BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia mempunyai berbagai ragam kebutuhan baik barang maupun jasa, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, manusia melakukan
berbagai aktivitas. Aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut, disebut aktivitas perekonomian, seperti diuraikan oleh N. Gregory Mankiw, bahwa:
“Setiap harinya, hidup kita sesungguhnya tergantung pada begitu banyak orang lain diseluruh dunia, yang kebanyakan tidak pernah kita kenal, untuk
menyediakan berbagai barang dan jasa yang kita nikmati”
1
Berbagai ragam aktivitas perekonomian ini, dinyatakan juga sebagai aktivitas bisnis, sebagaimana dinyatakan, bahwa : “semua kebutuhan ini dipenuhi melalui
kegiatan bisnis. Jadi salah satu tujuan utama dari bisnis ialah untuk memenuhi dan keinginan need and want manusia”
2
Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik bidang hukum, ekonomi dan politik. Dalam
kehidupan masyarakat seringkali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran Bank selaku pemberi layanan keuangan bagi masyarakat.
1
N. Gregory Mankiw. Pengantar Ekonomi Jilid I, Jakarta : Erlangga, 2000, Hal 57.
2
Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung : Alfabeta, 1998 , Hal 23.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas perekonomian yang dinyatakan Mankiw atau aktivitas bisnis yang dinyatakan Buchari Alma tersebut diatas, mempunyai tujuan untuk kemakmuran
rakyat. Demikian pula dengan tujuan dari pembangunan ekonomi nasional seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 pada bab ke XIV pasal 33 ayat 4 yang menyatakan bahwa: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Amanat tersebut berarti bahwa masyarakat bebas untuk melaksanakan aktivitas perekonomian dengan dilandasi prinsip-prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian yang bermuara kepada keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Berbagai ragam aktivitas perekonomian atau kegiatan bisnis itu dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu jenis
pengelompokan aktivitas perekonomian atau bisnis didasarkan atas organisasi bisnisnya, terdapat diantaranya adalah usaha perdagangan besar dan kecil.
3
Usaha perdagangan , dimana pelaku usahanya disebut pedagang yang erat kaitannya dengan tempat usaha atau dagangnya, khususnya usaha perdagangan kecil,
3
Ibid, Hal, 3.
Universitas Sumatera Utara
bahkan tempat ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melaksanakan usaha dagangnya.
4
Tempat berdagang untuk usaha dagang kecil seperti yang diuraikan diatas pada umumnya bisa ditemukan dimanapun dan yang terpenting adalah adanya calon
pembeli bagi barang atau jasa yang akan dijual. Pasar adalah salah satu tempat pedagang melaksanakan usahanya. Namun ada banyak jenis pasar dalam refrensi
yang dapat ditemukan. Antara lain menurut Sahat Simbolon : Pasar dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga jenis yaitu Pasar Persaingan sempurna perfect
competition, Pasar Monopoli, dan Pasar persaingan tidak sempurna.
5
Kemudian Mankiw menyatakan bahwa, “Pasar market adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu”.
6
Berdasarkan bentuknya pasar terdapat berbagai jenis, misalnya Pasar Uang, Pasar Modal, Pasar Tekstil, Pasar
Emas, Pasar Kompetitif yang kesemuanya itu adalah pasar tidak berwujud, namun pada intinya pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Dari pengertian pasar menurut Mankiw dan Sahat Simbolon tersebut, Nampak bahwa suatu pasar sudah sedemikian majunya, dimana sebagai suatu institusi, pasar
sudah tidak lagi tersekat oleh batas ruang, waktu ataupun jarak. Namun ada beberapa pasar yang masih dapat digolongkan kedalam kelompok
“Pasar Tradisional”, salah satunya adalah Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru. Pasar
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, Hal 229.
5
Sahat Simbolon, Teori Ekonomi Mikro, Medan, 2007, Hal 126.
6
N. Gregory Mankiw, Op.Cit., Hal, 75.
Universitas Sumatera Utara
tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
7
Sementara itu menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern, “Pasar Tradisional” adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
BadanUsaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilikidikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;
8
Mata dagangan komoditas yang diperjual belikan di pasar tradisional ini, sangat beraneka ragam heterogen dari mulai kebutuhan pokok, kebutuhan dan atau
peralatan rumah tangga termasuk didalamnya barang-barang elektronik, perhiasan, dan lain sebagainya. Tempat berjualan di pasar tradisional umumnya berbentuk kios
atau los, tergantung dari jenis komoditasnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 sebagaimana telah
diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi
7
http:id.wikipedia.orgwikiPasarPasar_tradisional, 26 Mei 201
8
Lihat Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Universitas Sumatera Utara
Daerah, bahwa pasar adalah merupakan salah satu jenis obyek retribusi daerah yang termasuk kedalam kelompok jasa umum,
9
Sehingga pasar adalah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli daerah PAD. Oleh karenanya, pasar-pasar tradisional
ini dikelola oleh Pemerintah Daerah. Namun adakalanya pengelolaan pasar tersebut diserahkan kepada badan usaha atau koperasi dalam hal operasionalnya. Sementara
Pemerintah Daerah hanya menerima setiap bulan atau setiap tahun dana dari perusahaan pengelolaan pasar tersebut sebagai pemasukan daerah dari Retribusi Pasar
yang dikelola tersebut. Selanjutnya dalam Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 144MPPKep597 No.57 Tahun 1997 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, Pasal 3 ayat 1, dinyatakan, bahwa : Menteri Dalam
Negeri melakukan pembinaan terhadap kegiatan Pemerintah Daerah penataan dan pembangunan pasar dan pertokoan.
Pembangunan atau merenovasi pasar yang telah ada dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan menunjuk Investor atau developer, untuk melaksanakan
investasi proyek pasar tersebut dan memasarkannya. Setelah kios atau los tersebut terjual seluruhnya, dan segala persyaratan baik sarana maupun prasarananya telah
dipenuhi, maka pengelolaan pasar tersebut diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah dan peran investor dianggap selesai.
9
Lihat Bab II Pasal 2 ayat 1 dan 2 , PP No. 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah
Universitas Sumatera Utara
Para pedagang untuk memperoleh atau memiliki kios di pasar tersebut, dapat membelinya dengan cara tunai ataupun dengan cara cicilan atau kredit. Dalam hal
pembelian kios secara tunai akan menguntungkan dikarenakan pihak investor segera dapat menarik dana yang ditanam dalam investasi pembangunan pasar berikut
keuntungannya, namun untuk pembelian secara kredit, dana investasi tersebut tidak dengan segera dapat kembali, melainkan baru dapat kembali dalam waktu yang
ditentukan. Oleh karena itu, diperlukan adanya lembaga yang dapat memberikan
pinjaman kredit kepada para pembeli untuk membiayai pemilikan kios tersebut, melalui lembaga keuangan, para pedagang dapat dibantu untuk membeli kios dengan
dana yang terbatas. Lembaga atau instansi keuangan sebagaimana dinyatakan oleh Sudono Sukirno bahwa :
“Semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpan kepada mereka”
10
Salah satu yang dikategorikan kedalam lembaga keuangan, adalah Bank. Bank adalah satu lembaga mediasi yaitu lembaga yang fungsi utamanya sebagai
penghimpun dana uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini Bank sebagai tempat menyimpan uangberinvestasi bagi masyarakat dan
penyalur dana masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman kredit
10
Sudono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2003, Hal 199.
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat dan penyalur dana masyarakat yang mengajukan permohonan kredit.
11
Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menyatakan Bahwa :
“ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
12
Dari uraian Undang-Undang Perbankan tersebut tampak jelas bahwa Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan peranan Bank
membantu masyarakat tidak memiliki dana yang cukup, untuk membeli dan memperoleh tempat usaha berupa kios atau los di pasar-pasar tradisional sangat
dibutuhkan. Peran sebagai penghimpun dana dilakukan bank dengan melayani masyarakat
yang ingin menabungkan uangnya di Bank. Peran sebagai penyalur dana dilakukan Bank dengan melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang dari Bank,
misalnya untuk keperluan modal usaha, keperluan pembangunan, keperluan perumahan dan keperluan-keperluan lainnya
Sebelum sebuah Bank menyetujui permohonan calon debitur untuk mendapatkan fasilitas kredit, petugas Bank akan menganalisis nasabah debitur
11
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Rajagrfindo Persada, 2004, Hal 1.
12
UU No 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, Pasal 1 Butir 2
Universitas Sumatera Utara
tersebut untuk menentukan kemauan dan kemampuan calon nasabah debitur tersebut untuk membayar kembali fasilitas kredit yang akan dinikmatinya, dengan kata lain,
bank dengan analisisnya itu menentukan kadar kelayakan untuk menjadi debitur. Pembangunan pasar-pasar milik pemerintah memerlukan dana sedangkan
dana untuk keperluan pembangunan tidak selalu tersedia. Dimana Pemerintah Daerah anggarannya telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD setiap tahunnya. Sementara perkembangan perekonomian terus meningkat sehingga pembangunan menjadi terhambat. Salah satu aspek penting dari Pemerintah
Daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan dan anggaran daerah. Anggaran daerah merupakan instrument kebijakan utama bagi
Pemerintah Daerah, Anggaran Daerah seharusnya digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan belanja.
13
Dalam upaya pemberdayaan para pedagang kecil dan menengah, Pemerintah Daerah dengan atau melalui pihak swasta mengembangkan sarana dan prasarana bagi
para pedagang diantaranya adalah pasar-pasar tradisional. Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan seluruh kebutuhan yang ada disebabkan oleh terbatasnya dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Mayoritas pasar tradisional dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat, biasanya di bawah kendali
Dinas Pasar. Sejumlah kecil pasar tradisional dikembangkan melalui kerjasama antara Pemerintah Daerah dan perusahaan swasta, umumnya di bawah skema bangun,
13
Dasril Munir, Henry Arys Djuanda, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta, YPAPI, 2004, Hal 36.
Universitas Sumatera Utara
operasi, dan transfer build-operate-transferBOT. Perusahaan swasta kemudian membayar setiap tahun kepada Pemerintah Daerah sejumlah dana yang telah
disepakati Untuk pembangunan pasar tradisional ini, Pemerintah Daerah melaksanakan
kerjasama dengan pihak swasta yang memiliki kompetensi dari berbagai aspek yang dibutuhkan dalam pembangunan pasar tradisional tersebut. Oleh karenanya, untuk
melaksanakan pembangunan itu harus dilakukan dengan badan usaha yang memenuhi persyaratan, diharapkan dapat melaksanakan peran yang diharapkan dalam
membangun pasar tersebut. Mengenai badan usaha ini, Buchari Alma, menyatakan : “Bila dilihat dari segi tujuannya, badan usaha selalu bertujuan mencari laba,
sedangkan perusahaan
tujuannya ialah
berproduksi, sebagaimana
didefenisikan bahwa perusahaan adalah suatu kesatuan organisasi yang mengorganisir faktor-faktor produksi dengan tujuan berproduksi. Badan usaha
mempunyai perusahaan sebagai alatnya untuk memperoleh laba, sedangkan perusahaan tidak perlu punya badan usaha secara terpisah”
14
Dari pernyataan Buchari Alma tersebut diatas, Nampak bahwa badan usaha
lebih memiliki kompetensi dan kapabilitas yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pembangunan pasar-pasar tersebut, dimana faktor-faktor produksi
yang dibutuhkan, telah tersedia dalam perusahaan yang merupakan alat dalam badan usaha tersebut. Namun meskipun demikian, diantara kerjasama yang dilakukan
tersebut terkadang masih saja timbul hal-hal yang dapat menghambat pembangunan tersebut.
14
Buchari Alma, Op.Cit, Hal 36.
Universitas Sumatera Utara
Oleh Karenanya dalam menghadapi kekurangan dan keterbatasan dana, Pemerintah Daerah melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga untuk membangun
atau merenovasi pasar tersebut. Sehingga pola kerjasama investasi dilakukan dengan cara sepenuhnya didanai oleh Pihak investor dalam hal ini PT.Makmur Papan
Permata. Hal ini bila dihubungkan dengan prinsip kemandirian usaha yang diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sangat
relevan mengingat Pemerintah Daerah dapat dengan leluasa mengembangkan potensi daerah untuk mendorong perekonomian di daerah dan para pedagang untuk
mendapatkan tempat usaha, kios atau los tersebut, harus secara mandiri untuk memperolehnya, termasuk juga mendapatkan kredit atau pinjaman dari Bank untuk
membiayai kepemilikannya. Salah satu Bank umum yang secara luas telah menyediakan pendanaan bagi
masyarakat untuk modal kerja adalah Bank Danamon Cabang Pekanbaru. Bank tersebut telah membuktikan dengan ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan
Negara, turut mensejahterakan masyarakat dengan menyediakan kredit modal kerja untuk mengembangkan kegiatan usaha.
Namun dalam penyaluran kredit ini pihak Bank sering dihadapkan pada risiko dalam pengembalian angsurannya. Risiko penyaluran kredit untuk kepemilikan kios
di pasar-pasar tradisional relatif lebih besar dan kompleks. Karena berbagai kepentingan, berbaur di pasar tersebut.
Namun dari semua permasalahan yang komplek tersebut, hal utama yang dapat menjadikan tersendatnya angsuran kios adalah sebagai akibat dari berbaurnya
Universitas Sumatera Utara
lokasi berjualan karena tidak tertatanya lokasi kios atau los tempat para pedagang berjualan. Kebijakan yang tidak jelas dan tidak tepat dalam pengaturan penataan kios
atau los tempat berjualan akan berakibat menurunnya pendapatan para pedagang di kios-kios pasar tersebut, sehingga pada akhirnya akan dapat merugikan Bank,
dikarenakan para pedagang tidak dapat mengangsur kreditnya. Kondisi seperti ini tentunya sangat dilematis, disatu sisi kebutuhan akan kredit
sangat dibutuhkan oleh para pedagang, disisi lain risiko tinggi sangat mengancam menjadikan Bank enggan untuk mengucurkan kreditnya.
Untuk mengantisipasi kondisi yang berisiko tinggi, maka Bank Danamon Cabang Pekanbaru bekerjasama dengan PT. Makmur Papan Permata telah melakukan
upaya dalam menyalurkan kredit pemilikan kios pada pasar pusat sukaramai Pekanbaru dengan cara membuat perjanjian dalam bentuk “ Perjanjian Beli
Kembali”. Dalam perjanjian beli kembali tersebut, pihak pedagang diberikan penyaluran
kredit oleh Bank Danamon Cabang Pekanbaru berdasarkan perjanjian kerjasama dengan PT Makmur Papan Permata, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
beberapa pihak yang terkait, yaitu Bank Danamon Cabang Pekanbaru sebagai pihak pertama, Koperasi Pedagang Pasar Mulya Sentosa yang menaungi para pedagang
sebagai pihak kedua ataupun sebagai debitur, dan PT Makmur Papan Permata selaku penjamin dari debitur sebagai pihak ketiga.
Dimana isi dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa, pihak pengembang PT, Makmur Papan Permata tidak hanya berkewajiban membangun dan
Universitas Sumatera Utara
menyediakan kiosnya, tetapi mempunyai kewajiban pula dalam menyelesaikan permasalahan debitur Pedagang yang tidak dapat mengangsur kiosnya.
Kewajiban tersebut dilakukan dengan cara pihak investor membeli kembali kios yang telah dibeli oleh debitur pedagang, yang selanjutnya kios atau los tersebut
untuk dijual kembali kepada pihak lain yang berminat. Dengan demikian, pihak Bank tidak sendiri menanggung risiko permasalahan kredit tersebut, akan tetapi secara
bersama-sama dengan pihak investor untuk menyelesaikan permasalahan kredit tersebut. Dalam Pasal 1839 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa
: “ Sipenanggung yang telah membayar, dapat menuntutnya kembali dari si
berutang utama, baik penanggungan itu telah diadakan dengan maupun tanpa pengetahuan berutang utama.
Penuntutan kembali ini dilakukan baik mengenai uang pokoknya maupun mengenai bunga serta biaya-biaya.
Mengenai biaya-biaya tersebut si penanggung hanya dapat menuntutnya kembali, sekedar ia telah memberitahukan kepada si berutang utama tentang
tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya, didalam waktu yang patut. Si penanggung ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi
dan bunga, jika ada alasan untuk itu”
15
Dengan demikian dalam hal ini pihak investor masih dilibatkan dalam penyelesaian permasalahan penyaluran kredit, yang pada akhirnya dapat mengurangi
tingkat kerugian pada Bank Danamon sebagai penyalur kredit, untuk itu antara pihak Bank dengan PT. Makmur Papan Permata terdapat hubungan kemitraan yang saling
menguntungkan.
15
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1839.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat risiko yang timbul tidak bisa dihindari disatu sisi, sedangkan disisi lain penyaluran kredit sangat dibutuhkan oleh para pengusaha pada umumnya dan
para pedagang pada khususnya. Upaya untuk menembus kepelikan ini dapat diantisipasi dengan perjanjian beli kembali yang dibuat oleh para pihak dalam
pelaksanaan penyaluran kredit pemilikan kios. Bertitik tolak dari persoalan tersebut diatas, tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pelaksanaan Perjanjian Beli Kembali antara Bank Danamon Cabang Pekanbaru dengan PT. Makmur Papan Permata sehingga antara keduanya
terdapat hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dari risiko Wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dalam pelunasan pemilikan kios pasar pusat sukaramai
Pekanbaru. Sehingga mengangkat judul “Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar
Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur Papan Permata”.
B. Perumusan Masalah