5
2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak SDN 200203 Padangsdimpuan.
3. Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa SDN
200203 Padangsidimpuan. 3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui status gizi anak SDN 200203 Padangsidimpuan 2. Untuk mengetahui prestasi belajar anak SDN 200203 Padangsidimpuan
3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak SDN 200203 Padangsidimpuan
4. Manfaat Penelitian
4.1.Bagi Layanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada siswa dengan masalah kesehatan gizi.
4.2.Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawtan terhadap siswa dengan masalah gizi di sekolah dasar.
4.3.Bagi Penelitian Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
6 Sebagai informasi tambahan bagi peneliti berikutnya dalam melakukan
penelitian gizi anak sekolah dasar. 4.4.Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pola asuhan orang tua dan guru terutama dalam masalah gizi anak.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Status Gizi
1.1. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral,
lemak, protein dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dan organ-organ tubuh
manusia. Mitayani dan Wiwi Sartika, 2010. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Almatsier, 2010.
Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang
mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh Almatsier, 2009. Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain
menurunnya kekebalan tubuh mudah terkena penyakit infeksi, terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan
energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi.
1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Universitas Sumatera Utara
8 Menurut model web sebab akibat the web of causation, suatu
penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri, melainkan merupakan serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian
timbulnya penyakit dapat dicegah atau di atasi dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Berdasarkan metode ini dalam usaha memerangi
masalah gizi harus dilakukan intervensi berdasarkan penyebab utama dari masalah gizi root causes of malnutrition contohnya di Negara
berkembang umumnya Filipina dan Indonesia masalah gizi disebabkan oleh faktor sosial ekonomi yang rendah, disamping faktor lain. Dalam
model ini digambarkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi serta kaitan suatu faktor dengan faktor lain Supariasa, dkk,
2001.
1.3. Konsep Gizi Pada Anak Sekolah
Usia anak sekolah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan
dalam penentuan usia anak. Menurut UU No. 20 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah
sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan
usia anak yaitu mulai dari fetus janin hingga usia 21 tahun. Pada usia sekolah ini, anak banyak mengikuti aktivitas fisik
maupun mental, seperti bermain, belajar, berolahraga. Zat gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak, sehingga sistem
Universitas Sumatera Utara
9 pertahanan tubuhnya baik dan tidak mudah terserang penyakit. Umumnya
orang tua kurang memperhatikan kegiatan makan anaknya lagi. Mereka beranggapan bahwa anak seusia ini sudah tahu kapan ia harus makan.
Disamping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan di luar rumah, sehingga agak sulit mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka
makan. Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi
di bandingankan balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besi, sebab pertumbuhan sedang pesat dan aktivitas kian
bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu pagi sarapan, makan siang,
makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari hipoglikemia.
Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular penyakit tifoid, disentri, dan lain-lain.
Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak
selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang.
Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada organ-organ dan sistem tubuh anak.
Universitas Sumatera Utara
10 Kebutuhan kalori anak sekolah dasar adalah sekitar 1500-2000
kkal setiap hari, tergantung kelompok usia. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh dari makanan yang disediakan di rumah
dan dari makanan jajanan. Anak sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra-sekolah
terkecuali porsinya harus lebih besar, oleh sebab kebutuhannya lebih banyak mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya Pudjiadi,
2000. Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus,
mengerjakan pekerjaan rumah PR dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang
dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun
kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi Khomsan, 2003. Jika anak meninggalkan
sarapan pagi maka kemungkinan akan terjadi ketidak-seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar atau konsumsi makanan
tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan Notoatmodjo, 2003. Dan selama berada di sekolah, penting untuk mengkonsumsi makanan
selingansnack agar kadar gula tetap terkontrol baik sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
11
1.4. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung terdiri dari
Antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan pengukuran tidak langsung terdiri dari survey konsumsi, statistic vital, faktor ekologi.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Berikut diterangkan beberapa indeks antropometri tersebut : 1. Berat Badan Menurut Umur BBU
Berat badan adalah salah satu paramaeter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang
mengikuti pertambahan
umur. Mengingat
karakterisktik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saaat ini current nutritional status.
2. Tinggi Badan Menurut Umur TBU Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti
berat badan, relative kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi
Universitas Sumatera Utara
12 dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan akan nampak dalam waktu relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks TBU menggambarkan status gizi masa lalu.
3. Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak
tubuh seseorang. IMT pada anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa. Leatk cut-off point yang digunakan berbeda antara anak remaja
dan orang dewasa. Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingaan IMT dan umur. Indikator IMTU merupakan indicator yang
paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki
hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan
berlebihan pada anak gizi kurang WHO, 2007.
IMT = BERAT BADAN
Kg TINGGI BADAN
m x TINGGI BADAN m
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur IMTU Anak Umur 5
– 18 Tahun
Sangat Kurus 17,0
Kurus 17,0
– 18,4 Normal
18,5 – 25,0
Gemuk 25,1
– 27, 0 Obesitas
˃ 27,0
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Universitas Sumatera Utara
13
2. Prestasi Belajar
2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru Christien, 2007 Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif kemampuan
berpikir dan analisis, prestasi afektif sikap dan prestasi psikomotor tingkah laku. Namun dari tiga aspek tersebut aspek kognitiflah yang
menjadi tujuan
utama dalam
suatu sistem
pendidikan tanpa
mengesampingkan aspek yang lain Syah, 2001. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Adapun dalam penelitian ini
yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni
tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai
atau skor.
2.2 Faktor Yang mempengaruhi
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
Universitas Sumatera Utara
14 individu itu sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis
sebagai contoh : faktor kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan intelegensia , daya ingat, kemauan, bakat.
a. Faktor internal : 1 Faktor biologis
a Kandungan sampai lahir sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan seseorang.
b Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian
didalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat diperlukan diantaranya makan dan minum harus teratur serta
memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga dan istirahat yang cukup.
2 Faktor psikologis a Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai
intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa
intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian
banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja mencapai prestasi belajar tinggi jika
Universitas Sumatera Utara
15 proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang
memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. b Kemauan
Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan
merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagiamanapun baiknya proses
belajar yang dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.
c Bakat Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru
disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam suatu bidang.
d Daya ingat Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.
Daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan tahap-
tahapnya.
Universitas Sumatera Utara
16 b. Faktor eksternal
Adalah merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor waktu. 1 Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan
seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis
diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup suasana
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-
anaknya. 2 Faktor lingkungan sekolah
Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam
jumlah yang cukup dan memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik,
Universitas Sumatera Utara
17 adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua
personil sekolah. 3 Faktor lingkungan masyarakat
Didalam masyarakat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat
tertentu yang menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan kursus- kursus tertentu seperti kursus bahasa inggris dll. Lingkungan atau tempat
tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi yang mengutamakan
kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop dll. 4 Faktor waktu
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi
belajar yang maksimal, siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.
2.3. Penilaian Prestasi Belajar
Menurut Syah 2010 evaluasi berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang pada dasarnya merupakan proses
penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
maka dilakukan melalui evaluasi hasil belajar berdasarkan tujuan dan
Universitas Sumatera Utara
18 ruang lingkupnya. Evaluasi prestasi belajar atau hasil belajar dapat
dilakukan dengan beragam cara, mulai yang paling sederhaan sampai yang paling kompleks. Berikut beberapa cara evaluasi prestasi belajar menurut
Syah 2010 : 1 Pre-test dan Post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap penyajian materi batu. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa
mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada
setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2 Evaluasi Prasyarat Evaluasi ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3 Evaluasi Diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
4 Evaluasi Formatif Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
Universitas Sumatera Utara
19 evaluasi diagnostik, yakni untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Hasil
diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial perbaikan.
5 Evaluasi Sumatif Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang
dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim
digunkan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Datanya didapat dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru di
sekolah berupa nilai raport yaitu nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran pada semester ganjil terakhir Syah, 2010, kemudian diurutkan sesuai
ranking atau peringkat dikelas: - Baik
: Peringkat 1 - peringkat 13 - Cukup
: Peringkat 14 - peringkat 27 - Kurang
: Peringkat 28 - peringkat 41 6 Ujian Akhir Nasional UANUN Ujian Nasional
UAN atau UN pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai penentu kenaikan status siswa.
Universitas Sumatera Utara
21 Prestasi Belajar
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka konseptual
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, status
gizi yang dipengaruhi juga oleh asupan energi dan protein. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sarana keluarga,
dan guru. Christien, 2007
Keterangan : Variabel Independen : Status Gizi
Variabel Dependen : Prestasi Belajar Skema 3.1 Hubungan status gizi, dan prestasi belajar
Status Gizi
Universitas Sumatera Utara
22
2. Defenisi Operasional