Penerapan PSAK No. 16 Tentang Akuntansi Aktiva Tetap Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA

OLEH:

NAMA : PRAWESTY ANGGRIA

NIM : 080522114

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Penerapan PSAK No. 16 Tentang Akuntansi Aktiva Tetap Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 2010

Yang membuat pernyataan,

Prawesty Anggria NIM. 080522114


(3)

KATA PENGANTAR Assalamualaikukum Wr.Wb.

Tiada senandung kata yang terindah di qalbu, selain ungkapan kehadirat Allah SWT, yang dengan taufik dan hidayah-Nya serta Shalawat beriring salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun Skripsi ini berjudul :”Penerapan PSAK No. 16 Terhadap Akuntansi Aktiva Tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulisi mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syahrul Rambe, SE, MM.AK selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam penyusunan skripsi;

4. Ibu Narumondang Bulan Siregar, MM, AK selaku Dosen Penguji I yang memberikan pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi;

5. Ibu Risanty, Msi,AK selaku Dosen Penguji II yang memberikan pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi;


(4)

6. Seluruh pegawai PTPN II (Persero) Tanjung Morawa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam rangka penulisan skripsi ini;

7. Kedua orang tua penulis, Bapak (Khairul Bakti) dan Ibu (Suharwati), yang memberi kasih sayang, dorongan semangat dan doa kepada penulis;

8. Adik-aadik penulis: Angga Permana dan Pandu Prayuda yang selalu memberi semangat, kasih sayang dan mendoakan penulis;

9. Arief Firmansyah yang selalu ada bagi penulis baik suka maupun duka terima kasih atas semangat, dukungan dan bantuannya,

10.Sahabat-sahabat sejatiku (fitri, rizkha, sarah, dina, rina, chica, ichad, diko, ojek, ridho) yang selalu menemani, menyemangati dan berbagi bagi penulis, 11.Teman-teman di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan semua yang memberi semangat dan bantuan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 2010


(5)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan menerapkan PSAK No.16, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva.

Kata kunci : kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(6)

ABSTRACT

The objective of the research held at PTPN II (Persero) Tanjung Morawa is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16.

The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion.

According to the writer’s analysis, can be concluded that the company applied PSAK No. 16, such as, coompany hasn;t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life.

Keywords : accounting policy, fixed assets, acquiring, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7

1. Pengertian Aktiva Tetap ... 7

2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 8

3. Perolehan Aktiva Tetap ... 9

4. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 16

5. Penyusutan Aktiva Tetap ... 18


(8)

7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 33

8. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 36

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Jenis Data ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

E. Metode Analisis Data ... 42

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 44

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 44

A. Sejarah Perusahaan ... 44

B. Struktur Organisasi ... 45

2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PN II (Persero) Tanjung Morawa 51 a. Penggolongan Aktiva Tetap ... 51

b. Perolehan aktiva Tetap ... 53

c. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 55

d. Penyusutan Aktiva Tetap ... 57


(9)

f. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 59

g. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 60

A. Analisis Hasil Penelitian ... 61

1. Penggolongan Aktiva Tetap ... 61

2. Perolehan aktiva Tetap ... 62

3. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan ... 62

4. Penyusutan Aktiva Tetap ... 63

5. Revaluasi Aktiva Tetap... 64

6. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ... 64

7. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... 65

8. Analisis Hasil Observasi ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai ... 10

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran ... 11

Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan Surat Berharga ... 12

Tabel 2.4 Jurnal Pemberian / Sumbangan ... 14

Tabel 2.5 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus... 21

Tabel 2.6 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun ... 22

Tabel 2.7 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun ... 24

Tabel 2.8 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda ... 25

Tabel 2.9 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Jam Kerja ... 26

Tabel 2.10 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi ... 27

Tabel 2.11 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok ... 28

Tabel 2.12 Jurnal Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas ... 30

Tabel 2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca... 37

Tabel 2.14 Penelitian Terdahulu... 38


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1

Daftar Aktiva Tetap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa Lampiran 2 Struktur Organisasi PTPN II (Persero) Tanjung Morawa Lampiran 3 Quesioner / Daftar Pertanyaan Penerapan PSAK No. 16 Terhadap


(12)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap yang diterapkan perusahaan terhadap aktiva tetapnya dan membandingkannya dengan PSAK No. 16.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkan dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan.

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan menerapkan PSAK No.16, diantaranya perusahaan belum menerapkan kebijakan penggolongan pengeluaran modal dan pendapatan, tidak melakukan telaah umur manfaat aktiva.

Kata kunci : kebijakan akuntansi, aktiva tetap, perolehan, pengeluaran, penyusutan, pelepasan, penyajian.


(13)

ABSTRACT

The objective of the research held at PTPN II (Persero) Tanjung Morawa is to recognize fixed assets and its depreciation accounting policy of the company and to compare it to PSAK No. 16.

The methode used for this research is descriptive analysis methode, which is proceeded through studying the existing facts and comparing it to the theory studied to get a conclusion.

According to the writer’s analysis, can be concluded that the company applied PSAK No. 16, such as, coompany hasn;t applied capital and revenue expenditure classification policy, not reviewing assets’ useful life.

Keywords : accounting policy, fixed assets, acquiring, expenditure, depreciation, discarding, presentation.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, diantaranya laba yang optimal, kelangsungan hidup yang terus menerus dan pertumbuhan yang semakin baik. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan memerlukan pengelolaan faktor-faktor produksi yang baik sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Salah satu di antara faktor-faktor produksi tersebut adalah faktor-faktor modal berupa aktiva tetap.

Di dalam laporan keuangan perusahaan, perkiraan aktiva tetap biasanya nilainya cukup material, sehingga sangat mempengaruhi besar kecilnya jumlah aktiva yang tercantum di neraca yang selanjutnya juga akan mempengaruhi para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Perusahaan perlu menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku, dalam hal ini PSAK No. 16 agar diperoleh laporan keuangan yang wajar, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal yang terkait dengan aktiva tetap, mulai dari penggolongan aktiva tetap, perolehan aktiva tetap, pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, penyusutan aktiva tetap, revaluasi aktiva tetap, penghentian dan pelepasan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap di neraca harus disajikan dengan benar


(15)

dalam laporan keuangan perusahaan. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, ataupun merupakan sumbangan dari pihak lain harus dinilai untuk dicatat dalam laporan keuangan, yang selanjutnya harus disusutkan setiap periodenya menurut metode penyusutan yang dipilih oleh perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap tersebut ke dalam periode-periode dimana perusahaan menerima manfaat dari aktiva tetap tersebut. Penyusutan ini dicatat sebagai beban penyusutan, yang merupakan salah satu beban dalam perhitungan laba-rugi perusahaan.

PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Yang berkantor pusat di Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, Propinsi Suamtera Utara. Dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengelolah kebun kelapa sawit, tembakau, tebu dan kakao serta kegiatan rumah sakit.

PTPN II (Persero) Tanjung Morawa memiliki aktiva tetap berupa bangunan, tanah , mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain sebagainya yang mendukung kegiatan operasional perusahaan. Selain itu ada perkiraan lain yang digolongkan kedalam aktiva tetap yaitu tanaman menghasilkan, inilah salah satu perkiraan yang khas pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa karena aktiva tetap ini merupakan aktiva yang paling mahal jika dijual oleh perusahaan.

Aktiva tetap menghasilkan pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa diperoleh dengan cara dibangun sendiri dan dipergunakan oleh perusahaan


(16)

dalam kegiatan usahanya yang terdiri dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengamatan hasil, pengolahan, serta pemasaran.

Namun dalam prariset, penulis mengamati bahwa PTPN II (Persero) Tanjung Morawa belum sepenuhnya menerapkan kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang sesuai dengan PSAK No. 16. Diantaranya, perusahaan masih memasukkan suatu aktiva tetap yang rusak kedalam aktiva tetap sebagai prasaran penunjang operasi normal perusahaan. Sehingga aktiva tetap tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya didalam laporan keuangan. Menetapkan kebijakan bahwa semua aktiva tetap termasuk mesin-mesin dan kendaraan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Dimana seharusnya penyusutan mesin-mesin akan lebih baik jika menggunakan metode penyusutan jumlah unit produksi , karena aktiva ini digunakan secara terus menerus sehingga akan lebih cepat mengalami depresiasi, hal ini memberikan gambaran bahwa ada penentuan metode penyusutan aktiva tetap perusahaan belum benar-benar mempertimbangkan kondisi dan keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin memahami lebih jauh mengenai kebijakan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari, dalam hal ini PSAK No. 16. Maka dari itu, penulis memilih judul “Penerapan PSAK No. 16 Terhadap Akuntansi Aktiva Tetap Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa”.


(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yaitu Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa telah sesuai dengan PSAK No. 16?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa telah sesuai dengan PSAK No.16.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan mengenai aktiva tetap baik secara teoritis maupun aplikatif.

b. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan kelemahan kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diaplikasikan serta diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan aktiva tetap nantinya.

c. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.


(18)

D. Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2007:28) kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori denagan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam masalah tertentu.

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya serta tinjauan teoritis yang membangun konsep variabel penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

PTPN II (Persero) Tanjung Morawa adalah perusahaan perkebunan yang memiliki sejumlah aktiva yang digunakan dalam rangka mendukung kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tetap yang dimiliki oleh PTPN II (Persero)

PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA

LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI AKTIVA

TETAP


(19)

adalah tanaman menghasilkan, tanha, gedung, mesin, peralatan, kendaraan dan lain sebagainya.

Dalam penggunaan aktiva tetap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa berpedoman pada kebijakan akuntansi aktiva tetap yang berlaku. Mulai dari penggolongan, perolehan, pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, penyusutan, revaluasi, penghentian dan pelepasan, serta penyajian aktiva tetap di neraca.

Kemudian penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa dibandingkan dengan penerapan PSAK no. 16. Untuk menjawab rumusan masalah yang merupakan tujuan penelitian. Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PTPN II (Persero) telah sesuai dengan PSAK No. 16.

Hasil analisis ini kemudian dirangkum sehingga menghasilkan suatu laporan keuangan yang baik dan akurat sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan. Sehingga dapat diketahui apakah PTPN II (Persero) telah sesuai menjalankan PSAK No. 16. Agar diperoleh laporan keuangan yang wajar, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Banyak defenisi aktiva tetap yang telah diberikan oleh para ahli akuntansi, namun dari keseluruhan defenisi yang diberikan mempunyai tujuan yang sama.

PSAK No. 16 paragraf 06 (Revisi 2007) , Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang :

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif

b. Diharapkan untuk digunkan selama lebih dari satu periode.

Mulyadi (2001:591) mengemukakan ”Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.

Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual


(21)

kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”.

Warren (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed

asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif

permanen”.

Dari penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas, aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Mempunyai bentuk fisik

b. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan c. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual

d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun)

e. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

2. Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain :

a. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi :

1) Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.


(22)

Tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, inventaris dan lain sebagainya.

2) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :

Hak paten, hak cipta dan merek dagang, goodwill, dan lain sebagainya.

b. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :

1) Depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti

bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain

2) Undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti

tanah.

3. Perolehan Aktiva Tetap

Beberapa cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.


(23)

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut ini akan dibicarakan masing-masing perolehan. Menurut Zaki (2004:274) aktiva tetap diperoleh dengan cara :

a. Pembelian tunai

b. Pembelian secara angsuran/kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah e. Sumbangan pihak lain

f. Dibangun sendiri

Ad. Pembelian dengan tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

Contoh :

Pada tanggal 01 Januari 2009, dibeli mesin dengan tunai sebesar Rp.5.000.000,- biaya pengangkutan Rp.200.000,- dan biaya pemasangan Rp.300.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

01/Jan/20 09

Mesin Kas

Rp. 5.500.000

Rp. 5.500.000


(24)

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

Contoh:

PT. X membeli mesin seharga Rp. 5.000.000,- pada tanggal 1Feb 2009. Pembayaran pertama Rp. 2.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Des selama 3 tahun dengan bunga 12 % per tahun.

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran


(25)

1/Feb/ 2009 31/Des / 2009 31/Des /2010 31/Des /2011 Mesin Hutang Usaha Kas Hutang Usaha Pembayaran I Bunga Kas Hutang Usaha Pembayaran II Bunga Kas Hutang Usaha Pembayaran III Bunga Kas Rp. 5.000.000 Rp.1.000.000 Rp. 360.000

Rp.1000.000 Rp. 240.000

Rp.1.000.000 Rp. 120.000

Rp. 3..000.000 Rp. 2.000.000

Rp.1.360.000

Rp.1.240.000

Rp.1.120.000

Ad. Pembelian dengan surat berharga

Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.

Contoh :

PT.X menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa nominal @ Rp.10.000.000,- pada saat pertukar , harga pasar saham


(26)

sebesar Rp.11.000,- per lembar. Pertukaran mesin dengan saham. maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan surat berharga

Tgl. Uraian Ref

. Debit Kredit

5/mar/ 2009

Mesin Saham Biasa Agio Saham Biasa

Rp. 11.000.000

Rp. 10.000.000 Rp. 1.000.000

Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksudkan dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

Ad. Pertukaran/Tukar tambah

Laba atau rugi pertukaran dihitung dari selisih nilai buku aktiva tetap lama dengan harga pasar aktiva tetap lama. Nilai buku aktiva tetap lama diperoleh dari pengurangan antara harga perolehan aktiva lama dengan akumulasi penyusutannya. Kas yang dibayarkan untuk pembelian itu dihitung dari pengurangan antara harga pasar aktiva baru dengan harga pasar aktiva lama.


(27)

Pada pertukaran aktiva tetap yang sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang mempunyai sifat dan fungsi yang sama. Jika dalam pertukaran diperoleh laba, maka laba tersebut tidak diakui (dicatat), tetapi mengurangi harga atau nilai aktiva tetap yang baru itu, sesuai yang dinyatakan Warren (2005:509) bahwa :“Keuntungan atas pertukaran aktiva tetap sejenis tidak diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Hal ini didasarkan teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang dibuat dengan memanfaatkan aktiva tetap, bukan dari pertukaran aktiva tetap yang sejenis”.

Tetapi jika dalam pertukaran timbul kerugian, maka kerugian itu akan diakui dalam perkiraan rugi pertukaran aktiva tetap.

Contoh:

Tanggal 1 Juli 2009 perusahaan memperoleh peralatan baru yang harganya Rp. 75.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan lama yang dibeli tanggal 1 Jan 2007 dengan harga perolehan Rp. 55.000.000, masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 5.000.000,- dan disusutkan dengan metode garis lurus. Pada saat pertukaran, nilai pasar aktiva lama sebesar Rp. 35.000.000,- dan kekurangannya dibayar dengan kas. Jurnal untuk mencatat penyusutan dari 1 Januari 2009 sampai dengan 1 Juli 2009 yaitu:


(28)

Tgl Uraian Ref Debet Kredit 1/Jul/

2009

Beban Penyusutan

Akum. Penyusutan peralatan (Untuk mencatat penyusutan peralatan)

Rp.5.000.000

Rp.5.000.000

Maka jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva tersebut:

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

1/Jul/ 2009

Peralatan (baru

Akum. Penyusutan Peralata (lama) Peralatan (lama)

Kas

Rp.70.000.000 Rp.25.000.000

Rp.55.000.000 Rp.40.000.000

Perhitungan:

Harga perolehan peralatan (lama) Rp. 55.000.000,- Akum. Penyusutan (1 Jan 07 – 1 Jul 09)

Nilai buku peralatan (lama) Rp. 30.000.000,- (Rp. 25.000.000,-)

Nilai pasar peralatan (lama)

Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- (Rp. 35.000.000,-)

*) Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- akan langsung menguranginilai peralatan yang baru menjadi Rp. 70.000.000,- (Rp. 75.000.000 – Rp. 5.000.000).


(29)

Pada pertukaran aktiva yang tidak sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang tidak sama sifat dan fungsinya. Laba atau rugi pada pertukaran ini harus diakui.

Ad. Sumbangan dari pihak lain

Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut.

Dalam PSAK (2007) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”. Contoh :

Pada tanggal 09 April 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.100.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah :

Tabel 2.5 Jurnal Pemberian/sumbangan

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

09/Apr/ 2009

Tanah Bangunan Modal Donasi

Rp. 100.000.00 Rp. 50.000.000

Rp. 150.000.000


(30)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan aktiva tetap dengan membuatnya sendiri antara laen :

1) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur 2) Menekan biaya

3) Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik 4) Pihak yang tidak sanggup memenuhi pada saat diperlukan

Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tetap tersebut hingga siap dipergunakan.

Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ini ada tiga permasalahan :

a. Biaya overhead yang dibebankan suatu produk terdiri dari :

- Bahan langsung

- Upah langsung

- Biaya tidak langsung

Penetuan jumlah biaya langsung dan upah langsung relative mudah karena perhitungannya mudah dan sejenis.sedangkan untuk menetukan biaya overhead akan timbul kesulitan karena biasanya ada biaya-biaya yang sama-sama dibayar atau dibebankan untuk semua kegiatan.


(31)

Untuk menetapkan besarnya biaya overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang dibangun sendiri itu ada dua cara yaitu :

1) Metode Incremental cost

Dalam hal ini biaya operhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut.

2) Metode Proportional

Dalam metode ini biaya yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara pro-rata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan sendiri.

b. Laba rugi dalam pembangunan

Jika biaya pembangunan lebih rendah dari biaya apabila bangunan itu diborongkan maka pembebanan itu seolah-olah laba tetapi tidak boleh dianggap sebagai laba. Sedangkan jika sebaliknya maka harus dicatat sebagai rugi. Harga pokok dicatat sebesar berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut sesuai dengan metode diatas.

c. Biaya bunga dalam masa pembangunan

Bila aktiva tetap dibangun dengan menggunakan dana atau pinjaman dari luar perusahaan seperti Bank atau Lembaga Keuangan lainnya maka perusahaan diwajibkan untuk membayar


(32)

bunga. Bunga dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imput interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aktiva tetap.

4. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar aktiva tetap tersebut tetap dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Zaki (2004:272) mengemukakan bahwa pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengaan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi dua:

a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk meningkatkan manfaat aktiva untuk masa mendatang. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening biaya.

Contoh:

Mesin giling dengan harga perolehan sebesar Rp. 408.500.000,00. Mesin giling tersebut memiliki masa manfaat 25 tahun dengan penyusutan pertahun sebesar Rp. 16.340.000,00. Perusahaan setiap bulannya mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya pergantian oli terhadap mesin giling tersebut sebesar Rp. 650.000,-. Pengeluaran ini masih merupakan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), karena jumlah biayanya relatif kecil dan merupakan pengeluaran rutin serta tidak menambah umur aktiva tetap tersebut. Maka dijurnal:


(33)

Tabel 2.17 Jurnal Pengeluaran Modal dan Pendapatan

Tgl Uraian Ref Debat Kredit

Biaya Pemeliharaan Mesin Giling Kas

(untuk mencatat biaya pemeliharaan mesin giling)

Rp. 650.000

Rp. 650.000

Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran itu menimbulkan masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai pengeluaran penghasilan dan mana yang diaanggap sebagai pengeluaran modal.

Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan.

b. Penambahan

Penambahan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk menambah, memperluas atau memperbesar kuantiti dari aktiva tetap.

c. Perbaikan

Perbaikan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi suatu aktiva tetap yang rusak agar aktiva tetap tersebut dapat bekerja secara normal kembali.


(34)

d. Penggantian

Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap.

e. Penambahan nilai

Penambahan nilai adalah pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki aktiva tetap (kemungkinan aktiva tersebut tidak dalam keadaan rusak) dengan maksud tidak hanya sekedar agar aktiva tetap tersebut dapat menjalankan fungsinya, melainkan juga untuk menambah nilai atau memperpanjang umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut.

5. Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan akan semakin berkurang kemapuannya untuk memberikan jasa dengan berjalannya waktu. Berbagai faktor dapat menyebabkan menurunnya kemempuan aktiva tetap misalnya kerusakan, keausan, perubahan teknologi, kapasitas aktiva tetap tidak sesuai lagi dengan berkembangnya perusahaan dan sebagainya. Ikatan Akuntansi Indonesia paragraf 06 (2007) menyatakan bahwa :


(35)

”Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”.

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :

a. Faktor fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca.

b. Faktor fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

1) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi

2) Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan 5) Kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis

lagi.

Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap menurut Hongren (2002 : 509) yaitu : “tujuan utama dari akuntasi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”

Tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode menurut Warren (2005:497) yaitu: “(a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat”.


(36)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut. Metode-metode tersebut sebagai berikut :

a. Berdasarkan waktu

1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

2) Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): (a) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) (b) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda

(declining/double declining-balance-method)

b. Berdasarkan penggunaan :

1) Metode-jam-jasa (service-hour-method)

2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) c. Berdasarkan kriteria lainnya :

1) Metode-berdasarkan jenis dan kelompok

(group-and-composite-method)

2) Metode-anuitas (annuity-method) 3) Sistem-persediaan (inventory-system)

a. Berdasarkan waktu

1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu


(37)

periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = d% n 100% Persentase dalam

Atau = =

Residu) Nilai -Akuisisi (Biaya x d% (D) Penyusutan = Contoh :

PT X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :

Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = 5 00 Rp.2.000.0 -20.000.000 Rp. = 00,-Rp.3.600.0 =

Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga PerolehanBeban

Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp. 6,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp. 2,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000


(38)

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode ini kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya.

2) Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation)

(a) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method)

Dalam metode ini beban penyusutan akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

15 2

1) (n 2

1) (n


(39)

atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15

Contoh :

PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir sebesar Rp.2.000.000,-

Harga Perolehan : Rp.20.000.000,- Nilai Sisa

Nilai Buku : Rp.18.000.000,- : (Rp. 2.000.000,-)

Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun

Thn Dasar

Penyusutan Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.18,000,000 5/15 x Rp.18.000.000

=Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 2 Rp.18,000,000 4/15 x Rp.18.000.000

=Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 3 Rp.18,000,000 3/15 x Rp.18.000.000

=Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 4 Rp.18,000,000 2/15 x Rp.18.000.000

=Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp.18,000,000 1/15 x Rp.18.000.000


(40)

(b)Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining / double declining – balance – method)

Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutab dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan menggunakan rumus :

n c s -1 r =

Keterangan :

r = persentase per tahun s = nilai sisa

n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan

Contoh :

PT X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut :


(41)

5 n

000

Rp.20.000.

00

Rp.2.000.0

-1

r

c

s

-1

r

=

=

) dibulatkan ( % 37 r 63 , 0 1 r == −

Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun

Thn Beban Penyusutan Akum.

Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37% x Rp.20.000.000 = Rp.7.400.00 Rp.7.400.000 Rp.12.600.000 2 37% x Rp.12.600.000 = Rp.4.662.000 Rp.12.062.000 Rp.7.938.000 3 37% x Rp.7.938.000 = Rp.2.937.060 Rp..14.999.060 Rp.5.000.940 4 37% x Rp.5.000.940 = Rp.1.850.347,8 Rp..16.849.407,8 Rp.3.150.592,2 5 37% x Rp.3.150.592,2= Rp.1.165.719,11 Rp..6,431,175 Rp.1.984.873,08

Beban penyusutan yang dihitung dengan metode ini tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Metode ini tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa.

Metode saldo menurun ganda

Hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu


(42)

peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah 2(100%/5) = 40%.

Contoh :

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda

Thn

Nilai Buku Aktiva Awal Tahun

Tarif Saldo Menurun Ganda

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.20,000,000 40% Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.12,000,000 2 Rp.12,000,000 40% Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp. 7,200,000 3 Rp. 7,200,000 40% Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp. 4,320,000 4 Rp. 4,320,000 40% Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 2,592,000 5 Rp. 2,592,000 40% Rp. 592,000 Rp.16,816,000 Rp. 2,000,000

b. Berdasarkan penggunaan

1) Metode-jam-jasa (service-hour-method)

Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan


(43)

Kerja Jam Jumlah Sisa Nilai -Perolehan Harga Penyusutan= Contoh :

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat dihitung sebagai berikut :

Jam 37,-/ jam 500.000 00 Rp.1.500.0 -000 Rp.20.000.

Penyusutan= =

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100.000 jam x 37 jam = Rp.3.700.000,-

Tabel 2.11 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa

Thn Jam kerja

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000 1 I00,000 Rp. 3,700,000 Rp. 1,850,000 Rp. 16,300,000 2 20,000 Rp. 740,000 Rp. 2,590,000 Rp. 15,560,000 3 130,000 Rp. 4,810,000 Rp. 7,400,000 Rp. 10,750,000 4 140,000 Rp. 5,180,000 Rp.12,580,000 Rp. 5,570,000 5 110,000 Rp. 4,070,000 Rp.16,650,000 Rp. 1,500,000

2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)

Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam


(44)

kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah :

Output Sisa Nilai -Perolehan Harga Penyusutan=

Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit.

Contoh :

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut :

/ Unit Rp.18,5 Unit 1.000.000 00 Rp.1.500.0 -000 Rp.20.000.

Penyusutan = =

Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18,5/unit

= Rp.2.220.000,-

Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi

Thn Unit Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 120,000 Rp. 2,220,000 Rp. 1,850,000 Rp.17,780,000 2 150,000 Rp. 2,775,000 Rp. 4,625,000 Rp.15,005,000 3 300,000 Rp. 5,550,000 Rp.10,175,000 Rp. 9,455,000 4 240,000 Rp. 4,440,000 Rp.14,615,000 Rp. 5,015,000 5 190,000 Rp.3,515,000 Rp.18,130,000 Rp. 1,500,000


(45)

c. Berdasarkan Kriteria Lainnya

1) Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)

Metode ini menyusutkan aktiva tetap tidak secara per unitnya, melainkan secara bersama. Metode kelompok menyusutkan sekelompok aktiva yang sejenis, sedangkan metode jenis digunakan untuk menyusutkan sekelompok aktiva yang tidak sejenis.

Contoh

penyusutan dengan metode kelompok:

Dibeli 50 mesin seharga Rp. 100.000.000,- dengan umur rata-rata 5 tahun. Dari kelompok ini 20 mesin dihentikan pada akhir tahun keempat, 10 mesin pada tahun akhir tahun kelima dan sisanya pada akhir tahun keenam, maka:

Penyusutan per tahun = Rp. 100.000.000

5

: 50

= Rp. 400.000 per mesin

Tabel 2.13 Penyusutan Menurut Metode Kelompok

( j u t


(46)

a ) Penyusutan Menurut Metode Kelompok

(Rp) Thn Penyus

utan

Biaya Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai buku 20% Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo

100.000 100.000 100.000

1 20.000 - - 100.000 - 20.000 20.000 80.000 2 20.000 - - 100.000 - 20.000 40.000 60.000 3 20.000 - - 100.000 - 20.000 60.000 40.000 4 20.000 - 40.000 60.000 40.000 20.000 40.000

.

20.000 5 12.000 - 20.000 40.000 20.000 12.000 32.000 8.000

6 8.000 - 40.000 - 40.000 8.000 - -

Contoh penyusutan dengan metode jenis:

Tabel 2.14 Daftar Aktiva Menurut Metode

Penyusutan Jenis

(RP.)

Aktiva Harga Perolehan Nilai Sisa H.Perolehan disusutkan Taksiran Umur Penyusutan pertahun A 10.000.000 1.000.000 9.000.000 10 900.000 B 5.000.000 500.000 4.500.000 5 900.000 C 20.000.000 2.000.000 18.000.000 10 1.800.000 D 7.500.000 500.000 7.000.000 7 1.000.000 42.500.000 4.000.000 38.500.000 4.600.000 Penyusutan per tahun = Rp. 4.600.000

Rp. 42.500.000

x 100% = 10.82%

Bila terjadi penjualan aktiva, maka akan dicatat debet kas dan kredit harga perolehan aktiva tersebut, sedangkan selisihnya akan


(47)

dibebankan pada akumulasi penyusutan. Jadi, tidak ada pengakuan laba rugi penjualan aktiva.

2) Metode-anuitas (annuity-method)

Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokanatau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut :

i , n, PVIF Sisa Nilai Value Present -Perolehan Harga Penyusutan= Contoh :

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut

10 , 5, 10 , 5, PVIF Rp.134.776 PVIF -00 Rp.1.600.0 Penyusutan= 7,581574 0,1241842 x Rp.134.776 -00 Rp.1.600.0 = 7,581574 Rp.83.668 -00 Rp.1.600.0 =


(48)

000 . 00 Rp.4 =

Melalui perhitungan diatas diketahiu bearnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas

3) Sistem-Persediaan (inventory-system)

Metode persediaan digunakan untuk menilai aktiva tetap Thn Penyusutan

Implisit Interest Revenue 10%

Akumulasi Penyusutan / Tahun

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku Rp.1,600,000 1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 RP.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776


(49)

periode akuntansi pada kondisinya yang sekarang, melalui persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan rasional karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada akhir periode.

Contoh :

Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 2000 adalah sebesar Rp. 1.200.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 750.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 450.000,- dan dijurnal:

6. Revaluasi aktiva Tetap

Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan tidak lagi menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau terlalu tingginya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut di pasaran yang disebabkan perkembangan moneter atau alasan lainnya, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.

Revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. PSAK No. 16


(50)

paragraf 08 (IAI:2007) menjelaskan tentang penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap sebagai berikut:

Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian

Kembali Aktiva Tetap.

Menurut PSAK No. 16 paragraf 13 (IAI:2007), untuk aktiva tetap yang dinilai kembali harus mengungkapkan:

a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; b. tanggal efektif penilaian kembali;

c. nama penilai independen, bila ada;

d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; f. surplus penilaian kembali aktiva tetap.

Contoh 1:

Perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 23.000.000,-, dinilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 40.000.000,-, maka dijurnal:

Keterangan Debet Kredit

Tanah Rp. 17.000.000


(51)

(untuk mencatat penilaian kembali

tanah)

bila tanah dijual dengan harga Rp. 35.000.000,-, maka dijurnal:

Keterangan Debet Kredit

Kas Rp. 35.000.000

Modal-Penilaian Kembali Rp. 17.000.000

Tanah Rp. 40.000.000

Laba Penjualan Tanah Rp. 12.000.000 (untuk mencatat penjualan tanah

yang telah dinilai kembali)

Contoh 2:

Peralatan yang harga perolehannya sebesar Rp. 10.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp.3.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.250.000,- dihitung sebagai berikut: Penyusutan per tahun = Rp. 10.000.000

8

= Rp. 1.250.000

Kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 2.000.000,- dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan peralatan Rp. 10.000.000 Akumulasi penyusutan peralatan (Rp. 5.000.000) (4 x Rp. 1.250.000)


(52)

Nilai buku peralatan Rp. 5.000.000 Nilai buku peralatan setelah penurunan (

Kerugian penurunan nilai Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000)

Kerugian penurunan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut:

Keterangan D K

Akumulasi Penyusutan-Peralatan Rp. 5.000.000 Kerugian Penurunan Nilai Rp. 2.000.000

Peralatan Rp. 7.000.000*)

(untuk mencatat kerugian akibat penurunan nilai aktiva tetap)

*) Harga perolehan peralatan setelah penurunan nilai yaitu sebesar Rp. 7.000.000 (Rp.10.000.000 – Rp. 3.000.000)

7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya oleh perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan dan dilepaskan penggunaannya dapat disebabkan karena aktiva tetap tersebut sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi.

. Akibat yang timbul dari penghentian ataupun pelepasan aktiva tetap ini adalah timbulnya kerugian atau keuntungan. PSAK No. 16 paragraf 69


(53)

(IAI:2007) menyatakan, jumlah tercatat saat aktiva tetap dihentikan penggunaannya pada saat :

a. Dilepaskan, atau

b. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Sementara keuntungan dan kerugian yang timbul akibat pelepasan aktiva itu diakui dalam laporan laba rugi. Cara penghentian aktiva tetap diuraikan sebagai berikut :

a. Penjualan

1) Penjualan sebelum habis masa manfaatnya, dalam hal ini ada tiga kemungkinan yang terjadi :

- Harga jual sama dengan nilai buku

- Harga jual lebih besar dari nilai buku, maka selisi adalah keuntungan

- Harga jual lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya adalah kerugian

2) Penjualan dilakukan setelah masa manfaatnya habis, dalam hal ini berapapun

harga jual aktiva tetap perusahaan mendapat keuntungan karena nilai aktiva

Uraian Debet Kredit

Kas

Akum. Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva Tetap

Xxx xxx


(54)

Laba Atas Penjualan xxx

b. Diinvestasikan oleh perusahan

Aktiva tetap dihentikan dari operasi perusahaan untuk diinvestasikan, aktiva tetap tersebut digolongkan pada investas

Uraian Debet Kredit

Investasi

Akum. Penyusutan Aktiva Aktiva Tetap

Xxx xxx

xxx

c. Dinonaktifkan oleh perusahaan

Aktiva tetap dihentikan pemakaiannya oleh perusahaan tetapi ditahan saja di perusahaan, dan aktiva ini digolongkan dalam aktiva lain-lain. Menghentikan pemakaian aktiva tetap yang semakin menurun.

Uraian Debet Kredit

Aktiva lain-lain

Akum. Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva Tetap

Xxx xxx

Xxx


(55)

Dalam penghentian pemakaian aktiva tetapnya perusahaan dapat membuang aktiva tetapnya yang dianggap tidak memberikan manfaat lagi bagi perusahaan. Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan pada saat pembuangannya harus dilepaskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan dan mendebet akumulasi penyusutan. Jika ternyata ada selisih maka dicatat sebagai rugi.

Uraian Debet Kredit

Akum. Penyusutan Aktiva Tetaap Rugi Atas Pelepasan Aktiva Tetap Aktiva Teta

xxx xxx

xxx

8. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.


(56)

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah :

1) “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global:

2) Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing;

3) Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”

Biaya penyusutan merupakan perkiraan biaya yang pada akhir tahun akan ditutup keperkiraan sisa laba bersama-sama dengan perkiraan sementara lain. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan tetap dan merupakan perkiraan kontrak dalam mencatat penyusutan dimaksudkan agar harga perolehan aktiva yang bersangkutan masih dapat disajikan apa adanya.

Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat adalah :

Biya penyusutan xxx

Akum. Penyusutan xxx

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.


(57)

Nilai Buku = Harga perolehan aktiva tetap - Akum. Penyusutan

Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.

Tabel 2.19

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. Asia Abdi Sumatera

NERACA

Per 31 Desember 200x

(Rp)

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban

Aktiva Tetap

Tanah Rp. xxx

Bangunan Rp. xxx

Mesin Rp. xxx Modal

Inventaris Rp. xxx

Total Aktiva Tetap Rp. xxx

Ak. Penyusutan (Rp. xxx)

Nilai Buku Rp. xxx

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu . perbedaan tersebut terdapat pada metode analisis deskriptif, hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan yang bersifat relative. Sedangkangkan


(58)

pada penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dimana hasil yang diperoleh menjadi lebih jelas dan teratur

Tabel 2.20 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Metode Analisi

Hasil Penelitian Indah

Sumanti (2007)

Analisis akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang

Brahrang

Deskriptif PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang Brahrang mempunyai kebijakan yang tidak menyimpang dari

penerapan PSAK NO.16 dan PSAK No. 17 Sahnidar

(2009)

Penerapan PSAK No.16 Terhadap Aktiva Tetap Tanaman

Menghasilkan Budi Daya Coklat Pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke

Deskriptif Penerapan PSAK No.16 pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke telah sesuai dengan PSAK No.16


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif statistik, yaitu metode yang digunakan dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, kemudian dianalisa untuk kemudian diinterprestasikan hingga akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai faktor yang terdapat pada objek penelitian dialapangan. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari responden selaku objek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan merupakan data dari hasil wawancara langsung dengan staf akuntansi dan keuangan, misalnya kebijakan perusahaan tentang penyusutan aktiva tetap, pengeluarannya, dan lain-lain.

2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah yang diperoleh dari sumber yang sudah terdokumentasi di perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta data kepustakaan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari:


(60)

1. Teknik Observasi, yaitu dilakukan dengan mengamati langsung terhadap objek penelitian, yaitu PTPN II (Persero) Tanjung Morawa.

2. Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada staf akuntansi dan keuangan PTPN II (Persero) Tanjung Morawa

3. Teknik Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen internal perusahaan yang berkaitan dengan lingkup penelitian.

C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variable yang telah dipilih. Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).

Mengingat banyaknya jenis dan bentuk aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, maka dilakukan penggolongan-penggolongan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menilai dan menghitung beban penyusutan aktiva tetap tersebut.

Perolehan suatu aktiva tetap tidak hanya dilakukan dengan satu cara perolehan saja, melainkan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari jenis aktiva yang akan diperoleh. Dari cara perolehan yang dilakukan


(61)

perolehan aktiva tetap tersebut, dengan kata lain masing-masing cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi penetuan harga perolehan aktiva tetap tersebut.

Dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap dikenal beberapa metode penyusutan, metode penyusutan merupakan cara yang digunakan untuk menghitung jumlah yang dapat disusutkan dari harga perolehan aktiva tetap tersebut dengan memperhatikan masa manfaat aktiva, nilai sisa aktiva, kelompok aktiva, dan tarif penyusutan.

Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan, biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan.

Untuk mengukur variable penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang terdiri dari empat jawaban yang merentang dari “sangat sesuai” sampai “tidak sesuai” dimana setiap pilihan jawaban diberikan bobot nilai pernyataan sebagai berikut :

Sangat sesuai = 4

Sesuai = 3

Kurang sesuai = 2 Tidak sesuai = 1

Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan


(62)

untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena kekayaan ini mempunyai wujud, sering aktiva tetap berwujud (tangible fixed

assets)

Dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap dikenal beberapa metode penyusutan, metode penyusutan merupakan cara yang digunakan untuk menghitung jumlah yang dapat disusutkan dari harga perolehan aktiva tetap tersebutvdengan memperhatikan masa manfaat aktiva tetap, nilai sisa aktiva, kelompok aktiva, dan tarif penyusutan. Jadi variable dalam penelitian ini adalah aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap berdasarkan PSAK no. 16.

Kisi-kisi instrument lembar observasi tentang penerapan PSAK No. 16. Pada perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Variabel Komponen yang Diukur No. Instrumen

Penerapan PSAK No. 16

1. Penggolongan Aktiva Tetap 2. Perolehan Aktiva Tetap 3. Penggunaan Aktiva Tetap 4. Penyusutan Aktiva Tetap 5. PengeluaranAkiva Tetap 6. Penghentian Aktiva Tetap 7. Penilain Aktiva Tetap 8. Penyajian Aktiva Tetap

1-3 4-7 8-9 10-14 15-18 19-21 22-24 25-26


(63)

D. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah Metode Analisis Statistik Deskriptif , yaitu metode yang digunakan dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, kemudian dianalisa untuk kemudian diinterprestasikan hingga akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai faktor yang terdapat pada objek penelitian di lapangan.

Menurut Supomo (2000:170) “Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan mudah diinterfrestasikan”. Dalam penelitian ini perlu dihitung rata-rata (X) terlebih dahulu, untuk menghitung rata-rata (X) digunakan rumus :

∑xi X =

N Dimana :

X : Rata-rata hasil observasi

∑xi : Jumlah Aljabar X(total nilai hasil observasi) N : Jumlah unsur observasi

Ketentuan hasil observasi :

Kriteria Keputusan Rata - rata

Sangat Sesuai 3,26 – 4

Sesuai 2,51 – 3,25

Kurang Sesuai 1,76 – 2,50


(64)

E.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PTPN II (Persero) Tanjung Morawa. Jl. Tanjunh Morawa.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berasarkan Akta Notaris Harun Kamil, SH No.35. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan No. C2-8330.HT.01.01. Pendirian perusahaan merupakan hasil peleburan PT.Perkebunan II (Persero) dan PT. Perkebunan IX (Persero) berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 tahun 1996, kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris Sri Rahayu Prasetyo, SH. No. 7 tanggal 08 Oktober 2002.

Perusahaan berkantor pusat di Tanjung Morawa, Kabupaten DeliSerdang,Provinsi Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) memiliki 32 unit kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit, Karet, Kakao, Tembakau dan Tebu, termasuk didalamnya 8 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 2 unit Pabrik Gula (PG), 1 unit Pabrik Fraksionasi (PFS), 1 unit Pabrik Lateks Pekat, 2 unit Pabrik Crumb Rubber, 3 unit Pabrik RSS, 4 unit Pabrik Kakao, 4 unit Rumah Sakit (RS), 1 unit Bengkel Pusat (BP), 1 unit BAlai Penelitian Tembakau Deli (BPTD), dan 1 unit Risbang (Riset dan Pengembangan Tebu).


(66)

Semua Kebun / Unit Usaha tersebut dikelompokkan menjadi 6 (enam) Distrik Unit Usaha (DUU) dan 1 (satu) unit Kebun Pengembangan, adapun pengelompokkan Distrik Unit Usaha (DUU) adalah sebagai berikut: Distrik Tanaman Tahunan Rayon Utara, Distrik Tanaman Tahunan Rayon Tengah, Distrik Tanaman Tahunan Rayon Selatan, Distrik Tanaman Tebu, Distrik tanaman Tembakau dan Distrik Rumah Sakit. Sedangkan pengelompokkan Kebun Pengembangan adalah : Kebun Arso dan Prafi didaerah Papua. Masing-masing Distrik Unit Usaha (DUU) dipimpin oleh 1 (satu) orang Manajer sementara Kebun Pengembangan dipimpin oleh masing-masing Manejer Kebun.

Perseroan ini bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembanguna nasioanal umumnya, khususnya di sector pertanian dalam arti seluas-luasnya.

b. Struktur Organisasi

Sesuai dengan surat keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN RI No.KEP-057/M-PBUMN/1998 tanggal 28 September 1998, susunan direksi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Direktur Utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris.


(67)

2. Direktur Produksi

Direktur Produksi bertanggung jawab kepada Diektur Utama, kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisarus, yang mengeloala bidang tanaman, produksi, teknik dan teknologo, pengelolaan dan sarana lainnya yang berkaitan dengan fungsinya. 3. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Utama, kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengelola bidang akuntansi dan keuangan.

4. Direktur Pemasaran

Direktur Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur Utama, kepda Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengeloala bidang pemasaran dan pengadaan.

5. Direktur Sumber Daya Manusia / Umum

Direktur Sumber Daya MAnusia / Umum bertanggung jawab kepada Direktur Utama, kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris, yang mengelola bidang personalia, pengembangan sumber daya manusia, bidang umum, secretariat dan rumah sakit, masalah hubungan antar kerja, sosial umum, keamanan dan kesehatan. Sesuai dengan surat Keputusan Direksi PTPN II No.II.0/Kpts/R.02/1998 tanggal 9 juni 1998 dan diperbaharui dengan surat No.II.0/Kpts/r/05/2001 tanggal 2 Juli 2001 ditetapkan susunan kepala bagian sebagai berikut :


(68)

a. Bagian Sekretariat

Bagian Sekretariat berfungsi sebagai pambantu Direksi dibidang yang berhubungan pengelolaan keskretariatan perusahaan hubungan masyarakat, rumah tangga kantor direksi, bertanggung jawab kepada Direktur SDM/Umum.

b. Bagian Satuan Pengawasan Intern

Bagian Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu direksi melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan dibidang pengawasan intern berdasarkan norma pemerikasaan dan pedoman pemeriksaan umum, keuanagn operasional serts kebijakan pengawasan, bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

c. Bagian Pengkajian dan Pengembangan

Bagian Pengakajian dan Pengembangan berfungsi me,mbantu direksi dalam melaksanakan tugas dn kebijakan yang telah digariskan oleh direksi. Melaksanakan perncanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan serta melakukan pengkajian dan pengembangan seluruh sumber daya perusahaan, bertanggung jawab kepada SDm/Umum.

d. Bagian Tanaman Tahunan

Bagian Tanaman Tahunan berfungsi membantu direksi dalam melaksanakan fungsi perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian serta pengawasan yang


(69)

menyagkut pekerjaan-pekerjaan dibidang tanaman tahunan, bertanggun jawab kepada direktur produksi.

e. Bagian Tanaman Semusim

Bagian Tanaman Semusim berfungsi membantu direksi dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian serta pengawasan yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan dibidang tanaman tahunan, bertanggung jawab kepada direktur produksi.

f. Bagian Teknik

Bagian Teknik bertugas membantu direksi dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pengirganisasian, pengendalian dan pengawasan dibidang teknik, bertanggung jawab kepada direktur produksi.

g. Bagian Pengolahan

Bagian Pengolahan berfungsi membantu direksi melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dibidang pengolahan, meliputi administrasi, teknik serta melaksanakan fungsi manajemen dalam meningkatkan system mutu produksi, bertanggung jawab kepada direktur produksi.

h. Bagian Pengendalian Mutu dan Lingkungan

Bagian PML berfungsi membantu direksi melaksankan fungsi-fungsi manajemen dalam melaksanakan system dan prosedur


(70)

yang dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil produksi dan kinerja lingkungan, bertanggung jawab kepada direktur produksi.

i. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan berfungsi membantu direksi untuk menjalankan kebijakan Direksi serta melaksankan fungsi-fungsi manajemen dalm bidang keuangan, perajakan dan asuransi asset perusahaan serta penyusunan rencanakerja dan anggaran perusahaan, bertanggung jawab kepada direktur keuangan.

j. Bagian Akuntansi

Bagian Akuntansi berfungsi membantu direksi untuk menjalankan kebijakan direksi dibidang akuntansi serta melaksankan fungsi analisa hasil usaha, memberiakn data masukan pada direksi mengenai permasalahan akuntansi, bertanggung jawab kepada direktur keuangan.

k. Bagian Pengadaan Barang

Bagian Pengadaan berfungsi membantu direksimelaksankan fungsiperncanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dibidang pengadaan, bertanggung jawab kepada direktur pemasaran.

l. Bagian Pemasaran

Bagian Pemasaran berfungsi membantu direksi melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan


(71)

pengawasan dibidang pemasaran, bertanggung jawab kepda direktur pemasaran.

m. Bagian Personalia

Bagian Personalia berfungsi membantu direksi melaksankan fungsi-fungsi manajemen yang mencakupkeiatan administrasi karyawan, pensiun karyawan dan penyelenggaraan pemenuhan sosial dan kesejahteraan serta hubungan antar kerja, bertanggunh jawab kepada Direktur SDM/Umum.

n. Bagian Pengembangan SDM

Bagian Pengembangan berfungsi membantu direksi melaksankan fungsi-fungsi manajemen dalam pengembangan sumber daya manusia yang mencakup kegiatan pendidikan dan latihan keselamatan dan kesehatan kerja dan pelayanan kesehatan, bertanggung jawab kepada Direktur SDM/ Umum. o. Bagian Umum

Bagian Umum berfungsi membantu direksi melaksankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dibidang sosial ekonomi, kesejahteraan, bina mental, hokum dan agrarian, bertanggung jawab kepada Direktur SDM/Umum. p. Bagian pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi

Bagian PUKK berfungsi membantu direksi untuk melaksankan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan, mengawasi


(72)

penyaluran bantuan dan pembinaan terhadap pengusaha kecil dan koperasi, bertanggung jawab kepada Direktur SDM/Umum.  Bagan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II

(Terlampir)

2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa a. Penggolongan Aktiva Tetap

Pengertian aktiva tetap menurut PTPN II (Persero) Tanjung Morawa pada prinsipnya sama dengan pengertian yang terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan yaitu :

1) Mempunyai bentuk fisik

2) Digunakan secara aktif dalam operasi normal perusahaan 3) Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual 4) Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

Aktiva tetap yang dimiliki pada PTPN II (Persero) bermacam-macam jenisnya dan tergolong banyak jumlahnya. Untuk tujuan kepraktisan pencatatan dan pengawasan maka perusahaan membuat penggolongan aktiva tetap dalam perkiraan neraca menggunakan kode. Jenis-jenis aktiva tetap yang dimilki pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa yaitu :

1) Aktiva Tetap Tanaman

Aktiva tetap tanaman ini adalah tanaman belum menghasilkan (TBM). Yang mana tanaman yang ada adalah tanaman


(73)

menghasilkan yang digolongkan pada kelompok 4 tanaman sesuai dengan undang-undang no.7 tahun 1983 sedangkan tanaman yang belum menghasilkan sampai saat ini tidak ada, karena belum dilakukan peremajaan tanaman.

2) Aktiva tetap Non Tanaman

Aktiva tetap non tanaman dikelompokan sesuai dengan undang-undang perpajakan no.7 tahun 1993 yang dijabarkan sebagai berikut :

 Bangunan perusahaan, meliputi kantor, garasi, gudang, pabrik, dan lainnya

 Bangunan perumahan, meliputi rumah staf perusahaan, rumah administrasi perusahaan, rumah karyawan

 Mesin-mesin dan instalasi, meliputi mesin turbin, turbin up, jaringan listrik, water tube, pompa sungai, instalasi listrik, dan lainnya

 Alat-alat pengangkutan, meliputi truk colt, truk tiffer, mobil staf pengawas kebun, angkutan karyawan dan lainnya

 Alat-alat pertanian dan inventaris kecil, meliputi dongkrak, tangki, timbangan, tabung cabut api, motor sprayer, mesin diesel, eleven jack dan lannya

 Jalan, jembatan dan saluran air, meliputi jalan saluran air, jalan emplasment, pabrik, urung-urung, jembatan dan lainnya


(74)

 Aktiva lainnya seperti pemotretan dari udara, batu pilar dan lainnya

b. Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap PTPN II (Persero) Tanjung Morawa merupakan harta perusahaan yang mempunyai bentuk, digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan secara berulang-ulang, tidak dimaksudkan untuk dijual, masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva merupakan harta perusahaan yang jumlahnya cukup besar dan diperoleh dengan cara : 1) Pembeli dengan tunai

Aktiva tetap perusahaan diperolah melalui pembelian tunai, dicatat berdasarkan harga perolehannya, yaitu harga pembelian ditambah semua biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka penempatan aktiva tetap tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Contoh :

Pada tanggal 5 juni 2008 perusahaan membeli 10 unit komputer dengan harga Rp.4.500.000 per unit. Biaya ongkos pengiriman, pemasangan dan penambahan kabel tambahan sebesar Rp. 1.200.000 sehingga oleh perusahaan dicatat harga perolehan sebesar Rp. 46.200.000,-[(Rp. 4.500.000x 10 unit = 45.000.000) + Rp. 1.200.000] dan perolehan atas komputer tersebut dicatat oleh perusahaan sebagai berikut :


(75)

Keterangan Debet Kredit

Mesin Rp. 46.200.000

Kas Rp. 46.200.000

(untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara tunai)

2) Membangun sendiri

Aktiva tetap yang diperoleh dengan membangun sendiri adalah bangunan perumahaan, bangunan kantor dan tanaman menghasilkan. Ini dilakukan perusahaan untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitan yang menganggur atau untuk mencapai kwalitas konstruksi yang lebih tinggi. Berikut ini contoh aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan tanaman menghasilkan yaitu tanaman tebu, dengan cost yang di keluarkan oleh perusahaan sebagai berikut :

- Babat/rumpuk bakar Rp. 12.890.900 Pengolahan Tanah

- Tabur blotong Rp. 21.178.500 - Plow harrow 1x Rp. 18.367.850 - Sub soiler dalam Rp. 19.536.700 - Plow harrow 2x Rp. 17.890.400

- Furrow Rp. 29.489.100


(1)

KUIESIONER / DAFTAR PERTANYAAN

PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA

Nama responden :

Bagian :

No .

Pernyataan Sangat

Sesuai

Sesuai Kurang Sesuai

Tidak Sesuai 1. Perusahaan menggolongkan aktiva

tetap berdasarkan kesamaan sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal perusahaan.

2. Biaya perolehan suatu aktiva yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aktiva dengan pembelian atau cara lain. 3. Aktiva tetap yang tidak dapat

disusutkan yaitu aktiva tetap yang mempunyai masa kegunaan atau umur yang tidak terbatas misalnya tanah

4. Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam laporan keuangan sebesar jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiuva tetap termasuk semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan.


(2)

dibangun sendiri ditentukan dengan mengunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aktiva tetap dengan pembelian atau cara lain yaitu harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi kenaan dengan pembangunan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipergunakan

6. Suatu aktiva tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aktiva pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan

7. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan pihak lain/donasi harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “modal donasi” 8. Jika jumlah aktiva tercatat

meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aktiva akibat revaluasi.

9. Jika jumlah aktiva tercatat meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit


(3)

ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aktiva akibat revaluasi.

10. Penyusutan aktiva tetap bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nialai dasar lain dari aktiva tetap dikurangi nialai sisa (jika ada) selama umur kegunaan aktiva tetap yang ditaksir dalam suatu cara yang sisrtematis dan rasional dalam periode aktiva tetap tersebut.

11. Besar kecilnya jumlah penyusutan suatu aktiva tetap dalam setiap periode tergantung pada metode alokasi yang digunakan oleh perusahaan.

12. Penyusutan aktiva tetap pada perusahaan dimulai pada saat aktiva tersebut siap untuk digunakan oleh perusahaan.

13. Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap harus direview minimum setiap akhir tahun buku dan apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aktiva tersebut maka metode penyusutan harus diubah


(4)

untuk mencerminkan perubahan pola tersebut.

14. Metode penyusutan aktiva tetap dipilih berdasarkan pola manfaat ekonomis masa depan dari aktiva dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode.

15. Pengeluaran selama pemakaian aktiva tetap pada peruahaan digolongkan menjadi pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure) dimana pengeluaran penghasilan dianggap sebagai beban operasi dan pngeluaran modal dianggap sebagai biaya investasi. 16. Jika pengeluara tidak dianggap

menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke laba rugi maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai revenue expenditure

17. Jika pengeluaran menambah harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan dalam arti pengeluaran tersebut dikapitalisir maka dianggap sebagai capital expenditure

18. Jika pengeluaran jumlahnya relatif besar dan sifatnya pentng biasanya dianggap sebagai capital


(5)

expenditure sedangkan pengeluaran yang relatif kecil dianggap sebagai revenue expenditure.

19. Penghentian aktiva tetap dilakukan pada saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan aktiva tersebut.

20. Aktiva tetap yang tidak bermanfaat dan tidak berguna lagi bagi perusahaan biasanya dibuang, dijual, atau ditukar tambah dengan aktiva lain oleh perusahaan.

21. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aktiva tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada dan jumlah tercatat dari aktiva tersebut.

22. Penilaian kembali aktiva yang diakibatkan adanya kenaikan niali aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.

23. Nilai tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi propesional berdasarkan bukti pasar.


(6)

aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan harus dimasukan dalam laporan laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang. 25. Perkiraan aktiva tetap pada

perusahaan disajikan pada laporan keuagan yang tercantum didalam neraca pada sebelah debet.

26. Aktiva tetap disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan jumlah penyusutannya.

Medan, 2010