sehingga siswa lebih dapat berpikir maju dan dewasa setelah ia mengalami aktivitas belajar.
Aktivitas kita sehari-hari membutuhkan kerja fisik dan fikiran untuk mencapai tujuan kegiatan yang kita inginkan. Abdurrahman Wasty, 2000: 105, menyatakan
bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar. Dalam belajar tidak hanya
aktivitas fisik atau psikis saja yang mengalami kegiatan belajar tetapi keduanya secara bersama mengalami kegiatan. Namun, memang dalam belajar sesuatu hal ada yang lebih
ditonjolkan dalam melakukan kegiatan, misalnya dalam olahraga siswa lebih menonjolkan aktivitas fisiknya walau juga membutuhkan aktivitas psikis atau rohani.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala kegiatan pembelajaran yang melibatkan kerja
pikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa akan
semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
1.3 Pengertian Hasil Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi selalu
dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne Muhibbin, 2007: 45 bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar achievement seseorang. Hasil belajar yang didapat tentunya dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri, jika prosesnya baik
maka hasilnya juga akan menjadi baik.
Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun
demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Winkel Bundu, 2006: 15, menggolongkan
kemampuan-kemampuan yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yang
meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan
tindakan. Dari berbagai pengertian menurut ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan wujud penilaian dari rangkaian akhir proses belajar. Rangkaian akhir proses belajar itu misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang
dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester maupun ujian nasional.
1.4 Matematika di SD
2.4.1 Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathemetike yang berarti mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir
sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berpikir bernalar. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi. Matematika
terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia,
yang
hubungannya dengan idea, proses, dan penalaran Russeffendi dalam Sudirman,1990: 3. Suherman 2006: 55, mengungkapkan bahwa matematika yang
diajarkan di SD yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan yang akan membentuk kepribadian anak
sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kehidupannya sehari-hari. Ada pun ruang lingkup pembelajaran matematika di SD Menurut KTSP 2006 Depdiknas,
2006: 417 adalah mencakup: a bilangan; b geometri pengukuran; dan c pengolahan data.
Atas dasar hal tersebut maka ada enam definisi atau pengertian dari matematika, yaitu: 1 matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir dengan baik, 2 matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, 3 matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubugan dengan bilangan, 4 matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, 5 matematika adalah
pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan 6 matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat Soejadi dalam Sutarno, 1990: 34.
2.4.2 Teori Belajar Matematika
Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika, Bruner Hudoyo, 1988: 56. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi
itu mudah dipahami secara lebih komprehensip. Selain itu, anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan
memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer.
Dalam belajar, Brunner hampir selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material. Anak didik harus menemukan keteraturan dengan cara 12
pertama-tama memanipulasi material yang sudah dimiliki anak didik. Berarti anak didik dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan dari
keaktifan fisiknya. Brunner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental yaitu:
a. Tahap enaktif
Pada tahap ini, dalam belajar anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret secara langsung misalnya untuk memahami konsep operasi
pengurangan bilangan cacah 7 – 4 . Anak memerlukan pengalaman mengambil
atau membuang 4 benda dari sekelompok 7 benda.
b. Tahap ekonik
Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak memanipulasi
langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran objek-objek yang dimaksud.
c. Tahap simbolik