Potensi Sektor Industri: Pendapatan Daerah

pertumbuhan ekonomi. Pembangunan didaerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan pembangunan sektor perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh sektor industri. Semakin membaiknya fundamental ekonomi Kota Bogor yang ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi di atas 6 selama 2010-2013, sementara situasi global yang tidak belum mendukung, dan juga daya saing global relatif stagnan selama beberapa tahun ini. faktor penunjang pembangunan diantaranya variabel institusi stagnan, defisit infrastruktur, teknologi dan inovasi juga merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan stagnannya daya saing global. Perekonomian Kota Bogor selalu memiliki laju pertumbuhan yang positif, namun demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek pertumbuhan ekonomi semata, tetapi yang lebih penting lagi adalah seberapa jauh pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu berarti tingginya tingkat kesejahteraan penduduknya. Perkembangan nilai PDRB Kota Bogor tahun 2013 apabila dibandingkan dengan nilai PDRB tahun 2012 masing-masing terlihat terjadi peningkatan dan kenaikan. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 sebesar Rp. 19.535.008,93 juta atau naik sebesar 12,786 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp. 17.323.335,98 juta. Sementara nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2013 sebesar Rp. 5.710.336,54 juta sedangkan tahun 2012 sebesar Rp. 5.394.303,98 juta naik sebesar 5,86 LPE. Pada tahun 2013 sektor yang pertumbuhan tercepat adalah Sektor Tersier Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa-jasa disusul Sektor Sekunder Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan dan Sektor Primer Pertanian dengan laju pertumbuhan 1,89 persen, 5,60 persen dan 6,04 persen. Dari sisi kontribusi 61,67 persen sektor tertier, 38,07 persen sekunder, dan primer hanya 0,26 persen.

c. Potensi Sektor Industri:

Pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah berdasarkan jumlah unit usaha mengalami peningkatan 5,47 persen yaitu bertambah sebanyak 195 unit usaha dari 3.408 unit usaha pada tahun 2013 menjadi 3.757 unit usaha pada tahun 2013. Penambahan unit usaha industri tersebut diantaranya pada bidang industri makanan sebanyak 170 unit usaha, bidang industri minuman sebanyak enam unit usaha, bidang industri kayu olahan dan rotan sebanyak tiga unit usaha, bidang industri kertas sebanyak empat unit usaha, bidang industri bahan galian non logam sebanyak satu unit usaha, bidang industri kimia sebanyak lima unit usaha, bidang industri logam sebanyak empat unit usaha, bidang industri kulitsebanyak dua unit usaha. Pada tahun 2013 terdapat penambahan jumlah tenaga kerja pada sektor industri yaitu sebanyak 376 orang, yang terdiri dari 105 orang pada industri Menengahbesar, 149 orang pada industri kecil formal dan 122 orang pada industri kecil non formal. Selain itu terdapat peningkatan investasi industri sebesar Rp.6.877.491.253,- yang terdiri dari Rp.5.853.409.630,- pada industri menengahbesar, Rp.896.081.623 pada industri kecil formal dan Rp.128.000.000,- pada industri kecil non formal.

d. Pendapatan Daerah

PAD selama kurun waktu 2011-2014 mengalami kenaikan sebesar 30,59 persen pada tahun 2012 kemudian meningkat meningkat sebesar 54,42 persen pada tahun 2013. Peningkatan PAD ini disebabkan oleh peningkatan pada semua pos PAD. Pos yang mengalami peningkatan adalah Pos Pajak Daerah yang rata- rata pertumbuhan sebesar 26,36 persen setiap tahunnya atau meningkat dari Rp 165.396.746.064 pada tahun 2011 terus mengalami peningkatan menjadi Rp 376.487.551.008 pada tahun 2014. Komponen PAD yang memberikan kontribusi sangat besar adalah Pos Pajak Daerah dengan menyumbang kepada PAD berkisar antara 72 persen. Pos-pos lain yang memberikan kontribusi kepada PAD berturut-turut adalah Pos Retribusi Daerah dengan kisaran persentase kontribusi 15 persen, Pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah kontribusi terhadap PAD berkisar antara 8 persen dan PosHasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berkontribusi antara 5 persen terhadap PAD.

e. Potensi Infrastruktur Daerah