proses pemberian makna, interpretasi dari stimuli dan sensasi yang diterima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu tersebut.
Dalam wikipedia Indonesia disebutkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas sesuatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan antar gejala dan selanjutnya diproses oleh otak.
2.12 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa karya penelitian sebelumnya yang memiliki tema yang hampir relevan tertang persepsi, penempatan dan ukuran
rambu dengan tema yang di angkat peneliti. Secara ringkas disajikan pada tabel di bawah ini:
II-42
Tabel II-6 Penelitian Terdahulu No
Penyusun Judul
Jenis Data Metode Analisis
Tujuan Penelitian Resume
1 Rooswinary
Mutiara Hartawanty
2013 Kajian Penempatan dan
Desain Rambu-Rambu Lalu Lintas di Sepanjang
Jalan Kolonel Burlian Kecamatan Baturaja
Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu
SNI Departemen
Perhubungan Survey volume
lalu lintas Observasi
Metode kecepatan
Jarak pandang henti
Untuk mengetahui penempatan dan
desain rambu sudah sesuai SNI
berdasarkan kecepatan
pengendara. Hasil dari analisis tersebut didapat bahwa
penempatan rambu pada jalan ini masih ada yang belum sesuai dengan SNI
Departemen Perhubungan, baik itu penempatan rambu pada titik tujuan dan
penempatan rambu pada tepi jalan, yang keduan adalah desain rambu pada jalan
ini baik itu tinggi rambu, ukuran rambu dam lambang-lambang pada daun rambu
sedah sesuai dengan SNI Departemen Perhubungan untuk kecepatan exsisting
60 kmjam.
2 Lina Nurul
Ikhsan 2015 Persepsi Pengguna
Terhadap Jalur Pejalan Kaki Jalan Pemuda Kota
Magelang Wawancara
Kuesioner Observasi
Telaah dokumen
Metode kuantitatif
Distribusi frekuensi
Tabulasi silang Chi-square
Untuk mengetahui pandangan
masyarakat tentang kondisi pada jalur
pejalan kaki Jalan Pemuda Kota Malang
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan kondisi fisik jalur pejalan
kaku saat ini dalam keadaan baik dan dapat disajikan sebagai acuan untuk
pengadaan jalur pejalan kaki di Kotas Magelang dengan catatan untuk
perbaikan pada beberapa hal yang masih dianggap kurang. Aspek yang dianggap
kurang di jalur pejalan kaki itu adalah kesesuaiannya untuk pengguna dengan
kebutuhan khusus perlu dilakukan perbaikan terkait hal tersebut.
3 Hengki Firgian
2014 Evaluasi Keberadaan
Rambu Dan Marka Jalan Di Kota Pontianak
Data kondisi rambu
Data panduan Dirjen Bina
Marga Analisis
kesesuaian rambu berdasarkan SNI
Bina Marga Untuk mengetahui
dan mengevaluasi kebutuhan rambu
jalan dan pengaruh penempatan
perambuan. Hasil dari penelitian ini berupa
rekomendasi misalnya penempatan rambu peringatan tikungan beruntun
pada suatu ruas jalan yang terdapat tikungan beruntun dengan jarak pandang
kemudi terbatas.
II-43
No Penyusun
Judul Jenis Data
Metode Analisis Tujuan Penelitian
Resume
4 Adi Haryadi
2012 Harmonisasi Rambu dan
Marka Dengan Geometrik Jalan Pada
Jalan Luar Kota Data sekunder
data lokasi penempatan
rambu dan marka
Perhitungan jarak pandang
henti Jarak pandang
mendahului Untuk mengetahui
keselarasan antara geometrik jalan
terhadap penempatan rambu dan marka
sebagai pengarah positif begi pengguna
jalan berdaarkan nilai keselamatan
Penempatan rambu batas kecepatan mengalami disharmonisasi kecepatan
rencana 60 kmjam menjadi 40 kmjam, akibat terdapat tikungan beruntun serta
memiliki jarak pandang kemudi yang minim. Pemasangan rambu batas
kecepatan 40 kmjam perlu ditempatkan sesuai aturan panduan, dengan demikian
arahan dan informasi yang positif bagi pengemudi sehingga pesan dari rambu
dan marka dapat tersampaikan dengan baik.
5 Agus Suwanto
2007 Anaisis Pengaruh Rambu
Batas Kecepatan Terhadap Tingkat
Kecepatan Kendaraan Survey
kecepatan Observasi
Analisis kecepatan rata-
rata kendaraan Untuk menganalisis
tingkat kecepatan kendaraan terhadap
rambu batas kecepatan
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa reaksi kecepatan lebih besar daripada
rambu batas kecepatan yang ada.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berhasil dikumpulkan, jika diamati persamaan dengan jurnal Saudari Rooswinary Mutiara Hartawanty terdapat
permsamaan dan perbedaan. Permasaannya yaitu menganalisa tentang penempatan dan desain rambu lalu lintas ditambah menghitung kecepatan lalu lintas untuk
menentukan desain ukuran rambu lalu lintas. Peneliti juga menganalisa tentang penempatan dan ukuran rambu lalu lintas
diantaranya jarak penempatan rambu dari tepi kiri bahu jalan, jarak penempatan rambu terhadap bagian jalan yang berbahaya, menganalisa ukuran daun rambu, dan
tinggi tiang rambu yang sesuai dengan ketentuan panduan. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel yaitu tabulasi silang antara pemahaman
pengguna jalan terhadap rambu lalu lintas dengan jenis kelamin pengguna jalan. Adapun untuk analisis persepsi pengguna jalan, jika diamati, persamaan
dengan jurnal Saudari Lina Nurul Ikhsan yaitu sama-sama meneliti tentang persepsi menggunakan analisis deskriftif kuantitatif kemudian melakukan tabulasi silang
antara karakteristik pengguna jalan dengan persepsinya terhadap kondisi fisik jalur pejalan kaki, dan tabulasi yang penelisi uji untuk menjawab hipotesis adalah antara
pemahaman pengguna jalan terhadap rambu lalu lintas dengan jenis kelamin pengguna jalan.
III-1
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1 Gambatan Umum Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung, yang beribu kota di Kecamatan Soreang, merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang berada di dataran tinggi.
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram pada tanggal 20 April tahun 1641 M. Pada awalnya, Kabupaten Bandung terdiri atas 33 Kecamatan.
Sejak disahkannya UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, yang kemudian di revisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, pemekaran daerah marak
terjadi di Indonesia, demikian juga di Kabupaten Bandung. Kota Cimahi memekarkan diri dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001, yang kemudian disusul
dengan pemekaran Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007. Dengan demikian, pada tahun 2010 terdapat 31 Kecamatan di Kabupaten Bandung, yang terbagi atas
8 Wilayah Pengembangan WP. Kabupaten Bandung memiliki luas wilayah sebesar 176.238,67 Ha, yang
terdiri atas 31 Kecamatan, 267 Desa dan 9 Kelurahan. Kecamatan Pasirjambu merupakan wilayah dengan luas terbesar dan Kecamatan Margahayu merupakan
wilayah dengan luas terkecil di Kabupaten Bandung.
3.1.1 Kondisi Geografis dan Tofografi
Secara geografis, Kabupaten Bandung terletak pada 6° 49 ‘ - 7° 18 ‘ Lintang
Selatan dan 107° 14 ‘ - 107° 56‘ Bujur Timur. Letak geografis wilayah Kabupaten
Bandung di bagian timur dan selatan cekungan Bandung yang merupakan tubir dari danau purba dengan tipe geologis berbentuk kandungan batuan vulkanis.
Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas
permukaan laut bervariasi dari 500 m sampai 1.812 m.
Kabupaten Bandung juga dialiri oleh Sungai Citarum, keberadaan sungai ini menguntungkan dari sektor pertanian, industri dan sebagai bahan baku air, namun
bila curah hujan cukup tinggi di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air.
3.1.2 Iklim
Secara umum letak Kabupaten Bandung di dataran tinggi atau pegunungan membuat suhu udara di Kabupaten Bandung ini cukup sejuk, yaitu berkisar antara
12° Celcius sd 21° Celcius.
3.1.3 Luas Wilayah
Luas wilayah dalam publikasi ini dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya luas lahan pertanian sawah berpengairan teknis, berpengariran non
teknis dan tidak berpengairan, luas lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan non pertanian. Kecamatan dengan luas lahan pertanian sawah terluas adalah
Kecamatan Rancaekek dengan luas 3.051,6 Ha, desa dengan luas lahan pertanian bukan sawah terluas adalah Kecamatan Pangalengan dengan luas 17.898,81 Ha,
sedangkan desa dengan luas lahan non pertanian terluas adalah Kecamatan Pangalengan dengan luas 8.435,90 Ha.
Berikut adalah Gambaran Peta Wilayah Kabupaten Bandung dan luas wilayah menurut Kecamatannya:
Gambar III-1 Peta Kabupaten Bandung
Sumber: Publikasi Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2011
3.1.4 Transportasi
Kabupaten Bandung sebagai sentra produk pertanian, industri dan pariwisata mutlak memerlukan sarana dan prasarana transportasi. Kemudahan akses dan
kualitas jalan maupun sarana transportasi yang baik diharapkan secara signifikan berpengaruh terhadap kemajuan Kabupaten Bandung.
3.2 Gambaran Umum Kecamatan Bojongsoang
Kecamatan Bojongsoang adalah salah satu dari 13 Kecamatan yang berada di bawah Pemerintahan Kabupaten Bandung, yang dalam melaksanakan kegiatan
Pemerintah memiliki enam desa yang bisa dilihat pada Tabel III-1. Terdapat 19 Dusun, 91 RW dan 548 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 88.154 jiwa Laki-
laki = 43.574 jiwa, Perempuan 44.580 jiwa. Kecamatan Bojongsoang merupakan pintu gerbang perbatasan dengan Kota Bandung.