BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Ketimpangan pembangunan merupakan kenyataan yang terjadi di semua negara, maju maupun berkembang sehingga wajar dalam suatu negara terdapat
daerah yang terbelakang dibanding daerah lainnya. Kondisi ketimpangan ini dapat disebabkan berbagai faktor antara lain faktor struktur sosial ekonomi dan
distribusi spasial dari sumber daya bawaan yang mencakup faktor geografi, sejarah, politik, kebijakan pemerintah, administrasi, sosial budaya dan ekonomi
Budiharsono 1996, Murty 2000, Rustiadi et al 2009. Pada negara-negara maju, kondisi ketimpangan bisa dieliminir sekecil mungkin dengan kebijakan
pemerintah yang optimal dalam proses pembangunan. Perencanaan pembangunan yang lebih ditujukan pada pertumbuhan
ekonomi dengan pendekatan membangun pusat-pusat pertumbuhan ternyata telah menimbulkan masalah yang kompleks. Pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah
hinterland nya tidak tumbuh bersama-sama secara seimbang. Trickle down effect
yang diharapkan, berjalan sangat lamban bahkan tidak terjadi, sedangkan sumber daya telah terkuras secara tidak terkendali backwash effect. Pola pembangunan
seperti ini telah menciptakan ketimpangan antarwilayah; kawasan barat dan timur Indonesia, Jawa dan luar Jawa, perkotaan dan perdesaan serta dalam internal
wilayah otonom. Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator pembangunan bersama-
sama dengan PDRB perkapita akan mempengaruhi struktur ekonomi suatu wilayah. Sebaliknya, perubahan struktur yang terjadi turut berperan dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebut Kuznets sebagai structural transformation karena yang terjadi adalah suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri ekspor dan impor, penawaran agregat produksi dan penggunaan faktor produksi
seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Todaro, 2000.
Perubahan ini dapat dilihat dan dideskripsikan dengan menggunakan analisis
26 Shift-Share
dan matriks tipologi Klassen. Hasil dari Matriks Klassen dan Shift- Share ini didukung oleh analisis deskriptif pertumbuhan ekonomi antarwilayah
kabupatenkota serta sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi. Perubahan struktur ekonomi ini juga secara tidak langsung melalui pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi ketimpangan pembangunan. Dalam
proses transformasi
struktural ini
dipastikan terjadi
ketidakharmonisan dalam pembangunan. Hal ini telah dibuktikan oleh Douglas C. North dalam analisisnya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik dengan hasil
bahwa ketimpangan pembangunan antarwilayah dan ketimpangan pendapatan cenderung meningkat sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak
Divergence. Bila pembangunan terus berlanjut, maka setelah itu secara berangsur-angsur ketimpangan tersebut akan menurunberkurang Convergence.
Untuk melihat besarnya ketimpangan tersebut akan dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Gini. Besar kecilnya tingkat
ketimpangan ini akan dihubungkan dengan capaian PDRB perkapita, tingkat kesejahteraan masyarakt yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia dan
aksesibilitas infrastruktur dilihat dari rasio belanja infrastruktur dengan total PDRB dalam suatu model regresi berganda berdasarkan panel data dari lima
daerahwilayah di Gorontalo. Selanjutnya untuk melihat ketimpangan pembangunan hubungan positifnya
dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai selama ini, akan digunakan regresi sederhana dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen,
masing-masing terhadap Indeks Williamson dan Indeks Gini sebagai variabel dependen. Secara garis besar, rencana penelitian ini diilustrasikan dalam kerangka
pikir penelitian dan kerangka analisisi sebagai berikut:
27
Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian
PEMBANGUNAN
Pro Pemerataan:
Distribusi Pendapatan Keterkaitan spasial
sektoral, dll
Pro Keberlanjutan:
Kelestarian alam Daya dukung lingkungan,
dll
SENTRALISASI
Pro Pertumbuhan:
Pusat pertumbuhan Trickle down effect, dll
KETIMPANGAN DESENTRALISASI
Mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah
melalui: Keterpaduanketerkaitan
sektoral dan spasial dengan intensitas interaksi spasial yg
optimal Alokasi sumber daya yg
proporsional Pengelolaan dan pemanfaatan
potensi ekonomi wilayah yg optimal,adil dan
berkelanjutan
Faktor penyebab ketimpangan:
- Biofisik karakteristik wilayah SDA.
- Sarana prasarana SDB
- SDM. - Sumber daya Sosial
- Karakteristik struktur ekonomi wilayah.
- Kebijakan Pemda
Menganalisis
: 1. Ketimpangan pendapatan.
2. Indeks Pembangunan Manusia IPM
3. Rasio Belanja Infrastruktur
Rekomendasi Kebijakan :
Pertumbuhan Ekonomi tinggi disertai pengurangan
ketimpangan pembangunan
28
Gambar 3.2 Kerangka Analisis
3.2 Hipotesis