Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi

atau bibit penyakit tersebut melalui luka badan yang diderita sebagai akibat dari kecelakaan yang terjadi 2 Asuransi kecelakaan tenaga kerja Workmen accident Asuransi Tenaga Kerja adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, kepada perusahaan untuk keselamatan kerja, maka karyawan ialah memperoleh tingkat kesejahteraan yang cukup memadai, dan juga dapat menegembangkan potensi dirinya dengan aman dan nyaman serta melakukan aktivitasnya secara maksimal karena merasa dirinya maupun keluarganya terlindungi. Melalui faktor inilah produktivitas kerja dapat mudah ditingkatkan. 3 Asuransi kecelakaan dalam pengankutan darat, laut, udara Asuransi kecelakaan dalam pengangkutan ialah bahwa kepada setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat akibat kecelakaan yang disebabkan oleh suatu alat angkutan diluar lalu lintas dan angkutan jalan akan diberikan dana klaim atau ganti kerugian. Dana ganti kerugian tersebut bersumberkan dari dana iuran wajib yang dibayar oleh setiap pengusaha angkutan umum setiap tahunnya dengan pengecualian kendaraan ambulance, kereta jenazah dan pemadam kebakaran.

2.2 Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi

2.3.2 Pelaksanaan Perjanjian Asuransi

Pelaksanaan perjanjian asuransi akan terlaksana jika diawali dengan adanya suatu perjanjian. Dalam Pas al 1320 KUHPdt dikemukakan: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Objek dalam perjanjian asuransi adalah kepentingan yang menjadi penyebab diadakannya perjanjian asuransi oleh penanggung dan tertanggung. Syarat disebut sebagai objek asuransi dalam hukum asuransi menurut Radiks Purba dalam bukumnya Memahami Asuransi di Indonesia 1992:124 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1 Objek harus mempunyai Nilai Uang Menurut Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, salah satu syarat dari objek asuransi adalah kepentingan yang diasuransikan dapat dinilai dengan uang, berarti mempunyai harga. 2 Objek harus dapat terkena bahaya Dalam asuransi kerugian yang ditanggung oleh penanggung adalah bahaya yang tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi, bahaya mana mungkin menimbulkan kerugiankerusakan atas kepentingan itu. Dengan demikian kepentingan yang demikian tidak mungkin diasuransikan karena tidak akan bisa mengalami kerugian. 3 Objek harus legal dan patut Menurut Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang kepentingan yang diasuransikan harus legal yakni bukan barang selundupan dan harus patut, yakni bukan barang rongsokan atau sampah yang tidak memiliki nilai manfaat. Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi. Mengenai penanggung dan tertanggung memiliki perbedaan dalam hal hak dan kewajiban sebagai berikut : a Penanggung Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung. Dari pengertian penanggung tersebut, terdapat hak dan kewajiban yang mengikat penanggung. Hak-hak dari penanggung adalah : 1 menerima premi 2 mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasar prinsip itikad terbaik. Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 3 hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung Menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H.,S.U. hak penanggung antara lain : a. menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuaidengan perjanjian. b. meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya. c. memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri. Pasal 276 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang d. memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. Pasal 282 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang e. melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. Pasal 271 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U.kewajiban penanggung antara lain : a. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut. b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung Pasal 259, 260 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau seluruhnya premirestorno, Pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian Pasal 289Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. b Tertanggung Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Berdasar Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut: “Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian ”. Berdasarkan Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD tersebut yang berhak bertindak sebagai tertanggung adalah pihak yang mempunyai interest kepentingan terhadap obyek yang dipertanggungkan. Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihak penanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugian yang diderita pihak tertanggung. Pasal 264 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD menentukan, selain mengadakan perjanjian asuransi untuk kepentingan diri sendiri, juga di perbolehkan mengadakan perjanjian asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian kuasa dari pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihak ketiga yang berkepentingan. Tertanggung dalam pelaksanaan perjanjian asuransi mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga apabila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis maka penanggung dapat melaksanakan kewajibannya. Hak-hak tertanggung menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U.antara lain : a. menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung Pasal 259 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang b. menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung Pasal 260 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang c. meminta ganti kerugian Sedangkan kewajiban dari tertanggung menurut Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U. adalah : a. membayar premi kepada penanggung Pasal 246 KUHD b. memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek yang diasuransikan Pasal 251 KUHD c. mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari; apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut dapat menjadi salahsatu alasan bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung Pasal 283 KUHD d. memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha –usaha pencegahannya. Perusahaan asuransi tidak akan mewujudkan ganti kerugian tanpa adanya mekanisme yang sesuai yakni melalui perjanjian asuransi. Untuk sahnya perjanjian pertanggunganasuransi bila diperhatikan lebih lanjut pada Pasal 255 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa: Perjanjian pertanggungan harus diadakan dengan membuat suatu akta yang disebut Polis. Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis. Radiks,1992:59 Surat perjanjian itu dibuat dengan itikad baik dari kedua pihak yang mengadakan perjanjian. Didalam surat perjanjian itu disebutkan dengan tegas dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan kedua belah pihak, hak-hak masing- masing pihak, sangsi atas pelanggaran perjanjian. Redaksinya harus disusun sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat ditangkap maksud dari perjanjian itu, juga tidak memberi peluang untuk salah mentafsirkannya. Polis mempunyai arti yang besar bagi tertanggung, sebab polis itu merupakan bukti yang sempurna dan satu-satunya alat bukti tentang apa yang mereka janjikan dalam perjanjian pertanggungan Tarmudji,1990:48. Setiap polis harus memuat syarat-syarat umum yang diminta oleh Pasal 256 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan pasal-pasal yang melengkapinya serta syarat-syarat lain yang diharuskan oleh pemerintah sebagai pengawas terhadap perusahaan- perusahaan pertanggungan. Kontrak asuransi atau sering disebut polis mempunyai beberapa ciri khas, namun ia harus memenuhi bentuk dan syarat umum yang ditetapkan oleh hukum setiap kontrak.

2.3.3 Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi