PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP EFEKTIVITAS DESINFEKTAN HIDROGEN PEROKSIDA (H202) 5% v/v PADA PINSET ANATOMI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Infeksi merupakan komplikasi pasca bedah yang sering terjadi.

Manifestasi pertama yang sering timbul adalah kenaikan suhu tubuh. Bila suhu
tubuh pasien naik, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan luka. Adanya infeksi,
tidak selalu terdapat ketegangan pada daerah luka, tetapi yang pasti ada indurasi.
Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah jaringan lemak superfisial dekat
fascia, tetapi sepsis dapat terjadi pada setiap jaringan (Nealon, 1996).
Sumber infeksi dapat berasal dari udara, alat dan pembedah, kulit
penderita, visera, dan darah. Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain melalui perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan,
misalnya serangga, manusia, atau benda yang terkontaminasi, seperti peralatan
bedah. Jadi, dalam hal ini alat bedah, personel, dan dokter pembedah merupakan
pembawa potensial untuk memindahkan bakteri (Sjamsuhidajat et al., 2004).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh di rumah sakit.
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka

kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga
dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di
negara maju. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen
yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008)
Pinset merupakan salah satu jenis surgical instrumen yang merupakan
suatu alat yang termasuk dalam kategori high risk atau disebut juga sebagai suatu
instrument kritis (critical instrument / critical item) karena alat tersebut digunakan
hingga menembus jaringan steril (bagian tubuh yang steril) atau pembuluh darah,
atau memasuki rongga tubuh, atau kontak langsung dengan membran mukosa
(Filetoth, 2003). Alat-alat bedah dan medis dapat menjadi agen-agen infeksi ke
hospes

yang

rentan

dan

memiliki


resiko

menularkan

penyakit

oleh

mikroorganisme yang sangat tinggi (Schaffer et al., 2000). Dengan demikian,
maka surgical instrument sebagai critical item dipersyaratkan bebas mikroba
(steril) karena adanya kontaminasi mikroba akan menyebabkan penularan atau

1

2

transmisi penyakit (Rutala, 2007). Untuk mencegah terjadinya suatu infeksi pada
tindakan-tindakan tertentu, maka harus mempergunakan peralatan yang steril
(Bouwhuizen, 1986). Instrumen bedah dikatakan tidak steril apabila terdapat
kontaminasi material yang nampak (debu, kotoran) dan mikroorganisme patogen

atau mikroorganisme yang menimbulkan penyakit (Schaffer et al, 2000). Untuk
memperoleh jaminan keberhasilan proses sterilisasi, maka dilakukan suatu proses
dekontaminasi yang dilakukan sebelum proses sterilisasi (Von Woedkte and
Kramer, 2008).
Dekontaminasi merupakan suatu proses fisika maupun kimia yang
bertujuan untuk mengurangi namun tidak menghilangkan jumlah mikroba yang
mengkontaminasi, sehingga alat tersebut lebih aman (penurunan resiko penularan
dari alat) untuk ditangani staf sebelum dibersihkan (Tietjen et al., 2004). Ada
beberapa macam metode dekontaminasi, yaitu desinfeksi dan pencucian. Untuk
pemilihan metode dekontaminasi yang akan digunakan untuk suatu alat
tergantung pada level resiko infeksi alat tersebut (Filetoth, 2003). Surgical
instrument termasuk dalam kategori high risk sehingga metode dekontaminasi
yang sesuai adalah desinfeksi, yang kemudian dilakukan sterilisasi (Hoffman et
al., 2004). Beberapa alat yang penting dapat dilakukan desinfeksi dan di sterilisasi
kembali kemudian disimpan sehingga sewaktu-waktu dapat di gunakan pada
waktu operasi baik di ruang operasi atau di rumah pasien. Alat-alat yang
dibersihkan atau didesinfeksi dengan buruk dapat menularkan infeksi kepada
pasien lain (Brown, 1995).
Proses desinfeksi dan sterilisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
jumlah mikroba dalam suatu alat (bioburden); letak suatu mikroba dalam alat;

resistensi suatu mikroba terhadap senyawa antimikroba; konsentrasi dan potensi
desinfektan yang digunakan; faktor fisika kimia yang mencakup suhu, pH dan
kelembaban; bahan organik dan inorganik yang terdapat pada alat; waktu kontak;
dan biofilm (Rutala and Weber, 2008). Diantara parameter tersebut, waktu kontak
/ waktu perendaman merupakan salah satu faktor penting, karen sesuai teori
disebutkan bahwa makin lama waktu kontak, maka efektivitas disinfektan kimia
juga meningkat (Rutala and Weber, 2008).

3

Hidrogen peroksida yang telah distabilkan dapat digunakan untuk
disinfeksi permukaan peralatan. Peroksida yang stabil bisa dicampur dengan
iodofor atau ammonium kuartener (Afifah, 2012). Mekanisme kerja hidrogen
peroksida

adalah

dengan

menyerang


membran

lipid

mikroorganisme,

mengoksidasi gugus tiol pada enzim metabolisme mikroba menjadi sulfida,
sehingga terjadi penghambatan enzim-enzim metabolisme dan sintesis protein
yang pada akhirnya sel mikroba mengalami kerusakan/kematian (Lukas, 2006).
Persen kadar hidrogen peroksida yang digunakan yaitu 3% - 7,5%. Pada
konsentrasi 6% - 7,5 % sebagai High Level Desinfectant (HLD) selama 30 menit,
dan dapat digunakan untuk 21 hari (Silvia et al., 2009).
Waktu
mempengaruhi
kemungkinan

perendaman
proses
dapat


instrumen

adalah

salah

satu

faktor

yang

terlalu

lama

desinfeksi.

Dimana


bila

direndam

menyebabkan

korosif

dan

tidak

efesiensi

waktu.

Dekontaminasi menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) 5% perlu dilakukan
suatu optimasi untuk mengetahui waktu perendaman optimal sehingga didapat
bioburden rendah sebagai jaminan sterilitas surgical instrument dan didapat

korosivitas yang rendah.
Untuk prosedur pengujian dilakukan dalam beberapa hal tahap, yaitu
dimulai dari sampling, pengenceran sampel pada media dan diakhiri dengan
menghitung jumlah mikroba. Sampel yang digunakan adalah surgical instrument
dengan kriteria bentuk dan ukuran yang sama, yaitu pinset.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh waktu perendaman terhadap efektivitas desinfektan

hidrogen peroksida (H2O2) 5% v/v menggunakan pinset anatomi?

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan efektivitas

desinfektan hidrogen peroksida (H2O2) 5% v/v terhadap waktu perendaman 3
menit, 4 menit, 5 menit, dan 6 menit pada pinset anatomi.


4

1.4

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah waktu perendaman berpengaruh

terhadap efektivitas desinfektan hidrogen peroksida (H2O2) 5% v/v pada pinset
anatomi.

1.5

Manfaat Penelitian
-

Memperluas pengetahuan penulis akan pemakaian desinfektan yang sesuai
untuk uji sterilisasi alat bedah.

-


Mengetahui penatalaksanaan proses desinfeksi pada peralatan bedah
khususnya pinset anatomi sehingga pengadaan alat kesehatan terjamin
sterilitasnya.

-

Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi kepada
para praktisi kesehatan serta dapat digunakan sebagai acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda.

SKRIPSI
INDAH AYU MUSTIKA SARI
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DESINFEKTAN HIDROGEN
PEROKSIDA (H202) 5% v/v PADA PINSET ANATOMI

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014


i

Lembar Pengesahan

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DESINFEKTAN HIDROGEN
PEROKSIDA (H2O2)5% v/v PADA PINSET ANATOMI
SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2014

Oleh :
INDAH AYU MUSTIKA SARI
201010410311033

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Muh. Agus Syamsur Rijal, SSi.,Msi

Pembimbing II

Arina Swastika Maulita, S.Farm.,Apt

ii

Lembar Pengujian

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DESINFEKTAN HIDROGEN
PEROKSIDA (H2O2)5% V/V PADA PINSET ANATOMI
SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan Didepan Tim Penguji
pada Tanggal 14 Juni 2014

Oleh :
INDAH AYU MUSTIKA SARI
201010410311033

Disetujui Oleh :

Penguji I

Muh. Agus Syamsur Rijal, SSi.,Msi

Penguji II

Arina Swastika Maulita, S.Farm.,Apt

Penguji III

Penguji IV

Drs. H. Achmad Inoni, Apt

Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes

iii

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dan terimakasih penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DESINFEKTAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) 5% v/v
PADA PINSET ANATOMI” untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
dalam menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan bimbingan, bantuan serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

M. Agus Syamsur Rijal, Ssi., Msi., Apt. sebagai Pembimbing I dan Arina
Swastika Maulita, S.Farm, Apt. sebagai Pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu
maupun dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2.

Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan Dra. Uswatun Chasanah, Apt., sebagai
Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun
terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.

3.

Yoyok Bekti Prasetyo, M. Kep, Sp. Kom. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

4.

Nailis syifa, M.Sc. Apt, selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang.

5.

Program Studi Farmasi beserta seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan mengajarkan
ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program sarjana.

6.

Laboran Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium
Biomedik : Mba Evi dan Mbak Fat yang banyak membantu saya.

7.

Mama, Papa dan Keluarga. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas kasih
sayang, perjuangan, keikhlasan, nasehat, kesabaran, dukungan moral

iv

maupun materi dan doa yang telah diberikan. Saya akan terus berusaha
untuk membuat kalian bahagia.
8.

Teman-teman skripsi Steril: Putri, Maya, Eko, Nikmah. Terimakasih untuk
kerjasama, suka duka perjuangan kita, semangat, dukungan, masukan,
kritikan juga doa. Tetap menjadi keluarga selamanya.

9.

Sahabat-sahabatku tersayang Desy, Diah, Vety, Jupe, Niar. Terimakasih
sudah menjadi keluarga baru yang menemani dan membantu belajar,
memberi semangat dan dukungan selama di Malang.

10.

Imam Suhaji, yang selalu meluangkan waktu untuk saya, mengingatkan,
serta memberi dukungan.

11.

Teman-teman angkatan 2010 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan
kita selama 4 tahun ini.

12.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimaksih atas
bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan

Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Terimakasih .

Malang,

Juni 2014

Indah Ayu Mustika Sari

v

RINGKASAN
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP EFEKTIVITAS
DESINFEKTAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) 5% v/v
PADA PINSET ANATOMI
Rumah sakit merupakan sumber infeksi, yaitu infeksi nosokomial. Adanya
kontaminasi mikroba pada surgical instrument saat pembedahan menyebabkan
terjadinya infeksi. Pinset merupakan salah satu jenis surgical instrument yang
merupakan suatu alat yang termasuk dalam kategori high risk atau disebut juga
sebagai suatu instrumen kritis (critical instrument / critical item) karena alat
tersebut digunakan hingga menembus jaringan steril dan kontak langsung dengan
membran mukosa. Surgical instrument sebagai critical item dipersyaratkan bebas
mikroba (steril) karena adanya kontaminasi mikroba akan menyebabkan
penularan atau transmisi penyakit. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada
pembedahan, maka harus mempergunakan peralatan yang steril dengan
melakukan sterilisasi. Untuk memperoleh jaminan keberhasilan sterilisasi, maka
dilakukan suatu proses dekontaminasi yang dilakukan sebelum sterilisasi. Salah
satu jenis dari surgical instrument yaitu pinset anatomi.
Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan pengaruh waktu perendaman 3
menit, 4 menit, 5 menit, dan 6 menit terhadap efektivitas desinfektan hidrogen
peroksida (H2O2) 5% v/v menggunakan pinset anatomi. Proses pengolahan pada
surgical instrument meliputi beberapa tahap, yaitu dekontaminasi, pencucian,
pengeringan, pengemasan dan sterilisasi.
Uji batas mikroba dilakukan dengan menggunakan metode uji yang
tercantum pada Farmakope Indonesia IV yaitu metode angka lempeng total
(ALT). Metode ALT dilakukan dengan mengencerkan suspensi bakteri dan
ditanam pada media, selanjutnya diinkubasi pada suhu 35 ± 2oC selama 24 – 48
jam. Sedangkan untuk pengambilan bakteri pada pinset dilakukan dengan metode
pencelupan. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali, tiap replikasi diuji 5 pinset.
Dilakukan perendaman dengan larutan hidrogen peroksida 5% pada 4 pinset
selama 3 menit, 4 menit, 5 menit, dan 6 menit. Sedangkan 1 pinset terakhir tidak
dilakukan perendaman. Media uji dan larutan pengencer yang digunakan adalah
Nutrient Agar (NA) dan larutan peptone water. Kontrol yang dilakukan saat
pengujian adalah uji sterilitas media, uji fertilitas media, uji sterilitas larutan
pengencer, uji sterilitas pinset, uji sterilitas cairan pembilas dan uji lingkungan
LAFC.
Hasil penelitian surgical instrument yang didekontaminasi dengan larutan
hidrogen peroksida 5% menunjukkan adanya penurunan jumlah mikroba, setelah
dilakukan perendaman selama 3 – 6 menit. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa
Waktu optimal perendaman proses dekontaminasi menggunakan hidrogen
peroksida (H2O2) 5% adalah 6 menit, sehingga diperoleh suau jaminan sterilitas
dengan adanya penurunan jumlah mikroba awal (penurunan bioburden).

vi

ABSTRAK
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP EFEKTIVITAS
DESINFEKTAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) 5% v/v
PADA PINSET ANATOMI
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit.
Penularan dapat terjadi pada saat pembedahan melalui pinset anatomi sebagai
surgical instrument. Sebagai upaya pencegahan infeksi, pinset anatomi harus
bersifat steril. Dilakukan dekontaminasi sebagai jaminan keberhasilan proses
sterilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan pengaruh waktu perendaman
3 menit, 4 menit, 5 menit, dan 6 menit terhadap efektivitas desinfektan hidrogen
peroksida (H2O2) 5% v/v menggunakan pinset anatomi. Pengambilan bakteri
pada sampel dilakukan dengan metode pencelupan. Sebanyak 5 pinset dilakukan
perendaman dengan larutan hidrogen peroksida 5% pada 4 alat selama 3, 4, 5, dan
6 menit, dan 1 pinset tidak dilakukan perendaman. Pinset kemudian diberi larutan
pengencer (peptone water) dan ditanam pada media uji Nutrient Agar (NA).
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 35 ± 20C selama 24 – 48 jam. Dilakukan
metode hitungan cawan untuk menghitung jumlah koloni per ml. Berdasarkan
hasil yang didapat, pinset yang didekontaminasi dengan larutan hidrogen
peroksida (H2O2) 5% menunjukkan adanya penurunan jumlah mikroba setelah
dilakukan perendaman selama 3 – 6 menit, dan didapat waktu optimalnya adalah
6 menit.
Kata kunci : Waktu Perendaman, Efektivitas Desinfektan, Hidrogen Peroksida,
Pinset Anatomi.

vii

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF SUBMERSION TIME TO THE DISINFECTANT
EFFECTIVENESS OF HIDROGEN PEROXIDE (H2O2) 5% v/v TO
PINCERS ANATOMY
Nosokomial infection is infection that occurs in hospital. The spreading can
occur in the surgical process through anatomy pincers as surgical instrument. As
an effort to prevent the infection, anatomy pincers must be sterile. It is conducted
by decontamination as the guarantee of successful sterilization process. This
research aimed to establish the influence of submersion time for 3 minutes, 4
minutes, 5 minutes, and 6 minutes to the effectiveness of hidrogen peroxide
(H2O2) 5% v/v disinfectant uses anatomy pincers. Bacteria are taken by dyeing
method. For 5 pincers treated by submersion with hidrogen peroxide solution 5%
for 4 pincers conducted for 3, 4, 5, and 6 minutes and 1 pincer not submerged.
Pincers then given by diluents (peptone water) and planted to the Gelatin Nutrient
(NA-Nutrient Agar). And then it is incubated in the 35 ± 20C for 24-48 hours.
Crucible calculation method conducted to calculate the amount of colony per ml.
Based on obtained result, pincers that decontaminated with hidrogen peroxide
(H2O2) 5% shows the decrease of microbe after conducted by submersion for 3-6
minutes, and the optimal time obtained in 6 minutes.
Keywords: Submersion Time, Disinfectant Effectiveness, Hidrogen Peroxide,
Anatomy Pincers.

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
RINGKASAN ........... ...................................................................................... vi
ABSTRAK ................. ..................................................................................... vii
ABSTRACT ............... ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Hipotesis ................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1 Tinjauan Tentang Desinfektan ................................................ 5
2.1.1 Definisi Desinfektan ........................................................ 5
2.1.2 Penggolongan Desinfektan .............................................. 5
2.1.3 Mekanisme Kerja Desinfektan ....................................... 7
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Desinfektan ..... 8
2.1.5 Pengujian Desinfektan .................................................... 8
2.2 Tinjauan Desinfektan Hidrogen Peroksida ............................... 10
2.3 Tinjauan Tentang Instumen Bedah .......................................... 11
2.3.1 Pengenalan Alat Bedah.................................................... 11
2.3.2 Pinset ............................................................................... 11

ix

2.4 Tinjauan Tentang Proses Pencegahan Infeksi .......................... 13
2.4.1 Definisi ............................................................................ 13
2.4.2 Tinjauan Teknik Aseptik ................................................. 13
2.5 Tinjauan Tentang Mikroorganisme .......................................... 16
2.5.1 Infeksi Nosokomial ......................................................... 16
2.5.2 Sumber Infeksi ............................................................... 17
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroorganisme ............................................................. 18
2.5.4 Metode Pembiakan Mikroorganisme .............................. 20
2.5.5 Jenis Mikroorganisme yang Umum Terdapat Sebagai
Kontaminan ..................................................................... 21
2.6

Metode Pengujian Sampel ........................................................ 21
2.6.1 Metode Sampling ........................................................... 21
2.6.2 Larutan Pengencer Sampel.............................................. 21
2.6.3 Mikroba Uji ..................................................................... 22
2.6.4 Kinetika Inaktivasi Bakteri ............................................ 22
2.6.5 Metode Perhitungan Mikroba ......................................... 23
2.6.6 Media Uji ........................................................................ 25

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................... 26
3.1 Uraian Kerangka Konseptual .................................................. 26
3.2 Skema Kerangka Konseptual ................................................... 27
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 28
4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 28
4.2 Lokasi Penelitian ...................................................................... 28
4.3 Waktu Penelitian ...................................................................... 28
4.4 Alat dan Bahan ......................................................................... 28
4.4.1 Alat

.......................................................................... 28

4.4.2 Bahan .............................................................................. 29
4.5 Kerangka Operasional .............................................................. 30
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 31
4.6.1 Persiapan Penelitian ........................................................ 31
4.6.2 Penyiapan Larutan Kadar Hidrogen Peroksida

x

(H2O2)

5% v/v.............................................................. 32

4.6.3 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) .............................. 33
4.6.4 Uji Sterilisasi Media ........................................................ 33
4.6.5 Kontrol Teknik Aseptik ................................................... 33
4.6.6 Uji Kontrol Lingkungan .................................................. 34
4.6.7 Penyiapan Sampel ........................................................... 34
4.6.8 Uji Penurunan Jumlah Mikroba....................................... 35
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 38
5.1

Hasil Uji Kontrol Lingkungan pada Laminar Air Flow
Cabinet (Lingkngan tempat pengujian sterilitas) .................... 39

5.2

Hasil Uji Fertilitas Media ........................................................ 39

5.3

Hasil Uji Sterilitas Media ........................................................ 40

5.4

Hasil Uji Sterilitas Larutan Peptone Water ............................. 41

5.5

Hasil Uji Sterilitas Cairan Pembilas ........................................ 41

5.6

Hasil Uji Sterilitas Pinset Anatomis ........................................ 42

5.7

Hasil perhitungan Jumlah Mikroba pada Desinfektan
Hidrogen Peroksida (H2O2) konsentrasi 5% v/v ..................... 42

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 44
BAB VII KESIMPULAN ............................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................................. 54

xi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

II.1 Klasifikasi Ruangan Bersih ...................................................................... 14
II.2 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ............................... 15
II.3 Batas Mikroba yang disarankan untuk Pemantauan Area Bersih
Selama Kegiatan Berlangsung ................................................................. 16
V.1 Hasil Uji Kontrol Lingkungan pada Laminar Air Flow
Cabinet (Lingkngan tempat pengujian sterilitas) .................................. 39
V.2 Hasil Uji Fertilitas Media ....................................................................... 40
V.3 Hasil Uji Sterilitas Media ....................................................................... 40
V.4 Hasil Uji Sterilitas Larutan Peptone Water ............................................ 41
V.5 Hasil Uji Sterilitas Cairan Pembilas ....................................................... 42
V.6 Hasil Uji Sterilitas Pinset Anatomis ...................................................... 42
V.7 Viabilitas Jumlah Mikroorganisme yang Terdapat Pada Pinset
anatomi yang telah Didesinfeksi Oleh Desinfektan Hidrogen
Peroksida (H2O2) Konsentrasi 5% .......................................................... 43

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

3.1 Skema Kerangka Konseptual ................................................................... 27
4.1 Skema Kerangka Operasional ................................................................... 30

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ 54

2.

Surat Pernyataan ................................................................................ 55

3.

Sertifikasi Analisis Desinfektan Hidrogen Peroksida (H2O2) 50% .. 56

4.

Sertifikat Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ....................... 57

5.

Komposisi Media dan Larutan Homogenizer (Pepton Water) ........... 58

6.

Proses Pengolahan Pinset Anatomi .................................................... 59

7.

Skema Kerja Pembuatan Media Padat PCA ...................................... 60

8.

Skema Kerja Pengenceran Sampel dengan Metode ALT .................. 62

9.

Foto Hasil Viabilitas Jumlah Mikroorganisme yang Terdapat
Pada Pinset Anatomi yang telah Didesinfeksi oleh
Desinfektan Hidrogen Peroksida (H2O2) Konsentrasi 5% v/v
Menggunakan Media padat PCA ....................................................... 64

10.

Foto Hasil Uji Kontrol Ruangan Laminar Air Flow Cabinet ............ 67

11.

Foto Hasil Kontrol Teknik Aseptik.................................................... 68

12.

Foto Kontrol Suhu dalam LAFC ....................................................... 70

13.

Foto Alat-alat dan Bahan Praktikum.................................................. 71

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ADN

: Acid Deoxyribonucleic

ALT

: Angka Lempeng Total

AOHC

: American Occupational Health Conference

APHA

: American Public Health Association

BPOM

: Badan Pengawas Obat dan Makanan

CFU

: Coloni Form Unit

CL

: Clorin

CPOB

: Cara Pembuatan Obat Yang Baik

Depkes

: Departemen Kesehatan

DTT

: Desinfektan Tingkat Tinggi

FDA

: Food and Drug Administration

IAOP

: Infeksi Aliran Darah Primer

ILO

: Infeksi Luka Operasi

ISK

: Infeksi Saluran Kemih

ISO

: Internasional Organisation of Standadisation

LAFC

: Laminar Air Flow Cabinet

MIC

: Minimun Inhibor Concentration

MPN

: Most Probable Number

PCA

: Plate Count Agar

pH

: Potential of Hydrogen

SH

: Sulfhidril

TNTC

: Too Numerous To Count

UV

: Ultraviolet

xv

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Amatulloh. 2012. Daya Kerja Desinfektan Untuk Disinfeksi Botol
Pengemas Yogurt Berdasarkan Perbedaan Bahan Aktif Dan
Konsentrasi. Bogor.
Agoes, Goeswin. Seri Farmasi Industri : Sediaan Farmasi Steril. Bandung:
Penerbit ITB. (hal 24)
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim).
Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (hal : 404 - 405,
410 - 418, 423, 426, 433)
Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperaktif :
Konsep, Proses dan Aplikasi. Penerbit Salemba Medika, Jakarta (hal 73).
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Jakarta : Badan POM (hal : 126 – 129).
Bauman, Robert. W. 2004. Microbilogy. San Fransisco Education. Inc. Szeged:
Innovariant Ltd.
Bouwhuizen, M. 1996. Ilmu Keperawatan (Verpleegkunde ZV). Penerjemah
Moelia Radja Siregar. Jakata: Penerbit Buku Kedokteran EGC (hal : 201203).
British Medical Association, 1989. Petunjuk Prektis Sterilisasi Instrumen Dan
Pengendalian Infeksi Silang. Penerjemah Basuki Supartono. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC (hal 13).
Brooks, G.F., Butel, J.S., and Morse, S.A., 2004. Medical Microbiology, 23th Ed.
USA: The McGraw-Hill Company, Inc.
Brown, John Stuart., 1995. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC (hal : 32-33).
Buchanan, EC., Schneider PJ., 2010. Peracikan Sediaan Steril, edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Coccolin L., Manzano M., Cantur C., & Comi G., 2001. App. Environ
Microbiology x.nov. 67 (11).
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan Pengendaliannya.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika (hal 4-72).

xvi

Denyer, S.P. and Baird, R.M., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceuticals and Medical Devices, 2nd Ed., Boca Raton: CRC Press,
Taylor & Francis Group.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi
III. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Bakteriologi Klinik, Pusat
Pendidikan Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi
IV. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Petunjuk Penyusunan
Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Ditjen PPM & PPL. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Pedoman Sanitasi Rumah
Sakit Indonesia. Ditjen PPM dan PPI. Ditjen Yanmedik. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Pelayanan Pusat
Sterilisasi di Rumah Sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Instalasi Pusat
Sterilisasi (Central Steril Supply Departement / CSSD) Di Rumah Sakit.
Ditjen BPM. Jakarta.
Efendi & Ronal. 1998. Masalah Infeksi Dalam Pembekalan, Fakultas
Kedokteran USU, Medan.
Fardiaz S, Jenie BSL. 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. Ed ke-2.
Bogor.
Filetoth, Zsolt. 2003. Hospital Acquired Ifection Causes and Control. London
and Philadelphia, England: Whurr Publishers Ltd.
Goff, Douglas. 2009. Dairy Science and Technology Education. Canada:
University of Guelph.
Hoffman, P., Bradley, C. and Ayliffe, G., 2004. Disinfection in Healthcare 3rd
Ed., Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd.

xvii

Jawetz, Melnick dan Adelberg’s, 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah
Bagian Mikrobiologi Universitas Airlangga. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Kozol, Robert A., Farmer, Diana L., Tennenberg, Steven D., Mulligan, Michael.,
1999. Instruments and Sutures. In: Surgical Pearls. Philadelphia: F.A.
Davis Company, 8-12. Lachman. L, Lieberman H.A, Kanig. J.L., 1994.
Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta : Universitas
Indonesia Press (hal 1292).
Lambert, Peter A. 2004. Mechanisms of action of biocides. In : Russel, Hugo &
Ayliffe’s Principles and Practice of disinfection, Preservation, and
Sterilization. Edited by Adam P. Fraise, Peter A. Lambert, Jean-Yves
Mailard 4th ed. Australia : Blackwell Publishing Ltd.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mazzola, dkk. 2003. Determination of Decimal Reduction Time (D-value) of
Chemical Agents Used in Hospitals for Disinfection Purposes. Brazil
: Department of Biochemical and Pharmaceutical Technology, School
of Pharmaceutical Sciences, University of Sao Paulo.
Nealon, Thomas F. 1996. Peralatan Bedah. Dalam: Keterampilan Pokok Ilmu
Bedah. Ed 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. (hal : 8-19)
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UIPress), 2009.
Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga (hal :2).
Provincial Infectious Diseases Advisory Committee (PIDAC), 2010. Best
Practices For Cleaning, Disinfection and Sterilization of Medical
Equipment/Devices In All Health Care Settings. Canada : Provincial
Infectious Diseases Advisory Committee
Russel DA, Mcdonnell G. 1999. Antiseptics and Desinfectants : activity,
action, and resistance. Clin Microbiol Rev. (hal 147-149)
Rutala , W.A. and Weber, D.J., 2008. Guideline for Desinfectan and
Sterilization in Healthcare Facilities. Departement of Human Service,
USA.
Schaffer, Garzon, Heroux, dan Korniewicz, 2000. Pencegahan Infeksi Dan
Praktik yang Aman. Penerjemah Setiawan, S.Kp. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.(hal 122-136)
Silvia I. Acosta-Gnass, Valeska de Andrade Stempliuk. 2009. Steriization
manual for health centers. Washington. (hal : 61-62)

xviii

Sjamsuhidajat, R, dan de jong, W. 2004. Pembedahan. Dalam: Sjamsuhidajat,
R., dan De Jong, W.,ed 2., Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. (hal:
9)
Somani, B. Sunil and Nitin W. Ingole. 2012. Formulation of Kinetic Model to
Predict Desinfection of Water by Using Natural Herbs- International
Journal Inviromental Science Vol. 2, No. 3. Amravati: Sant Gadge Baba
Amravati University.
Sugiartono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : ALFABeta. (hal :72)
Taylor JH, Rogers SJ, Holah JT. 1999. A Comparison of the Bactericidal
Efficacy of 18 Disinfectants used in the food industry againts
Eschrchia coli O157:H7 and Pseudomonas aeruginosa at 10 and 20 °C.
J Appl Microbiol (hal 87: 718-725).
Tietjen, Linda dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjodan JNPKKR atau POGI dan
JHPIEGO.
Voigt, R. 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, (hal 764 – 769).
Von Woedtke, T., Kramer, A. 2008. The limits of Sterility Assurance. GMS
Krankenhaushhygiene Interdisziplinar, Vol. 3(3), ISSN 1863-5245.
Waluyo, Lud., 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM Press.
Wheeler, F.M and Volk, A.W. 1989. Basic Microbiology. Diterjemahkan oleh
Markham. Cetakan V. Penerbit Erlangga. Jakarta.
World Health Organization, Regional Office for South-East Asia and Regional
Office for Western Pacific., 2004. Practical Guidelines for Infection
Control in Health Care Fasilities. New Delhi: World Health
Organization.

xix