Analisis Biaya Dan Produktivitas Pengangkutan Kayu

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU
DENGAN LOKOTRAKSI DI HUTAN RAWA GAMBUT
(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd,
Prop. Sumatera Selatan)
MUHDI, S. Hut., M.Si
Fakultas Pertanian
Program Ilmu Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mengeluarkan
kayu dari areal penebangan ke tempat tujuan,
memerlukan pengngkutan (baik minor transportation maupun major transportation).
Pengangkutan ini mempunyai konstribusi biaya terbesar bila dibandingkan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya. Besarnya biaya kegiatan ini dapat mencapai lebih dari 50
% dari total biya yang dikeluarkan.
Dengan demikian, maka merupakan hal yang bijak apabila dilakukan usaha
penekanan biaya seminimal mungkin dengan jalan menganalisis biaya-biaya yang
mungkin dapat ditekan. Penekanan besarnya biaya berkaitan erat dengan
produktivitas kerja, karena produktivitas yang tinggi merupakan perwujudan kerja
yang efisien. Untuk dapat merumuskan suatu produktivitas yang tinggi dan efisiensi

kerja yang optimal, perlu diadakan pengamatan dan analisis terhadap komponenkomponen kegiatan bersangkutan serta komponen biayanya.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui komponen kegitan dan biaya pengangkutan kayu dengan lokotraksi
di hutan rawa gambut.
2. Mengetahui produktivitas pengangkutan kayu di hutan rawa gambut.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinambunan (1990) menyatakan bahwa topografi di hutan rawa yang datar
memberikan kemudahan dalam perencanaan tata letak jaringan jalan rel yang akan
dibangun. Oleh karena itu perencana tidak perlu memperhitungkan faktor pembatas
kelerengan seperti halnya pada perencanaan jalan di hutan kering.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan jalan di
hutan rawa (Tinambunan, 1990) adalah :
1. Titik awal rencana jalan rel yang nantinya menjadi tempat pengumpulan atau
penimbunan kayu (logyard/logpond).
2. Lokasi petak-petak hutan yang akan dipanen pada tahun bersangkutan dan masa
mendatang.
3. Mempertimbangkan akan kesediaan bahan-bahan baku untuk konstruksi jalan
rel.
4. Sungai yang lebar, rawa yang dalam, tanah yang terlalu lembek dan rintangan

alam lainnya sedapat mungkin dihindari untuk memperkecil resiko keselamatan
kerja dan biaya konstruksi jalan rel yang tinggi.

2002 designed by USU digital library

1

Produktivitas Pengangkutan
Untuk menghitung produktivitas pengeluaran kayu dirumuskan sebagai berikut
:

P=

V
T

Diamana :
P = produktivitas (m3/jam)
V = volume angkut per rit (m3)
T = Total waktu angkutan per rit (jam)

Untuk menghitung kecepatan dalam biaya pengangkutan kayu digunakan
rumus yng digunakan FAO (1974) sebagai berikut :

V =

2 ( SLxSE )
SL + SE

Dimana :
V = kecepatan rata-rata (km/jam)
SL = kecepatan alat bermuatan (km/jam)
SE = kecepatan alat kosong (km/jam)
Biaya Pengangkutan
Biaya pengangkutan log diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pengangkutan kayu per satuan meter kubik yang dijabarkan dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap (Suparto, 1979).
Biya pengangkutan log merupakan unit biaya terbesar dalam pengusahaan
hutan. Perkiraan biaya pengangkutan mencapai 50 % dari total biaya operasional,
sehingga penekanan biaya pada kegiatan ini dapat diterima dan rasional (Conway,
1976).

Adapun faktor-faktor utama yang menentukan biaya angkutan kayu menurut
Elias (1988) adalah: jarak angkutan, standar dan kualitas jalan, alat muat bongkar,
ukuran kayu dan kapasitas muatan alat-alat angkut.
Besarnya biaya pengangkutan kayu merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya variabel pengangkutan. Wiradinata (1985) merumuskan biaya
pengangkutan sebagai berikut :
TC = FC + VC
Dimana :
TC = biaya pengangkutan total (total cost)
FC = biaya tetap pengangkutan (fix cost)
VC = biaya variabel pengangkutan (variabel cost)
Biaya pengangkutan tetap ini berasal dari waktu tetap (muat, bongkar, dan
mengisi bahan bakar) dikali dengan biaya tetap, bila mesin dimatikan waktu
kegiatan tersebut. Sedangkan biaya variabel berasal dari waktu variabel dikali
dengan biaya usaha.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industries Co. Ltd.,
Propinsi Sumatera Selatan. Semua alat angkutan yang diamati beserta kayu yang
diangkut adalah milik perusahaan, dan pengoperasiannya sesuai dengan rencana
perusahaan. Adapun alat yang digunakan adalah stopwatch, pita ukur, kalkulator,

tally sheet dan alat tulis-menulis.

2002 designed by USU digital library

2

Data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, meliputi : Organisasai kerja
pengangkutan kayu, waktu kerja pengangkutan, jarak angkut, dimeter dan panjang
log serta jumlah tenaga kerja
Data sekunder diperoleh melalui wawancara atau menyalin dari arsip-arsip di
kantor. yang meliputi : Investasi alat, nilai rongsokan alat, masa pakai (life time)
loko dan lori, suku bunga per tahun, biaya variabel alat per tahun, perbaikan,
pemeliharaan, bahan bakar, dan pelumas loko, biaya perbaikan dan pemeliharaan
lori, upah untuk penyarad, masinis dan pelori, biaya pembuatan jalan dan
penyusutannya, serta keadaan umum lokasi penelitian.
Perhitungan biaya angkutan lori
Untuk mendapatkan biaya pengangkutan kayu dengan loko dihitung dengan
cara berikut :
a. Biaya tetap, terdiri dari :

- Depresiasi

M − R
N
D =
t

( Rp / jam )

- Bunga modal

 ( M − R )( N + 1)

+ R  x 0,0 i

2N

B = 
t
Dimana :


( Rp / jam )

D = Depresiasi (Rp/jam)
B = Bunga modal (Rp/jam)
M = Harga alat (Rp)
R = Nilai rongsokan alat (Rp)
N = Masa pakai (life time) alat (tahun)
0,0i = Bunga bank
t = Jumlah jan kerja setahun
b. Biaya variabel
- Biaya perbaikan dan pemeliharaan jalan (Rp/jam)
- Biaya bahan bakar (Rp/jam)
- Oli dan pelumas (Rp/jam)
c. Upah operator (Rp/jam)
Untuk mendapatkan upah operator dalam satuan Rp/jam, maka dilakukan
perhitungan/konversi dari satuan Rp/m3 dengan cara mengalikannya dengan
produktivitas pengangkutan (m3/jam).
d. Premi/bantuan (Rp/jam)
e. Biaya usaha pengangkutan adalah penjumlahan antara biaya tetap, biaya

variabel, upah dan premi pengangkutan.
f. Biaya total pengangkutan per m3 adalah waktu total pengangkutan dikali dengan
biaya usaha pengangkutan dibagi dengan volume angkutan.
5. Biaya Jalan
Biaya jalan meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan jalan,
perbaikan dan pemeliharaan jalan termasuk di dalamnya bunga modal dan
depresiasi jalan.
Depresiasi (Rp/km/tahun) dan bunga modal (Rp/km/tahun) digolongkan ke
dalam biaya tetap, sedangkan biaya pemeliharan jalan (Rp/km/tahun) dan perbaikan
jalan (Rp/km/tahun) digolongkan ke dalam biaya variabel. Biaya memiliki dan

2002 designed by USU digital library

3

mengusahakan jalan rel merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel
dari jalan.
Biaya jalan (Rp/m3) dapat diperoleh dengan perkalian biaya pengusahan jalan
(Rp/km/tahun) dengan panjang jalan yang ada (km) dibagi dengan jumlah kayu
yang dikeluarkan (m3/tahun).

6. Total biaya angkutan loko
Biaya pengangkutan kayu dengan lori yang ditarik oleh loko merupakan
penjumlahan dari biaya-biaya dari unsur-unsur penjumlahan dari biaya loko (Rp/m3)
+ Biaya jalan (Rp/m3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengangkutan Kayu
Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat
kayu di betou (Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal HPH
PT kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan jalan rel dan
pengangkutan kayu dari betou ke logpond.
a. Pembuatan jalan rel
Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta
memilki topografi yang datar (0-8 %0 sehingga jenis jalan yang paling sesuai adalah
jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi sebagi tempat
meluncurnya loko dan lori.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun
dengan cara memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang
lain. Pekerjaan pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan
jalan di atas peta, kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan
galkang dan pemasangan rel. Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan sistem

borongan.
Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997
sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997 adalah
20 km. Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke logpond
pada saat penelitian ini adalah 16,375 km.
Pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu pekerja harian.
Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan oleh regu pekerja setiap hari yang terdiri
dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah memperbaiki
jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas, plat
sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan
jika pohon yang tumbang di atas rel.
b. Pengangkutan dengan loko dan lori
Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia Musi
Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan darat
dengan menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel merk
Ynamar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini mempunyai
tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum 23 DK/2200
rpm denganisi langkah 1132 cc.
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log
pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat

penelitian adalah 16,375 km.
Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang dikerjakan oleh satu regu pekerja yang
berjumlah 4-6 orang dan satu orang menjadi operator dengan menggunakan sistem
upah borongan.

2002 designed by USU digital library

4

Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan loko dan lori
meliputi :
1. Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana loko
menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong) menuju
betou. Tahapan kegiatan ini meliputi :
Persiapan sebelum menuju betou, yakni memansakan mesin dan menunggu
loko depan.
Loko berjalan kosong, yakni loko bergerak meninggalkan log pond sampai
loko berhenti di betou dan siap dimuati.
2. Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan menggunakan
locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi :
Mengatur posisi lori di betou.
Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit, tongkattongkat untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di atas lori di
betou.
Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas
lori.
Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil
pada saat pemuatan dilakukan.
Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak
dan pengungkit.
Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang
pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.
3. Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang telah
dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan kegiatan
ini meliputi :
- Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan
untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori
selama perjalan.
- Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan
menarik dan mendorong lori yang telah bermuatan.
Pada saat perjalanan bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang
berfungsi untuk meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulitkulit kayu pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan roda
loko dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan rel tidak rata.
4. Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond.
Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat.

2. Waktu kerja pengangkutan
Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang
ditarik/didorong loko adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari
betou ke logpond. Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori
berjalan kosong menuju betou, memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan
membongkar muatan.

2002 designed by USU digital library

5

Tabel 1. Waktu kerja rata-rata kegiatan pengangkutan
No.
Elemen Kerja
Waktu total
Standar
Rata-rata
Deviasi
(menit)
1.
Berjalan kosong
2.345
1.362
2.
Memuat
5.163
2.614
2.091
3.
Menyarad
3.067
4.
Membongkar
1.515
0.862
Waktu Total
14.550

Persen Waktu
Total (%)
19.39
42.69
25.36
12.52
100

Dari Tabel 1. dapat dilihat waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan
menggunakan lokotraksi di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd
adalah 608,990 menit dengan volume angkut rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut
rata-rata 16,375 km.
Waktu kerja rata-rata efektif selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255
menit. Waktu hilang yang begitu besar mencapai 81,845 menit mengakibatkan
waktu yang dibutuhkan selama pengangkutan menjadi lebih lama.
Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada
kegiatan pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar
50,365 menit (8,27 %), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak.
Besarnya waktu hilang ini disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga
pekerja membutuhkan waktu untuk mengembalikan roda loko atau lori diakibatkan
oleh kondisi jalan rel yang dilalui. Kondisi jalan rel yang rusak, menyebabkan
seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.
Waktu hilang ini akan semakin besar bila kayu di atas lori jatuh. Disamping
besarnya waktu yang digunakan untuk memuat kembali ke atas lori, juga sangat
berbahaya bagi keselamatan regu angkut (pelori), sehingga kayu yang jatuh ini
kadang-kadang tidak dimuat kembali.
2. Produktivitas Pengangkutan
HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd satu regu pelori berjumlah 5-6 orang
dengan hari kerja 24 hari per bula dan jam kerja 10 jam per hari. Produktivitas
pengangkutan sebesar 4,210 m3/jam dengan jarak angkut rata-rata 16,375 km dan
volume kayu yang diangkut per trip 42,626 m3.
Produktivitas pengangkutan ini ditentukan oleh kecepatan dan kelancaran
selama pengangkutan. Kecepatan dan kelancaran selama perjalanan
sangat
dipengaruhi oleh kondisi jalan rel. Kondisi jalan rel di Sei Merang terdapat jalan rel
yang rusak sehingga waktu yang diperlukan selama perjalan lebih lama.
Kecepatan perjalan rata-rata lokotraksi di HPH PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd adlah 4,773 km/jam, yakni kecepatan rata-rata kosong 6,208
km/jam dan kecepatan rata-rata bermuatan sebesar 3,832 km/jam dengan jarak
tempuh rata-rata 16,375 km dan volume angkutn rata-rata 42,371 m3. Dengan
kecepatan yang rendah ini mengakibatkan waktu perjalanan lebih lama dan
mengakibatkan produktivitas menurun.
Selama perjalanan loko sering terjadinya loko/lori keluar dari rel, sehingga
membutuhkan banyak waktu untuk mengembalikan roda loko/lori ke jalan rel
semula. Hal ini akan menambah waktu perjalan loko dan membutuhkan banyak
tenaga regu pelori.
Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Misarwan (1996) di Riau di areal
HPH PT Rokan Permai Timber Unit Sebanga Hulu, Propinsi Riau diperoleh
produktivitas pengangkutan kayu dengan lokodari Tpn ke TPK di hutan rawa,
Propinsi Riau sebesar 4,098 m3/jam pada jarak angkutan rata-rata 12,35 km dengan
volume angkutan rata-rata per trip lebih rendah, yakni 32,027 m3.

2002 designed by USU digital library

6

D. Biaya Pengangkutan
1. Biaya Pengangkutan kayu dari Tpn ke logpond
Total biaya pengngkutan loko dan lori dari Tpn ke logpond sebesar Rp 8.798/m3,
terdiri dari biaya jalan rel sebesar Rp 3.334,6/m3 dan biaya pengangkutan Rp
5.463,9/m3.
a. Biaya pembuatan jalan rel
Dalam perhitungan biaya angkutan dengan loko tidak terlepas dari biaya
pembuatan jalan relnya. Untuk itu dalam perhitungan biaya tersebut perlu
dipertimbangkan biaya pembuatan jalan dan pemeliharaan jalannya. Panjang jalan
angkutan yang dilewati oleh loko sepanjang 16,375 km.
Pembuatan jalan angkutan dilakukan setiap tahun dengan loksasi yang berbeda
sesuai dengan RKT yang akan berjalan. Apabila pengangkutan selesai maka
dilakukan pembongkaran rel untuk pembuatan jalan rel beriutnya. Masa pakai besi
rel adalah 20 tahun. Untuk lebih jelasnya uraian mengenai jalan rel ini disajikan pada
lampiran 5 dan lampiran 6.
Biaya jalan rel ini terdiri dari biaya bahan jalan rel sebesar Rp 98.510.362,/tahun, biaya pembuatan jalan rel Rp 42.247.500,-/tahun dan perbaikan dan
pemeliharaan jalan rel Rp 21.600.000,-/tahun.
Biaya total pembuatan jalan rel sebesar Rp 156.548.012,-/tahun atau biaya
jalan rel sebesar Rp 3.334,-/m3, dimana produksi rata-rata per tahun di blok
tebangan Sei Merang sebesar 48.687 m3/tahun.
b. Biaya pengangkutan
Pengangkutan di atas jalan rel ini menggunakan loko bermesin diesel merk
Yanmar TS 230 R yang menarik/mendorong 15 set lori, dimana 8 set lori didorong
dan 7 set lori ditarik. Biaya pengangkutan ini memperhitungkan juga alat yang
digunakan pelori untuk memuat dan membongkar kayu.
Harga satu buah loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R adalah Rp
17.750.000,- dengan masa pakai 5 tahun dan ori dibuat dan dirakit sendiri oleh
perusahaan dengan biya sebesar Rp 783.600,-. Hasil perhitungan biaya usaha
pengangkutan dapat dilihat pda tabel 6. Untuk lebih jelasnya uraian mengenai biaya
loko dan lori ini disajikan pada lampiran 4.
Selama kegiatan pengangkutan keadaan mesin loko selalu hidup sehingga biaya
tetap dan biaya variabel didapat dari waktu tetap dan waktu variabel dikali biaya
usaha pengangkutan.

2002 designed by USU digital library

7

Tabel 2. Biaya usaha pengangkutan loko bermesin diesel merek Yanmar TS 230 R di
areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd.
Komponen Biaya
Rp/jam
A. Biaya tetap
1. Loko
1.972,22
2. Lori 15 set
3.400,88
3. Locak 3 buah
4,50
Total biaya tetap
5.377,55
B. Biaya variabel
1. Biaya pemeliharaan dan perbaikan alat
3.750,00
2. BBM
332,29
Total biaya variabel
4.082,29
C. Upah
12.630,00
D. Premi/Bantuan
1. Premi sopir loko
421,00
2. Premi setiap trip
150,00
3. Tunjangan uang makan sopir loko
312,50
Total biaya usaha pengangkutan
22.973,34
Total biaya usaha pengangkutan per m3
5.464,00
Besar kecilnya biaya tetap dipengaruhi oleh besar kecilnya waktu yang
diperlukan oleh pekerja dalam muat bongkar, kapasitas muatan, besar kecilnya
biaya usaha angkutan dan waktu hilang. Besarnta biaya variabel dipengaruhi oleh
kecepatan rata-rata selama kegiatan pengangkutan. Biaya variabel akansemakin
besar apabila kecepatan loko rendah, hal ini disebabkan waktu tempuh yang
dibutuhkan lebih besar.

2002 designed by USU digital library

8

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Produktivitas pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi bermesin diesel
merek Yanmar TS 230 R di di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd
sebesar 4,260 m3/jam dengan jarak angkut rta-rata 16,375 km dan volume
angkutan rata-rata 42,626 m3. Produktivitas pengangkutan ini dipengaruhi oleh
waktu kerja alat dan waktu hilang selama alat bekerja.
2. Biaya pengangkutan kayu dengan lokotraksi di HPH PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd adalah Rp 8.798/m3, yang terdiri dari biaya jalan rel dan biaya
pengangkutan masing-masing sebesar Rp 3.3335/m3 dan Rp 5.463/m3.

DAFTAR PUSTAKA

2002 designed by USU digital library

9

Anonimous. 1994. Rencana Karya Pengusahaan Hutan. PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd. Palembang.
Conway, S. 1978. Logging Practices Principles of Timber Harvesting System. Miller
Preeman Publication, Inc. Washington.
Dulsalam dan A. Sianturi. 1986. Biaya Konstruksi dan Volume Kayu pada Jalan Rel
Kayu dan Besi. Jurnal Lembaga Penelitian Hasil Hutan Vol. 5 No. 4. LPHH.
Bogor.
FAO.

1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest.
Development, Paper No. 18. Rome.

FAO Forestry

Muhdi. 1998. Analisis Biaya dan Produktivitas Penyaradan Kayu dengan Sistem
Kuda-kuda dan Pengangkutan Kayu dengan Lokotraksi di Hutan Rawa Gambut
(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industries, Sumsel). Skripsi
Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

2002 designed by USU digital library

10