Pola penggunaan Ruang Pergerakan dan Wilayah Jelajah

mengingat kesulitan yang dihadapi dalam menjumpai badak jawa atau jejaknya, ada kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh dari sensus lebih rendah dibandingkan kondisi sebelumnya Amman 1985.

2.4 Pola penggunaan Ruang

Hoogerwerf 1970 menyebutkan bahwa hutan hujan tropis dataran rendah terutama hutan belukar dan hutan sekunder menjadi lebat menjadi daerah- daerah yang sanagt disukai oleh badak jawa. Sedangkan hutan rawa air tawar dengan aliran sungai kecil disekitarnya digunakan Badak Jawa pada musim hujan untuk berkubang Amman 1980. Hoogerwerf 1970 menambahkan pada musim panas yang panjang, daerah tepi sungai yang berlumpur dan pinggir hutan yang terkena pasang surut dapat berfungsi sebagai tempat badak jawa berkubang.

2.5 Pergerakan dan Wilayah Jelajah

Pergerakan merupakan strategi dari individu ataupun populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembangbiak secara normal Alikodra 2002. Alikodra 2002 menambahkan bahwa prgerakan merupakan usaha memenuhi tuntutan hidupnya dan berhubungan dengan sifat individu, kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, fasilitas untuk berkembangbiak, pemangsaan, kondisi cuaca, sumber air, maupun kerusakan lngkungan. Sedangkan wilayah jelajah adalah adalah wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minuman, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung, tempat tidur, dan tempat kawin Boughey 1973; Pyke 1983; van Noordwijk 1985 diacu dalam Alikodra 2002 Pergerakan badak jawa dapat mencapai 15-20 km per hari tergantung dari keberadaan sumber pakan dan tempat berkubang sehingga ada beberapa badak di lapangan yang dijumpai hanya bergerak beberapa ratus meter Lekagul dan McNeely 1977; Hoogerwerf 1970. Pada daerah jelajah dapat ditemukan jalur badak, baik jalur permanenn, maupun jalur yang tidak permanen yang dilewati saat badak mencarai makanan Rahmat 2007. Rahmat 2007 menambahkan, pada umumnya jalur permanen berbentuk lurus dengan arah tertentu, dan bersih dari semak belukar sedangkan jalur tidak permanen pada umumnya merupakan jalur baru yang masih dapat dijumpai bekass injakan semak belukar yang arahnya tidak beraturan. Muntasib 2002 menyatakan bahwa setelah berkubang akan terjadi proses penandaan daerah jelajah dengan lumpur yang dibawa dari kubangan dan menempel di batang pohon dan tumbuhan di sepanjang jalur yang dilaluinya.

2.6 Habitat Preferensial Badak Jawa