58.53 Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Terhadap Neraca Perdagangan Indonesia
18 oleh permintaan negara ketiga negara tujuan akhir yang melakukan perdagangan
dengan Indonesia secara tidak langsung melalui Singapura. Tabel 5
Hasil estimasi paramater FMOLS antara perdagangan Indonesia dan Singapura Analsis Individu
Variabel Koefisien
Standard Error P-value
YF -0.355755
0.333738 0.2903
YD 0.435358
0.471236 0.3589
RER 0.318517
0.472749 0.5028
C -2.827937
5.047168 0.5771
Sehingga dalam penelitian ini akan digunakan sembilan mitra dagang terbesar Indonesia dengan hasil analisis jangka panjang yang tertera dalam Tabel 4 tanpa
Singapura, atau dapat ditulis dalam persamaan:
��
�
= . ln
�
− . ln
�
− . ln � �
�
+
�
. 4.1
0.011 0.010 0.016 Pengujian stasioneritas sisaan model tersebut diperlukan guna menunjukan
bahwa model tersebut merupakan model jangka panjang terdapat kointegrasi antarvariabel dan menghindari persamaan regrasi yang bersifat spurious. Hasil uji
sisaan yang terdapat pada Tabel 6 menunjukan bahwa nilai P lebih kecil dari kesalahan terkecil yang dapat diterima
α = 0.05, hal ini menunjukan bahwa tidak ada unit root dalam sisaan tersebut atau dapat dikatakan sisaan bersifat stasioner.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang didapat pada Tabel 5 atau persamaan 4.1 merupakan persamaanmodel jangka panjang dari variabel-variabel
terkait dan tidak model regresi yang dihasilkan tidak bersifat spurious.
Tabel 6 Uji stasioneritas sisaan pada estimasi FMOLS tanpa Singapura Metode
Nilai statistik P-value
ADF-Fisher Chi-square 200.322
0.0000 ADF-Choi Z-stat
-12.2023 0.0000
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga varibel penjelas yaitu GDP riil negara mitra dagang YF, GDP Indonesia YD dan nilai tukar riil
RER memiliki pengaruh jangka panjang yang nyata terhadap variabel Neraca Perdagangan TB pada taraf nyata 5. Hal ini ditunjukan dari besarnya p-value
untuk setiap variabel 5. Nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan dengan nilai koefisien sebesar -0.429. hal ini memiliki arti bahwa,
dalam jangka panjang, apresiasi nilai tukar riil akan meyebabkan peningkatan kinerja perdagangan dan sebaliknya, depresiasi nilai tukar riil akan menurunkan
kinerja perdagangan Indonesia dengan mitra dagangnya. Hal ini umumnya terjadi pada sebagian besar negara berkembang karena masih besarnya kebutuhan barang
impor yang masuk ke Indonesia baik untuk kepentingan konsumsi maupun sebagai bahan baku produksi industri di Indonesia sehingga pada saat terjadinya depresiasi
nilai tukar mata uang beban impor semakin tinggi. Sedangkan produk ekspor yang masih banyak menggunakan bahan baku produk impor, seperti industri tekstil,
mengakibatkan depresiasi rupiah tidak serta merta meningkatkan ekspor Indonesia