Kualitas Fisik Buah Karakter Kimiawi

92 Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB; Analisis kadar xanthone dan benzophenone dilakukan di Laboratorium Terpadu, Faperta-IPB. Metode Penelitian Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok RAK, dengan faktor tunggal yaitu pengelompokan kualitas morfologi buah manggis, perlakuan diulang 4 kali dengan 20 buah tiap perlakuan. Pengambilan sampel buah dilakukan di pengumpul Ketua Kelompok Tani segera setelah dipanen, dengan selang pengambilan 3 hari sekali sehingga total buah yang dibutuhkan 320 buah manggis. Pengelompokan morfologi buah terdiri dari empat kelompok yaitu buah burik tingkat burik minimal 90, buah terserang getah kuning dipermukaan luar buah manggis dengan tingkat serangan minimal 90, buah mulus berukuran besar berat ≥ 100 g, termasuk dalam Grade Ekspor Super tanpa burik dan tanpa bercak getah kuning di permukaan kulit luar, buah mulus berukuran kecil berat 100g tanpa burik dan getah kuning pada permukaan buah. Peubah pengamatan

A. Kualitas Fisik Buah

Karakter fisik buah yang diamati adalah bobot buah, bobot basah kulit buah, tebal kulit buah, bobot aril+biji, bobot kulit kering, kekerasan kulit buah. Selanjutnya data karakter fisik buah tersebut ditampilkan dalam bentuk Bobot Kulit Basah Bobot Buah, Bobot Aril+Biji Bobot Buah, Bobot Kulit Kering Bobot Kulit Basah, dan Bobot Kering KulitBobot Buah

B. Karakter Kimiawi

Padatan Terlarut Total. Padatan total terlarut diukur dengan menggunakan handrefraktometer . Kadar padatan terlarut total dinyatakan dalam o Brix. Asam Tertitrasi Total. Daging buah dihaluskan, diambil pastanya sebanyak 10 g dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambah air, dikocok lalu disaring. Filtrat tersebut diberi indikator phenolphtalein, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai muncul warna merah jambu. 93 pH daging buah. Nilai derajat keasaman atau pH buah manggis diukur dengan menggunakan pH meter. Vitamin C. Daging buah diambil pastanya sebanyak 10 g. Kemudian pasta dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan air, dikocok dan disaring. Filtrat tersebut diberi indikator larutan amilum 1 soluble starch, kemudian dititrasi dengan 0.01N iodium. Kadar Xanthone, Benzophenone dan α-mangostin. Analisis Derivat Xanthone dan Benzophenone. Ekstraksi dilakukan terhadap kulit manggis kering berbentuk serbuk, sebanyak 100 g serbuk diekstrak dengan pelarut metanol 100 mL p.a. Ekstrak yang dihasilkan dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak kasar, selanjutnya dianalisis kandungan benzophenone dan xanthone menggunakan HPLC shimatzu, dengan eluen methanol dan formic acid dan standar berupa xanthone Aldrich, C 13 H 8 O 2 , benzophenone sigma, C 13 H 10 O, dan α-mangostin Fakultas Farmasi, UNAND. Metode yang digunakan merupakan modifikasi dari metode Teixiera et al., 2003. RagamProfil xanthone Ragam xanthone atau profil xanthone dalam ekstrak kulit manggis ditentukan dengan alat LC-MS. Identifikasi derivat xanthone dilakukan dengan cara : 1 mengidentifikasi karakter spektrum UV tiap peak dari kromatogram dan membandingkannya dengan karakteristik spektrum UV xanthone yang telah dilaporkan, selanjutnya peak yang teridentifikasi tersebut ditentukan nilai mz dengan LC-MS, 2 peak lain yang belum diketahui karakteristik spektrum UV- nya ditentukan nilai mz dengan LC-MS, selanjutnya nilai mz tersebut dibandingkan dengan nilai mz xanthone yang telah dilaporkan. Aktivitas antioksidan 1 Metode Ferric-Thiocyanate Ekstrak methanol kulit manggis kering dilarutkan dalam methanol Merck, p.a . Selanjutnya 200 µL sampel 100ppm, 250 ppm dan 500ppm dalam ethanol 99.5 ditambah 200 µL asam linoleat 2.51 dalam ethanol 99.5 , 400 µL 0.05 M buffer phosphate pH 7, dan 200 µL air ditempatkan dalam vial dan dioven 40 C dalam gelap. Larutan sampel 100 µL, ditambah 9.7 mL ethanol 75 dan 100 µL ammonium thiocynate 30 . Kemudian ditambah 100 µL dari 2 X 10 -2 M 94 ferrous chloride dalam hydrochloric acid 3.5 , absorban diukur pada 500 nm. Kontrol dan standard diperlakukan sama prosedurnya dengan sampel, kecuali untuk kontrol hanya menggunakan pelarut dan untuk standard memakai α- tokoferol. Pengujian sampel, kontrol dan standar dilakukan secara duplo. Penghambatan lipid peroksidasi dihitung dalam dengan rumus : Penghambatan = 1-A1A2 x 100 A1= absorban sampel A2= absorban kontrol 2 Metode diphennylpicrylhidrazil DPPH Rohman dan Riyanto, 2005 Sampel berupa ekstrak methanol kulit manggis kering dilarutkan dalam ethanol menjadi konsentrasi 100 ppm, 250 ppm, dan 500 pm. Sebanyak 100 µL larutan sampel, 1 mL DPPH 0.4 mM dan 3.9 mL ethanol dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Setelah inkubasi dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Standar yang digunakan adalah BHT dan α-tocoferol. Kontrol dan standard sama prosedurnya dengan sampel, kecuali bahwa untuk kontrol hanya menggunakan pelarut dan untuk standard memakai α-tokoferol dan BHT. Pengujian sampel, kontrol dan standar dilakukan secara duplo. Besarnya aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus: Daya antioksidan = 1-A1A2 X 100 ; A1= absorban sampel, A2= absorban kontrol. Data aktivitas antioksidan yang didapatkan untuk tiap perlakuan dari kedua metode pengujian diolah untuk mendapatkan persamaan regresinya, selanjutnya dihitung IC 50 yaitu konsentrasi ekstrak yang menghasilkan 50 penghambatan. Data semua peubah diolah menggunakan uji F dengan beda nyata terkecil 5 dan 1 , bila berbeda nyata dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT taraf 5. Hasil dan Pembahasan Karakter Buah Evaluasi Karakter Fisik Kualitas fisik buah manggis berpengaruh nyata terhadap persentase bobot kulit basah terhadap bobot buah dan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase 95 bobot aril+biji terhadap bobot buah serta persentase bobot kulit kering terhadap bobot kulit basah. Persentase bobot kulit buah terhadap bobot buah manggis memiliki nilai persentase yang cukup tinggi yaitu sekitar 64.23 - 68.17, sedangkan presentase bobot aril+biji dengan bobot buah adalah sekitar 27.65 – 35.47 . Peningkatan ukuran buah akan diikuti dengan peningkatan bobot kulit karena sebagian besar bobot buah manggis adalah bobot kulit. Hal yang sama dilaporkan oleh Gunawan 2007, bagian yang paling berpengaruh terhadap bobot per buah pada buah manggis adalah kulit buah sedangkan edible portion hanya sekitar 36. Persentase bobot kulit basah terhadap buah yang paling tinggi adalah buah manggis mulus-kecil yaitu 74.33 Tabel 16. Persentase bobot kulit kering terhadap bobot kulit basah dapat merepresentasikan kadar air yang terdapat pada kulit buah manggis. Persentase bobot kulit kering terhadap bobot kulit basah adalah sekitar 36.68 - 39.84. Buah manggis yang memiliki persentase bobot kulit kering terhadap bobot basah yang paling tinggi adalah buah manggis yang bergetah yaitu 39.84 dan yang paling rendah adalah buah manggis besar-mulus 36.68. Hal ini berarti pula bahwa buah manggis ukuran besar mengandung air dalam kulit lebih banyak sedangkan buah yang terserang burik dan bergetah kuning mempunyai kadar air rendah. Tabel 16. Persentase Bobot Kulit terhadap Bobot Buah, Bobot Aril+Biji terhadap Bobot Buah dan Persentase Bobot Kulit Kering KK terhadap Bobot Kulit Basah KB Kondisi Buah Bobot Kulit Basah Buah Bobot Kulit Kering Kulit Basah Bobot Kulit Kering Buah --------------------------------------- Besar-Bergetah 68.17 a 36.68 c 27.09 a Besar-Burik 65.47 ab 37.71 bc 25.57 b Kecil-mulus 66.45 ab 39.84 a 25.06 b Besar-mulus 64.23 b 38.60 ab 23.72 c Uji F Keterangan : angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT; uji F taraf 5 dan taraf 1 96 Kelompok kualitas buah mempengaruhi ketebalan kulit buah. Kelompok buah burik dan buah terserang getah kuning mempunyai kulit lebih tebal dan kadar air lebih rendah sehingga mempunyai kulit kering yang lebih tinggi. Hal ini diduga diakibatkan kehilangan air dari buah yang terserang getah kuning dan burik. Kelompok buah berukuran kecil -mulus mempunyai kulit yang tipis, dengan ketebalan rata-rata 0.77 cm. Ukuran buah merupakan salah satu faktor penting kualitas buah. Ukuran buah dapat diperbaiki dengan meningkatkan ketersediaan karbohidrat bagi buah atau meningkatkan kapasitas sink buah. Teknik yang telah dipakai untuk meningkatkan ukuran buah pada buah jeruk adalah girdling pengeratan, aplikasi penjarang buah fruit thinner agent, dan aplikasi agen fruit enhancer Agusti et al , 2002. Ukuran buah juga sangat ditentukan kekuatan sink dari buah saat pertumbuhan buah dan kekuatan sink sangat ditentukan oleh kondisi fisiologis dari tanaman mulai dari sintesis fotoasimilat hingga akumulasinya dalam buah Yamaki, 2010. Pada buah chery ukuran buah berkaitan dengan ukuran sel atau berkorelasi dengan jumlah sel pada apel Leopold dan Kriedermann, 1975. Meskipun ukuran buah manggis menjadi faktor penting yang menentukan kualitas buah namun belum ada studi khusus untuk meningkatkan ukuran buah manggis. Kualitas buah manggis tidak mempengaruhi kekerasan buah manggis. Diantara keempat kelompok kualitas buah, kelompok kualitas buah manggis yang terkena getah kuning memiliki nilai kekerasan buah paling tinggi yaitu 0.89 kgdetik namun tidak berbeda dengan kelompok kualitas buah lainnya Tabel 17. Tabel 17. Karakter fisik kulit manggis Kondisi Buah Tebal kulit cm Bobot kulit basah g Bobot kulit kering g Kekerasan kgdetik Besar-Bergetah 0.99 a 68.39 b 27.1 b 0.89 Besar-Burik 0.90 ab 71.65 b 28.0 b 0.86 Kecil-mulus 0.77 b 57.20 c 21.6 c 0.85 Besar-mulus 0.92 a 87.00 a 32.3 a 0.88 Uji F tn Keterangan : angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT; taraf 5 dan 1 97 Hal ini diduga terkait dengan kadar air yang relatif rendah pada kulit buah dari kelompok buah yang terserang getah kuning sehingga mengakibatkan kulit lebih keras dan lebih sulit dibuka. Karakter Kimia Kondisi fisik buah manggis mempengaruhi secara nyata nilai padatan terlarut total PTT. PTT tertinggi dihasilkan oleh buah manggis yang terkena burik 20.23 o Brik, berbeda dengan nilai PTT buah kelompok kualitas kecil Tabel 18. Tabel 18. Kualitas kimia buah manggis pada berbagai kondisi buah Kondisi Buah PTT o Brix ATT pH Vit C mg100 g Besar-Bergetah 19.19 ab 0.39 a 3.51 a 34.76 b Besar-Burik 20.23 a 0.34 a 3.55 a 37.06 b Kecil-mulus 18.63 b 0.36 a 3.49 a 32.65 b Besar-mulus 19.10 ab 0.37 a 3.52 a 42.75 a Uji F tn tn Keterangan : angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT; berbeda taraf 5 Menurut Sjaifullah 1996 nilai PTT mencerminkan tingkat rasa manis buah, faktor lainnya yang menentukan rasa manis adalah total asam tertitrasi. Perbandingan antara gulaasam merupakan parameter dalam penilaian mutu buah. Gunawan 2007 melaporkan hasil studi kualitas kimia di lima sentra produksi manggis di Jawa bahwa kisaran PTT antara 14.74-17.96 o Briks dan TAT antara 0.59-1.20, dengan nilai PTT dan TAT untuk Leuwiliang berturut-turut 14.74 o Briks dan 1.16 . Nilai PTT manggis bervariasi tergantung stadia kematangan buah, Paul dan Nakasone 1998 menyatakan pada stadia kematangan 6 buah ungu tua dengan warna kemerahan nilai PTT berkisar 18-19. Peiper dan Barrett 2009 menyatakan bahwa kualitas buah dan kandungan nutrisi tomat bervariasi besar dipengaruhi sistem produksi dan musim pada kultivar yang sama. PTT dan TAT tomat secara nyata lebih tinggi pada sistem pertanian organik, tetapi kandungan nutrisi tidak berbeda significant. Iglesias et al 2008 menyatakan qualitas kimiawi buah apel berbeda sepanjang waktu panen 98 yaitu padatan terlarut, asam tertitrasi dan index tepung. Perbedaan kualitas buah apel tersebut tidak berkorelasi dengan perbedaan parameter kualitas buah Dari penelitian ini dapat dibuktikan bahwa buah manggis yang burik mempunyai rasa lebih manis sesuai dengan pendapat petani di Leuwiliang yang menyatakan bahwa buah manggis yang terkena burik rasanya lebih enak karena lebih manis dibandingkan dengan buah manggis mulus. Terdapat beberapa hipotesa tentang terjadinya burik pada manggis yaitu serangan semut dan penghisap madu Aphids pada buah ketika buah masih pentil atau bahkan ketika bunga mekar Verheij, 1997 dan akibat gesekan antar buah atau buah dengan daun pada saat muda yang kemudian meninggalkan luka dan ikut membesar seiring pertambahan ukuran buah Tirtawinata, 2002. Sejauh ini belum ada informasi yang menerangkan hubungan antara serangan patogen dengan peningkatan padatan terlarut. Kondisi kualitas buah mempengaruhi kadar vitamin C. Buah berukuran besar mempunyai kadar vitamin C tertinggi berbeda dengan kondisi buah lainnya. Studi pada buah Acerola Malpighia emarginata DC. menunjukkan bahwa komposisi nutrisi buah berbeda nyata dipengaruhi kultivar, daerah penanaman dan tingkat kematangan. Kandungan vitamin C menurun seiring dengan kematangan buah Hannamura et al. 2008. Sejauh ini belum dilaporkan mekanisme yang dapat menjelaskan ukuran buah dan kadar vitamin C. Hasil ini dapat menjadi acuan dalam penelitian lanjutan untuk memastikan hubungan antara ukuran buah dengan kadar vitamin C, namun bila ditinjau dari fungsi vitamin C dalam tanaman maka hasil ini kemungkinan terkait dengan peran vitamin C yang berperan dalam pengaturan pembelahan dan pembesaran sel. Di dalam tanaman Vitamin C ditemukan dalam jumlah banyak dalam sel-sel pada konsentrasi 2–25 mM Davey et al ., 2000. Umumnya Vitamin C sebagi antioksidan, namun juga berperan sebagai kofaktor untuk beberapa enzyme dan berkontribusi pada pengaturan pembelahan sel dan pembesaran sel. Selain itu, vitamin C penting bagi tanaman karena berprtisipasi dalam resistensi stress dan mengontrol waktu pembungaan serta berpartisipasi dalam interaksi dengan lingkungan seperti stress ozone, pathogen, dan kehilangan air. L-ascorbate bentuk tereduksi dari Vitamin C berpartisipasi dalam berbagai proses biologi termasuk mekanisme pertahanan 99 pathogen, modulasi pertumbuhan tanam dan morfologi, dan juga bertindak sebagai cofactor enzyme dan indicator status redox. Kadar Benzophenone dan Derivat Xanthones Kadar derivat xanthone, dalam bentuk standar xanthone dan α-mangostin, dari tiap kualitas fisik buah tidak berbeda Tabel 19. Sedangkan kadar benzophenon menunjukkan perbedaan significant dimana kadar pada kulit buah burik tertinggi dibanding kualitas buah lainnya, namun tidak berbeda dengan buah mulus baik kecil maupun besar. Kadar benzophenon yang tinggi diikuti pula kadar standar xanthone yang tinggi pada buah burik dan berbeda dengan buah bergetah. Hal ini diduga benzophenon juga merupakan senyawa antara dalam pembentukan xanthones pada kulit manggis sehingga bila senyawa tersebut jumlah yang tinggi maka diharapkan standar xanthones juga akan meningkat. Mekanisme terbentuknya burik pada buah manggis masih belum dapat diterangkan dengan jelas. Bila dikelompokkan hipotesis terjadinya burik, maka ada 2 kelompok yaitu karena serangan hama dan benturan fisik. Apabila dikaitkan dengan fungsi xanthone yang telah dilaporkan yaitu sebagai senyawa pertahanan terhadap pathogen maka kemungkinannya serangan burik mengakibatkan peningkatan akumulasi xanthone. Tabel 19. Kadar benzophenone dan derivat xanthone berbagai kualitas buah Kondisi Buah Benzophenon Derivat Xanthone Total xanthone Standar xanthone α-mangostin mgg CE Besar-Bergetah 2.19 b 15.29 b 198.58 216.06 Besar-Burik 12.15 a 23.54 a 204.42 240.11 Kecil-mulus 8.30 ab 20.43 ab 181.47 210.21 Besar-mulus 7.05 ab 18.50 ab 184.02 209.57 Uji F tn tn tn Keterangan : angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT; taraf 5 Peran xanthone dalam tanaman masih sangat sedikit dilaporkan, suatu penelitian pada mangga menunjukkan bahwa mangga yang resistent terhadap malformation mengandung mangiferin yang tinggi 1,3,6,7-tetrahydroxy 100 xanthone-C2-ß-D-glucoside. Malformation merupakan sindrom inflorescence abnormal yang diakibatkan masalah fisiologi dan serangan pathogen Fusarium moniliforme var. subglutinans. Dengan demikian, mangiferin dapat dijadikan indikator biokimia untuk skrining genotipe mangga terhadap malformation. Mekanisme mangiferin dalam pencegahan malformation adalah meningkatkan senyawa antifungal dan mengoreksi keseimbangan hormon sehingga malformation dapat dicegah Singh, 2006. Laporan Franklin et al. 2009 pada Hypericum perforatum menyebutkan xanthone berperan selama sel mengalami stres biotik yaitu sebagai phytoalexin yang menekan pertumbuhan pathogen. Sedangkan fungsi xanthone pada tanaman manggis sejauh ini sangat sedikit bahkan belum ada informasi ataupun studi yang memastikan peran xanthone dalam tubuh tanaman manggis. Dari data penelitian ini, diduga juga mempunyai peran sebagai senyawa untuk pertahanan terhadap kondisi stres biotik. Potensi Antioksidan Pengujian antioksidan dengan 2 metode menunjukkan hasil yang berbeda, nilai IC 50 dengan metode ferric thiocyanate lebih tinggi dibandingkan dengan metode DPPH. Pengujian menggunakan lebih dari satu metode uji sangat disarankan untuk mengetahui potensi antioksidan suatu bahan. Hal ini dikarenakan sering terjadi potensi antioksidan tidak dapat terdeteksi hanya dari satu metode Tabel 20. Tabel 20. Potensi antioksidan ekstrak kulit manggis Kondisi Buah IC 50 Metode ppm Ferric thiocyanate DPPH Besar-Bergetah 212.5 ab 6.110 Besar-Burik 75.9 b 5.567 Kecil-mulus 176.5 ab 6.604 Besar-mulus 427.9 a 6.483 Respon tn Keterangan : angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT; taraf 5 Metode DPPH mengukur kemampuan penangkapan radical bebas Radical Scavenging dari bahan yang diuji, dalam penelitian ini didefinisikan sebagai 101 konsentrasi dari ekstrak kulit manggis yang diperlukan untuk menghambat pembentukan DPPH radical sebesar 50. Kemampuan pengkapan radical bebas ekstrak kulit manggis tidak berbeda nyata antara kelompok kualitas, dengan nilai IC 50 berkisar antara 5.56-6.60 ppm. Potensi antioksidan tertinggi dengan metode ferric thyiocyanate adalah kelompok buah burik, nilai IC 50 75.9 ppm , berbeda significant dengan buah besar-mulus namun tidak berbeda dengan kelompok buah kecil-mulus dan buah bergetah kuning. Senyawa alam yang telah dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan diantaranya athraquinone, senyawa aromatik, flavonoid dan tanin Karthikumar et al , 2007. Xanthone dari manggis juga telah dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan Moongkarndi et al, 2004. Huang et al. 2007 melaporkan bahwa enzim antioksidan dan non enzime antioksidan terdeteksi pada pulp jeruk dari buah jeruk muda hingga tua. Perbedaan aktivitas antioksidan pada bagian-bagian buah juga dilaporkan pada apel, kadar tertinggi pada kulit apel. Polyphenol berperan utama sebagai antioksidan pada apel, sedangkan vitamin C mempunyai peran sebagai antioksidan yang lebih kecil Drogoudi et al., 2008. Pada buah cranberry karakter kimiawi dan kapasitas antioksidan dipengaruhi oleh stadia kemasakan. Total phenol dan anthocynin berpengaruh terhadap kapasitas antioksidan, stadia hijau mengandung kapasitas antioksidan tertinggi Celik et al., 2008. Kadar fenol dan potensi antioksidan dipengaruhi oleh lingkungan. Kontribusi utama dari faktor lingkungan adalah suhu udara, radiasi total, suhu tanah pada kedalaman 25 cm dan photoperiode Roussos et al., 2007. Ferreyra et al 2007 menyatakan kapasitas antioksidan berkorelasi sebagian besar dengan total phenol dan konsentrasi asam ascorbic, tetapi tidak berkorelasi dengan anthocyanin. Konsentrasi antioksidan dan phenol lebih tinggi pada buah strawberry yang dipanen pada musim panas. Profil xanthone Profil xanthone yang terdapat pada kulit manggis dari berbagai kondisi fisik buah manggis tidak menunjukkan perbedaan. Keempat kondisi buah mempunyai profil xanthone yang relatif sama, terdapat 20 peak pada kromatogram HPLC Gambar 22. 102 min 14 16 18 20 22 24 mAU 500 1000 DAD1 C, Sig=320,4 Ref=off XANTHONE2\XANTHONE 2009-02-13 15-21-36\005-0501.D 12 .2 37 12 .6 99 13. 6 95 13. 9 55 14. 1 78 14. 35 5 14. 5 15 14 .7 00 15. 16 15. 18 7 15. 4 05 15. 58 15. 76 2 16. 03 9 16 .3 15 16. 4 85 16 .7 23 16. 8 82 17. 20 2 17 .3 48 17 .4 42 17. 63 6 17 .9 43 18 .1 33 18 .3 83 18. 6 47 18. 7 45 19 .3 34 19 .8 30 20 .0 03 20 .2 58 20. 61 2 20. 9 69 21. 53 22 .1 28 22. 49 2 23. 1 09 23. 38 9 23 .6 60 23. 8 30 24 .6 58 25 .283 min 14 16 18 20 22 24 mAU 500 1000 DAD1 C, Sig=320,4 Ref=off XANTHONE2\XANTHONE 2009-02-13 15-21-36\006-0601.D 12 .2 32 12 .6 97 13 .6 94 14. 17 1 1 4. 358 14. 51 6 14. 70 4 15 .0 01 15 .1 86 15 .4 00 15 .5 79 15 .762 16 .0 36 16 .3 18 16 .4 84 1 6. 722 17 .2 06 17 .4 38 17 .6 37 17 .9 28 18 .1 32 1 8. 394 19. 33 1 1 9. 830 19. 99 7 20 .251 20 .9 64 21. 52 5 2 2. 128 22 .4 91 23 .1 10 23 .8 26 2 4. 640 25 .283 min 14 16 18 20 22 24 mAU 500 1000 1500 DAD1 C, Sig=320,4 Ref=off XANTHONE2\XANTHONE 2009-02-13 15-21-36\007-0701.D 12 .3 86 12. 6 98 13 .4 59 1 3. 694 1 3. 956 1 4. 176 14 .356 1 4. 515 14 .7 05 1 5. 005 15 .186 1 5. 406 15 .5 79 15 .7 63 1 5. 913 16 .032 16 .319 16 .4 84 16 .7 23 1 6. 874 1 6. 979 17 .199 17 .3 48 17 .4 39 1 7. 641 17 .9 33 18 .1 32 18. 3 85 1 8. 747 1 9. 045 1 9. 326 19 .8 26 19 .9 95 20. 2 49 20 .604 2 0. 958 21 .5 23 2 1. 900 22 .1 19 22 .484 23 .112 23 .416 23. 6 59 23 .8 35 2 4. 166 24 .6 69 25 .2 85 min 14 16 18 20 22 24 mAU 200 400 600 DAD1 C, Sig=320,4 Ref=off XANTHONE2\XANTHONE 2009-02-13 15-21-36\008-0801.D 12 .2 35 12 .6 98 14 .3 59 14 .5 14 14 .7 03 15 .0 02 15 .1 88 15 .4 00 15 .5 80 15 .764 16 .0 36 16 .3 20 16. 48 4 16. 72 3 17 .2 05 17 .3 47 17 .4 40 17 .6 46 17 .9 31 18 .1 36 18. 4 01 19 .3 38 19. 8 40 20. 00 4 20 .2 57 20 .6 05 20 .9 73 21 .5 26 22. 1 28 22 .4 93 23 .1 05 23 .820 24. 6 35 25. 27 5 Gambar 22. Profil xanthone hasil LC-MS dari berbagai kualitas buah Dari 20 senyawa tersebut, α-mangostin muncul pada peak ke -14 dengan waktu retensi 20.801 dan merupakan jenis xanthone yang dominan dalam kulit manggis dengan berat molekul 410. Xanthone tersebut diidentifikasi dari gambar kromatogram dengan pembanding spektrum UV dari xanthone yang telah dilaporkan Gambar 11. Rumus bangun dari senyawa xanthone yang digunakan untuk pembanding terdapat pada gambar 17. Peak ke 5, 10, 12, 14, 17, dan 18 pada kromatogram Gambar 21 mempunyai karakteristik spectrum UV sesuai standar pada gambar 8. Tiap peak tersebut dan peak lain yang belum diketahui karakteristik spektrum UV nya diidentifikasi nilai mz dengan LCMS. Kromatgoram LCMS seluruh peak dapat dilihat pada gambar 12. Kromatogram MS tiap peak terdapat pada gambar 13, 14, 15 dan 16. Derivat xanthone tersebut adalah peak 5 3-isomangostin, BM 428, peak 10 gartanin, BM 395, peak 12 8-deoxygartanin, BM 380, peak 14 mangostin, BM 410, peak 17 9-hydroxy calabaxanthone, BM 408, dan peak 18 β-mangostin, BM 424 . Senyawa xanthone lainnya juga berhasil diidentifikasi berdasarkan nilai mz yaitu dehydrasi 6-O-methylmangostanine yang diduga kehilangan 4 atom H, peak mangostanol, mangoxanthone kehilangan 2H, mangostinone mz 380.1601, mangostenone B mz 462.21 kelebihan 2 atom H, mangostenone A mz 460.19 103 kehilangan 1H, Garciniafuran mz 380.127 kehilangan 4H Gambar 18. Profil senyawa sekunder dilaporkan dipengaruhi diantaranya oleh kultivar, lingkungan, fase pertumbuhan tanaman. Pada anggur ‘Crimson Seedless’ Vitis vinifera L. dilaporkan terdapat perbedaan profil anthocyanin dan flavanols pada kulit anggur selama perkembangan dan pematangan buah Brar et al, 2008. Tabel 21. Profil xanthone dari berbagai kualitas buah manggis Kulitas Buah Peak RT Area M+1+1 M-1-1 mz xanthone Buah Besar- Bergetah 1 12.2 17.3 715.2 713.0 714 2 12.6 42.3 427.0 425.0 426 Dehydration 6-O- methylmangostanin 3 15.1 36.4 411.1 409.1 410 4 15.7 153.5 415.1 413.0 414 5 16.4 163.8 429.0 427.0 428 3-isomangostin 6 16.6 61.0 429.0 427.0 428 7 17.8 67.9 427.1 425.0 426 Mangostanol 8 18.0 32.6 427.0 425.0 426 9 18.3 115.4 427.0 425.0 426 10 19.2 2204.8 397.0 396.0 395 Gartanin 11 19.7 108.3 395.0 393.0 394 mangoxanthone 12 19.9 279.1 379.1 381.1 380 8-deoxygartanin 13 20.1 92.6 379.0 381.1 380 Mangostinone 14 20.8 10687.9 411.1 409.0 410 α mangostin 15 21.4 208.0 465.1 463.0 464 mangostenone B 16 22.0 92.6 411.1 409.0 410 17 22.9 285.3 409.0 407.0 408 9-hydroxy calabaxanthone 18 23.6 321.5 425.0 423.1 424 -mangostin 19 24.4 81.8 463.1 462.1 461 mangostenone A 20 25.0 113.5 385.0 383.0 384 Garciniafuran Buah Besar- Burik 1 12.2 19.0 715.2 713.0 714 Dehydration 6-O- methylmangostanin 2 12.6 38.8 427.0 425.0 426 3 15.1 47.7 411.1 409.1 410 4 15.7 96.8 415.1 413.0 414 3-isomangostin 5 16.4 112.5 429.0 427.0 428 6 16.6 43.4 429.0 427.0 428 Mangostanol 7 17.8 69.2 427.1 425.0 426 8 18.0 30.0 427.0 425.0 426 9 18.3 116.1 427.0 425.0 426 Gartanin 10 19.2 1688.8 397.0 396.0 395 mangoxanthone 11 19.7 91.0 395.0 393.0 394 8-deoxygartanin 104 Kulitas Buah Peak RT Area M+1+1 M-1-1 mz xanthone 12 19.9 190.9 379.1 381.1 380 Mangostinone 13 20.1 89.6 379.0 381.1 380 α mangostin 14 20.8 9599.2 411.1 409.0 410 mangostenone B 15 21.4 155.9 465.1 463.0 464 16 22.0 75.1 411.1 409.0 410 9-hydroxy calabaxanthone 17 22.9 263.9 409.0 407.0 408 β-mangostin 18 23.6 281.0 425.0 423.1 424 mangostenone A 19 24.4 62.7 463.1 462.1 461 Garciniafuran 20 25.0 85.2 385.0 383.0 384 Buah Kecil 1 12.2 18.1 715.2 713.0 714 Dehydration 6-O- methylmangostanin 2 12.6 40.4 427.0 425.0 426 3 15.1 37.3 411.1 409.1 410 4 15.7 150.0 415.1 413.0 414 3-isomangostin 5 16.4 164.3 429.0 427.0 428 6 16.6 59.6 429.0 427.0 428 Mangostanol 7 17.8 66.0 427.1 425.0 426 8 18.0 33.1 427.0 425.0 426 9 18.3 104.2 427.0 425.0 426 Gartanin 10 19.2 2142.1 397.0 396.0 395 mangoxanthone 11 19.7 101.6 395.0 393.0 394 8-deoxygartanin 12 19.9 258.6 379.1 381.1 380 Mangostinone 13 20.1 91.3 379.0 381.1 380 α mangostin 14 20.8 10848.1 411.1 409.0 410 mangostenone B 15 21.4 216.8 465.1 463.0 464 16 22.0 98.1 411.1 409.0 410 9-hydroxy calabaxanthone 17 22.9 288.2 409.0 407.0 408 β-mangostin 18 23.6 352.6 425.0 423.1 424 mangostenone A 19 24.4 82.4 463.1 462.1 461 Garciniafuran 20 25.0 118.8 385.0 383.0 384 Buah besar 1 12.2 15.9 715.2 713.0 714 Dehydration 6-O- methylmangostanin 2 12.6 33.3 427.0 425.0 426 3 15.1 39.8 411.1 409.1 410 4 15.7 132.1 415.1 413.0 414 3-isomangostin 5 16.4 140.0 429.0 427.0 428 6 16.6 52.3 429.0 427.0 428 Mangostanol 7 17.8 55.4 427.1 425.0 426 8 18.0 27.7 427.0 425.0 426 9 18.3 101.0 427.0 425.0 426 Gartanin 10 19.2 2444.2 397.0 396.0 395 mangoxanthone 11 19.7 77.2 395.0 393.0 394 8-deoxygartanin 105 Kulitas Buah Peak RT Area M+1+1 M-1-1 mz xanthone 12 19.9 260.1 379.1 381.1 380 Mangostinone 13 20.1 93.3 379.0 381.1 380 α mangostin 14 20.8 11094.1 411.1 409.0 410 mangostenone B 15 21.4 179.5 465.1 463.0 464 16 22.0 84.1 411.1 409.0 410 9-hydroxy calabaxanthone 17 22.9 238.9 409.0 407.0 408 β-mangostin 18 23.6 267.1 425.0 423.1 424 mangostenone A 19 24.4 70.3 463.1 462.1 461 Garciniafuran 20 25.0 75.4 385.0 383.0 384 Dehydration 6-O- methylmangostanin Simpulan Pengelompokan buah manggis menjadi beberapa kelompok kualitas buah mempengaruhi ketebalan kulit, bobot kulit basah, dan bobot kulit kering tetapi tidak mempengaruhi kekerasan kulit buah. Kondisi fisik kulit buah juga mempengaruhi karakter kimia buah yaitu padatan terlarut total dan vitamin C. Kandungan standar xanthone dan benzophenone dipengaruhi oleh kondisi fisik buah, buah burik memiliki kandungan standar xanthone dan benzophenone lebih tinggi dibandingkan buah bergetah, namun tidak berbeda dengan kelompok buah lainnya. Potensi antioksidan ekstrak kasar kulit manggis sebagai penangkap radikal bebas radical scavenger untuk semua kondisi kualitas buah adalah sama besar, dengan nilai IC 50 berkisar 5.57-6.11 ppm. Profil derivate xanthone yang terdapat pada kulit manggis dari berbagai kondisi fisik buah manggis tidak menunjukkan perbedaan. Komposisi derivate xanthone dalam ekstrak kulit terdiri dari 13 derivat xanthone, 6 xanthone diidentifikasi berdasarkan UV spektrum dan nilai mz yaitu 3-isomangostin, gartanin, 8-deoxygartanin, 9-hydroxycalabaxanthone, α-mangostin dan β- mangostin; 7 xanthone berdasarkan mz yaitu dehydrasi 6-O-methylmangostanine yang diduga kehilangan 4 atom H, peak mangostanol, mangoxanthone kehilangan 2H, mangostinone mz 380.1601, mangostenone B mz 462.21 kelebihan 2 atom H, mangostenone A mz 460.19 kehilangan 1H, Garciniafuran mz 380.127 kehilangan 4H. KAJIAN PENGARUH HARA N, P, DAN K TERHADAP BIOMASSA, KADAR DAN PROFIL DERIVAT XANTHONE, SERTA POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT BUAH MANGGIS

G. mangostana L.

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Umbi Bawang Merah ( Allii cepae var. ascalonicum ) Dengan Metode Uji Brine Shrimp (BST)

32 153 75

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium

9 55 82

Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode Semprot Kering (Spray Drying)

2 44 87

Kajian karakter biomassa, kadar dan profil derivat xanthone serta potensi antioksidan kulit buah manggis pada berbagai aspek agronomi

2 24 192

Ekstraksi Xanthone Dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dan Aplikasinya Dalam Bentuk Sirup.

2 26 151

Karakter Kulit Manggis, Kadar Polifenol Dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah Dan Setelah Buah Dipanen

1 16 65

Pengaruh efek residu terhadap karakter fisik dan kimiawi serta aktivitas antioksidan kulit buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

0 5 170

KADAR ANTIOKSIDAN DAN UJI ORGANOLEPTIK PUDING KULIT BUAH MANGGIS DENGAN PENAMBAHAN BUAH KURMA Kadar Antioksidan Dan Uji Organoleptik Puding Kulit Buah Manggis Dengan Penambahan Buah Kurma Sebagai Perasa Manis Alami.

0 2 14

KADAR ANTIOKSIDAN DAN UJI ORGANOLEPTIK PUDING KULIT BUAH MANGGIS DENGAN PENAMBAHAN BUAH KURMA Kadar Antioksidan Dan Uji Organoleptik Puding Kulit Buah Manggis Dengan Penambahan Buah Kurma Sebagai Perasa Manis Alami.

2 13 14

Pemanfaatan Kulit Buah Manggis dalam Proses Pembuatan Sirup Kulit Manggis yang Mengandung Antioksidan nur

0 1 48