Φ indeks Aliran dasar Waktu konsentrasi Faktor tampungan debit yang diukur dalam jam ke-t sesudah debit puncak dalam Hidrograf satuan sintetik gama-I

JN = jumlah pertemuan sungai. A = luas DTA km 2 . T R = waktu naik jam. Triatmodjo, 2008.

c. Waktu dasar

2574 , 7344 , 0986 , 1457 , R B RUA SN . S . T . 4132 , 27 T − = 2-31 dimana : T B = waktu dasar jam. S = landai sungai rata-rata = . . m L m hilir elev m hulu elev − 2-32 SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah segmen sungai semua tingkat. RUA = perbandingan antara luas DTA yang diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun pengukuran dengan titik yang paling dekat dengan titik berat DTA melewati titik tersebut dengan luas DTA total. A AU RUA = 2-33 Triatmodjo, 2008.

d. Φ indeks

4 13 2 6 10 6985 , 1 . 10 859 , 3 4903 , 10 ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + − = Φ − − SN A x A x 2-34 dimana : Φ = indeks infiltrasi mmjam. A = luas DTA km 2 SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah segmen sungai semua tingkat. Triatmodjo, 2008.

e. Aliran dasar

9430 , 6444 , 4751 , D A Qb ⋅ ⋅ = 2-35 dimana : Q b = aliran dasar m³det. D = kerapatan jaringan kuras drainage density atau indeks kerapatan sungai yaitu perbandingan jumlah panjang sungai semua tingkat dibagi dengan luas DTA. Triatmodjo, 2008.

f. Waktu konsentrasi

2-36 dimana : t c = waktu konsentrasi jam L = panjang saluran utama km S = kemiringan rata-rata saluran utama.

g. Faktor tampungan

0452 , 0897 , 1 1446 , 1798 , . . . . 5617 , D SF S A k − − = 2-37 dimana : k = koefisien tampungan. A = luas DTA km². S = landai sungai rata-rata. SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah semua panjang sungai tingkat 1 dengan jumlah semua panjang sungai semua tingkat. D = kerapatan jaringan kuras drainage density atau indeks kerapatan sungai yaitu perbandingan jumlah panjang sungai semua tingkat dibagi dengan luas DTA. Triatmodjo, 2008.

h. debit yang diukur dalam jam ke-t sesudah debit puncak dalam

k t p t e Q Q − = . 2-38 dimana : Q t = debit yang diukur dalam jam ke-t sesudah debit puncak dalam m³det Q p = debit puncak dalam m³det t = waktu yang diukur dari saat terjadinya debit puncak jam k = koefisien tampungan jam Triatmodjo, 2008.

i. Hidrograf satuan sintetik gama-I

Analisis hidrograf banjir untuk kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Q total = U 1 .Re i + U 2 .Re i-1 + U 3 .Re i-2 + ....... + U n .Re i-n+1 + Q b 2-39 Di mana : Q total = debit banjir rancangan untuk periode ulang T tahun. U n = ordinat unit HSS gama-I. Re i = hujan efektif pada jam ke i. Q b = aliran dasarbase flow. Triatmodjo, 2008.

2.6.2. PMF Probable Maximum Flood.

Pada waktu terjadi curah hujan terbesar curah hujan maksimal akan terjadi debit banjir terbesar debit banjir maksimum di suatu daerah aliran sungai tertentu. Jadi dengan menghitung kemungkinan terjadinya curah hujan terbesar PMP Probable Maximum Precipitation dapat dihitung besarnya kemungkinan debit banjir terbesar pula. Secara teoritis dalam perhitungan PMF didapat dari perhitungan curah hujan maksimum yang menggunakan metode PMP dikalikan perhitungan debit banjir dengan metode analisa hidrograf satuan sintetik HSS, dalam perhitungan HSS digunakan metode HSS Gamma I Soemarto, 1995. PMF = PMP x HSS 2-40 dimana : PMF = probable maximum flood banjir maksimum yang mungkin terjadi m 3 det. PMP = probable maximum precipitation curah hujan maksimum yang mungkin terjadi mm. HSS = hidrograf satuan sintetik m 3 det. Soemarto, 1995. Besarnya hujan maksimum boleh jadi atau PMP Probable Maximum Precipitation dihitung dengan metode Statistik Hershfield Soemarto, 1995.

2.7. ANALISIS KEBUTUHAN AIR