Analisis korelasi antar sifat dan sidik lintas

3. RH . Pengamatan dilakukan setiap hari mulai saat tanam hingga panen pada pukul 08.00 WIB, 13.30 WIB dan 17.00 WIB. 4. Intensitas cahaya lux. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga hari berturut-tu- rut pada intensitas cahaya matahari 100 di Hambaro dan Serpong serta pada intensitas cahaya matahari 45 di Serpong. Pengamatan dilakukan pukul 08.00 WIB, 13.30 WIB dan 17.00 WIB. 5. Tanah. Pengamatan kondisi tanah dilakukan terhadap terhadap 5 contoh yaitu masing-masing ulangan pada lokasi Hambaro, komposit dari 3 ulangan pada kondisi ternaungi dan komposit dari 3 ulangan pada kondisi tak ternaungi pada lokasi Serpong. Peubah yang diamati terdiri dari tekstur tanah; pH; kandungan hara: C, N, P-tersedia, K-tersedia; Kapasitas Tukar Kation KTK; Kejenuhan Basa KB; kation dapat ditukar K, Na, Ca, Mg-dd, kemasaman dapat ditukar Al dan H-dd. Analisis tanah ini dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian RI, Bogor. Analisis Data

1. Analisis korelasi antar sifat dan sidik lintas

Analisis sidik lintas dilakukan terhadap karakter vegetatif sebagai peubah bebas dan bobot basah rimpangrumpun sebagai peubah tak bebas. Hubungan keeratan antara peubah X karakter vegetatif dan Y bobot basah rimpangrumpun dihi- tung dengan korelasi Pearson sebagai berikut: r xy = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 y y n x x n y x y x n kemudian analisis dilanjutkan dengan sidik lintas berdasarkan persamaan sebagai berikut Singh Chaudhary 1979: ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ pp p p p p r r r r r r r r r ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2 1 2 22 21 1 12 11 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ p C C C ... ... 2 1 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ py y y r r r ... ... 2 1 R x C R y dimana C = R x -1 R y Keterangan: R x = matriks korelasi antar peubah bebas ; R x -1 = invers matriks R x ; C = vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas; R y = vektor koefisien korelasi antara peubah bebas X i i = 1, 2, …, p dengan peubah tak bebas Y. 2. Analisis ragam dan pendugaan parameter genetik Pengujian analisis ragam dan parameter genetik dilakukan pada kedua percobaan. Parameter yang diamati meliputi: a. Heritabilitas dalam arti luas h 2 bs Pendugaan heritabilitas dilakukan dengan metode komponen ragam Osborne Paterson 1952, diacu dalam Adie 1992. Pendugaan komponen ragam genetik, ragam interaksi genotipe dengan lingkungan, ragam galat dan ragam fenotipe untuk percobaan antar lahan kering pada intensitas cahaya matahari penuh di Serpong dan Hambaro dilakukan berdasarkan pada nilai harapan kuadrat tengah analisis ragam Tabel 1. Karakter yang diperbolehkan untuk dianalisis meng- gunakan model tersebut adalah yang memiliki ragam homogen antar lokasi Gomez Gomez 1984 berdasarkan uji Bartlett uji homogenitas ragam. Ragam genotipe x lokasi σ 2 gl = r M M 5 4 − , ragam galat σ 2 e = M 5 , ragam ge- netik σ 2 g = lr M M 4 3 − , ragam fenotipe = σ 2 g + σ 2 e lr + σ 2 gl l sehingga heritabilitas l lr gl e g g p g 2 2 2 2 2 2 σ σ σ σ σ σ + + = Osborne Paterson 1952, diacu dalam Adie 1992. Tabel 1. Analisis ragam percobaan antar lokasi di Hambaro dan Serpong Sumber Keragaman Derajat Bebas db Kuadrat Tengah KT Harapan Kuadrat Tengah E KT F Hitung Lokasi L l-1 M 1 σ 2 e + r σ 2 gl + g σ 2 e + gr σ 2 l M 1 M 4 UlanganL l r-1 M 2 σ 2 e + g σ 2 e - Aksesi G g-1 M 3 σ 2 e + r σ 2 gl + lr σ 2 g M 3 M 4 G x L g-1 l-1 M 4 σ 2 e + r σ 2 gl M 4 M 5 Galat l g-1 r-1 M 5 σ 2 e - Keterangan: l=jumlah lokasi; r=jumlah ulangan; g=jumlah aksesi Tabel 2 merupakan model yang digunakan pada pengujian antar intensitas ca- haya matahari selama tiga musim di Serpong. Karakter yang diperbolehkan untuk dianalisis menggunakan model ini adalah yang memiliki ragam homogen antara musim dan intensitas cahya matahari. Ragam interaksi aksesi x musim x intensitas cahaya matahari σ 2 gyl = r M M 5 4 − , ragam interaksi antara aksesi x intensitas cahaya matahari σ 2 gl = rs M M 4 3 − , ragam interaksi antara aksesi x musim σ 2 gs = rl M M 4 2 − , ragam ge- netik σ 2 g = rsl M M M M 3 2 4 1 + − + dan ragam galat σ 2 e = M 5 . Nilai heritabilitas 2 2 p g σ σ = 2 2 2 2 2 2 rsl sl s l e gsl gs gl g g σ σ σ σ σ σ + + + + Baihaki 2000. Tabel 2. Analisis ragam percobaan dua intensitas cahaya matahari selama tiga musim di Serpong Sumber Keragaman Derajat Bebas db Kuadrat Tengah KT Harapan Kuadrat Tengah E KT F Hitung Musim S s-1 - Intensitas cahaya matahari L l-1 - S x L s-1 l-1 - UlanganSL sl r-1 - Aksesi G g-1 M 1 σ 2 e + r σ 2 gsl + rl σ 2 gs + rs σ 2 gl + rsl σ 2 g G x S g-1 s-1 M 2 σ 2 e + r σ 2 gsl + rl σ 2 gs M 2 M 4 G x L g-1 l-1 M 3 σ 2 e + r σ 2 gsl + rs σ 2 gl M 3 M 4 G x S x L g-1 s-1 l-1 M 4 σ 2 e + r σ 2 gsl M 4 M 5 Galat r-1 g-1 ls M 5 σ 2 e - Total rgs-1 - Keterangan: s = jumlah musim tanam; r= jumlah ulangan; l= jumlah intensitas cahaya matahari; g= jumlah aksesi; = perhitungan menggunakan quasi nisbah F. Perhitungan quasi nisbah F: F p,q = 3 2 4 1 M M M M + + ada ketentuan bila F p,q = n m s r M M M M + + + + ... ... dimana M i =kuadrat tengah dari sumber keragaman ke-i, maka derajat bebas efek- tif: p = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + + + ... ... 2 2 2 s s r r s r f M f M M M , q = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + + + n n m m n m f M f M M M 2 2 2 ... ... dimana f i = derajat bebas sumber keragaman ke-i Satterthwaite 1946. Selain itu pada pengujian antar intensitas cahaya matahari selama tiga musim dila- kukan juga pendugaan parameter genetik terhadap masing-masing musim perco- baan. Analisis hanya dilakukan terhadap karakter yang memiliki ragam homogen antar intensitas cahaya matahari. Tabel 3 merupakan model yang digunakan seba- gai dasar kalkulasi parameter genetik tersebut. Penghitungan nilai heritabilitas dilakukan menggunakan metode yang sama dengan percobaan antar lokasi di Hambaro dan Serpong. Tabel 3. Analisis ragam percobaan dua intensitas cahaya matahari per musim di Serpong Sumber Keragaman Derajat Bebas db Kuadrat Tengah KT Harapan Kuadrat Tengah E KT F Hitung Intensitas cahaya matahari L l-1 M 1 σ 2 e + r σ 2 gl + g σ 2 + gr σ 2 l M 1 M 4 UlanganL l r-1 M 2 σ 2 e + g σ 2 e - Aksesi G g-1 M 3 σ 2 e + r σ 2 gl + lr σ 2 g M 3 M 4 G x L g-1 l-1 M 4 σ 2 e + r σ 2 gl M 4 M 5 Galat l g-1 r-1 M 5 σ 2 e - Keterangan: l=jumlah naungan; r=jumlah ulangan; g=jumlah aksesi Kriteria heritabilitas terbagi atas rendah: 0-20, sedang: 20-50 dan tinggi 50 Stansfield 1983, diacu dalam Zen 1995. b. Koefisien keragaman genetik KKG dan fenotipe KKP Pendugaan koefisien keragaman genetik dan fenotipe dilakukan menggunakan data komponen ragam dari analisis ragam. Menurut Poehlman dan Sleeper 1996 rumus yang digunakan adalah: Koefisien keragaman genetik KKG = 100 2 x x g σ Koefisien keragaman fenotipe KKP = 100 2 x x p σ Keterangan: σ 2 g = ragam genetik, σ 2 p = ragam fenotipe, x = rataan umum. c. Simpangan dari ragam genetik Penghitungan simpangan dari ragam genetik dilakukan sebagai salah satu pa- rameter yang akan menentukan luas atau sempitnya nilai keragaman genetik suatu karakter. Rumus yang digunakan adalah untuk beberapa lokasi dalam satu musim menurut Hallauer dan Miranda 1988 sebagai berikut: σ σ 2 g = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + + + 2 2 2 2 2 2 3 2 gl g db M db M rl Keterangan: σ σ 2 g = simpangan ragam genetik r = jumlah ulangan l = jumlah lingkungan lokasi atau intensitas cahaya matahari M 3 = kuadrat tengah aksesi genotipe M 2 = kuadrat tengah genotipe x lingkungan G x L db g = derajat bebas genotipe db gl = derajat bebas G x L Jika ragam genetik lebih besar daripada dua kali standar deviasi ragam genetik σ 2 g 2 σ σ 2 g maka keragaman genetiknya luas sedangkan jika σ 2 g 2 σ σ 2 g maka ke- ragaman genetiknya sempit Anderson Bancroft 1952, diacu dalam Ruchjani- ningsih 2000.

3. Uji stabilitas