2. Respon tanaman terhadap penyakit layu Fusarium
Respon tanaman terhadap penyakit pada tahap infeksi awal adalah dengan membentuk jaringan yang memblokir dan membatasi invasi seperti: lignin,
suberin dan endodermis, serta mensintesis senyawa anti mikroba yang disebut ‘phytoalexin’ Scala et al., 1985. Adanya auksin menginduksi pembentukan gel,
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan respirasi sehingga terbentuk tilosis pada xilem dan memblokir patogen untuk tidak menyebar lebih jauh. Selain itu,
pada varietas yang resisten terhadap Fusarium terdapat konjugasi antara asam fusarat dengan glycine hingga 25. Konjugasi ini menyebabkan toksin asam
fusarat menjadi tidak aktif sehingga efisien untuk menghindari layu Harborne, 1988.
Hasil penelitian pada tanaman pisang menunjukkan bahwa aktivitas peroksidase meningkat secara cepat saat diinfeksi dengan Fusarium, hal ini
merupakan bukti bahwa enzim peroksidase berperan dalam respon pertahanan. Peran enzim peroksidase dalam pertahanan tanaman adalah mengoksidasi
senyawa fenolik dan meningkatkan laju proliferasi senyawa mirip lignin yang berfungsi sebagai barier. Kecepatan dan besarnya aktivitas mekanisme pertahanan
mengekspresikan adanya resistensi. Pada tanaman yang resisten terdapat korelasi positif antara aktivitas enzim peroksidase yang tinggi dengan ketahanan terhadap
F. oxysporum f.sp cubense Morpurgo et al. 1994. Dengan demikian aktivitas enzim peroksidase dapat digunakan sebagai parameter untuk membedakan klon
pisang yang rentan dan toleran terhadap F. oxysporum f.sp cubense.
3. Metabolit yang terdapat dalam ekstrak F. oxysporum
Metabolit yang disintesis F. oxysporum antara lain zat pengatur tumbuh dari golongan auksin, toksin, dan enzim pektolitik. Produksi metabolit sekunder
selama kultur Fusarium spp. tergantung pada bentuk spesiesialis dan kondisi kultur misal: temperatur, konsentrasi inokulum dan umur kultur Durbin 1983.
Auksin yang disintesis oleh F. oxysporum adalah asam indol-3-asetat IAA. Kandungan IAA yang meningkat menyebabkan peningkatan plastisitas dinding
sel sehingga pektin, selulosa, dan protein penyusun dinding sel lebih mudah dilewati dan terjadi perombakan oleh enzim-enzim yang disekresi patogen Agrios
1997. IAA yang meningkat juga dapat menghambat lignifikasi pada jaringan sehingga mudah dihancurkan oleh enzim yang dikeluarkan patogen. Selain itu
kandungan IAA yang tinggi menyebabkan peningkatan laju respirasi pada jaringan yang terinfeksi dan mempengaruhi permeabilitas sel sehingga terjadi
peningkatan transpirasi. Beberapa toksin yang dapat diisolasi dari kultur Fusarium spp. antara lain: asam fusarat 5-n-butil asam pikolinat dari beberapa spesies
Fusarium spp. yang menyebabkan layu pada pisang, kapas, tomat; lycomarasmin dari F. oxysporum f.sp. lycopersici; dan eniatins dari beberapa spesies Fusarium
spp. Jin et al. 1996. Enzim-enzim pektolitik yang dihasilkan oleh F. oxysporum memecah bahan
pektin pada dinding sel pembuluh kayu dan masuk ke dalam dinding parenkhim xilem Toyoda et al. 1984a. Sebagai contoh enzim pektinmetilesterase dapat
memotong metil pada rantai pektin dan menghasilkan asam pektat. Enzim depolimerase memecah rantai asam pektat menjadi poligalakturonida. Fragmen-
fragmen asam pektat masuk ke dalam pembuluh kayu dan membentuk massa koloidal yang dapat menyumbat pembuluh. Berkas pembuluh menjadi coklat
karena fenol yang dilepaskan dan mengalami polimerisasi menjadi melanin yang berwarna coklat oleh sistem fenol oksidase tumbuhan inang. Warna coklat ini
merupakan ciri khas pada penyakit layu yang disebabkan oleh F. oxysporum Agrios 1997.
4. Asam Fusarat dan gejala yang ditimbulkannya