o Negara sebagai alat kapital untuk menindas suatu kelas oleh kelas buruh,
petani, proletar. Dalam Bung Karno dengan rumusan Marhaenisme, si Marhaen masih punya modal dibandingkan proletar misalnya petani
memiliki modal dalam bentuk bentuk pacul.
2. Corporatisme:
o Menekankan kepada pembentukan kelompok-kelompok di masayarakat.
Negara menciptakan sistem perwakilan kepentingan. Kelompok dibentuk untuk mewakili kelompok specifik. Kelompok ini diklaim atas nama
anggotanya untuk patuh loyal kepada negara. Sistem ini dikenal sebagai korporatisme negara.
3. Negara:
o Ilmu dipengaruhi oleh kekuasaan. Dunia ketiga adalah laboratorium.
Pada saat ini Indonesia menjadi laboratorium masa transisi menuju demokratisasi, desentralisasi, penegakan HAM dll. Sebentar lagi akan
banyak muncul hasil kajian transisi ini yang bias ideologis.
o Negara punya keinginan. Negara adalah otonom terhadap masyarakatnya
society. Untuk cita2 keadilan negara ikut campur dlm menciptakan instrument untuk mendekatkan kesenjangan sosial dengan melakukan:
subsidi, pajak subsidi silang, melindungi kepentingan publik. Sebagai contoh ada konsep yang berbeda antara Finlandia dan Indonesia. Untuk
penerapan di Indonesia subsidi sangat dibenci oleh IMF.
o Perkembangan ilmu sangat ditentukan oleh perkembangan masyarakat.
Dalam membendung komunisme. Akademisi Barat membuat Militer dibanyak negara ketiga sebagai agen pembangunan yang memiliki
loyalitas yang lebih tinggi. Selain itu ada alasan ideologis untuk mencari sekutu didalam menghadapi komunisme.
o WTO Æ Persaingan bebas vs ketimpangan struktur ekonomi global.
Selatan-selatan selalu tertindas. Utara selalu menindas. 4. Dan lain-lain:
o Membahas kajian-kajian menyangkut: feminism, Gender, Environment,
Rational Choice. Isitilah2 ini akan dapat dilihat dalam konteks Studi Pembangunan yaitu penggunaan Pendekatan Kultural dalam Modernisasi.
Dalam sosiologi adanya posmo sebagai pengganti dekonstruksi dalam ilmu politik sebagai pengganti pendekatan tradisional dan behaviour.
o Dalam ilmu sosial tdk bisa dikotak2 an. Teori tdk lebih sebagai alat
sehingga sebagai ilmuawan dan praktisi pengguna teori tidak perlu fanatik.
o Demokrasi deliberatif Æ menggugat demokrasi liberal hari ini dimana
demokrasi seolah-olah hanya menjadi urusan partai politik, pemilu, parlemen. Politik bisa dilaksanakan di-mana mana dan tidak hanya di
partai politik. Contohnya di Brazil. Gugatan ini muncul sebagai bentuk
kegagalan demokrasi yang disebut oleh Hutington sebagai Demokrasi Gelombang ke 3.
o Kisah sukses demokrasi bisa dicapai demokrasi substantial bila
demokrasi terkonsolidasi. Banyak demokrasi yg gagal sehingga yang ada hanya demokrasi prosedural. Konsolidasi demokrasi penerapannya
memerlukan untuk menciptakan habitus yang lain. Yang terjadi saat ini demokrasi deliberatif masih terbatas hanya melengkapi yang ada.
o Ekonomi tumbuh dan diaharapkan tercipta kelas menengah yang akan
menegakan demokrasi. Ekonomi tidak maju tetapi tuntutan kebebasan semakin menguat. Demokrasi terjadi karena kemunculan elit. Negoisiasi
diantara elit akan memperpendek pencapaian demokrasi contohnya sukses yang terjadi di Spanyol. Deklarasi Ciganjur di Indonesia dapat
dianggap sebagai proses negoisasi tetapi yang terjadi adalah proses kegagalan elit memutuskan negoisasinya. Fakta dilapangan nasih sangat
diperdebatkan antara penerapan demokrasi terkait dengan pertumbuhan ekonomi.sebagai contoh penerapan di India vs Negara Barat vs
Singapura.
Konsep-konsep Pokok Politik
yang Mendasari
DefinisiPengertian Ilmu Politik
Oleh:
Adiyana Slamet
Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-2-3 IK-1,3,4,5
NEGARA
• Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
yang ditaati oleh rakyatnya. • Tokoh-tokoh yang menekankan negara sebagai inti dari
politik politics
• Roger F.Soltau dalam Budiardjo 1998:9 Ilmu politik
mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga- lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu,
hubungan antara negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.
• J. Barents dalam Budiardjo 1998:9 Ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari
kehidupan negara
yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat ; ilmu
politik mempelajari negara-negara melakukan tugasnya
KEKUASAAN
• Kekuasaan: “kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku”.
• Tokoh-tokoh yang melihat kekuasaan sbagai inti dari politik, baranggapan
bahwa politik adalah semua kegianan yang menyangkut masalah merebut dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan
kekuasaan power struggle ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Contoh serikat buruh, organisasi
keagamaan, organisasi kemahasiswaan dan kaum militer dll •
Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Budiardjo 1998:9 mendefinisikan
ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. •
W.A. Robson dalam dalam Budiardjo 1998:9 ilmu politik mempelajari
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus seorang sarjana ilmu politik tertuju
pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang
pelaksanaan kekuasaan itu. •
Daliar Noer dalam Budiardjo 1998:9 ilmu politik memusatkan perhatian
pada masalah kekasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat. •
Ossip K. Flechtheim dalam Budiardjo 1998:9 ilmu poitik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat tujuan dari gejala-gejala kekuasaanlain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi negara.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan decision membuat pilihan diantara berbagai alternatif, sedangkan istiah pengambilan keputusan decisionmaking merujuk
pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
• Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik
menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat.
• Joyce Mitchell dalam Budiardjo 1998:9 politik adalah
pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umumuntuk masyarakat seluruhnya.
• Karl W.Deutsch: politik adalah pengambilan keputusan melalui
sarana umum. Dikatakan selanjutnya bahwa keputusan-keputusan semacam ini berbeda dengan pengambilan keputusan-keputusan
pribadi oleh orang seorangan, melainkan pengambilan keputusan mengenai tindakan umumsektor publik.
KEBIJAKSANAAN UMUM
Kebijkasanaan umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok
politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan itu. Pada
prinsipnya pihak
yang membuat kebijkasanaan-
kebijaksanaan itu
mempunyai kekuasaan
untuk melaksanakannya.
• Hoogerwerf dalam Budiardjo 1998:9 obyek dari ilmu
politik adalah kebijaksanaan pemerintah, proses trbentuknya, serta akibat-akibatnya. Yang dimaksud
kebijaksanaan umum oleh Hoogerwerf ialah
membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan.
• David Easton: ilmu politik adalah studi mengenai
terbentuknya kebijaksanaan umum
PEMBAGIAN DAN ALOKASI
• Yang dimaksud pembagian dan alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Dalam ilmu
sosial nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau benar, sesuatu yang ingin dimilikimanusia. Nilai ini
dapat bersifat abstrak seperti penilaian atau azas seperti kejuuran, kebebasan berpendapat, kebebasan mimbar
dll. Nilai juga bersifat kongkrit material seperti rumah,
kekayaan dll.
• Harold D. Laswell dalam Budiardjo 1998:9 politik
adalah masalah siapa mendapat apa kapan dan bagaimana.
• David Easton: sistem politik adalah keseluruhan dari
interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif berdasarkan wewenang untuk dan
atas nama masyarakat.
NEGARA
Pengertian, Tugas, Asal mula,Sifat, Unsur- unsur, Tujuan dan fungsi Negara, Istilah
Negara dan sistem Politik
Oleh:
Adiyana Slamet
Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-4-5 IK-1,3,4,5
NEGARA
Negara merupakan integrasi dari keuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah
organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama seluruh warga Negara.
Tugas negara:
1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang
bertentangan satu sama lain a sosial, supaya tidak menjadi antagonisme anarkisme yang membahayakan;
2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan
golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana kegiatan
asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan pada tujuan nasional.
Definisi Negara
• Roger H. Soltau: “ Negara adalah alat agency atau
wewenang authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas
nama masyarakat”
• Harold J. Lasksi: “Negara adalah suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.”
• Max Weber: “ negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.”
Masalah asal mula negara adalah salah satu persoalan ilmu politik yang tersulit. Kesulitan
masalah itu terutama disebabkan karena tentang genetika negara, saat-saat negara yang pertama
dibentuk. Ada beberapa teori asal mula negara, yang diyakini bisa menjawab kesulitan-kesulitan
genetika negara, teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
Asal Mula Negara
• Teori perjanjian masyarakat teori kontrak sosial
teori ini menganggap perjanjian sebagai dasar negara
dan masyarakat. Negara dan masyarakat dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanian masyarakat.
• Teori Ketuhanan
• Teori Kekuatankekuasaankelas
negara yang pertama adalah hasil dominasi dari
kelompok yang kuat dari kelompok yang lemah. Negara terbenmtuk dari penaklukan dan
pendudukan.
• Teori Organis
negara dianggap atau disamakan dengan makhlik hidup, manusia atau binatang. Individu-individu yang
merupakan komponen-komponen negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu.
• Teori Patriarkhal Ayah yang berkuasa dan Teori
Matriarkhal Ibu yang Berkuasa
Sifat-sifat Negara
• Sifat Memaksa
• Sifat monopoli • Sifat mencakup semua
Unsur-unsur Negara
• Wilayah
• Penduduk • Pemerintah
• Kedaulatan
Tujuan dan fungsi Negara
Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan
bersama. Dapat dikatakan tujuan terakhir negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnta bonum
publicum, common good, common weal. Roger H. Soltau: “mengatakan bahwa tujuan negara
ialah memungkinkan rakyatnya “ berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.”
Harold J. Laski: “tujuan negara ialah menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya
keinginan-keinginan secara maksimal.”
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
• Melindungi segenap Bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia
• Memejukan kesejahterahan umum
• Mencerdaskan kehidupan bangsa
• Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasaarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, dengan berdasarkan pada Pancasila
Fungsi Negara
• Melaksanakan Penertiban
• Mengusahakan kesejahterahan dan kemakmuran rakyatnya
• Pertahanan
• Menegakan keadilan
Istilah Negara dan Sistem politik
Konsep sistem politik merupakan pokok dari gerakan pembaharuan dan lebih terkenal
dengan istilah “pendekatan tringkah-laku atau behavioral approach.”
konsep sistem politik didalam penerapan pada situasi yang kongkrit seperti negara, mencoba
mendasarkan studi tentang gejala-gejala politik dalam konteks tingkah-laku didalam
masyarakat. Tingkah laku politik dianggap sebagai sebagian dari keseluruhan tingkah-laku
sosial.
4 variabel dalam sistem politik
1. kekuasaan:sebagai cara untuk mencapai sesuatu yang diinginkan antara lain membagi
sumber-sumber di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Kepentingan: tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik.
3. Kebijakansanaan: hasil dari interaksi antar kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam
bentuk perundang-undangan.
4. Budaya politik: orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik
Sistem Politik:
Proses mengubah Input menjadi output.
Input : Kepentingan dan Aspirasi Publik.
Proses Æ Konversi
Output: : Kebijakan Publik, Keputusan Politik,
UU yg dihasilkan oleh Legislatif dan Eksekuitf dan Kebijakan Pemerintah yang lain
Feed back : sesuatu yang bersifat menguat
BADAN EKSEKUTIF
OLEH:
ADIYANA SLAMET
Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 IK-1,3,4,5
Pemerintah Dan Pemerintahan
Pemerintah Government secara etimologis berasal dari bahasa yunani, kubernan atau nakhoda kapal. Artinya,
menatap kedepan Surbakti,1992:167. Sedangkan menurut Budiardjo 1998:44, pemerintah “suatu
organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi
seluruh penduduk didalam suatu wilayahnya”.
Lalu “memerintah” berarti melihat kedepan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk
mencapai tujuan masyarakat-negara, memperkirakan
arah perkembangan masyarakat pada masa datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan
perkembangan masyarakat kedepan, serta mengelola
dan mengarahkan masyarakat ketujuan yang ditetapkan.
3 Aspek Dalam Mendefinisikan Pemerintahan
• Segi kegiatan dinamika : pemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha
yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara demi tercapainya
tujuan negara. •
Segi Struktural Fungsional: pemerintahan berarti seperangkat fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan
melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi tercapainya tujuan negara.
• Segi tugas dan kewenangan : pemerintahan berarti seluruh tugas dan
kewenangan negara.
Ditinjau dari ketiga batasan diatas disimpulkan pemerintahan merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan negara
fungsi negara. Yang melaksanakan tugas dan fungsi negara ialah pemerintah.
Pemerintahan dalam arti luas : berarti seluruh fungsi negara, meliputi legislatif, eksekutif, dan yudikatif
Pemerintahan dalam arti sempit: menyangkut aparat eksekutif, yakni kepala pemerintahan dan kabinetnya. Suberkti, 1992:168-169
Presiden kepala negara merangkap sebagai kepala pemerintahan dan Presiden mempunyai
hak preogratif untuk memilih pembantunya mentri-mentri, dalam sistem ini, lembaga
legislatif , dan eksekutif memiliki kedudukan yang independen, sedangkan pemegang
kewenangan dipilih oleh rakyat secara terpisah. Lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif
mempunyai kewenangan membuat undang- undang, tetapi yang satu harus mendapat
persetujuan dari yang lain sehingga setiap
undang-undang hasil kesepakatan dari keduabelah pihak.
Sistem Presidensial
Ciri-ciri Sistem Presidensial
1. Kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan administrasi lebih jelas dalam sistem ini, yakni
ditangan presiden, daripada kabinet parlementer, tetapi siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan
kebijakan lebih jelas pada sistem parlementer. 2. Kebijakan yang bersifat konfrehensif jarang dapat
dibuat karena legislatif dan eksekutif mempunyai kedudukan yang terpisah seseorang tidak mempunyai
fungsi ganda, ikatan partai longgar, dan kemungkinan kedua badan ini didominasikan oleh partai yang
berbeda . 3. Jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan
berada pada satu tangan yaitu Presiden. 4. Legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan
eksekutif , yang dapat diisi dari berbagai sumber termasuk legislatif. Surbekti, 1992:171
Sistem Parlementer
Kepala negara dan Kepala Pemerintahan tidak berada di satu tangan Presiden, Raja sebagai kepala negara,
sedangkan Perdana Mentri sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan ditetapkan oleh
parlemen segaera setelah hasil pemilu dihitung. Pemimpin partai pemenang , yakni yang terbanyak
mendapat raihan suara lazimnya biasanya langsung
menjadi kepala pemerintahan.artinya dalam hal ini partai pemenang memiliki legalitas dan legitimasi untuk
mengisi pemerintahan. Kepala pemerintahan dapat
segera membentuk kabinet bila perolehan suara di parlemen telah cukup memenuhi kriteria minimal
mayoritas sederhana 51 atau, membentuk koalisi
antar parti sampai memenuhi kriteria mayoritas sederhana untuk memungkinkan terselenggaranya
pemerintahan sehari-hari. Kabinet baru dilantik oleh
Kepala Negara sebagai simbol dimulainya awal pemerintahan.
Ciri-ciri Sistem Parlementer
1. Parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
secara langsung oleh warganegara yang berhak memilih melalui pemilihan umum.
2. Anggota dan pemimpin kabinet Perdana Mentri dipilih oleh parlemen
untuk menjalankan fungsi dan kewenangan eksekutif. Sebagian besar maupun keseluruhan anggota kabinet biasanya juga menjadi anggota
parlemen sehingga mereka memiliki fungsi ganda, yakni legislatif dan eksekutif. Hal ini berarti yang memerintah adalah partai pemenang
pemilu atau koalisi partai-partai manakala tidak ada satu partai yang mencapai suara mayoritas.
3. Kabinet dapat bertahan sepanjang mendapat mayoritas dukungan dari
parlemen. Dalam hal ini berarti parlemen dapat menjatuhkan kabinet manakala mayoritas parlemen memberikan “mosi tidak percaya” kepada
kabinet. 4.
Manakala kebijakannya tidak mendapat dukungan dari parlemen, Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen, lalu menetapkan waktu
penyelenggaraan pemilu untuk membentuk parlemen yang baru. 5.
Fungsi kepala pemerintahan Perdana Menteri dan fungsi kepala negara Presiden, Raja dilaksanakan oleh orang yang berlainan.
Surbakti, 1992 :170
Skema Dasar Sistem Pemerintahan Demokrasi
Sistem Presidensial Parlementer Dan UnikameralBikameral
Dikutup Dari Buku Amandemen UUD 1945 Menuju Konstitusi Yang Berkedaulatan Rakyat
Oleh; Hendarmin Ranadireksa
RAKYAT Warganegara
PEMILU
Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat AngketJAjak Pendapat
YUDIKATIF PRESIDEN
Kepala Negara MAJELIS TINGGI
UPPER HOUSE Aspirasi
KEWILAYAHAN PERDANA MENTERI
Kep. Pemerintahan MAJELIS RENDAH
LOWER HOUSE Aspirasi IDEOLOGI
Bekerja sepanjang Tahun
KETERANGAN
Sistem Presidensial Sistem Unikameral
KONSEP-KONSEP POLITIK
Teori politik, Masyarakat, Kekuasaan dan Negara
Oleh:
Adiyana Slamet
Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-9 IK-1,3,4,5
Pengertian Teori
• Teori adalah abstraksi dari realitas • Teori terdiri dari prinsip –prinsip dan definisi-definisi yang
secara konspetual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
• Teori merupakan seperangkat pernyataan yang sistematis, metodis, logis dan faktual yang dikemukakan
untuk menjelaskan dan memprediksi sebuah realitas
• Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena Budiardjo, 1998:30
• Teori merupakan perumusan dan kongkretisasi idea- idea yang abstrak Isjwara, 1999:66
Fungsi-fungsi Teori
• Mengorganisasikan dan menyimpulkan. • Memfokuskan.
• Menjelaskan. • Mengamati.
• Memprediksi • Komunikasi
• Kontrolmengawasi • Generatif
Fungsi Teori Politik
Menurut David Easton Varma, 2007:133 teori politik memenuhi sejumlah fungsi:
1. Memungkinkan mengenali variabel-variabel politik yang penting
dan menerangkan ubungan masing-masing.
2. Adanya kerangka teori yang diterima secra luas oleh para peneliti
di lapanga agar dapat memungkinkan diadakannya perbandingan antara hasil-hasil penelitian yang bermacam-macam, dengan
demikian orang tidak hanya dapat memeriksa hasi kesimpulan yang diambil oleh pelakupenelitian terdahulu, tapi juga dapat
menunjukan ilayah riset yang masih membutuhkan tambahan penelitian secara empiris.
3. Adanya kerangka teori, setidak-tidaknya sekumpulan konsep-
konsep yang secara relatif konsisten, juga menoong kita membuat riset yang lebih dapat diandalkan.
Teori Politik
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan
perkataan lain teori politik adalah bahasan dan renungan atas:
1. Tujuan dari kegiatan politik 2. Cara-cara untuk mencapai tujuan itu
3. Kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-
kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik yang tertentu, dan
4. Kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu Budiardjo, 1998:30
Menurut Easton Varma, 2007:130 Teori politik terdiri dari tiga unsur:
1. Keterangan tentang fakta-fakta atau deskriptif 2. Teori murni, atau teori sebab akibat yang
berusaha mencari hubungan yang dianggap ada antara fakta-fakta, dan
3. Teori nilai yang menentukan keterangan- keterangan preferensi yang saling
berhubungan. Fakta menurut Easton dapat didefinisikan
“kenyataan yang khusus disusun untuk sebuah kepentingan teori”.
Menurut Thomas P. Jenkin The Study Of Political theory dibedakan dua macam teori
politik
:
1. Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang
menentukan norma-norma politik norms for political behavior. Karena adanya unsur norma-norma dan
nilai value maka teori-teori ini boleh dinamakan valuational mengandung nilai. Yang termasuk teori
golongan ini antara lain filsafat politik, teori politik sistematis, ideologi dan sebagainya pendekatan
klasiktradisional. Fungsi teori ini menentukan pedoman dan patokan
yang bersifat moral dan yang sesuai dengan norma- norma moral.
Filsafat Politik Political Philosopy
Filsafat politik mecari penjelasan yang berdasarkan ratio. Ia melihat jelas adanya
hubungan antara sifat dan hakekat dari phenomena politik. Pokok utama dari filsafat
politik ialah persoalan-persoalan yang menyangkut methaphysika dan epistemologi
harus dipecahkan dulu sebelum persoalan- persoalan politik yang kita alami sehari-hari.
Menurut Plato filsafat politik adalah “usaha mencapai pengetahuan politik atau
kebijaksanaan politik”.
Teori Politik Sitematis Systematic Political Theory
Teori-teori politik ini tidak memajukan suatu pandangan tersendiri mengenai
metaphysika dan epistemologi. Tetapi mendasarkan diri atas pandangan-
pandangan yang sudah lazim diterima pada masa itu. Jadi, ia tidak menjelaskan
asal-usul atau cara lahirnya norma-norma, tetapi hanya mencoba untuk
merealisasikan norma-norma tu dalam suatu program politik.
Ideologi Politik Political Ideology
Ideologi politik adalah “himpunan nilai-nilai, idea, norma- norma, kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki
seseorang atau kelompok, atas dasar dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problem politik yang
dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya”. Nilai-nilai dan idea-idea ini merupakan sistem
yang berpautan. Dasar dari ideologi politik adaah keyakinan akan adanya suatu pola tata-tertib sosial
politik yang ideal Islamisme,Marhaenisme Pancasila,demokrasi,Marxisme, liberalisme,
Fascisme,sosialisme dll
2.
Teori-teori yang
menggambarkan dan membahas phenomena dan
fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-
norma atau nilai.pendekatan modernbehavioralisme
Masyarakat
Mc Iver: “ Masyaratat suatu sistem hubungan-hubungan yang tertib. Dan menurut Harold J Laski masyarakat adalah sekelompok manusia
yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terwujudnya keinginan-keinginan bersama”.
Dalam mengamati masyarakat di sekelilingnya, Harold Laswell memperinci delapan nilai Masyarakat Barat, yaitu:
1.Kekuasaan 2.Pendidikanpenerangan
3.Kekayaan 4.Kesehatan
5.Keterampilan 6.Kasih sayang
7.Kejujuran dan keadian 8.Keseganan, respek
Kekuasaan
Kekuasaan: “kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku
orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku atau orang yang memiliki”.
kekuasaan politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum pemerintah
baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang
kekuasaan itu sndiri.
Dimensi-dimensi Kekuasaan
Untuk memahami gejala-gejala politik kekuasaan secara tuntas maka kekuasaan ditinjau dari enam dimensi, yaitu:
1. Dimensi Potensial dan Aktual. Dimensi kekusaan potensial memiliki
sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, senjata, informasi pengetahuan, populeritas, status sosial yang tinggi, massa yang
terorgaisisr dan jabatan. Kekuasaan aktual apabila dia telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan politik
secara efektif
2. Dimensi Konsensus dan Paksaan. dimensi paksaan cinderung
memandang politik sebagai perjuangan, pertentangan, dominasi, dan konflik
3. Dimensi Positif dan Negatif
4. Dimensi Jabatan dan Pribadi
5. Dimensi Implisit dan Eksplisit
6. Dimensi langsung dan tidak langsung. Surbakti 1992:59-64
Pelaksanaan Kekuasaan Politik
Tiga masalah utama yang selalu diamati oleh ilmuan politik sehubungan dengan kekuasaan
politik, yakni:
1. Bagaimana kekusaan politik dilaksanakan 2. Bagaimana kekuasaan didistribusikan, dan
3. Mengapa seseorang atau kelompok tertentu memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada
orang atau kelompok lain dalam situasi dan kondisi tertentu.
Negara
Negara merupakan integrasi dari keuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah organisasi
yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang
dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama seluruh warga Negara.
• Roger H. Soltau: “ Negara adalah alat agency atau wewenang
authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat”
• Harold J. Lasksi: “Negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau
kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.”
• Max Weber: “ negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.”
DEMOKRASI
Pengertian Demokrasi,Demokrasi Konstitusional, Gagasan Demokrasi dan Perkembangannya di Indonesia, Demokrasi dalam
Perspektif Islam Dan Demokrasi dalam Terminologi Komunis
Oleh;
Adiyana Slamet
Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-10 11 IK-1,3,4,5
Pengertian Demokrasi
Pandangan beberapa ahli Politik terhadap istilah kedaulatan rakyat people souveriegnty
diidentikkan dengan istilah demokrasi democracy dengan argumen bahwa kedua
istilah tersebut sama-sama populer pada dua belahan dunia yang berbeda. Secara etimologi,
asal kata demokrasi berasal dari bahasa latin, yakni demos, yang artinya rakyat dan
kratoskratein, yang artinya kekuasaanberkuasa pemerintahan. Sehingga dapat diartikan
bahwa demokrasi artinya pemerintahan rakyat
Pengertian Demokrasi
Robert Dahl On Democracy, New Haven, CN: Yale University Press,
1998 menyebutkan “Demokrasi memberikan kesempatan untuk 1 partisipasi secara efektif, 2 setara dalam hak suara, 4 menjalankan kontrol
akhir terhadap agenda, dan 5 melibatkan orang dewasa. Institusi-institusi politik penting untuk mencapai tujuan-tujuan; 1 Pejabat terpilih, 2 Pemilu
yang bebas, adil dan rutin, 3 kebebsan berpendapat, 4 adanya sumber informsi alternatif, 5 otonomi asosiaonal, dan 6 kewarganegaraan yang
inklusif” Soekarno, dalam Kholid O. Santosa 2006 : 15 mengatakan bahwa,
“demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Cara pemerintahan yang memberi hak kepada semua rakyat untuk memerintah”.
Moh. Natsir dalam Kholid, O. Santosa 2005 : 139 mengatakan “Demokrasi merupakan dasar hidup yang kuat dalam hati seluruh bangsa
Indonesia” Dari berbagai definisi-definisi tentang demokrasi di atas muncul persepsi
yang berbeda, ada yang berpandangan minor Aristoteles, Menchen dan Shaw hingga ke pandangan yang optimistis. Namun demikian kata kunci
dari pendefinisan demokrasi tersebut menempatkan rakyat pada posisi yang penting dalam pengelolan pengambilan keputusan melalui partisipasi
dan kontrol
Dalam Ilmu Politik dikenal dua macam pemahaman tentang Demokrasi; Pemahaman
Secara Normativ dan Empirik
• Pemahaman Secara Normativ
Pendekatan klsik normative memahami demokrasi sebagai sumber wewenang dan tujuan resep bagaimana demokrasi itu
seharusnya. Pendekatan klasik normative lebih banyak membicarakan ide-ide dan model-model demokrasi secara
substantif dan umumnya mendefinisikan demokrasi dengan istilah- istilah kehendak rakyat sebagi sumber alat untuk mencapai
kebaikan bersama, seperti ungkapan “Pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat”. Ungkapan normativ tersebut
biasanya dituangkan dalam konstitusi pada masing-masing negara, misalnya dalam UUD 1945 bagi Pemerintahan Repulik Indonesia,
tetapi pemahaman secara normativ ini beum tentu dapat dilihat dalam kehidupan politik sehari-hari dalam satu negara. Affan
Gafar,Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, 1999:3
Pemahaman Secara Empiris
Pendekatan empiris-minimalis dapat membantu memberikan titik terang dalam menemukan dua
perspektif yang umum digunakan dalam memilih tipt-tipe demokrasi. Pertama, adalah perspektif yang merujuk
pada sebuah bentuk politik di mana warga masyarakat terlibat langsung dalam pemerintahan dan dalam
melahirkan peraturan. Kedua, perspektif yang merujuk
bagaimana mekanisme proses pengambilan keputusan itu diselenggarakan. Pada umumnya pendefinisan
demokrasi diletakkan pada dasar sebuah pemerintahan
dari rakyat, bukannya dari para Aristokrat, kaum Monarki, Birokrat, para ahli ataupun para pemimpin
agama, oleh rakyat dan untuk rakyat. Affan Gafar,Politik
Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, 1999:4
Penglompokan Demokrasi
Demokrasi pada perkembanganya dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.
• Demokrasi Langsung
Pada prakteknya menempatkan rakyat sebagai peran utama dalam pengambilan keputusan, hal itu berbeda dengan demokrasi perwakilan yang memberikan mandat
kepada wkil-wakilnya yang terdapat di dalam lembaga perwakilan rakyat dalam hal pengambilan keputusan. Demokrasi langsung direct demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana hak untuk pengambilan keputusan politik dijalankan langsung oleh seluruh badan warga negara. Tipe demokrasi langsung hanya dapat berhasil
menyelesaikan permasalahan dalam lingkungan entitas kecil.
• Demokrasi perwakilan
Bentuk pemerintahan dimana warga masyarakat juga menjalankan hak yang sama dalam menjalankan pengambilan keputusan politik, namun bukan dalam kapsitas
personal melainkan melalui perwakilan yang ditunjuk dan bertanggung jawab terhadapnya. Dua elemen yang paling esensial dalam demokrasi perwakilan yaitu
dipisahkannya antara pemerintah dan warga masyarakat dan secara periodic diselenggarakan pemilihan umum sebagai media rakyat untuk mengontrol
pemerintah. Jadi mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan di tingkat parlemen dan pemerintahan melalui sistem pemilihan umum. Abdy Yuhana,
Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945. Bandung: Fokus Media 2007:38-39
Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintahan yang demokratis
adalah pemerintahan yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan-pambatasan kekuasaan
pemerintah tercantum dalam konstitusi, maka dari itu sering disebut “Pemerintahan yang
berdasarkan Konstitusi” Constitutional Government or Rechtsstaat
Syarat Dasar Pemerintahan Demokratis
1. Perlindungan konstitusional
2. Badan kehakiman yang bebas tidak memihak 3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikatberorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan civic education
Nilai yang mendasari Demokrasi Menurut Henry B. Mayo dalam Budiardjo 1998:62-64:
1. Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga.
2. Menjamin adanya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah. 3.
Menyelenggarakan pergantian kepemimpinanpemimpin secara teratur 4.
Membatasi pemakaian kekerasan secara minimun. 5.
Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman 6.
Menjamin tegaknya keadilan untuk menyelenggarakan nilai-nilai demokrasi diatas maka perlu diselenggarakan
beberapa lembaga sebagai berikut: •
Pemerintahan yang bertanggung jawab •
Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-goongan dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum
yang bebas dan rahasia. •
Suatu organisasi poitik yang mencakup satu atau lebih partai politik sistem dwi- partai atau multi partai
• Pers dan media yang bebas untuk meyatakan pendapat
• Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak azasi dan
mempertahankan keadilan.
Moh. Mahfud MD [1]
mengklsifikasi kedalam tiga periode perkembangan politik di Indonesia; 1 periode 1945-1959 adalah demokrasi liberal, 2 periode 1959-1966 adalah demokrasi terpimpin dan
3 Periode 1966-sekarang yang dimaksud berkauasanya pemerintahan orde baru adalah demokrasi Pancasila.
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Liberal, indikatornya sebagai berikut: Partai-partai politik sangat dominant yang menentukan arah perjalanan Negara melalui badan
perwakilan; Eksekutif berada pada kondisi lemah, sering jatuh bangun karena mosi partai;
Kebebasan Pers relative lebih baik, bahkan pada periode ini peraturan sensor dan pemberedelan
yang diberlakukan sejak Zaman Belanda dicabut. 2. Periode 1959-1966 Demokrasi Terpimpin, indikatornya sebagai berikut:
Partai-partai sangat lemah; kekuatan politik ditandai dengan tarik tambang Soekarno, Angkatan Darat,
dan PKI; Eksekutif yang dipimpin oleh Presiden sangat kuat, apalagi Presiden merangkap sebagai Ketua DPA
yang dalam praktik menjadi pembuat dan selector produk legislatif. Kebebasan pers sangat terkekng, pada zaman ini terjadi tindakan anti pers yang jumlahnya sangat
spektakuler. 3.Periode 1966- sekarang Pemerintahan Soeharto indikatornya sebagai berikut:
Partai politik hidup lemah, terkontrol secara ketat oleh Eksekutif; lembaga perwakilan penuh dengan
tangan-tangan Eksekutif; Eksekutif sangat Kuat dan intervensionis serta menentukan spectrum poltrik nasional;
Kebebasan pers terkekang dengan adanya lembaga SIT yang kemudian dig anti dengan SIUPP. Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, bagaimanapun juga, kita tidak terlepas dari
alur periodesasi sejarah politk di Indonesia. yaitu, apa yang disebut sebagi periode pemerintahn masa revolusi kemerdekaan, pemerintahan parlementer representative democracy, pemerintahan
demokrasi terpimpin guided democracy, dan pemerintahan orde baru Pancasila Democracy [2]
1] Moh Mahfud MD, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi,1999:156. [2]Affan Gafar,Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, 1999:10
Gagasan Demokrasi dan Perkembanganny di Indonesia
Pada saat penyusunan UUD 1945, upaya untuk membangun paham demokrasi dari prinsip-prinsip ajaran agama Islam seperti prinsip musyawarah, nampak dari pendapat atau pandangan H. Agus Salim dan Muh. Yamin.
Dalam Sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945, H.Agus Salim menggambarkan permusyawaratan dalam kerakyatan dengan menyatakan “mencapi kebulatan pendapat”. Lebih lanjut H. Agus Salim menyatakan:
“Kebetulan cara permufakatan yang kita cari berlainan sekali daripada yang terpakai dalam demokrasi barat itu. Maka jikalau ternyata dalam, permusyawaratan, bahwa disitu ada satu dari sebagian besar yang dengan
kekerasan keyakinan kehendak menyampaikan suatu maksud dengan kerelaan penuh untuk menyumbangkan tenaga dan usahanya untuk mencapai maksud itu, jikalau tidak nyata-nyata maksud itu dapat diterangkan akan
membawa bahaya atau bencana besar maka bagian yang lain dalam permusyawaratan itu tidak menyagkal, melainkan membulatkan kata sepakat supaya baik dicoba untuk dengan ikhlas menjalankan keputusan bersama
itu, sehingga bolehlah terbukti betul atau salahnya”
Dalam pada itu, Muh. Yamin berpandangan bahwa permusyawaratan untuk mencapai mufakat, merupakan
perpaduan antara dua konsepsi, yaitu paham permusyawaratan yang bersumber dari ajaran Islam, sedangkan mufakat bersumber dari tatanan Indonesia asli 1.
Mengenai permusyawaratan, Muh. Yamin bertolak dari Al Qur’an Surat Asysyura ayat 38 yang menyatakan bahwa “segala urusan dimusyawarahkan di antara mereka”. Mengenai paham mufakat, Yamin menyatakan
bahwa sebelum Islam berkembang di tanah Indonesia, sudah sejak dahulu susunan desa, susunan masyarakat bersandar pada keputusan bersama yang dinamai kebulatan bersama. Dasar kebulatan atau dasar mufakat itu
menghilangkan dasar perseorangan dan menimbulkan hidup bersama dalam masyarakat yang teratur dalam tata Negara desa yang dipelihara secara turun temurun dan tidak sirna oleh pengaruh agama Budha ataupun agama
Hindu. Sampai kemudian agama Islam masuk ke Indonesia dan berkembang, dasar mufakat hidup dengan suburnya, karena dengan segera bersatu dengan firman musyawarah 2.
1 ]
I Gde Pantja Astawa, Op.cit. hlm 125. 2 Ibid, hlm 92.
Demokrasi Dalam Terminologi Islam
Demokrasi Dalam Terminologi Komunis
Selain demokrasi konstitusional yang bermacam-macam variasinya yang dianut oleh
mayoritas negara-negara di dunia, maka mesti disadari oleh para pengkaji politik akan adanya
demokrasi yang menitik beratkan pada ajaran Marxis yang ditafsirkan oleh Lenin Marxisme-
Leninisme yang muncul pada abad ke-19 dalam istilah demokrasi ploletar, demokrasi
soviet dankhusus di Asia dan Afrika muncul istilah demokrasi nasional
Ajaran Karl Marx
lahirnya ideologi marxism bermula pada abad ke-19 disaat kaum buruh di Eropa
Barat sangat memprihatinkan, kemajuan industrialisasi menimbulkan keadaan
sosial yang sangat merugikan kaum buruh upah, jam kerja, wanita dan anak-anak,
kesehatan
Karl Marx berasal dari jerman, melihat kondisi seperti itu Marx muda juga mengecam keadaan ekonomi, maka dia
berpendapat untuk merubah kondisi seperti itu tidak mungkin dilakukan perubahan tambal sulam, maka yang
harus dilakukan adalah perubahan secara radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya, untuk keperluan
itu maka dia menyususn teori sosial yang menurut dia harus didasari hukum-hukum ilmiah, maka keluarlah
istilah sosialisme ilmiah Secientific Sosialism dalam menyusun teori mengenai perkembangan
masyarakatnya ia sangat tertarik pada gagasan filusuf jerman George Hegel mengenai dialektika, Marx
berpenapat “semua masyarakat hanya menganalisis masyarakat, tetapi masalah sebenarnya adalah
bagaimana mengubahnya.”
Hukum Dialektika Hegel
Hegel seorang guru besar filsafat pada Universitas Berlin merupakan tokoh dari mazhab idealisme, menurutnya kebenaran
dalam keseluruhanya hanya ditangkap oleh pikiran manusia melalui proses dialektika proses dari Thesis, melalui antithesis menuju ke
shyntesis, kemudian mulai lagi dari permulaan dan seterusnya sampai kebenaran yang sempurna terungkap. Dalam menelaskan
proses dialektika Hegel mengatakan bahwa proses ini dilandasi oleh dua gagasan: Pertama , gagasan bahwa semua berkembang dan
terus-menerus berbah; kedua, gagasan bahwa semua hubungan satu sama lain konsep A, agar supaya pikiran manusia menangkap
konsep yang lebih dekat kepada kebenaran yang sempurna, maka konsep A harus dihadapkan dengan konsep B, konsep B
merupakan kebalikan dari konsep A. dari hasil dari konfrontasi antara konsep A dan konsep B timbulah konsep Cyang dinamakan
Shyntesis yang merupakan hasil pergumulan antara Thesis konsep A dan antithesis konsep B, proses Thesis, antithesis dan
shyntesis , dinamakan gerak yang berdasarkan hukum dialektika.
Marx tertarik oeh gagasan dialektika Hegel, karena didalamnya terdapat unsur kemajuan melalu konflik dan
pertentangan, dan unsur inilah yang dia perlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan
masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosialnya, maka dia merumuskan dulu teori mengenai
Matreialism Dialektis pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan semua berkembang terus
kemudian konsep itu digunakan untuk menganalisis sejarah perkembangan masyarakat yang disebut
Materialisme Historis. Atas dasar analisis terahir ini sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah
dunia kapitalis akan mengalami revolusi Revolusi Ploletar yang akan menghancurkan sendi-sendi
masyarakat kapitalis, yang akan menimbulkan apa yang disebut masyarakat komunis
Pandangan Negara dan Demokrasi
Marx negara adalah alat pemaksa yang akhirnya akan melenyapkan sendiri dengan munculnya masyarakat
komunis. Marx dan Engels “negara tak lain dan tak bukan mesin yang dipakai oleh suatu kelas untuk
menindas kelas lain”, dan selanjutnya dikatakan negara hanya suatu lembaga transisi yang dipakai dalam
perjuangan untuk menindas lawan-lawanya dengan kekerasan.dari pandangan diatas maka demokrasi
yandicetuskan oleh negara-negara yang menganut demokrasi liberal da variannya dianggap demokrasi
yang dikuasai oleh kelas tetentu.
Demokrasi Rakyat
menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah “bentuk khusus demokrasi
yang memenuhi fungsi diktatur ploletar”
Menurut Georgi Dimitrov mantan perdana mentri bulgaria mengartikan demokrasi
rakyat merupakan “ negara dalam masa transisi yang bertugas untuk menjamin
perkembangan negara kearah sosialisme”
Ciri-ciri Demokrasi Rkyat
• Suatu wadah front persatuan yang merupakan landasan kerjasama partai komunis dengan
golongan-golongan lainnya dalam masyarakat dimana partai komunis berperan sebagai
penguasa.
• Penggunaan dari beberapa lembaga pemerintahan dari negara yang lama. Di R.R.C
gagasan demokrasi rakyat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Mao Tse Tun yang
melancarkan dadasan mengenai Demokrasi Baru
GAGASAN DEMOKRASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
1
Oleh: Adiyana Slamet
Berbicara tentang demokrasi di Indonesia, kita memerlukan persyaratan khusus. Persyaratan khusus tersebut adalah dilepaskannya semacam “bias” dan etnosentrisme.
Kita harus menghindarkan diri dari etnosentrisme, karena hal itu membuat kita tidak mampu menatap diri kita dengan objektif. Etnosentrisme membuat kita melihat segala hal
apa yang kita miliki sekarang ini adalah yang terbaik, sedangkan yang ada di tempat lain adalah sebaliknya. Pernyataan-pernyataan yang sering kita dengar seperti: “itu ‘kan
demokrasi liberal”, “itu ‘kan demokrasi barat, kita punya budaya demokrasi sendiri’, merupakan salah satu bentuk etnosentrisme. Diskusi ilmiah tentang demokrasi harus
menghindarkan diri dari sikap seperti itu
2
. Dalam perkembangannya tumbuhnya demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari
gagasan-gagasan pendiri Republik Indonesia yang menghendaki demokrasi sebagai
pilihan untuk penyelenggaran pemerintahan. Baik Soekarno, Moh. Hatta, Agus Salim Maupun Muhamad Yamin gagasan-gagasannya tersebar dalam beberapa tulisan yang
telah di buatnya.
Soekarno dalam tulisannya di majalah Pikiran Rakyat telah meletakkan dasar-
dasar pemikiran mengenai negara nasional yang bersifat demokratis bagi Indonesia merdeka dikemudian hari. Dalam tulisannya itu, Soekarno mengemukakan bahwa
demokrasi yang dicita-citakannya adalah suatu sistem demokrasi yang tidak saja bersifat politik seperti di barat, melainkan juga mencakup ekonomi. Untuk maksud tersebut
Soekarno menggunakan istilah sosio-demokrasi, yaitu demokrasi politik dan demokrasi ekonomi
3
.
Dalam pidato pada tanggal 1 uni 1945 Ir. Soekarno Mengatakan
4
:
“Saudara-saudara, saya usulkan. Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek-
ecconomische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sial Rakyat Indonesia lama bicara tentang ini…
saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat hendaknya bukan bukan badan permusyawaratan politik democratie saja, tetapai badan yang
bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip: Politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid…
…saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan, segala hal Juga di dalam urusan kepala negara, saya terus terang, saya tidak akan memilih monarchie. Apa
1
Disampaikan pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik pertemuan ke-10 IK-1,3,4,5
2
Gde Pantja Astawa, Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut UUD 1945, Disertasi UNPAD Bandung, 2000:85.
3
Affan Gafar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi 1999: 2 3.
4
Soekarno, Lahirnya Pantja-Sila, Yayasan Kepada Bangsaku, Bandung, 2002 : 22-23.
sebab? Oleh karena monarchie “Vooronderstelt Ertelijheid”, turun temurun….maka saya minta supaya tiap-tiap kepala negara pun dipilih”….
Kepincangan demokrasi parlementer Barat menurut Ir. Soekarno:
“Di lapangan politik rakyat adalah raja, tetapi dilapangan ekonomi tetaplah ia budak. Parlemen boleh mengambil putusan apa saja, parlemen boleh memutuskan sapi
menjadi kuda, tetapi parlemen tidak boleh mengaru biru milik pribadi. Milik pribadi itu harus tetap dijungjung tinggi sebagai satu pusaka yang keramat
5
. Dalam tulisannya pada Daulat Rakyat yang berjudul “demokrasi Asli Indonesia
dan Kedaulatan Rakyat”, Drs. Moh. Hatta, mengemukakan bahwa di dalam cita-cita
rapat dan cita-cita rakyat protes dapat dibangun demokrasi politik, sedangkan di dalam cita-cita tolong menolong bisa menjadi dasar demokrasi ekonomi. Mengenai hal ini,
Hatta antara lain mengatakan:
“Di atas sendi yang pertama dan kedua, dapat didirikan tiang-tiang politik daripada demokrasi yang sebenarnya: satu pemerintahan negeri yang dilakukan
oleh rakyat dengan perantaraan wakil-wakilnya atau badan-badan perwakilan, sedsangkan yang menjalankan kekuasaan pemerintahan takluk kepada kemauan
rakyat. Untuk menyuisun kemauan itu rakyat mempunyai hak yang tidak boleh dihilangkan atau dibatalkan; hak merdeka bersuara, berserikat dan berkumpul
6
.
lebih lanjut dikatakan Hatta:
“Di atas sendi yang ketiga dapat didirikan tonggak demokrasi ekonomi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil yang mesti menguasai penghidupan
orangbanyak seperti sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang banyak harus menjadi pedoman perusahaan dan penghasilan. Sebab itu tangkai
penghasilan besar yang mengenai penghidupan rakyat harus berdasar kepada milik bersama dan terletak di bawah penjagaan rakyat dengan perantaraan badan-
badan perwakilannya”
7
.
Apabila dicermati dengan seksama, Hatta sesungguhnya tidak menolak sistem demoklrasi Parlementer seperti Soekarno. Sebaliknya Hatta menghendaki suatu
demokrasi dimana rakyat yang benar-benar memiliki kedaulatan dan itu hanya bisa berkembang di dalam sistem parlementer. Selain itu, yang ditolak oleh Hatta pada
demokrasi barat adalah asas individualisme yang berlebihan, sehingga tidak ada lagi perlindungan bagi pemilikan bersama
8
.
5
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Pertama, Panitia Penerbit dibawah Bendera Revolusi, Jakarta, 1963 : 386.
6
Mohammad Hatta, Demokrasi Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat, Dalam Daulat Rakyat, No.12, 10 Januari 1932.
7
Ibid.
8
I Gde Pantja astawa, Op cit hlm 90.
Berbagai visi yang sampaikan oleh dua tokoh pendiri Republik Indonesia, menegaskan bahwa paham demokrasi hendak diletakan dalam pondasi Negara ini.
Persamaan itu nampak dari pemahaman mereka tentang demokrasi sebagai sistem politik, juga sistem ekonomi.
Pada saat penyusunan UUD 1945, upaya untuk membangun paham demokrasi dari prinsip-prinsip ajaran agama Islam seperti prinsip musyawarah, nampak dari
pendapat atau pandangan H. Agus Salim dan Muh. Yamin. Dalam Sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945, H.Agus Salim menggambarkan
permusyawaratan dalam kerakyatan dengan menyatakan “mencapi kebulatan pendapat”.
Lebih lanjut H. Agus Salim menyatakan:
“Kebetulan cara permufakatan yang kita cari berlainan sekali daripada yang terpakai dalam demokrasi barat itu. Maka jikalau ternyata dalam,
permusyawaratan, bahwa disitu ada satu dari sebagian besar yang dengan kekerasan keyakinan kehendak menyampaikan suatu maksud dengan kerelaan
penuh untuk menyumbangkan tenaga dan usahanya untuk mencapai maksud itu, jikalau tidak nyata-nyata maksud itu dapat diterangkan akan membawa bahaya
atau bencana besar maka bagian yang lain dalam permusyawaratan itu tidak menyagkal, melainkan membulatkan kata sepakat supaya baik dicoba untuk
dengan ikhlas menjalankan keputusan bersama itu, sehingga bolehlah terbukti betul atau salahnya”
9
.
Dalam pada itu, Muh. Yamin berpandangan bahwa permusyawaratan untuk
mencapai mufakat, merupakan perpaduan antara dua konsepsi, yaitu paham permusyawaratan yang bersumber dari ajaran Islam, sedangkan mufakat bersumber dari
tatanan Indonesia asli
10
. Mengenai
permusyawaratan, Muh. Yamin
bertolak dari Al Qur’an Surat Asysyura ayat 38 yang menyatakan bahwa “segala urusan dimusyawarahkan di antara
mereka”. Mengenai paham mufakat, Yamin menyatakan bahwa sebelum Islam
berkembang di tanah Indonesia, sudah sejak dahulu susunan desa, susunan masyarakat bersandar pada keputusan bersama yang dinamai kebulatan bersama. Dasar kebulatan
atau dasar mufakat itu menghilangkan dasar perseorangan dan menimbulkan hidup bersama dalam masyarakat yang teratur dalam tata Negara desa yang dipelihara secara
turun temurun dan tidak sirna oleh pengaruh agama Budha ataupun agama Hindu. Sampai kemudian agama Islam masuk ke Indonesia dan berkembang, dasar mufakat hidup
dengan suburnya, karena dengan segera bersatu dengan firman musyawarah
11
. Persamaan pemikiran beberapa tokoh pendiri bangsa dalam memaknai demokrasi
terakomodasikan dalam UUD. Hal itu nampak dari rumusan yang terkandung dalam UUD 1945, baik yang terdapat dalam Pembukaan yang didalamnya memuat rumusan
dasar Negara Pancasila maupun dalam batang Tubuh.
10
I Gde Pantja Astawa, Op.cit. hlm 125.
11
Ibid, hlm 92.
Namun sebagai sebuah cita-cita, demokrasi di Indonesia tidak berhenti sampai Indonesia merdeka. Sebgai “das sollen”, usaha-usaha menemukan stelsel dan mekanisme
demokrasi yang cocok bagai masyarakat Indonesia merdeka. Tetapi pada tataran “das sein”, demokrasi itu bukan sesuatu yang mudah dijelmakan. Karena itu, selama
perjalanan Indonesia merdeka, telah dijalankan tiga sistem demokrasi, yaitu demokrasi Liberal, Demokrasi terpimpin dan Demokrasi pancasila
12
.
Moh. Mahfud MD
13
mengklsifikasi kedalam tiga periode perkembangan politik di Indonesia; 1 periode 1945-1959 adalah demokrasi liberal, 2 periode 1959-1966
adalah demokrasi terpimpin dan 3 Periode 1966-sekarang yang dimaksud berkauasanya pemerintahan orde baru adalah demokrasi Pancasila.
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Liberal, indikatornya sebagai berikut: a
Partai-partai politik sangat dominant yang menentukan arah perjalanan Negara melalui badan perwakilan;
b Eksekutif berada pada kondisi lemah, sering jatuh bangun karena mosi partai;
c Kebebasan Pers relative lebih baik, bahkan pada periode ini peraturan sensor
dan pemberedelan yang diberlakukan sejak Zaman Belanda dicabut. 2. Periode 1959-1966 Demokrasi Terpimpin, indikatornya sebagai berikut:
a Partai-partai sangat lemah; kekuatan politik ditandai dengan tarik tambang
Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI; b
Eksekutif yang dipimpin oleh Presiden sangat kuat, apalagi Presiden merangkap sebagai Ketua DPA yang dalam praktik menjadi pembuat dan
selector produk legislatif. c
Kebebasan pers sangat terkekng, pada zaman ini terjadi tindakan anti pers yang jumlahnya sangat spektakuler.
Periode 1966- sekarang Pemerintahan Soeharto indikatornya sebagai berikut: a
Partai politik hidup lemah, terkontrol secara ketat oleh Eksekutif; lembaga perwakilan penuh dengan tangan-tangan Eksekutif;
b Eksekutif sangat Kuat dan intervensionis serta menentukan spectrum poltrik
nasional; c
Kebebasan pers terkekang dengan adanya lembaga SIT yang kemudian dig anti dengan SIUPP.
Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, bagaimanapun juga, kita tidak terlepas dari alur periodesasi sejarah politk di Indonesia. yaitu, apa yang disebut
sebagi periode pemerintahn masa revolusi kemerdekaan, pemerintahan parlementer representative democracy, pemerintahan demokrasi terpimpin guided democracy, dan
pemerintahan orde baru Pancasila Democracy
14
Pada masa demokrasi pemerintahan masa revolusi kemerdekaan para penyelenggara negara mempunyai komitmen yang sangat besar dalam mewujudkan
demokrasi di Indonesia. Partai-partai politik tumbuh dan berkembang dengan cepat.
13
Moh Mahfud MD, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi, hlm 156.
14
Affan Gafar, Op. cit, hlm 10.
Tetapi fungsinya yang paling utama adalah ikut serta memenangkan revolusi kemerdekaan, dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta menanamkan
semangat anti imperialisme dan kolonialisme. Demokrasi liberal dilekatkan pada penyelenggaraan demokrasi antara tahun 1945-
1959. demokrasi liberal ini dikenal pula sebagai demokrasi parlementer, oleh karena berlangsung dalam sistem pemerintahan Parlementer ketika berlakunya UUD 1945
periode pertama, Konstitusi RIS dan UUDS 1950
15
. Demokrasi LiberalDemokrasi Parlementer merupakan sebutan umum seperti dalam banyak pernyataan pejabat di masa
pemerintahan Orde Baru yang bermaksud mengambarkan bahaya, kekuranagn dan akibat buruk yang ditimbulkan demokrasi tersebut dalam kurun waktu 1945-1959
terutama pada masa sistem pemerintahan parlementer
16
. Karena itu, demokrasi LiberalParlementer ini kemudaian ditinggalkan dan selanjutnya diperkenalkan sustu
sistem politik baru, yaitu demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin ini muncul sebagai bnetuk reaksi penolakan ataupun koreksi
terhadap demokrasi parlementer dengan tradisi liberalnya yang dinilai banyak menimbulkan keburukan atau kemunduran dalam meknisme penyelenggaraan
pemerintahan. Secara konseptual, demokrasi terpimpin dikaitkan dengan Pancasila dan berbagai prinsip demokrasi. Terdapat tidak kurang dari 12 prinsip yang dijadikan
landasan Demokrasi Terpimpin, seperti kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, mengakui adanya hak oposisi, bukan
dictator, mencakup bidang politik, ekonomi, social dan sebagainnya
17
. Namun demikian sistem politik yang dinamakan Demokrasi terpimpin tidakl berlangsung lama, akibat
gejolak politik yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Ir. Soekarno, bersamaan
dengan hal tersebut demokrasi terpimpinpun berakhir. Dalam rangka melaksanakan UUD 1945 secara muni dan konsekuen dan
sekaligus koreksi terhadap demokrasi terpimpin, maka sejak orde baru dikembangkan sustu demokrasi yang dinamakan Demokrasi Pancasila
18
. Demokrasi Pancasila hendak menggambarkan suatu demokrasi yang dikehendaki
Pancasila dan UUD 1945 dengan menjadikan prinsip musyawarah-mufakat sebagai landasan utamanya. Disamping itu, dalam Demokrasi pancasila juga hendak
dikembangkan beberapa macam keseimbangan
19
. Pejabat Presiden Soeharto pada pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 1967,
antara lain menyatakan bahwa Demokrasi Pancasila berarti demokrasi, kedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila lainnya. Hal ini berarti bahwa dalam
menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai dengan rasa tanggungjawab
15
Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, Tribisana Karya, Bandung, 1977 :183.
17
I Gde Pantja Astawa, Op. cit, hlm 96.
18
Istilah ini lahir sebagai lawan dilawankan terhadap istilah ‘Demokrasi Terpimpin” dibawah Pemerintahan Soekarno. Lihat Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2003: 42.
19
Sri Soemantri M, Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993: 5-6.
kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan agama masing-masing, haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
haruslah menjamin dan mempersatukan bangsa, dan harus dimanfaatkan untuk keadilan social. Pancasila berpangkal tolak dari paham kekeluargaan dan gotong royong
20
. Sebelum itu seminar II Angkatan Darat yang berlangsung pada bulan Agustus
1966 mengeluarkan “Garis-garis Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Stabilisasi Politik” yang dalam bidang politik dan konstitusioanal dirumuskan dengan :”
Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang berarti menegakkan kembali asas-asas Negara hukum di mana kepastian hukum
dirasakan oleh segenap warga Negara, di mana hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif, maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan dimana penyalahgunaan
kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini perlu diuasahakan supaya lembaga-lembaga dan tata kerja orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi
dan lebih diperlembagakan depersonalization, institusionalization”
21
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah pemerintahan atau sistem politk seperti
apakah Orde Baru yang melabelkan dirinya dengan demokrasi Pancasila? Karl D. Jackson
dalam Jackson and Pye, 1978, dengan menggunakan model analisis yang digunakan oleh Riggs dalam mengamati Thailand, menyebut Indonesia Orde Baru
sebagai Negara birokratik atau Bureaucratic Polity. Dalam Negara seperti ini, biasanya sekelompol elite politik menguasai sepenuhnya pengambilan keputusan politik negara.
Sementara, masyarakat hanya dilibatkan dalam proses implementasi kebijaksanan
22
. Sementara
Dwight King dalam Anderson and Kahin, 1992 menyebut
Indonesia Orde Baru sebagai Bureaucratic Authoritarian with limited plurality. Dalam artian, birokrat-baik sipil maupun militer memnag sangat dominant, bahkan cenderung
otoritarian, tetapi warna pluralisme tetap ada sekalipun terbatas. Yaitu, dengan mengorganisasikan kepentingan secara corporatist, seperti kepentingan buruh, petani,
guru, dan lain sebagainya, yang disusun secara vertical, tidak horizontal sebagaimana dikenal dalam demokrasi
23
.
20
CSIS, Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila, Yayasan Proklamasi, Jakarta, 1976: 67.
21
Seminar Angkatan darat II, Garis-garis Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Stabilisasi Politik, Seskoad Bandung, 1966, dalam Moh. Mahfud MD, op.cit, hlm 43.
22
Affan Gafar, op.cit., hlm 36.
23
Affan Gaffar, Ibid.
1
HAK AZASI MANUSIA
1
Oleh: Adiyana Slamet
Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperolehnya dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya dalam kehidupan masyarakat.
Hak Azasi Manusia human raights yang secara universal diartikan sebagai those rights which are inherent in our nature and without which we cannot live as human being oleh
masyarakat di dunia perumusan dan pengakuannya telah diperjuangkan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Bahkan saat inipun hal tersebut masih berlangsung, dengan
pelbagai dimensi permasalahan yang muncul karena pelbagai spektrum penafsiran yang terkait didalamnya.
2
Dalam sejarah perkembangannya yang awal di negeri-negeri Barat, proses berkembangnya ide hak-hak manusia yang asasi – berikut segala praksis-praksis
implementasinya–terjadi seiring dengan berkembangnya ide untuk membangun suatu negara bangsa yang demokratik dan berinfrastruktur masyarakat warga civil society. Ide
ini mencita-citakan terwujudnya suatu komunitas politik manusia sebangsa atas dasar prinsip kebebasan dan kesamaan derajat serta keududukan di hadapan hukum dan
kekuasaan.
3
Ketika Hak Asasi Manusia dideklarasikan di New York atas wibawa PBB pada tahun 1948, deklarasi itu adalah deklarasi yang pada dasarnya bertolak dari dan
bertumpuk pada ide, doktrin dan atau konsep mengenai kebebasan dan kesetaraan manusia sebagaimana yang telah lama dimengerti oleh Barat. Lebih lanjut lagi, deklarasi
itu bahkan juga mengklaim bahwa hak-hak dan seluruh ide dan doktrin yang mendasarinya itu juga bernilai universal. Kalau semula pada awalnya yang dimaksudkan
dengan universalitas itu adalah universalitas yang masih pada lingkup nasional mengatasi partikularisme yang lokal dan atau etnik dan atau yang sektarian, kini yang dimaksudkan
dengan universalitas itu adalah universalitas yang kemanusiaan mengatasi partikulsrisme kebangsaan. Bukan suatu kebetulan manakala deklarasi itu secara resmi disebut The
Universal Declaration Of Human Rights, dengan mengikutkan kata universal guna mengkualifikasi deklarasi itu sebagai suatu pernyataan yang berlaku umum di negeri
manapun, pada kurun masa yang manapun, untuk dan terhadap siapapun dari bangsa manapun.
1
Disampaikan pada kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-12 IK-1,3,4,5
2
Muladi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam Bagir Manan, Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum. Gaya Media Pratama, Jakarta. 1996, hal. 113
3
Sotandyo WignjoSoebroto, Hubungan Negara dan Masyarakat dalam kKonteks Hak Asasi Manusia; Sebuah Tinjauan Historik dari Relativisme Budaya – Politik, makalah disampaikan pada Seminar
Pembanguna Hukum Nasional VIII diselenggarakan oleh BPHN DepKehHAM, Denpasar, 14-18 Juli 2003.
2 Peta permasalahan HAM di pelbagai kawasan dunia menjadi sangat menarik,
apabila dikaji adanya pelbagai kelompok pemikiran baik yang berkaitan dengan pendirian negara-negara, maupun kelompok-kelompok yang bersifat non pemerintah NGO.
Dalam hal ini menurut Muladi
4
paling sedikit dapat diperinci adanya 4 empat kelompok pandangan, yakni pertama Kelompok berpandangan Universal-absolut, kedua
Kelompok berpandangan Universal-relatif, ketiga Kelompok berpandangan
Partikularistik-absolut, keempat Kelompok berpandangan Partikularistik-relatif,
Namun demikian, yang menjadi persoalan besar sampai saat ini adalah apakah ide dan konsep harus bersifat demikian universalistik dalam artian yang mutlak? Ataukah
sekalipun deklarasi itu telah diterima oleh banyak wakil negara bangsa di dunia ini, masihkah ada juga tempat untuk tafsir-tafsir yang lebih bersifat partikularistik? Artinya,
adakah hak asasi manusia itu harus ditegakkan kapan saja di mana saja dalam pengertiannya yang sama sebagaimana modelnya yang klasik dari Barat itu? Ataukah
HAM hanya dipandang sebagai suatu yang universal dalam hal prinsip-prinsipnya saja? Yang oleh sebab itu implementasinya – demi kemajuan dan penegakan HAM – mestilah
selalu dilakukan dengan memperimbangkan dan atau memperhitungkan kondisi dan situasi setempat yang partikular?
Pada prinsipnya, sebenarnya semua negara di dunia ini menjunjung tinggi konsep hak-hak asasi manusia. Meskipun demikian, pelaksanaan konsep tersebut telah menjadi
persoalan besar bukan saja pada tingkat politik dalam negeri tetapi pada tingkat hubungan internasional. Tampaknya konsep hak asasi manusia yang dianut disementara
negara-negara Dunia Ketiga. Di antara negara-negara yang agak lantang menetang konsep Barat dan secara gigih memperjuangkan konsep Timur mengenai hak-hak
sasi manusia terdapat Cina, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Singapura dan juga Indonesia.
5
Hal itu pun terjadi pada negara-negara Islam yang mempunyai pandangan berbeda tentang HAM dengan negara-negara Barat. Kalau kita perhatikan dan cermati
permasalahan yang paling menonjol perbedaan tersebut yakni dari cara pandang yang berujung pada aplikasinya di tiap-tiap negara.
Sebelum membahas lebih jauh lagi tentang permasalahan diatas ada baiknya penulis paparkan terlebih dahulu perihal pandangan dari kelompok-kelompok pemikiran
tentang universalisme-partikularisme dalam HAM, baik yang berkaitan dengan pendirian negara-negara, maupun kelompok-kelompok yang bersifat non pemerintah NGO.
4
Muladi, Op.Cit. hal 115
5
Harold Crouch, Beberapa Catatan Tentang Hak Asasi Manusia, dalam Haris Munandar ed Pembangunan Politik, Situasi Global, dan Hak Asasi di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hal. 451
3 Dalam hal ini menurut Muladi
6
paling sedikit dapat diperinci adanya 4 empat kelompok pandangan sebagai berikut:
1. Mereka yang berpandangan Universal-absolut yang melihat HAM sebagai nilai-