Bab 2 Dasar Teori II - 22
Tugas Akhir | Perencanaan Waduk UNDIP Tembalang Semarang
Reservoir, dan Recession. Metode Constant Monthly atau Recession dapat digunakan secara umum pada subbasin. Pada pemodelan digunakan metode recession resesi
dengan anggapan bahwa aliran dasar selalu ada dan memiliki puncak hidrograf pada satu satuan waktu dan mempunyai keterkaitan dengan curah hujan presipitasi.
Parameter yang digunakan dalam model resesi ini adalah Initial Flow, Recession Ratio, dan Treshold Flow. Initial Flow merupakan nilai aliran dasar awal yang dapat
dihitung atau dari data observasi, Recession Ratio Constant adalah nilai rasio antara aliran yang terjadi sekarang dan kemarin secara konstan, yang memiliki nilai 0 sampai 1.
Sedangkan Treshold Flow adalah nilai ambang pemisah aliran limpasan dan aliran dasar. Untuk menghitung aliran ini dapat digunakan cara exponensial atau diasumsikan dengan
nilai besar rasio dari puncak ke puncak peak to peak US Army Corps of Engineering, 2001.
Gambar 2-4 Recession Method pada pemodelan baseflow
2.6.2 Meteorologic Model Model data curah hujan
Meteorologic Model merupakan masukan data curah hujan presipitasi efektif dapat berupa 5 menitan atau jam-jaman. Desain hyetograph harus didasarkan pencatatan
kejadian hujan nyata. Perlu diperhatikan curah hujan kawasan diperoleh dari hujan rata- rata metode thiessen dengan memperhatikan pengaruh stasiun-stasiun curah hujan pada
kawasan tersebut. Curah hujan jam-jaman tersebut dapat digambarkan menjadi sebuah stage hyetograph.
2.6.3 Run Configuration Konfigurasi eksekusi data
Setelah semua variabel masukan diatas dimasukkan, untuk mengeksekusi pemodelan agar dapat berjalan, maka basin model dan meteorologic model harus
disatukan. Hasil eksekusi metode ini dapat dilihat dalam grafik dan nilai outputnya. Hasil output ini merupakan debit banjir rencana untuk periode ulang 100 tahunan. Untuk melihat
hasil grafik limpasan atau tabel dapat langsung dengan mengklik elemen, simpul maupun penghubung elemen.
Bab 2 Dasar Teori II - 23
Tugas Akhir | Perencanaan Waduk UNDIP Tembalang Semarang
2.7 ANALISIS KEBUTUHAN AIR 2.7.1 Analisis Kebutuhan Air Baku
Kebutuhan air baku di sini dititikberatkan pada penyediaan air baku untuk diolah menjadi air bersih Ditjen Cipta Karya, 2000.
2.7.1.1 Standar Kebutuhan Air
Menurut Ditjen Cipta Karya 2000 standar kebutuhan air ada dua, yaitu : 1. Standar kebutuhan air domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti ;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah literoranghari.
Tabel 2-13 Kriteria Perencanaan Air Baku
KATEGORI KOTA BERDASAR JUMLAH PENDUDUK 500.000
100.000 20.000
URAIAN 1.000.000
s.d s.d
s.d 20.000
1.000.000 500.000
100.000 METRO
BESAR SEDANG
KECIL DESA
1 2
3 4
5 6
1. Konsumsi unit sambungan 150
120 - 150 90 - 120
80 - 120 60 - 80
Rumah SR [literorghari] 2. Konsumsi Unit Hidran Umum
20 - 40 20 - 40
20 - 40 20 - 40
20 - 40 HU [literorghari]
3. Kehilangan air 20 - 30
20 - 30 20 - 30
20 - 30 20 - 30
2. Standar kebutuhan air non domestik Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik terdiri dari penggunaan komersil dan industri, yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan
industri. Dan penggunaan umum, yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah, rumah sakit, sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah.