5
1.2 Perumusan Masalah
Pulau Dullah sebagai pulau terbesar dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di dalam wilayah administratif Kota Tual, memiliki potensi sumberdaya
alam yang masih tergolong baik. Hal ini ditandai dengan keberadaan tiga ekosistem utama wilayah pesisir dan laut yaitu ekosistem mangrove, ekosistem
terumbu karang, dan ekosistem lamun yang masih bagus kondisinya, belum lagi potensi sumberdaya ikan dan non ikan yang tersebar di perairan yang
merupakan satu kesatuan ekologis dalam gugusan pulau-pulau kecil tersebut. Melihat potensi sumberdaya yang dimiliki dan peluang pengembangannya
serta kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat, maka terdapat 2 hal yang teridentifikasi sebagai isu pembangunan yang berkembang
saat ini yang merupakan kendala dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di Pulau Dullah yaitu :
1. Sampai saat ini pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut Pulau Dullah belum terpadu dan masih bersifat sektoral terutama
pemanfaatan potensi perikanan dan pariwisata. Apalagi dengan pemekaran Kota Tual, tentunya penduduk Pulau Dullah akan semakin bertambah dan
aktivitas pembangunan akan semakin tinggi sehingga cenderung memberikan tekanan terhadap ekosistem dan sumberdaya yang ada, maka
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya tersebut dibutuhkan suatu bentuk keterpaduan pengelolaaan yang berbasis konservasi.
2. Dengan pemekaran Kota Tual tersebut, maka dapat dipastikan dalam beberapa tahun ke depan hampir seluruh lahan akan terpakai untuk berbagai
aktivitas pembangunan, apalagi Pulau Dullah tergolong dalam kategori pulau kecil sehingga perlunya efisiensi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut
terutama pemanfaatan potensi perikanan dan pariwisata dengan mengembangkan model keterpaduan yang berbasis konservasi.
1.3 Kerangka Pendekatan Masalah
Sudah menjadi realitas bahwa wilayah kepulauan yang memiliki luas lautan lebih besar dari pada daratan akan bertumpu pada pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan serta pariwisata dalam menopang pertumbuhan dan roda perekonomian wilayah tersebut. Demikian halnya
6
dengan Kota Tual, karena memiliki perairan yang jauh lebih luas dari daratan serta memiliki 66 buah pulau-pulau kecil, maka potensi pengembangan wilayah
ini tentunya berada pada sektor kelautan dan perikanan serta sektor pariwisata. Dalam konsep pembangunan kelautan dan perikanan serta pariwisata di
wilayah yang banyak memiliki pulau-pulau kecil seperti di Kota Tual ini, maka hal yang tepat untuk dilakukan adalah pendekatan keterpaduan pengelolaan
yang berbasis konservasi. Dalam merancang bangun pengelolaannya, minimal keterpaduan ini dapat mengintegrasikan aktivitas perikanan dan wisata bahari
yang akan dikembangkan pada pulau-pulau berpotensi. Untuk mendukung konsep ini, maka perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan dan daya dukung
lingkungan dengan menggunakan alokasi ruang spatial sebagai variabel konservasi terhadap kondisi fisik Pulau Dullah. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan valuasi ekonomi dan analisis manfaat-biaya dengan menggunakan alokasi waktu temporal sebagai variabel konservasi non fisik. Kemudian
rancang bangun pengelolaan tersebut dimodelkan dengan menggunakan pemodelan dinamik untuk mendapatkan model optimal dari pengelolaan
terpadu yang berbasis konservasi. Diagram alir kerangka pendekatan masalah
seperti ditunjukan pada Gambar 1.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian