Pembuatan Dekstrin Cara Kering Dengan Memanaskan Pati Terlebih Pembuatan Dekstrin Cara Kering Dengan Penambahan Katalis Asam

1. Pembuatan Dekstrin Cara Kering Dengan Menambahkan Katalis Asam Pada Pati Terlebih Dahulu Sebelum Dipanaskan Proses pembuatan dekstrin cara kering dengan katalis asam yang digunakan ditambahkan secara terpisah, menurut Acton di dalam Radley 1976, Puspawardhani 1988, serta Amelia 1989 adalah tepung pati ditambah larutan HCl sehingga terbentuk pasta tepung pati; HCl yang digunakan adalah 0,1 dari bobot tepung kering tepung pati dengan kadar air 11. Selanjutnya HCl tersebut dibuat dalam bentuk larutan HCl agar diperoleh campuran tepung pati-HCl yang merata; selanjutnya untuk mengurangi kadar air pasta tepung dilakukan penjemuran; setelah kering dilakukan penghancuran dan pengayakan; kemudian hasil dari pengayakan tersebut dipanaskan pada suhu 110 C dalam suatu wadah yang terbuat dari stainless steel yang dilengkapi dengan alat pengaduk otomatis. Untuk mengetahui waktu terbentuknya dekstrin dilakukan dengan cara uji iod, Dekstrin telah terbentuk apabila dengan uji iod menghasilkan warna merah kecoklatan.

2. Pembuatan Dekstrin Cara Kering Dengan Memanaskan Pati Terlebih

Dahulu Sebelum Penambahan Katalis Asam Menurut Soemaadmadja 1970, proses pembuatan dekstrin secara kering pisah adalah mula-mula tepung pati dipanaskan dalam suatu wadah yang tebuat dari stainless steel sambil diaduk; setelah suhu mencapai 110 o C – 120 o C, larutan HCL 0,05-0,1 N disemprotkan pada pati sambil terus diaduk untuk mencegah agar tepung tidak gosong dan agar pencampuran asam dengan tepung pati menjadi homogen, sehingga hidrolisis terjadi merata; sementara itu suhu diusahakan agar tetap 110 o C – 120 o C; pemanasan dilakukan selama 2 - 4 jam tergantung pada jumlah tepung pati yang digunakan; selama proses pemanasan tersebut terjadi hidrolisis yaitu pemotongan rantai unit glukosa dari pati menjadi molekul-molekul dengan rantai glukosa lebih pendek. Untuk mengetahui bentukan dekstrin, maka setelah pemanasan selama 2 jam, dilakukan uji iodium dengan cara mengambil sedikit contoh yang dipanaskan dan ditetesi dengan larutan iodium. Proses telah berakhir bila uji dengan larutan iodium menghasilkan warna merah-kecoklatan. 20

3. Pembuatan Dekstrin Cara Kering Dengan Penambahan Katalis Asam

dan Pemanasan Secara Bersama Menurut Jati 2006 dan Sari 1992, pembuatan dekstrin cara kering dapat dilakukan dengan menyemprotkan 200 ml asam dengan konsentrasi tertentu ke dalam pati sebanyak 500 gram di atas wadah tertentu yang disangrai sambil dilakukan pengadukan. Penyangraian dilakukan selama 3 jam. Penambahan asam dilakukan pada 30 menit pertama. Selanjutnya menurut Jati 2006, suhu yang digunakan dalam penyangraian adalah 60-70 o C. Suhu ini merupakan rentang suhu gelatinisasi tapioka. Batas konsentrasi asam yang digunakan adalah 0 N-0,4 N dan waktu penyangraian selama 3 jam, didapatkan adanya penurunan nilai DE pada menit ke-90. Dengan mengeplotkan nilai DE dengan metode regresi berganda diperoleh persamaan interaksi konsentrasi HCl dan lama penyangraian terhadap nilai DE adalah sebagai berikut : DE = -0,279 + 1,39 Konsentrasi N + 0,0111 waktu menit Dekstrin yang dihasilkan dengan hidrolisis asam atau pemanasan kering roasting disebut pirodekstrin Satterwaite Iwinski di dalam Wishtler, 1973 dan pirodekstrin ini merupakan jenis dekstrin yang paling banyak dipakai dan diperjualbelikan Mc Cready di dalam Joslyn, 1970. Dari penelitian terdahulu diketahui dengan menggunakan hand sprayer sebagai penyemprot larutan HCl, gelas piala dan sudip sebagai pengaduk, serta penangas sebagai sumber panas, konsentrasi HCl, waktu hidrolisis, dan suhu hidrolisis terbaik untuk menghasilkan dekstrin putih dan dekstrin kuning dengan hidrolisis kering berturut-turut adalah 0.3 M, 30 menit, 60 o C dengan kelarutan 36.1 dan 0.3 M, 180 menit, 90 o C dengan kelarutan 32.18 Azez, 2005. Sedangkan dengan menggunakan wajan penyangraian, hand sprayer, kompor pemanas, pengaduk dan termometer, pada konsentrasi HCl 0-0.4 N, waktu hidrolisis 180 menit, dan suhu 60-70 o C diperoleh nilai dextrose equivalent DE tertinggi sebesar 2,1 pada menit ke-90 dengan nilai kelarutan 0,16 Jati, 2006. 21

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi bahan pembuatan prototipe mesin, bahan pembuatan produk, dan bahan analisis produk. Bahan pembuatan prototipe mesin terdiri dari plat besi dengan ketebalan 1,5 mm, besi kanal U, besi kanal L, motor listrik, manometer, kompresor, nosel semprot, tabung gas, kompor gas, dan solenoid pengatur suhu. Bahan pembuatan produk adalah tapioka yang ada dipasaran yang diproduksi dalam batch yang sama dilihat pada kode produksi dan larutan HCl teknis. Bahan yang digunakan untuk analisis produk adalah pereaksi DNS, fenol, H 2 SO 4 untuk analisis nilai dextrose equivalent DE serta bahan kimia lain yang digunakan untuk analisis mutu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini juga meliputi alat untuk pembuatan prototipe mesin, alat untuk pembuatan produk, dan alat yang digunakan untuk analisis produk. Alat untuk pembuatan prototipe mesin yang digunakan adalah peralatan bengkel seperti las listrik, gerinda, bor dan lain lain. Alat yang digunakan untuk pembuatan produk adalah prototipe mesin yang dirancang dan alat untuk analisis produk, yaitu spektrofotometer, pH meter, viscosimeter, dan lain-lain. B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan terdiri dari tiga tahapan utama yaitu pembuatan prototipe mesin, pembuatan produk, dan analisis produk.

1. Pembuatan Prototipe Mesin

a. Identifikasi Kebutuhan Komponen Prototipe Mesin

Tahap ini merupakan tahap awal dimana komponen prototipe mesin yang dibuat ditentukan berdasarkan kebutuhan proses hidrolisis kering. Parameter yang harus diketahui atau ditetapkan antara lain: - kapasitas prototipe mesin - metode pada hidrolisis yang digunakan