Proses Peradilan Kasus Tanjung Priok

ancaman pembunuhan dan perusakan apabila keempat tahanan tidak dibebaskan. Sekitar pukul 23.00 WIB ancaman telepon diulang lagi. Setelah itu, sekitar 1.500 orang menuju Polres dan Kodim. Lima belas orang petugas keamanan menghambat kerumunan atau gerakan massa tersebut. Regu keamanan berusaha membubarkan massa dengan secara persuasif, namun dijawab dengan teriakan-teriakan yang membangkitkan emosi dan keberingasan massa. Massa terus maju mendesak satuan keamanan sambil mengayun-ayunkan dan mengacung-acungkan celurit. Dalam jarak yang sudah membahayakan, regu keamanan mulai memberikan tembakan peringatan dan tidak dihiraukan. Tembakan diarahkan ke tanah dan kaki penyerang, korban pun tidak dapat dihindari. Setelah datang pasukan keamanan lainnya, barulah massa mundur, tetapi mereka membakar mobil, merusak beberapa rumah, dan apotek. Sekitar tiga puluh menit kemudian gerombolan menyerang kembali petugas keamanan, sehingga petugas keamanan dalam kondisi kritis dan terpaksa melakukan penembakan-penembakan untuk mencegah usaha perusuh merebut senjata dan serangan-serangan dengan celurit dan senjata tajam lainnya. Hari Kamis, 13 September 1984, pukul 00.00 WIB, pasukan keamanan Laksusda Pelaksana Khusus Daerah Jaya berhasil mengendalikan situasi, menguasai keadaan, dan membubarkan massa. Menurut Pangab dalam versi ini, 9 orang meninggal dan 53 luka-luka.

2.5 Proses Peradilan Kasus Tanjung Priok

18 Untuk mengadili terdakwa Kasus Tanjung Priok, telah berlangsung beberapa kali persidangan. Pertama, menyidangkan 4 orang yang ditangkap pada tanggal 10 September. Kedua, persidangan terhadap 28 orang yang dituduh ikut dalam demonstrasi. Mereka ini menjadi korban penembakan. Delapan orang lagi diadili dalam tiga kali persidangan terpisah. Mereka dituduh sebagai orang-orang yang bertanggung jawab melakukan pengrusakan sewaktu terjadinya demonstrasi. Selain persidangan tersebut, di Jakarta juga berlangsung peradilan diberbagai tempat terhadap orang yang dituduh melakukan provokasi dan menyebarkan selebaran- selebaran yang berisikan kasus Tanjung Priok, mengkonter keterangan Beny Murdani yang sangat bertentangan dengan fakta sebenarnya.

2.5.1. Persidangan 4 Orang Terdakwa

Persidangan pertama dilakukan terhadap 4 orang terdakwa yang ditahan pada tanggal 10 September, yaitu :

1. Nama : Syarifuddin Rambe. 2. Nama : Sofyan Sulaeman.

3. Nama : Ahmad Sahi 4. Nama : Mohammad Nur

Orang-orang ini diadili dengan maksud untuk menguatkan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan Beny Murdani, bahwa sebenarnya tokoh-tokoh masyarakat setempatlah yang mula-mula menimbulkan kekacauan sehingga terjadinya demonstrasi pada tanggal 12 September. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai bantahan, bahwa apa yang tertulis pada selebaran atau pamflet yang menuduh Babinsa setempat masuk ke tempat suci tanpa melepas sepatu dan menyiraminya dengan air comberan, tidak seluruhnya benar. Issu ini disebarkan dengan sengaja untuk membakar emosi dan membangkitkan kemarahan massa. Dan Rambe serta Sulaeman dituduh menyerang petugas keamanan. Persidangan - persidangan ini sebenarnya dimaksudkan sebagai upaya mengungkapkan penyebab terjadinya kasus Priok, tapi ternyata dalil-dalil yang digunakan jaksa penuntut umum untuk menyeret para terdakwa ke pengadilan, isinya kacau dan tidak berhubungan satu sama lainnya. Lebih buruk lagi, sikap 19 penasehat hukum yang sama sekali tidak menggunakan haknya dalam membela klien, terutama dalam mengejar keterangan para saksi, apakah sesuai fakta atau tidak. Persidangan empat orang terdakwa ini selesai hanya dalam dua kali sidang saja. Rambe dan Sulaeman divonis dalam waktu bersamaan. Sedangkan dua orang lainnya divonis sendiri - sendiri. Ketiga persidangan ini berlangsung dalam waktu yang sama. Pada hari itu juga masing-masing terdakwa mengajukan banding di ruangan yang sama dan dihadapan majelis hakim yang sama pula. Masing-masing terdakwa kemudian dijadikan saksi untuk kasus temannya yang lain. Adapun saksi-saksi rekayasa yang dihadirkan di persidangan semua- nya adalah anggota militer, baik yang masih aktif atau pun pensiunan. Dua saksi utama adalah dua orang anggota militer yang menodai kesucian tempat ibadah. Meskipun tuduhan pokoknya, adalah para tertuduh telah menyebarkan selebaran gelap, namun ternyata bahwa keterangan anggota militer dengan jelas mengakui, bahwa pamflet yang menempel di mushalla memang disiram dengan air comberan. Saksi militer ini beralasan: ”Karena pamflet-pamflet itu ditulis dengan pilox yang tidak bisa dihapus, dan tidak ada peralatan ditempat itu untuk dipakai menghapusnya, maka tidak ada cara lain kecuali menyiramnya dengan air comberan”. Hermanu, seorang yang pertama kali mengetahui adanya pamflet, adalah petugas Babinsa yang telah dua kali berkunjung ke mushalla. Dia mengaku, ”tidak mencopot sepatu dalam kunjungan kedua kalinya ke mushalla. Sebab, katanya, dia hanya masuk di halaman saja”. Ringkas-nya semua rekayasa ini, gagal untuk dijadikan sebagai alasan menyanggah kebenaran issu-issu yang beredar tentang Tanjung Priok. Selain itu, ada tertuduh yang dinyatakan bersalah karena kejahatannya menyebar-kan issu- issu yang kebenarannya kurang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan ada issu yang sama sekali tidak benar.

2.5.2 Penolakan terhadap Saksi Pembela

20 Persekongkolan dan kolusi antara hakim dan jaksa penuntut umum sangat nyata dalam persidangan kasus Tanjung Priok ini. Mereka telah bersepakat untuk menolak keterangan para saksi yang diajukan pena-sehat hukum terdakwa. Dalam persidangan kasus Rambe dan Sulaeman, misalnya, para pembela bermaksud menghadirkan saksi mata yang ikut hadir di mushalla ketika Hermanu dan sejumlah tentara datang ketempat tersebut untuk kedua kalinya. Ketika nama-nama saksi mulai dipanggil, jaksa malah berdiri dan berteriak lantang: “Mereka ini buronan yang sengaja disembunyikan pembela”. Jaksa penuntut umum dengan gigih menggunakan segala upaya untuk mementahkan serta mendeskreditkan keterangan para saksi, tapi para pembela tetap memaksa mereka untuk mendengarkan. Saksi per-tama bernama Shaleh. Orangnya telah lanjut usia, berumur 65 tahun, pekerjaan tukang batu. Sebelum saksi ini diajukan ke persidangan, para pembela meminta jaminan keamanan bagi keselamatan saksi. Tapi Hakim yang menyidangkan hanya bersedia memberikan jaminan keselamatan selama berada di ruang sidang saja. Sedangkan di luar ruang pengadilan, hakim menolak untuk bertanggungjawab.

2.5.3 Persidangan 28 Orang Korban Pembantaian

Menjelang selesainya persidangan 4 orang terdakwa seperti telah diuraikan di atas, pengadilan mulai menyidangkan 28 orang pemuda lainnya. Sebagian besar terdakwa adalah korban pembantaian Tanjung Priok. Ketika terdakwa menyampaikan keterangan tentang pristiwa yang telah dialaminya, sebagian besar dari mereka memperlihatkan dengan jelas, bekas-bekas penganiayaan sewaktu berada dalam perawatan di RS militer. Persidangan ini berlangsung beberapa bulan setelah peristiwa Tanjung Priok. Sebagian terdakwa benar-benar tersiksa oleh derita akibat penganiaya an petugas, sehingga untuk datang ke persidangan saja mereka harus dipapah. Para pengunjung sebagian besar merasa iba terhadap korban yang malang itu, sehingga membuat jalannya persidangan seringkali terganggu karena tiba-tiba terdengar teriakan histeris pengunjung. Nampak dengan jelas, bahwa ke 28 21 orang terdakwa hanya dijadikan sample di antara sejumlah besar korban pembantaian. AM. Fatwa, seorang muballigh dan anggota petisi 50 yang telah disidangkan kasusnya pada akhir tahun 1985, di depan sidang pengadilan bercerita: ”Saat berada dalam tahan militer di Cimanggis, ditempat tersebut terdapat kurang lebih 200 orang tahanan berkaitan dengan kasus Tanjung Priok. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak muda yang menjadi korban tindakan berutal saat demonstrasi terjadi. Ia menceritakan bahwa keadaan para tahanan tersebut sangat menyedihkan karena diperlakukan dengan buruk dan minimnya perawatan atas kondisi kesehatan mereka. Selanjutnya Fatwa bercerita: ”Para tahanan remaja ini tangannya penuh balutan karena luka parah akibat tembakan. Penjaga tahanan tidak membolehkan anak-anak ini mengganti pembalut luka mereka. Pembalut diganti dua hari kemudian setelah luka-luka berubah jadi borok. Tahanan yang mengalami derita semacam ini bernama Lili Ardiansah, dan tahanan lain bernama Maskun yang menderita 39 luka di tubuhnya akibat pemukulan sadis. Luka-luka ini membusuk dan bernanah hingga satu bulan. Karena nasib baik saja, luka tersebut sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi meninggalkan bekas di tubuh mereka untuk selamanya. Tahanan lain bernama Syarifuddin, mengalami kelumpuhan separuh badan akibat tekanan darah tinggi, dan dibiarkan menderita demikian selama dua hari. Sekalipun dokter telah dihubungi melalui telpon pada saat korban jatuh sakit, tetapi dokter baru datang dua hari kemudian”. Persidangan 28 orang di atas berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Semua tertuduh dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman antara dua hingga tiga tahun. Tuduhan pokok yang didakwakan kepada mereka, yaitu ikut serta melakukan perlawanan terhadap ABRI dengan kekerasan. Mereka dikatakan membawa senjata berupa pisau, pentungan besi, clurit dan jerigen berisi bensin, untuk melakukan pembakaran. Mereka tidak memperdulikan peringatan bahkan melakukan serangan terhadap petugas keamanan dengan pentungan dan lemparan batu. 22

2.5.4 Vonis Pengadilan

Berikut ini akan dipaparkan beberapa keputusan yang dimuat oleh sementara koran yang terbit disaat itu, menyangkut ke 28 terdakwa di atas. Terdakwa yang divonis paling berat adalah Hendra Safri, 22 tahun, seorang mahasiswa AKUBANK. Hendra sama sekali tidak mengalami cedera karena memang dia tidak berada di tempat demonstrasi. Hal ini berbeda dengan terdakwa lainnya. Karena Hendra ditangkap di Sumatera, bukan di Jakarta, pada tanggal 20 September. Ia menyatakan pada pengadilan pada tanggal 12 September, tengah bermain kartu dengan teman - temannya, berjarak 2 km dari lokasi terjadinya demonstrasi. Selain itu ia adalah teman dekat Amir Biki. Jaksa menuntut dia hukuman 5 tahun, sementara yang bersangkutan menolak semua tuduhan yang dikenakan kepadanya. Tiga orang tertuduh lainnya masing-masing dikenai hukuman 27 bulan, yaitu:

1. Nama : Muslih bin Marzuki. 2. Nama : Marwoto.

3. Nama : Thahir bin Sarwi.

Tiga orang terdakwa lainnya, masing-masing dijatuhi hukuman 21 bulan :

1. Nama : Dudung bin Supian 2. Nama : Amir bin Bunari.

3. Nama : Armin bin Mawi.

Tiga Orang Terdakwa Dijatuhi 18 Bulan Penjara, diantaranya :

1. Nama : Wasjad bin Sukarma. 2. Nama : Nasrun bin Sulaemanah.

3. Nama : Suherman bin Surnata

Tujuh Terdakwa Dihukum 10 Bulan

1. Nama : Damsirwan bin Nurdin. 2. Nama : Ita Sumirta bin Amin

3. Nama : Sardi bin Wage. 4. Nama : Budi Santoso bin Suparto.

5. Nama : April bin Mansur. 6. Nama : Sudarso bin Raise.

7. Nama : Umar bin Sundu.

23 Sebelas Terdakwa Duhukum 1 Tahun

1. Nama : Ferdinan M. Silalahi, 2. Nama : Yusran bin Zaenuri.

3. Nama : Misdi bin Sufian. 4. Nama : Amir Mahmud bin Dulkasan.

5. Nama : Ismail bin Abdul Hamid. 6. Nama : Syafrizal bin Sufiyan.

7. Nama : Maksudi bin Irsad. 8. Nama : Cecep Basuki bin Wagi.

9. Nama : Asep Safruddin bin Suhendri. 10.Nama : Iuscon bin Ilyas.

11.Nama : Wahyudi bin Shaleh. 24 BAB III PENUTUP Dari uraian pada bab terdahulu maka kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

3.1 KESIMPULAN