Dampak Program Pola Kemitraan PTPN III Terhadap Sosial Ekonomi Usaha Kecil Menengah Masyarakat Sekitar

(1)

DAMPAK PROGRAM POLA KEMITRAAN PTPN III

TERHADAP SOSIAL EKONOMI USAHA KECIL MENENGAH

MASYARAKAT SEKITAR

(Studi Kasus : Masyarakat Sekitar Perkebunan PTPN III di Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ESTER SILABAN

060309032

PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK PROGRAM POLA KEMITRAAN PTPN III

TERHADAP SOSIAL EKONOMI USAHA KECIL MENENGAH

MASYARAKAT SEKITAR

(Studi Kasus : Masyarakat Sekitar Perkebunan PTPN III di Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH : ESTER SILABAN

060309032 PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lily Fauziah, M.Si) (Ir. M. Roem S. M.Si) NIP. 196303822198832003 NIP.19550912.198202.1.001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 14

2.3 Kerangka Pemikiran ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4 Metode Analisis Data ... 27

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 29

Definisi ... 29

Batasan Operasional ... 30

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi daerah penelitian ... 31

Letak dan Keadaan Geografis ... 31

Iklim ... 32


(4)

Tenaga Kerja ... 35

4.2 Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III ... 38

Sejarah Perusahaan ... 36

Visi dan Misi Perusahaan ... 39

Tujuan Perusahaan ... 40

Perkembangan Jumlah Penyaluran Dana dan Mitra Binaan . 40 4.3 Karakteristik sampel ... 41

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian ... 43

5.2 Peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian ... 49

5.3 Dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi masyarakat disekitar di daerah penelitian ... 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(5)

ABSTRAK

ESTER SILABAN (060309032) dengan judul skripsi ”Dampak Program Pola Kemitraan PTPN III Terhadap Sosial Ekonomi Usaha Kecil Menengah Masyarakat Sekitar” ( Studi Kasus : Masyarakat Sekitar Perkebunan PTPN III di Kabupaten Deli Serdang ). Adapun penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir.Hj Lily Fauziah, M.Si dan Bapak Ir. M. Roem S. M.Si

Program Kemitraan merupakan bagian dari Coorporate Sosial

Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusaan) yang merupakan bagian dari

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang banyak dilakukan oleh perusahaan BUMN dan swasta di Indonesia. Program kemitraan ini digunakan oleh perusahaan sebagai suatu alat/cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar usaha perusahaan berdomisil melalui kemitraan usaha kecil menengah yang dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari program kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat sekitar perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010 di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive(sengaja), yaitu di daerah Kabupaten Deli Serdang. Adapun daerah ini dipilih karena memiliki luas wilayah yang paling luas dihubungkan dengan daerah penyaluran mitra binaan PTPN III di wilayah Sumatera Utara sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel yaitu sampel secara simple random sampling dengan sampel adalah para pelaku usaha kecil menengah yang termasuk ke dalam Mitra Binaan PT. Nusantara III dalam tahun 2009 dengan jumlah sampel 30 mitra binaan yang terdiri dari sektor perdaganga 14 usaha, sektor industri 6 usaha dan sektor jasa 10 usaha.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa program kemitraan PTPN III terhadap usaha kecil menengah masyarakat sekitar dilakukan dengan sistem kontrak selama 3 tahun dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PTPN III. PTPN III memiliki peran yang sangat penting dalam membantu permodalan usaha kecil masyarakat sekitar, mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat, sebagai pelaksana dari Program Kemitaraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan membina mitra binaan melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada mitra binaan. Program kemitraan yang dilakukan PTPN III terhadap usaha kecil menegah masyarakat sekitar telah memberikan dampak sosial ekonomi terhadap usaha kecil menegah masyarakat yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha kecil menengah dan peningkatan pendapatan usaha.

Kata kunci : Coorporate Sosial Responsibility (CSR), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Kemenyan (PKBL), dan Usaha Kecil Menengah (UKM)


(6)

RIWAYAT HIDUP

ESTER SILABAN, lahir pada tanggal 22 Februari 1988 di Medan, Sumatera Utara, anak pertama dari empat bersaudara, dari Ayahanda H. Silaban dan Ibunda O. Pasaribu, S.Pd.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : Tahun 2000, menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar ST. ANTONIUS V, Medan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama TRISAKTI 1, Medan pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5, Medan pada tahun 2006. Pada tahun 2006, diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian – Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Tahun 2010, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi. Tahun 2010, melakukan penelitian skripsi di Kabupaten Deli Serdang.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Fakultas Pertanian, USU.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “ Dampak Program Pola Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Sosial Ekonomi Usaha Kecil Menengah Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam – dalamnya pada Ayahanda tercinta H. Silaban dan Ibunda O. Pasaribu, S.Pd., atas seluruh doa, cinta, pengorbanan, nasehat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta adik – adik penulis, antara lain Rafael, Fandi, Ranto dan Santo atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : Ibu Ir. Hj. Lily Fauziah, M.Si dan Bapak Ir. M. Roem S. M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PT. Perkebunan Nusantara III terkhusus bagian PKBL dan seluruh usaha kecil menengah yang menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian di Kabupaten Deli Serdang. Pegawai – pegawai di Departemen Agribisnis, antara lain Kak Lisbet, Kak Runi, dan Kak Yani atas bantuan dan dukungannya selama ini kepada


(8)

Friska Pardosi, Tycha M. Matondang, Pasti Lumban Batu, Vicha D. Sianipar, dan Rani Yustika Silalahi atas segala kebersamaan yang telah kita lewati selama ± 4 tahun ini, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Sahabat-sahabat penulis lainnya, yaitu ”Asyer Nababan dan Nicho Siagian”atas doa, dukungan, dan semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.

Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Medan, November 2010


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Penyaluran Mitra Binaan PTPN III di Wilayah Sumatera Utara

Tahun 2009 ... 25 2. Luas Wilayah Kabupaten/Kotamadya di Sumatera Utara ... 26 3. Nama dan Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah

Desa/Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang ... 33 4. Banyaknya penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut jenis kegiatan

tahun 2008 ... 34 5. Luas komoditi yang diusahakan PTPN III ... 37 6. Luas kebun Plasma PTPN III ... 37 7. Perkembangan jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana

program kemitraan kepada mitra binaan menurut wilayah

tahun 2007-2009 ... 34 8. Karakteristik sampel kemitraan PTPN III dengan usaha kecil menegah

Tahun 2009 ... 41 9. Pembagian jenis usaha kemitraan PTPN III dengan usaha kecil

menengah tahun 2009 ... 41 10. Persentase usaha kecil sebagai mata pencaharian mitra binaan PTPN III . 42 11. Hasil metode Uji-Wilcoxson terhadap dampak sosial mitra binaan ... 53 12. Jumlah pinjaman pokok dan pendapatan per bulan sebelum dan

sesudah menerima bantuan kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III ... 58 13. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman mitra binaan

tahun 2009 ... 60 14. Pinjaman keseluruhan mitra binaan yang sudah dikembalikan dan


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

1. Karakteristik sampel kemitraan PTPN III dengan usaha kecil

Menegah tahun 2009 ... 2. Daftar mitra binaan PTPN III dan jenis usaha tahun 2009 ... 3. Mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan mitra binaan

PTPN III ... 4. Prosedur pemberian bantuan dana pinjaman PTPN III ... 5. Tabel perubahan dampak sosial mitra binaan terhadap usaha kecil

menengah sebelum dan sesudah melaksanakan kemitraan PTPN III ... 6. Hasil Uji-Wilcoxson terhadap perencanaan usaha ... 7. Hasil Uji-Wilcoxson terhadap menejemen usaha ... 8. Hasil Uji-Wilcoxson terhadap menejemen keuangan ... 9. Hasil Uji-Wilcoxson terhadap pelaksanaan kegiatan usaha ... 10. Perubahan pengetahuan dan keterampilan mitra binaan setelah

mengikuti kemitraan PTPN III ... 11. Total biaya mitra binaan per bulan sebelum menerima mitra binaan ... 12. Total biaya mitra binaan per bulan sesudah menerima mitra binaan ... 13. Pendapatan mitra binaan per bulan sebelum menerima

dana pinjaman kemitraan PTPN III ... 14. Pendapatan mitra binaan per bulan sesudah menerima

dana pinjaman kemitraan PTPN III ... 15. Selisih pendapatan mitra binaan per bulan sebelum menerima dan sesudah

Menerima dana pinjaman kemitraan PTPN III... 16. Jumlah pinjaman pokok mitra binaan dan pendapatan usaha sebelum

dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III ... 17. Kualitas pengembalian pinjaman oleh mitra binaan kepada PTPN III ...


(12)

ABSTRAK

ESTER SILABAN (060309032) dengan judul skripsi ”Dampak Program Pola Kemitraan PTPN III Terhadap Sosial Ekonomi Usaha Kecil Menengah Masyarakat Sekitar” ( Studi Kasus : Masyarakat Sekitar Perkebunan PTPN III di Kabupaten Deli Serdang ). Adapun penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir.Hj Lily Fauziah, M.Si dan Bapak Ir. M. Roem S. M.Si

Program Kemitraan merupakan bagian dari Coorporate Sosial

Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusaan) yang merupakan bagian dari

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang banyak dilakukan oleh perusahaan BUMN dan swasta di Indonesia. Program kemitraan ini digunakan oleh perusahaan sebagai suatu alat/cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar usaha perusahaan berdomisil melalui kemitraan usaha kecil menengah yang dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari program kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat sekitar perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010 di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive(sengaja), yaitu di daerah Kabupaten Deli Serdang. Adapun daerah ini dipilih karena memiliki luas wilayah yang paling luas dihubungkan dengan daerah penyaluran mitra binaan PTPN III di wilayah Sumatera Utara sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel yaitu sampel secara simple random sampling dengan sampel adalah para pelaku usaha kecil menengah yang termasuk ke dalam Mitra Binaan PT. Nusantara III dalam tahun 2009 dengan jumlah sampel 30 mitra binaan yang terdiri dari sektor perdaganga 14 usaha, sektor industri 6 usaha dan sektor jasa 10 usaha.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa program kemitraan PTPN III terhadap usaha kecil menengah masyarakat sekitar dilakukan dengan sistem kontrak selama 3 tahun dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PTPN III. PTPN III memiliki peran yang sangat penting dalam membantu permodalan usaha kecil masyarakat sekitar, mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat, sebagai pelaksana dari Program Kemitaraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan membina mitra binaan melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada mitra binaan. Program kemitraan yang dilakukan PTPN III terhadap usaha kecil menegah masyarakat sekitar telah memberikan dampak sosial ekonomi terhadap usaha kecil menegah masyarakat yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha kecil menengah dan peningkatan pendapatan usaha.

Kata kunci : Coorporate Sosial Responsibility (CSR), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Kemenyan (PKBL), dan Usaha Kecil Menengah (UKM)


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) tahun 2007. Dengan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (Triple bottom line). Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Ambadar, 2008).

Menurut Wibisono (2007) konsep Corporate Social Reponsibility lahir pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri. Kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka menganggap sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Seiring berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan


(14)

jasa yang diperlukannya, melainkan menuntut untuk bertanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya.

Perusahaan-perusahaan memiliki peranan besar untuk memberikan dukungan dan menyisihkan sebagian dari keuntungan bersih mereka guna pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pembinaan Corporate Social Responsibility untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah telah menjadi salah satu pilihan strategis banyak negara berkembang agar memperkuat dan meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah. Perusahaan-perusahaan besar perlu bekerjasama satu sama lain agar memanfaatkan peluang-peluang demi pertumbuhan dan kemakmuran masyarakat. Corporate Social Responsibility salah satu solusi dalam pengembangan kemitraan-kemitraan yang kuat dalam usaha mikro, kecil dan menengah (Saydam, 2006).

Selanjutnya Dipta (2008) menjelaskan pola kepedulian perusahaan besar dalam bentuk sosial seperti ini yang sering disebut Corporate Social Responsibility telah banyak dikembangkan dan digunakan sebagai salah satu solusi kemitraan yang dapat memperkuat daya saing usaha mikro, kecil dan menengah. Kemitraan yang kuat akan mendorong usaha mikro, kecil dan menengah menjadi kuat. Pengembangan program kemitraan dengan pola Corporate Social Responsibility ini dapat dilakukan dalam berbagai pola, seperti community development, peningkatan kapasitas, promosi produk, bahkan perkuatan permodalan bagi usaha mikro dan kecil. Selain hal-hal tersebut, bentuk program Corporate Social


(15)

layanan bisnis dan yayasan lain yang intinya diarahkan untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

Orientasi pembangunan akan ditujukan kepada revitalisasi sektor pertanian dan pedesaan serta pengembangan sektor riil khususnya koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memberikan perhatian yang lebih kepada usaha mikro, kecil dan menengah termasuk koperasi karena pemerintah melihat disitulah tumpuan hidup terbesar rakyat Indonesia. Namun demikian, pemerintah juga tetap memberikan kesempatan berkembang bagi usaha besar, baik swasta maupun Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) untuk ikut menumbuh kembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (BPS, 2006).

Dipta (2008) menjelaskan bahwa menyadari akan posisi penting dan strategisnya usaha kecil dan menengah termasuk usaha mikro berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan pembangunan usaha kecil menengah termasuk koperasi sebagai program prioritas dan telah diformalkan dalam bentuk Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009”. Pada Bagian IV dari Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, yakni Bab 20 secara khusus memuat “Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”, yang menjadi acuan pemerintah untuk pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah selama 5 tahun ke


(16)

depan. Bagaimana penjabaran dari Bab 20 tersebut, khususnya menyangkut strategi penguatan usaha mikro, kecil dan menengah melalui kerjasama kemitraan.

Hafsah (2000) mengatakan keberadaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah telah dirasakan ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Ketika perbankan nasional dan pelaku usaha besar banyak mengalami kerugian karena tingginya ketergantungan kepada pinjaman luar negeri, ekonomi nasional berhasil diselamatkan oleh kehadiran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha yang menghidupi sebahagian besar rakyat Indonesia ini tetap tegar menghadapi krisis ekonomi karena tidak banyak ketergantungan pada pinjaman luar negeri, dan bahkan justru sebagian dari mereka menikmati adanya dampak dari krisis ekonomi terutama yang berorientasi pada pasar luar negeri atau ekspor

Menurut Sihombing (2004) dalam menuju perdagangan bebas, pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah diera reformasi merupakan tuntutan untuk mengembalikan orientasi pembangunan ekonomi dengan memperkuat industri kecil yang sifatnya potensial menjadi industri menengah melalui kemitraan atau aliansi. Pengembangan kemitraan usaha antara Usaha Kecil Menengah (UKM), Usaha Besar (UB) dan pemerintah bukan saja dimaksudkan untuk mempercepat pengembangan usaha-usaha berskala kecil melainkan juga dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi nasional. Usaha kemitraan ini dapat dikembangkan untuk saling menghidupi dan saling menguntungkan dengan pemanfaatan kerjasama sumber daya yang tersedia.


(17)

Salah satu badan usaha yang telah melaksanakan program Corporate Social

Responsibility di bidang kemitraan di Sumatera Utara adalah PT Perkebunan

Nusantara III. Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini program kemitraan ditangani oleh Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara III. Dengan adanya program kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di sekitar lingkungan perkebunan. Selain itu, diharapkan juga usaha kecil menengah ini nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitarnya, di tingkat daerah dan nasional.

Melihat berbagai bentuk keadaan dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan kemitraan di bidang sosial dan ekonomi yang merupakan pembinaan dari

Corporate Social Reponsiblity (CSR) di PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III)

terhadap usaha kecil menengah masyarakat, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana dampak penerapan pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat sekitar dengan lokasi penelitian di kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah masyarakat sekitar di daerah penelitian?


(18)

2. Bagaimana peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian?

3. Bagaimana dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut 1. Untuk mengetahui mengenai penerapan pola kemitraan yang terjalin antara

PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian

2. Untuk mengetahui bagaimana peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian

3. Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi terhadap usaha kecil menengah program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara III untuk pengembangan kemitraan dengan usaha kecil menengah dan dampak yang ditimbulkannya dan sebagai bahan refrensi dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Suatu bisnis yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya “apa yang terbaik bagi perusahaannya” saja, tetapi juga “apa yang terbaik bagi masyarakat umum”. Bisnis-bisnis memiliki tanggung jawab kepada beberapa pihak utama yang berkepentingan (stakeholder), termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan komunitas, minimal dalam radius operasi usaha (Ambadar, 2008 ).

Menurut Wibosono (2007) ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya antara lain :

a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat dan menyadari bahwa mereka beroperasi dalam usaha tatanan lingkungan masyarakat.

b. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkarakan citra dan performa perusahaan.


(20)

c. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan

Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yang berbunyi, “Kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri.

(Sumardjo, Sulaksana, Darmono, 2004).

Rachbini (1999) menyatakan kemitraan adalah salah satu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan usaha antara pelaku ekonomi, yaitu antara usaha besar dan menengah dengan usaha kecil/koperasi akan mewujudkan demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. Karena usaha kecil dan koperasi merupakan bagian terbesar dari pelaku perekonomian nasional.


(21)

Usaha mikro, kecil dan menengah telah diakui sangat strategis dan penting tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi tetapi juga untuk pembagian pendapatan yang merata. Karena peranannya yang sangat strategis dan penting. Indonesia memberikan perhatian khusus bagi perkembangan-perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk membina lingkungan dengan iklim usaha yang kondusif, memfasilitasi dan memberikan akses pada sumberdaya produktif dan memperkuat kewirausahaan serta daya saingnya (Hadipuro dan Wijanto, 2000).

Menurut Hafsah (2000) menyatakan untuk memperkuat usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilakukan dengan strategi kemitraan. Kemitraan dalam hal ini merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Dimana proses ini harus benar-benar dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang diambil.

Kemitraan sangat tergantung pada komitmen dan prinsip saling menguntungkan. Kemitraan yang dilakukan oleh pelaku mitra hendaknya harus dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan usaha karena melalui sistem ekonomi terbuka sekarang ini daya tarik pasar akan selalu mendorong munculnya pendatang baru, terutama usaha berskala besar yang dapat memberikan ancaman bagi usaha berskala kecil menengah. Ancaman yang dimaksud adalah usaha besar umumnya dapat memenangkan persaingan dengan teknik-teknik bersaing, ilmu pengetahuan


(22)

dan tekonologi yang modern dan sebagainya. Tanpa kerjasama atau kemitraan cepat atau lambat banyak usaha kecil akan terkalahkan oleh usaha besar

(Linton , 1997).

Saydam (2006) menjelaskan di Indonesia, terdapat sejumlah departemen dan lembaga pemerintah non departemen yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam perumusan kebijaksanaan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan implementasinya (pelaksanaan program-program pembinaan) termasuk Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop), Menteri Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Walaupun dalam Undang-Undang No.9 tahun 1995 telah ditetapkan apa yang dimaskud dengan Usaha Kecil (UK), dan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.10 tahun 1999 mengenai definisi usaha menengah, namun dalam prakteknya, banyak di antara departemen dan badan pemerintah tersebut punya kriteria sendiri-sendiri yang berbeda dalam mendefinisikan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Dalam Undang-Undang No.9/1999 tersebut ditetapkan bahwa Usaha Kecil (UK) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan tempat usaha,


(23)

c) Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar,

d) Berbentuk badan usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Besar.

Menurut Badan Pusat Statistik, mengukur Usaha Kecil Menengah (UKM) berdasarkan jumlah pekerja. Usaha Kecil (UK) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. Usaha Rumah Tangga adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling banyak 4 orang termasuk pegusaha. Usaha Menengah Besar (UMB) adalah unit usaha yang mengerjakan lebih dari 20 orang.

Menurut Inpres No.10/1999 tersebut, Usaha Menengah (UM) adalah suatu unit usaha dengan nilai asset netto (diluar tanah dan gedung) antara Rp 200 juta hingga Rp 10 miliar, diatas nilai tersebut disebut usaha besar (Definisi menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang mengukur usaha kecil menengah berdasarkan nilai investasi awal/aset).

Menurut Saydam (2006), usaha menengah merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan kriteria :


(24)

a) Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai dengan paling banyak 10 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

b) Usaha itu berdiri sendiri, bukan perusahaan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah skala besar,

c) Berbentuk badan usaha yang dimilki orang, perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum termasuk koperasi.

Bentuk-bentuk pola kemitraan tergantung pada apa yang diinginkan dan tergantung kepada yang akan dikerjasamakan. Pola kemitraan yang telah direkomendasikan yaitu:

a) Pola kemitraan inti plasma

Pola kemitraan inti plasma adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti. Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal:

a. Penyediaan dan penyiapan lahan b. Pemberian saprodi.

c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi.

e. Pembiayaan.


(25)

b) Pola kemitraan kontrak

Pola kemitraan kontrak adalah pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

c) Pola dagang umum

Pola dagang umum adalah hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. d) Pola kemitraan keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra

e) Pola kerjasama operasional

Pola kerjasama operasional adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan budidaya pertanian.


(26)

2.2 Landasan Teori

PKBL adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dahulu dikenal dengan nama Program Pembinaan Usaha Kecil & Koperasi (Program PUKK). Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana bagian laba Badan Usaha Miliki Negara (BUMN). Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN sebesar 1-2 % (Tambunan, 2002).

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) kemudian mengalami perubahan terakhir yang sekaligus menjadi landasan hukum PKBL adalah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN No:KEP-236/MBU/2003, tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Serta diterbitkan Surat Edaran Menteri BUMN No:SE-433/MBU/2003, tanggal 16 September 2003. Tentang Petunjuk Pelaksanaan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program Bina Lingkungan. Maka sejak tahun 2004 Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) diganti dengan nama Program Kemitraan dan Bina lingkungan (PKBL) (Bagian PKBL PTPN III, 2009).

Kemitraan sangat tergantung pada komitmen atau prinsip saling menguntungkan sebagai dasar tumbuhnya kemitraan yang berjalan lancar. Di negara Indonesia kondisi ideal belum sepenuhnya tercipta. Kemitraan akan berjalan berkesinambungan jika pihak-pihak yang bermitra semua memperoleh manfaat. Banyak kasus menyatakan kemitraan sering tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya


(27)

oleh pelaku mitra, hal ini disebabkan oleh kesalahan untuk menilai apa yang sesungguhnya yang dibutuhkan oleh penduduk, penilaian yang diberikan secara sepihak oleh pelaku usaha sehingga telah menghasilkan suatu hubungan kemitraan yang sia-sia karena tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang dianggap membutuhkannya. Manfaat yang diterima oleh pelaku usaha berkaitan erat dengan peran sertanya dalam kegiatan tersebut. Peran serta kadang-kadang didefinisikan sehubungan dengan manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan (Dipta, 2008).

Menurut Didik (2010) pengertian dampak secara umum adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekuensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’. Dampak dapat mengakibatkan sesuatu hal yang postif dan yang negatife dari adanya ‘sesuatu’ tersebut.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa memisahkan diri dari manusia lain. Dalam menjalani kehidupan, manusia mempunyai beberapa kebutuhan seperti kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan cita-cita dan lain-lain. Di samping itu juga mempunyai berbagai keinginan yang selalu mereka usahakan guna memuaskan apa yang mereka butuhkan. Untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan tersebut, setiap individu selalu akan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat (Sismarni, 2009).

Dalam pengertian ekonomi, usaha atau bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok individu yang dilaksanakan secara


(28)

legal dengan menggunakan dan mengkombinasikan sumberdaya atau faktor- faktor produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan

tujuan untuk memperoleh manfaat finansial, yaitu laba bisnis atau laba usaha. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran. Dari kedua pengertian di atas sekarang dapat didefinisikan arti perencanaan usaha yaitu sebagai proses penentuan visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu (Sihombing, 2004).

Manajemen pengetahuan adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh dan mendistribusika dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi, bagaimana memanajemen suatu usaha dan administrasinya (Anonimus a, 2010).

Manajemen dan mengalokasikan dana (investment) tersebut secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan usaha atau bisnis. Manajemen karena bertujuan untuk meminimalisasi resiko dan memaksimalkan keuntungan melalui


(29)

yang dimaksudkan merupakan nilai lebih yang diperoleh melalui operasi usaha, baik dalam bentuk material maupun nonmaterial. Dalam penerapannya, manajemen Manajemen dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang dapat mendatangkan keuntungan di masa datang. Alokasi ini, pada dasarnya, digunakan agar perusahaan mencapai komposisi optimum, dimana perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam pembayaran hutang jangka pendek (likuiditas), namun juga tidak banyak memiliki kas menganggur (idle cash). Fungsi pendanaan sendiri berhubungan dengan bagaimana cara mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Terakhir, fungsi dividen berkaitan tentang pembagian dividen. Dividen sendiri merupakan bagian dari laba yang akan dibagikan dan didistribusikan kepada para pemegang saham. (Buchari Alma, 2008).

Pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Dalam aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan (Anonimus b, 2010).

Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai yang wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima


(30)

perusahaan dikurangi jumlah discount barang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas. Pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

I = TR – TC Keterangan :

I = Income/Pendapatan

Total Revenue (TR) = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu.

Total Cost (TC) = Biaya total yang merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variabel

(Anonimus b, 2010).

Metode Uji-Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test)

Metode Wilcoxon Signed Rank Test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua mean yang yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap. Untuk melakukan analisis pada pengujian Wilcoxon Rank Test , karena datanya merupakan data kualitatif maka sebelum pengujian dilakukan hendaknya data tersebut di rank terlebih dahulu. Ada 3 model pengijian pada analisis ini, antara lain;

1. Pengujian dua pihak ( pihak kiri dan pihak kanan) Contoh : Ho : Me1 = Me2


(31)

Tolak Ho 0 Tolak Ho ( Terima Ho)

Dimana untuk α = 5%, maka 1-α = 95%, berarti Z = α – α/2

2. Pengujian satu pihak ( pihak kiri saja) Contoh : Ho : Me1≥ Me2

Ho : Me1 < Me2

Tolak Ho Terima Ho

Dimana untuk α = 5%, maka 1-α = 95%, berarti Z α/2 = α – 0,05

3. Pengujian satu pihak ( pihak kanan saja) Contoh : Ho : Me1≤ Me2

Ho : Me1 > Me2

Terima Ho Tolak Ho


(32)

Z = 1 – 0,05 (Supangat, 2007).

2.3 Kerangka pemikiran

Program Kemitraan dan Bina Lingkunga (PKBL) merupakan program Pembinaan Usaha Kecil (PUK) dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih.

Konsep dan implementasi kemitraan di Negara Indonesia harus mengacu pada undang-undang usaha kecil. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Kebijakan Usaha Kecil, kemitraan diartikan sebagai suatu usaha untuk menumbuhkan iklim usaha yang mendorong Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) melakukan kemitraan, antara lain berupa stimulan tanpa adanya unsur paksaan sehingga terlaksananya teknologi, manajemen dan kesempatan berusaha bagi Usaha Kecil (UK) dapat terjadi secara wajar (Prawirokusumo, 2001).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan usaha kecil menengah, maka PT. Perkebunan Nusantara III selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpedoman kepada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara dapat melaksanakan kerjasama (kemitraan) dengan usaha kecil menegah di sekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III).


(33)

PT. Perkebunan Nusantara III selaku BUMN Pembina atau Mitra Binaan menyisihkan 1-2% dari laba perusahaan setelah pajak untuk disalurkan dalam dana kemitraan terhadapa usaha kecil dan menengah atau mitra binaan yang diharapkan dapat memandirikan usaha kecil menengah di sekitar wilayah usaha perusahaan.

Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil menengah (UKM). Dimana program kemitraan tersebut menimbulkan sebuah dampak terhadap usaha kecil menengah. Dalam hal ini peneliti akan meneliti mengenai dampak sosial dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari program kemitraan terhadap usaha kecil menengah.

Dampak sosial meliputi perencanaan kegiatan usaha, menejemen usaha, menejemen keuangan, pelaksanaan kegiatan usaha dan pengetahuan dan keterampilan para mitra binaan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Dampak ekonomi meliputi pendapatan, modal dan biaya para mitra binaan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III.

Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam dampak sosial antara lain :

a) Perencanaan kegiatan usaha : pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari dan perkembangan skala usaha.


(34)

b) Menejemen usaha : promosi usaha (spanduk, brosur), diskon, stempel usaha dan pemasaran.

c) Menejemen keuangan : target pendapatan setiap bulan, pembukuan/laporan keuangan usaha.

d) Pelaksanaan kegiatan usaha sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan.

e) Pengetahuan dan keterampilan mitra binaan sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan.

Dalam hal dampak ekonomi yang perlu diperhatikan adalah :

a. Pendapatan mitra binaan baik sebelum dan sesudah tergabung menjadi mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III.

b. Modal mitra binaan. Modal yang dibutuhkan dan diperoleh oleh mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III dan kelancaran dalam pengembalian modal. c. Biaya. Biaya-biaya yang terdapat dalam operasional perusahaan baik sebelum


(35)

Menyatakan hubungan

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Ekonomi Sosial

PTPN III

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)

Kegiatan Usaha Kecil Menengah

Dampak

a) Perencanaan kegiatan usaha: pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari dan skala usaha

b) Menejemen usaha: promosi usaha

(spanduk,brosur) , stempel usaha dan pemasaran c) Menejemen keuangan:

target pendapatan setiap bulan, pembukuan/laporan keuangan usaha

d) Pengetahuan dan keterampilan

e) Pelaksanaan kegiatan usaha

a) Pendapatan: pendapatan sebelum dan sesudah kemitraan

b) Modal: lancar/tidak lancar dalam pengembalian modap pinjamanmodal

c) Biaya: biaya sebelum dan sesudah kemitraan


(36)

2.4 Hipotesis Penelitian

Untuk identifikasi masalah (3) memiliki hipotesis penelitian bahwa terdapat dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja), yaitu di daerah Kabupaten Deli Serdang. Adapun daerah ini dipilih karena memiliki luas wilayah yang paling luas dihubungkan dengan daerah penyaluran mitra binaan PTPN III di wilayah Sumatera Utara . Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 1. Penyaluran Mitra Binaan PTPN III di Wilayah Sumatera Utara Tahun 2009

No Daerah

2009

MB Rupiah %

1 Kab. Asahan 35 850.000.000 5,74

2 Kab. Deli Serdang 101 2.620.000.000 17,68 3 Kab. Serdang Bedagai 69 1.695.000.000 11,44

4 Kab. Batubara 5 195.000.000 1,32

5 Kab. Dairi 8 290.000.000 1,96

6 Kab. Karo 19 575.000.000 3,88

7 Kab. Labuhan Batu 73 2.310.000.000 15,59 8 Kotamadya Medan 124 4.060.000.000 27,40

9 Kab. Simalungun 24 775.000.000 5,23

10 Kodya Tebing Tinggi 7 260.000.000 1,75 11 Kab. Tapanuli Selatan 20 635.000.000 4,29 12 Kab.Mandailing Natal 5 145.000.000 0,98 13 Kab. Tapanuli Tengah 13 405.000.000 2,73

14 Kab. Tapanuli Utara 0 0 0

15 Kab. Toba Samosir 0 0 0

16 Kab. Nias 0 0 0


(38)

Tabel 2. Daftar Luas Wilayah Kabupaten/Kotamadya di Sumatera Utara.

Sumber : BPS Tahun 2009

3.2 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini sampel (objek) penelitian ditentukan dengan pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Responden yang akan dijadikan sebagai sampel adalah para pelaku usaha kecil menengah yang termasuk ke dalam Mitra Binaan PT. Nusantara III dalam tahun 2009 dengan jumlah sampel 30 mitra binaan (MB).

Menurut Wirartha (2006) menyatakan bahwa 30% dari jumlah populasi sudah dapat mewakili jumlah sampel penelitian. Adapun penentuan sampel adalah sebagai berikut :

No Daerah Luas Wilayah (Km2)

1 Kab. Asahan

2 Kab. Deli Serdang 2.497,72

3 Kab. Serdang Bedagai 1.900,22

4 Kab. Batubara 922,2

5 Kab. Dairi 1.927,8

6 Kab. Karo 2.127,25

7 Kab. Labuhan Batu 9.323

8 Kotamadya Medan 2.665,10

9 Kab. Simalungun 4.386,60

10 Kodya Tebing Tinggi 38.438

11 Kab. Tapanuli Selatan 12.261,55

12 Kab.Mandailing Natal 6.620,70

13 Kab. Tapanuli Tengah 6.194,98

14 Kab. Tapanuli Utara 3.800,31

15 Kab. Toba Samosir 3.440,85


(39)

Populasi = 101 Mitra Binaan (MB) Sampel = 30% dari 101 MB

= 30,3 = 30 MB

Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel. Dimana tiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel

(Nazir, 2003).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari sampel yaitu anggota mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III tahun 2009 baik melalui wawancara, pengamatan dan diskusi di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait (PT. Perkebunan Nusantara III dan BPS), literatur, peraturan perundangan dan laporan-laporan yang terkait.

3.4 Metode Analisa Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan bagaimana penerapan pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah di daerah penelitian.


(40)

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara menjabarkan bagaimana peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menegah di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan deskriptif. Untuk melihat dampak sosial menggunakan skoring, pemberian nilai/skor pada setiap jawaban yang disediakan oleh peneliti. Dan dilanjutkan dengan metode uji-Wilcoxson dengan alat bantu SPSS 17.

HIPOTESIS

- H0 = tidak ada dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.

- H1 = ada dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.

Untuk n (sampel) > 25 menggunakan pendekatan normal

 Zhitung > Ztabel = Tolak H0 berarti ada dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.

 Zhitung ≤ Ztabel = Terima H0 berarti tidak ada dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.


(41)

Untuk melihat dampak ekonomi dilakukan dengan menggunakan teori pendapatan yaitu :

I = TR – TC Keterangan :

I = Income/Pendapatan

Total Revenue (TR) = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu.

Total Cost (TC) = Biaya total yang merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variabel.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Defenisi :

1. Dampak adalah segala sesuatu (keadaan sosial dan keadaan ekonomi) yang ditimbulkan akibat adanya program kemitraan dari PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah.

2. Program adalah rencana dari kegiatan kemitraan yang hendak dilaksanakan. 3. Kemitraan adalah salah satu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih, antara perusahaan mitra usaha (PT. Perkebunan Nusantara III ) dengan kelompok mitra usaha (usaha kecil menengah) yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.


(42)

4. Sosial adalah keadaan usaha kecil menengah dilihat dari aspek perencanaan kegiatan usaha, menejemen usaha, menejemen keuangan usaha, pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki untuk mengelola usaha. 5. Ekonomi adalah keadaan usaha kecil menengah dilihat dari aspek pendapatan,

modal dan biaya usaha.

6. CSR (Corporate Social Reponsibility) adalah tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar perusahaan.

7. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah, usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menegah atau skala besar, berbentuk badan usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

8. Usaha Menengah adalah unit usaha dengan nilai asset netto (diluar tanah dan gedung) antara Rp 200 juta hingga Rp 10 miliar.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang 2. Waktu penelitian tahun 2010

3. Responden yang akan dijadikan sebagai sampel meliputi para pelaku usaha kecil menengah yang menjalin kemitraan dengan PT. Perkebunan Nusantar III di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009


(43)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK ANGGOTA SAMPEL

4.1 Deskripsi daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ – 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka • Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. 4.1.2 Iklim

Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis,


(44)

sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut dan beriklim sub tropis.

Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0,68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %.

4.1.3 Pemerintahan

Dalam upaya lebih memberikan arah pembangunan yang dicita-citakan di Kabupaten Deli Serdang, Visi Pembangunan yang ditetapkan pada periode 2009-2014: “Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya yang religius, sejahtera,

bersatu dalam kebhinnekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil, dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang baik“.

Dengan pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terbagi atas 22 kecamatan yang didalamnya terdapat 14 kelurahan dan 389 desa/kelurahan yang terdiri dari 78 desa swakarya mula, 6 swakarya madya, 285 desa swasembada mula dan 25 desa swasembada madya.


(45)

Tabel 3. Nama dan Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang

No Ibu Kota Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Desa/Kelurahan 1 Gunung Meriah 76.65 12

20 30

2 STM Hulu 223.38

3 Sibolangit 179.96

4 Kutalimbaru 174.92 14

5 Pancur Batu 122.53 25

6 Namorambe 62.3 36

7 Biru-biru 89.69 17

8 STM Hilir 190.50 15

9 Bangun Purba 129.95 33

10 Galang 150.29 29

11 Tanjung Morawa 131.75 26

12 Patumbak 46.79 8

13 Deli Tua 9.36 6

14 Sunggal 92.52 17

15 Hamparan Perak 230.15 20

16 Labuhan Deli 127.23 5

17 Percut Sei Tuan 190.79 20

18 Batang Kuis 40.34 11

19 Pantai Labu 81.85 19

20 Beringin 52.69 11

21 Lubuk Pakam 31.19 13

22 Pagar Merbau 62.89 16

Total luas wilayah 2.479.72 403

Sumber : BPS Tahun 2009

4.1.4 Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain : Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Minangkabau dan lain-lain yang pada umumnya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik dan Budha.


(46)

Jumlah penduduk yang bermukim di daerah ini diperkirakan sebanyak 1.686.366 Jiwa.dengan kepadatan rata-rata 675 jiwa/km2 dengan penduduk terpadat di kec. Deli Tua yaitu 6.057 jiwa/km2 dan penduduk terendah/jarang di kecamatan Gunung Meriah 33 jiwa/km2.

4.1.5 Tenaga Kerja

Kabupaten Deli Serdang tingkat pengangguran terbuka sebesar 16.00 persen dari jumlah angkatan kerja sebanyak 677.736 jiwa.

Tabel 4. Banyaknya penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut jenis kegiatan tahun 2008.

Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

Angkatan Kerja 478.104 289.6 767.704

A. Bekerja 431.899 214.088 645.977

B. Menganggur 46.205 75.512 121.727

Bukan Angkatan Kerja 194.582 390.524 585.106

A. Sekolah 160.387 136.744 297.131

B. Mengrus Rumah Tangga 3.888 227.32 231.208

C. Lainnya 30.307 26.46 56.767

Jumlah 672.686 680.124 1.352.810

Sumber : BPS tahun 2009

Dari tabel 4 diketahui bahwa jumlah angkatan kerja sebesar 767.704 orang dengan yang bekerja 645.977 orang dan menganggur 121. 727 orang dan jumlah bukan angkatan kerja sebesar 585.106 orang dengan jumlah yang sekolah 297.131 orang, mengurus rumah tangga sebesar 231.208 orang dan lainnya sebesar 56.767 orang.


(47)

4.2 Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

4.2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki kantor pusat di Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan 20122 yang secara keseluruhan memiliki luas daerah sebesar 9311 m2 yang terbagi dalam dua wilayah yaitu, Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III Medan sebesar 7854 m2 serta Kantor Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebesar 1457 m2.

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Setelah mengalami beberapa kali perubahan, maka pada tahun 1968, Perseroan Perkebunan Negara (PPN) direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT. Perkebunan (Persero).


(48)

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) , PT Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara.

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan badan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Dekom) berfungsi sebagai badan pengawas yang mempunyai tugas terhadap kepentingan para pemegang saham. Dalam mengelola usaha sepenuhnya dikendalikan oleh Direksi.

Komposisi dan Personalia beserta Direksi perusahaan ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Republik Indonesia, sedangkan struktur


(49)

organisasi perusahaan yang berlangku terhitung mulai tanggal 6 Mei 1996, ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No. III. BD/KPTS/R.01/1996.

PT. Perkebunan Nusantara III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi seluas 166.909,94 hektar, antara lain;

Tabel 5. Luas Komoditi yang diusahakan PT Perkebunan Nusantara III Nomor Budidaya Komoditi Luas (Ha)

1 Kelapa Sawit 88.287

2 Karet 45.327

3 Kakao 8.761

Total Luas Lahan 142.541

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010

Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PT. Perkebunan Nusantara III juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha antara lain; Tabel 6. Luas Kebun Plasma PT. Perkebunan Nusantara III

No. Budidaya Komoditi Luas (Ha)

1 Kelapa Sawit 10.403,14

2 Karet 9.150,80

Total Luas Lahan 19.553,94

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki 32 unit usaha kebun, sebagai berikut: Sei Mangkei, Aek Nabara Utara, Merbau Selatan, Gunung Pamela, Sei Meranti, Rantau Prapat, Labuhan Haji, Sei Baruhur, Sei Daun, Torgamba, Aek Torop,


(50)

Bangun, Bandar Betsy, Aek Nabara Selatan, Sisumut, Batang Toru, Hapesong, Pulau Mandi, Sei Dadap/Hessa, Huta Padang, Sungai Silau, Sungai Putih, Tanah raja, Sarang Ginting, Silau Dunia, Rambutan/Sei bamban, Bukit Tujuh

Berdasarkan keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka dibentuk unit tersendiri yang khusus melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi perusahaan secara keseluruhan.

4.2.2 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki Visi dan Misi . Visis PT. Perkebunan Nusantara III menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik pada tahun 2009. Dan Misi;

1) Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan

2) Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan

3) Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal

4) Berupaya menjadi perusahaan terpilih yag memberikan "imbal-hasil" terbaik bagi para investor


(51)

6) Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas

7) Melaksanakan seluruh aktifitas perusahaan yang berwawasan lingkungan

4.2.3 Tujuan Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki tujuan perusahaan yaitu meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham dan mensejahterakan karyawan melalui pelaksanaan program secara sinergis dari semua pihak yang terkait terutama dukungan dan peran serta segenap karyawan melelui kerja keras, disiplin, kesungguhan dan ketekunan, kerjasama yang serasi dan terpadu, penuh dedikasi dan loyalitas, serta sikap proaktif yang konsisten dan berkesinambungan.

4.2.4 Perkembangan Jumlah Penyaluran Dana dan Mitra Binaan

PT. Perkebunan Nusantara III sebagai salah satu BUMN yang melaksanakan program usaha kemitraan terhadap usaha kecil menengah di daerah sekitar perkebunan telah menyalurkan dana kemitraan di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 15 wilayah daerah. Penyaluran dana kemitraan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara III berbeda-beda untuk setiap wilayah daerah. Perkembangan jumlah penyaluran dana dan Mitra Binaan di wilayah Sumatera Utara pada program Kemitraan BUMN PT. Perkebunan Nusantara III tahun 2007-2009 dapat dilihat pada tabel berikut;


(52)

Tabel 7. Perkembangan jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana program kemitraan kepada Mitra Binaan menurut wilayah tahun 2007-2009 di Sumatera Utara.

No

Wilayah Jumlah Mitra Binaan Jumlah Penyaluran Dana Program (Rp.) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 Asahan 20 35 35 450.000.000 840.000.000 850.000.000 2 Deli Serdang 35 62 97 871.050.000 1.570.000.000 2.620.000.000 3 Serdang

Bedagai

15 21 69 300.000.000 585.000.000 1.695.000.000

4 Batubara 0 0 5 0 0 290.000.000 5 Dairi 4 3 8 140.000.000 80.000.000 575.000l000 6 Karo 11 14 19 280.000.000 500.000.000 575.000.000 7 Labuhan Batu 54 24 73 1.225.519.000 835.000.000 2.310.000.000 8 Medan 74 132 124 2.056.000.000 4.115.000.0000 4.060.000l000 9 Simalungun 6 21 24 200.000.000 700.000.000 775.000.000 10 Tebing Tinggi 4 3 7 65.000.000 105.000.000 260.000.000 11 Tapanuli

Selatan

21 29 20 525.000.000 910.000.000 635.000.000

12 Mandailing Natal

4 2 5 80.000.000 90.000.000 145.000.000

13 Tapanuli Tengah

2 10 13 65.000.000 370.000.000 405.000.000

14 Tapanuli Utara

2 1 0 90.000.000 25.000.000 0

15 16 Toba Samosir Nias 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber Bagian PKBL PT. Perkebunan Nusantara III

4.3 Karakteritik Mitra Binaan Anggota Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota mitra binaan yang mengikuti program kemitraan yang ada di Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (BKL) PT. Perkebunan Nusantara III untuk wilayah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009-2011. Karakteristik sampel dalam penelitian ini terdiri dari lama berdirinya usaha kecil menengah, jumlah tenaga kerja dan lamanya menjadi mitara binaan.


(53)

Tabel 8. Karakteristik Sampel Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil Menengah Tahun 2009.

No Mitra Binaan

Karakteristik Satuan

Range Rata-rata

1 Lamanya usaha berdiri Tahun 3 - 40 17 2 Jumlah tenaga kerja Jiwa 1 - 8 2,6 3 Lama menjadi mitra binaan Tahun 3 3,00

Sumber : Pengolahan data Primer, Lampiran 1

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa karakteristik sampel kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah antara lain; lama berdirinya usaha kecil menengah rata-rata 17 tahun dengan range 3 - 40 tahun. Rata-rata jumlah tenaga kerja adalah 3 orang dengan range rata-rata 1 - 8 orang. Dan lama menjadi mitra binaan adalah selama 3 tahun.

Tabel 9. Pembagian Jenis Usaha Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil Menengah Tahun 2009

No Sektor Usaha Jumlah

1 Perdagangan 14

2 Industri 6

3 Jasa 10

4 Pertanian -

Total 30


(54)

Melalui Tabel 9. dapat dilihat bahwa sektor usaha kecil menengah yang mengikuti program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III yang paling dominan adalah sektor perdagangan dengan 14 usaha, diikuti sektor jasa dengan 10 usaha dan sektor industri dengan 6 usaha.

Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara III menggunakan usaha kecil menengah sebagai mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan. Hal tersebut dapat diperhatikan pada tabel berikut ;

Tabel 10. Persentase usaha kecil sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PT.Perkebunan Nusantara III

No Usaha kecil sebagai mata pencaharian

Mitra binaan (unit usaha)

Persentase

1 Utama 25 16,67 %

2 Sampingan 5 83,33 %

Jumlah 30 100%


(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada usaha kecil menengah yang menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III pada tahun 2009. Adapun yang diteliti adalah penerapan pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah masyarakat sekitar di daerah penelitian, peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian, dan dampak program pola kemitraan terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juni 2010.

5.1 Penerapan pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah masyarakat sekitar di daerah penelitian

PT. Perkebunan Nusantara III selaku salah satu Badan Usaha Milik Negara yang

melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil menengah yang dalam operasionalnya dilakukan oleh kantor bagian Program Kemitraan Bina

Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara III. Sumber dana program kemitraan yang dilaksanakan bersumber dari ;

- Penyisihan Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) setelah pajak sebesar maksimal 2% setahun atau sesuai dengan Rapat Umum Pemegang saham (RUPS).


(56)

- Pengembalian Pinjaman Mitra Binaan dan,

- Hasil Bunga Pinjaman, Bunga Deposito dan atau Jasa Giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional.

Pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah merupakan perjanjian kontrak dilakukan selama jangka waktu tertentu, yaitu 3 tahun. Pola kemitraan yang berlangsung bersumber dari dana kemitraan yang merupakan penyisihan laba PT. Perkebunan Nusantara III yang disalurkan sebagai

- Pinjaman

1. Pinjaman Modal Kerja : adalah bantuan penambahan modal kerja dan atau untuk pembelian aktiva tetap guna meningkatkan produksi dan penjualan mitra binaan

2. Pinjaman Khusus : bersifat jangka pendek dan hanya diberikan kepada Mitra Binaan

- Hibah

1. Bantuan Pendidikan & Pelatihan serta Magang untuk Mitra Binaan 2. Bantuan Pemasaran Produksi

Sebelum menjadi Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara III, calon mitra binaan (CMB) mengajukan syarat-syarat ke kantor direksi atau dapat juga melalui kebun-kebun dan kantor distrik PT. Perkebun-kebunan Nusantara III. Tata cara pengajuan dana program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III, antara lain :


(57)

- Calon Mitra Binaan (CMB) menyampaikan Proposal dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya ditujukan kepada BUMN Pembina dengan mencamtumkan antara lain ;

1. Nama dan Alamat Unit Usaha dan Pemilik Usaha. 2. Bukti dan Identitas diri Pemilik/Pengurus

3. Izin Usaha atau Surat Keterangan Usaha dari pihak yang berwenang 4. Perkembangan Usaha (Arus Kas, Rugi Laba, Neraca atau data yang

menunjukkan keadaan Keuangan dan hasil usaha serta rencana Usaha dan Kebutuhan Dana yang diharapkan.

5. Dan persyaratan lain yang dianggap perlu oleh masing-masing pihak 6. PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN Pembina melaksanakan

Analisa kelayakan secara langsung atas permohonan Calon Mitra Binaan (CMB), kemudian mengadakan Koordinasi dengan Koordinator BUMN Pembina.

- Mitra Binaan yang layak untuk dibina menyelesaikan proses Administrasi Pinjaman sesuai ketentuan BUMN Pembina.

- Pemberian Dana Pinjaman kepada Calon Mitra Binaan (CMB) dituangkan dalam Surat Perjanjian/Kontrak yang sekurang-kurangnya memuat ;

1. Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan 2. Hak dan Kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan

3. Syarat-syarat Pinjaman (Jangka Waktu Pinjaman, Jadwal Angsuran Pokok dan bunga, sanksi dan lain-lain )

- Survey (tinjau langsung) ke lapangan usaha Mitra Binaan berada oleh Bagian PKBL PT. Nusantara III


(58)

- Penyampaian hasil survey di lapangan usaha Mitra Binaan ke kantor direksi dan ke bagian PKBL PT. Perkebunan Nusantara III

- Mitra Binaan mendaftarkan diri ke dalam asuransi dan membayar iuran asuransi.

- BUMN Pembina dilarang memberikan Pinjaman kepada yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain.

Dari hasil penelitian bahwa PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN Pembina memiliki hubungan yang baik dengan para mitra binaan. PT. Perkebunan Nusantara III peduli terhadap setiap kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh para mitra binaan, perkembangan usaha, permasalahan usaha dan ada beberapa mitra binaan yang menjalin kerjasama dengan PT. Perkebunan Nusantara III dalam produksi usaha mitra binaan.

Penerapan kemitraan yang terjadi di daerah penelitian bahwa setiap usaha kecil menengah yang ingin menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III membuat proposal pinjaman modal dengan melampirkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III. Survey dilakukan untuk melihat kondisi usaha calon mitra binaan di lapangan. Setelah dilakukan survey dan pemberitahuan ke bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III, maka calon mitra binaan yang telah dinyatakan lulus dari seleksi prosedur dipanggil untuk melakukan pembinaan/pelatihan selama tiga hari di kantor-kantor bagian PT. Perkebunan Nusantara III yang terdekat dengan lokasi mitra binaan.


(59)

PT. Perkebunan Nusantara III melakukan pembinaan berupa pelatihan kepada para mitra binaan yang dilakukan selama tiga hari. Pelatihan ini dilakukan setelah para calon mitra binaan telah dinyatakan secara sah menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III. Adapun pelatihan tersebut mengenai :

- Hari pertama mengenai perjanjian kontrak PT. Perkebunan Nusantara III dengan setiap usaha kecil menengah yang telah menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusanatara III.

- Hari kedua mengenai materi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) , Laporan Keuangan dan Manfaatnya bagi perusahaan.

- Hari ketiga mengenai materi Etika dan Komunikasi Bisnis, Pembukuan Sederhana Untuk Usaha Kecil dan Menengah dan mengenai Kewirausahaan dan Kewiraswastaan.

Pemberian modal pinjaman usaha dilakukan dalam jangka waktu sebulan setelah dilakukan pembinaan/pelatihan disesuaikan dengan proposal pengajuan pinjaman dan kondisi besar kecil usaha mitra binaan di lapangan.

Pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil menengah dilakukan dengan pola kemitraan kontrak yang terjalin selama tiga tahun. Dalam jangka waktu tiga tahun para mitra binaan membayar angsuran pinjaman modal usaha beserta bunga pinjaman modal sebesaar 6%/tahun dari limit pinjaman usaha setiap bulan kepada pihak PT. Perkebunan Nusantara III. Dan setelah kemitraan yang terjalin selesai, usaha kecil menengah dapat mendaftarkan kembali untuk menjadi mitra PT. Perkebunan Nusantara III. Pemberian bunga yang rendah dibandingkan pinjaman kredit usaha kecil


(60)

menengah di bank yang berkisar 12-16% dan prosedur yang mudah menjadi daya tarik para pengusaha kecil menengah untuk menjadi anggota mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III.

Untuk mitra binaan yang mengalami masalah dalam pembayaran angsuran (pembayaran angsuran kurang lancar) maka pihak PT. Perkebunan Nusantara III memberikan tenggang waktu pembayaran 2-3 bulan atau berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak PT. Perkebunan Nusantara III dengan mitra binaan yang bermasalah untuk pelunasan angsuran. Dan setelah tenggang waktu yang diberikan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III, mitra binaan belum juga mampu membayar angsuran maka pihak PT. Perkebunan Nusantara III menahan surat-surat berharga milik pihak mitra binaan yang bermasalah seperti : surat ijin usaha, surat rumah atau surat tanah sampai pihak mitra binaan yang bermasalah mampu membayar angsuran kembali.

Pemberian dana pinjaman modal usaha oleh PT. Perkebunan Nusantara III kepada mitra binaan disesuaikan dengan anggaran dana pinjaman yang tercantum di proposal pengajuan pinjaman kemitraan usaha kecil menengah lalu disesuaikan kembali dengan kondisi besar kecil usaha mitra binaan di lapangan.

Hubungan yang baik yang telah terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan para mitra binaan menimbulkan hubungan positif yang timbal balik. Pihak PT. Perkebunan Nusantara III memberikan bantuan modal usaha ke mitra binaan. Bunga dari setiap modal pinjaman usaha menjadi pendapatan PT. Perkebunan


(61)

Nusantara III. Mitra Binaan yang menerima bantuan modal usaha terbantu dalam mengelola dan mengembangkan usaha.

5.2 Peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara II terhadap usaha kecil menengah masyarakat sekitar di daerah penelitian

Kemitraan dalam pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi, sudah menjadi amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

Peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) :

a) Penghasil sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b) Mengejar keuntungan;

c) Penyelenggara kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d) Pelopor perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

e) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

PT. Perkebunan Nusantara III sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melakukan kemitraan dalam pemberdayaan Usaha Kecil Menengah. Adapun PT. Perkebunan Nusantara III memiliki peran :


(62)

a) PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN Pembina bagi usaha kecil menengah yang mempunyai kewajiban ;

- Melaksanakan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan Calon Mitra Binaan (CMB) secara langsung.

- Memberikan training/pelatihan kepada anggota mitra binaaan. - Menyiapkan dan menyalurkan dana program kemitraan kepada

mitra binaan

- Menyampaikan Laporan Berkala (triwulan, semesteran dan tahunan) kepada Menteri BUMN dan Koordinator BUMN Pembina

(lampiran 4)

b) PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN yang membantu permodalan usaha kecil menengah masyarakt

c) PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN yang mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat

d) PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN adalah pelaksana dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

e) PT. Perkebunan Nusantara III sebagai BUMN membina para Mitra Binaan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan baik mengenai

- Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) - Laporan Keuangan dan Manfaatnya bagi Perusahaan

- Teknik Mengelola Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari Aspek Pemasaran


(63)

- Manajemen Keuangan

- Pembukuan Sederhana Untuk Usaha Kecil - Kewirausahaan, Kewiraswastaan

Dari hasil penelitian di lapangan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III melakukan monitoring terhadap setiap usaha mitra binaannya. Monitoring terhadap setiap usaha mitra binaan dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi setiap usaha mitra binaan. Untuk mengetahuai apakah usaha tersebut masih berjalan atau sudah bangkrut dan untuk mengetahui apakah ada masalah/kendala dalam kegiatan operasional usaha Monitoring dilakukan sekaligus dengan pengutipan angsuran bulanan yang dilakukan oleh para pegawai PT. Perkebunan Nusantara III.

5.3 Dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat disekitar daerah penelitian

5.3.1 Dampak Sosial

Indikator yang digunakan untuk mengukur dampak sosial usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III adalah dengan deskriptif dan skoring yang dilanjutkan dengan menggunakan metode Uji - Wilcoxson .


(64)

- Perencanaan kegiatan usaha yang meliputi pelaksanaan kegiatan usaha sehari – hari dan pengembangan skala usaha.

- Menejemen usaha yang meliputi promosi usaha (spanduk, brosur), pengadaan stempel usaha dan pemasaran usaha.

- Menejemen keuangan yang meliputi target pendapatan setiap bulan dan pembukuan/laporan keuangan usaha.

- Pengetahuan dan keterampilan mitra binaan

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa perencanaan kegiatan usaha, menejemen usaha dan menejemen keuangan usaha dan pelaksanaan kegiatan usaha sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan kemitraan PT. Perekebunan Nusantara III (lampiran 5).

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS terhadap dampak sosial sebelum dan semudah mengikuti kegiatan kemitraan PT. Perekebunan Nusantara III (lampiran 6-9). Dari hasil metode Uji – Wilcoxson bahwa dampak sosial berupa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut;


(65)

Tabel 11.Hasil metode Uji – Wilcoxson terhadap dampak sosial mitra binaan No Dampak Sosial Skor Hasil uji- Keterangan Sebelum Sesudah

1. Perencanaan kegiatan 50 60 ± 3,162 Terdapat

usaha perbedaan

2. Menejemen usaha 45 60 ± 3,873 Terdapat perbedaan 3. Menejemen keuangan 40 60 ± 4,472 Terdapat

perbedaan 4. Pelaksanaan kegiatan 49 60 ± 3,317 Terdapat

usaha perbedaan

Sumber : Pengolahan Data Primer, Lampiran 4-8

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Uji-Wilcoxson untuk uji dua pihak untuk α = 5%, maka : 1- α = 95%, berarti Z = α – α/2. sehingga diperoleh hasil Z(0,4750) = ±1,96.

(Tolak Ho) - 1,96 0 + 1,96 (Tolak Ho) Terima Ho

Berdasarkan pada hasil metode Uji-Wilcoxson terhadap dampak sosial dalam hal perencanaan usaha maka diperoleh sig (0,002) <

α

0,05 maka Ho ditolak. Dimana Z hitung = ± 3,162 > Z tabel = ±1,96 maka Ho ditolak. Terdapat perbedaan perencanaan kegiatan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti mitra binaan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan mitra binaan yang dilakukan


(66)

Berdasarkan pada hasil metode Uji-Wilcoxson terhadap dampak sosial dalam hal menejemen usaha kecil menengah maka diperoleh sig (0,000) <

α

0,05 maka Ho ditolak. Dimana Z hitung = ± 3.873 > Z tabel = ± 1,96 maka Ho ditolak. Terdapat perbedaan menejemen usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti mitra binaan. Dengan dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan mitra binaan yang dilakukan berhasil meningkatkan menejemen usaha dalam usaha kecil menengah masyarakat.

Berdasarkan pada hasil metode Uji-Wilcoxson terhadap dampak sosial dalam hal menejemen keuangan kecil menengah maka diperoleh sig (0,000) <

α

0,05 maka Ho ditolak. Dimana Z hitung = ± 4,,472 > Z tabel = ± 1,96 maka Ho ditolak. Terdapat perbedaan dalam hal menejemen keuangan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti mitra binaan. Dengan dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan mitra binaan yang dilakukan berhasil meningkatkan menejemen keuangan kegiatan usaha dalam usaha kecil menengah masyarakat.

Berdasarkan pada hasil metode Uji-Wilcoxson terhadap dampak sosial dalam hal pelaksanaan kegiatan usaha kecil menengah maka diperoleh sig (0,000) <

α

0,05 maka Ho ditolak. Dimana Z hitung = ± 3.317 > Z tabel = Z tabel = 0.000450 maka Ho ditolak. Terdapat perbedaan pelaksanaan kegiatan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti mitra binaan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan mitra binaan yang dilakukan berhasil meningkatkan pelaksanaan kegiatan usaha dalam usaha kecil menengah masyarakat.


(1)

angsuran yang telah dibayarkan oleh mitra binaan masih berlangsung hingga tahun 2011.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

3. Pola kemitraan yang terjalin antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil adalah dana kemitraan yang bersumber dari penyisihan laba PT. Perkebunan Nusantara III yang disalurkan sebagai pinjaman modal kerja yang merupakan bantuan penambahan modal kerja dan atau untuk pembelian aktiva tetap guna meningkatkan produksi dan penjualan Mitra Binaan dengan menggunakan sistem perjanjian kontrak dilakukan selama jangka waktu tertentu, yaitu 3 tahun dengan bunga 6% dalam waktu setahun.

4. Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III di Kabupaten Deli Serdang telah membantu permodalan usaha kecil menengah masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat sekitar Kabupaten Deli Serdang .

5. Program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III telah memberikan dampak yang nyata dan positif terhadap kehidupan sosial ekonomi usaha mitra binaan. Di bidang sosial; program kemitraan telah mampu mengembangkan pengetahuan mitra binaaan terutama dalam hal organisasi perusahaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian usaha. Di bidang ekonomi; program kemitraan telah


(3)

meningkatkan kesejahteraan mitra binaan dan mempengaruhi kelencaran pengembalian modal pinjaman.

Saran

1. Pemerintah Daerah, hendaknya memantau dan mengevaluasi kinerja perusahaan - perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang lain supaya lebih terbuka dalam hal pemberian pinjaman modal kerja kemitraan kepada masyarakat.

2. Pemerintah Daerah, supaya melakukan pembinaan teknis dan non teknis dan terus memotivasi agar masyarakt yang telah menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III menjadi lebih berkembang dan mandiri. 3. PT. Perkebunan Nusantara III agar tetap selalu memperhatikan usaha mitra

binaannya dan tetap menjalin kerjasama serta lebih meningkatkan kemitraan usaha masyarakat terutama yang lokasi operasionalnya berada di hulu atau di hilir domisili masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

———, (1999). Inpres No.10/1999 tentang Usaha Menegah. Jakarta

———, (1999). Undang-Undang No.9 Tahun 1999 Tentang Usaha Kecil Menegah. Jakarta.

———, (2005). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Republik Indonesia. Jakarta.

———, 2009. Bagian Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN III Medan

Anonimus a. 2010. Manajemen dalam usaha. Dikutip dari Anonimus b. 2010. Teori pendapatan. Dahlanforum .wordpress .com /2007

/12/22/pendapatan/. Diakses pada tanggal 22 Februari 2010.

Ambadar, J, 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2010. Medan

Buchari Alma, Prof. Dr. 2008. Kewirausahaan.Penerbit : Penerbit Alfabeta. Jakarta

Didik, 2010. Dampak Implementasi IT di Organisasi. Dikutip dari media belajar koe. wordpress.com/2008.

Dipta , 2008. Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Kerjasama Kemitraan Pola CSR, dalam INFOKOP Volume 16 – September. Jakarta.


(5)

Hadipuro, Wijanto, 2000, Kajian Tentang Keberhasilan Kebijakan Kemitraan Usaha Besar - Menengah dan Kecil (Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan; Kajian Ekonomi Negara Berkembang, Volume 5 No.2) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Hafsah,J.M. 2000. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Linton I, 1997. Kemitraan. Halirang. Jakarta.

Nazir,M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Prawirokusumo, Soeharto, 2001, Ekonomi Rakyat ; Konsep Kebijakan dan Strategi, BPFE, Yogyakarta.

Rachbini, DJ, 1999,” Peluang Kemitraan Kawasan Dan Pedesaan” DalamBasri H (ed) “Pembangunan ekonomi rakyat di Pedesaan Sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan , Jakarta, PT. Bina Rena Pariwara.

Saydam,G. 2006. Panduan Lengkap Pengantar Bisnis dalam Telaah Tanya Jawab. Alfabeta, Bandung.

Sihombing,M.S.R. 2004. Kemitraan Usaha Dalam Pemberdayaan UKM (Usaha Kecil Menengah). Pasca Sarjana. Administrasi Negara. Fakulktas Ilmu Sosial Dan Politik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sismarni. 2009. Teori Partisipasi Dalam Dinamika Sosial. Dikutip dari lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03.

Sumardjo, Sulaksana J, Darmono W.S. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis.Penebar Swadaya. Jakarta.

Supangat,A. 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta


(6)

Tambunan, Tulus, 2002, Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia; Beberapa isu penting, Salemba Empat, Jakarta.

Wibisono, 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. CV.ASHKAF Media Grafika. Surabaya.

Wirartha, I. M., 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Audi. Yogyakarta.