1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam konteks pendidikan ada tiga hal utama yang perlu disoroti, yaitu perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode
pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan
dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan secara khusus harus ditemukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu, yaitu merupakan suatu konsep belajar
dengan cara guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya.
2
Fisika sebagai ilmu dasar dimanfaatkan untuk memahami ilmu lain dan ilmu terapan sebagai landasan pengembangan teknologi. Agar siswa dapat
mencapai kualitas yang optimal, pelajaran Fisika bermakna dalam membina segi intelektual, sikap, minat dan kreativitas bagi peserta didik.
Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak akan mudah memahami konsep–konsep yang sulit apabila disertai dengan contoh-contoh yang
kongkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep melalui
perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda yang benar-benar nyata.
Penyampaian fisika di SMP Negeri 2 Bukateja Purbalingga selama ini telah diupayakan agar memperoleh hasil guna dan menumbuhkan minat peserta
didik terhadap pelajaran Fisika. Selama ini guru menyampaikan pelajaran secara singkat baik dengan diagram atau gambar kemudian dilengkapi dengan rumus-
rumus dan perhitungan mekanis. Akibatnya siswa hanya menghafalkan rumus tersebut dengan benar dan dalam kegiatan pembelajaran jarang dilakukan
praktikumpercobaan sedangkan nilai ulangan Fisika masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata ulangan sebelumnya yang hanya mencapai rata-rata
nilai 52 dan 58. Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tiga model pembelajaran bagi
pendidik dalam rangka penerapannya. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif belajar melalui konteks komunikasi personal, pemakaian bersama dan
sebagainya.
3
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini sangat populer, termasuk untuk bidang IPA. Beberapa ahli
menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kerjasama, kemampuan membantu teman dan sebagainya. Hasil dari penelitian para ahli adalah telah terjadi peningkatan yang signifikan pada
hasil produk, proses, dan psikomotorik siswa baik SMU maupun SMP untuk ketiga mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Bilogi. Selain itu kualitas proses belajar
juga dapat ditingkatkan, hal ini dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa. Dominasi guru berceramah sudah sangat kurang dan telah beralih pada aktivitas
membimbing dan memotivasi siswa. Sementara itu aktivitas siswa lebih banyak berupa bekerja, membaca, dan diskusi antar siswa Sutardi dkk:2001.
Metode kooperatif ini ada beberapa bentuk, antara lain: Student Teams Achievment STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktural.
Beberapa peneliti juga membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar seperti yang dilakukan oleh
Susilowati Hadiningsih2004, tentang hasil belajar Matematika dengan menggunakan model koperatif Jigsaw dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-
rata nilai kelas naik menjadi 7,90 dibandingkan rata-rata nilai kelas sebelumnya yaitu sebesar 7,50. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutaqien Mafaza
2004, melalui model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Biologi, didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai kelas menjadi 81,17 dibandingkan nilai rata-
rata kelas sebelumnya sebesar 75,17.
4
Dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran Investigasi Kelompok dalam pembelajaran Fisika karena mata pelajaran Fisika adalah
pelajaran yang membutuhkan pemahaman tentang konsep-konsep yang mendasar dimana dalam Investigasi Kelompok ini siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok group process skills.
Dengan Investigasi Kelompok siswa mengalami sendiri usaha pada penemuan sesuatu, misalnya mengapa ban mobil selalu dibuat bergerigi atau
sandal permukaan alasnya dibuat tidak rata. Siswa memperoleh pengertian dan pemahaman lebih mendalam tentang Fisika dan yang telah dipelajari akan tetap
melekat padanya. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
penerapan model pembelajaran kooperatif Investigasi Kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Fisika pokok bahasan Gaya dan Percepatan,
dengan pertimbangan bahwa SMP Negeri 2 Bukateja bukan sekolah unggulan sehingga perlu diadakan perlakuan yang baru agar siswa tidak jenuh.
B. Rumusan Masalah