibawah rata-rata. Dan untuk kelas kontrol
keterampilan proses sains pemahaman konsep awal di atas rata-rata sama
dengan keterampilan proses sains pemahaman konsep awal dibawah rata-rata.

138

139

5.2.
1.

Saran
Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak
karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training
berbasis kolaboratif dan dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori masih
sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.
Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif baik
diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.

2.

Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, maka sebaiknya
siswa mulai dilatih dan dibimbing untuk melakukan percobaan-percobaan
sederhana ketika pembelajaran IPA agar memiliki respon yang cepat akan
melakukan model pembelajaran inquiry training.

3.

Teknik dalam pelaksanaan model inquiry training sebaiknya disesuaikan
dengan persediaan alat praktikum yang ada di sekolah. Dimana yang
seharusnya jika menggunakan model inquiry training alat praktikum
disediakan satu set per siswa.

4.

Teknik dalam penilaian observasi atau pengamatan dalam pelaksanaan model
inquiry training sebaiknya dinilai oleh beberapa orang observer di dalam
kelas, agar dapat mengamati siswa dengan jelas dan benar selama
pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. (2014). The Effect Of Inquiry-Based Learning Method On Students’
Academic Achievement In Science Course. Universal Journal of
Educational Research. 2(1) : 37-41
Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode Dan Aplikasi.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asessmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, R.I. (2013). Belajar Untuk Mengajar.
Humanika.

Buku 2. Jakarta: Salemba

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
-------------- (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------- (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azizah, A. (2012). Inquiry training untuk mengembangkan ketrampilan meneliti
mahasiswa. Unnes Science Education Journal. USEJ , 1(1) : 1-11
Dahar, R. W. (2013). Teori – Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Darmayanti, N. Sadia, W. Sudiatmika,A. (2013). Pengaruh Model Collaborative
Teamwork Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman
Konsep Ditinjau Dari Gaya Kognitif. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1)-12
Dimyati, & Mudjiono, (2013). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ergul, R. Simsekli, Y. Calis, S., Z.,Gocmencelebi, S., Sanli, M. (2011). The
Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School
Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian Journal
of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1) : 48-67
Hayati & Suyanti, R.D, (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
Berbasis Multimedia Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1) : 24-33
Idris, M. (2012). Model – Model Kolaborasi Dan Strategi Pengembangannya.

140

141

Johnson, D. Johnson, R. Holubec, E.J. (2012). Colaborative Learning: Strategi
Pembelajaran Untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusa Media.
Joyce, B. & Weil, M. (2011). Models Of Teaching. Model – Model Pengajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kanginan, M. (2013). IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Berdasarkan Standar Isi
2006. Jakarta: Erlangga.
Marheni, N. P, Muderawan, I. W & Tika, I. M, (2014). Studi Komparasi Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas
Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada
Pembelajaran Sains SMP. E – Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. 4 (1)-11
Nirwana, F.B, Nyeneng, D.P & Maharta, N. (2014). Pengaruh Keterampilan
Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 2(3) : 31-42
Olson, Steve. (2013). Inkuiri Dan Standar –Standar Pendidikan Sains, Sebuah
Panduan Untuk Pengajaran Dan Pembelajaran. Bandung.
Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan, V. (2011). Effectiveness Of Inquiry Training
Model Over Conventional Teaching Method On Academic Achievement Of
Science Students In India. Journal of Innovative Research in Education, 1
(1) : 7-20
Panjaitan, M.B. Nur, M. Jatmiko, B. (2015). Model Pembelajaran Sains Berbasis
Proses Kreatif-Inkuiri Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Dan
Pemahaman Konsep Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 11(1)
: 8-22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun (2006). Tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Puspandini, R. (2014). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Dan 5e Learning Cycle Terhadap Prestasi Belajar Dan Kerja Ilmiah Fisika
Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal
Online Universitas Negeri Malang. : 1-6
Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Multi
Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep
IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains. 2(3) : 159-165
Rusman, (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

142

Rustaman, N. Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar
Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana Dan Pemerhati Pendidikan Ipa
Indonesia Bekerjasama Dengan FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung
Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina, (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
---------------------- (2011). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Santoso, S. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan Motivasi Belajar

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 1
Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. 5(1):

15-19

Sari, R.P. (2014). Penerapan Inquiry Training Model Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII F SMPN
1 Karangploso. Jurnal Online Universitas Negeri Malang. : 1-7
Sato, M. (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah, makalah dalam
Bacaan Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan Pengalaman Jepang dan
IMSTEP. Jakarta: Sistems.
Semiawan, C. Tangyong, A. Belen, S, Matahelemual, Y, Suseloardjo, W. (1987).
Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam
Belajar. Jakarta. Gramedia.
Setyawati, N. W, Candiasa, I. M. & Yudana, I.M, (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Dan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta
Kabupaten Badung. Jurnal Administrasi Pendidikan. 5(1) : 1-9
Silberman, M. ( 2013). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusa Media.
Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap