Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DAN PENAGIHAN PIUTANG PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK,

UNIT DANAMON SIMPAN PINJAM PUSAT PASAR MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH:

JOEL HARI JUNJUNAN PURBA 050521034

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Joel Hari Junjunan Purba (2009) “Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan”. Dr. Khaira Amalia, S.E. MBA, Ak., sebagai Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si., sebagai Ketua Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan, M.Si., sebagai Dosen Penguji I, dan Dra Nisrul Irawati, MBA, sebagai Dosen Penguji II.

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemberian kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti, yaitu mengenai pengelolaan kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar masih terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga tingkat kredit macet relatif tinggi. Kredit macet yang timbul juga disebabkan dari pihak debitur yaitu itikad yang tidak baik dari debitur maupun adanya faktor-faktor yang lain yang berdampak pada kualitas kredit yang dihasilkan

.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan kesehatan serta kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen penguji II penulis. 4. Ibu Dr. Khaira Amalia, S.E., MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang meluangkan

begitu banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah membantu memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan selama penulis berada pada masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh pegawai ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan


(4)

Dani, Kak Tatik, Kak Nur, Kak Pepti, Kak Cici, Kak Kasnah, Kak Fina, Kak Susi dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Bapak Drs. Simba.

7. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan moril, materil, nasehat dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan buat seluruh keluarga yang selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan semangat yang beriring doa dan pengharapan adalah bukti cinta kasih bagi penulis.

8. Terima kasih juga buat teman-teman di program ekstensi manajemen USU. Terima kasih atas persahabatan, semangat, bantuan, saran dan ide dan dukungan yang selama ini diberikan kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

1. Batasan Operasional ... 6

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 6

3. Jenis Dan Sumber Data... 7

4. Teknik Pengumpulan Data... 8

5. Metode Analisis Data ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Pengertian Kredit ... 9

C. Tujuan Kredit ... 13

D. Fungsi Kredit ... 14

E. Jenis-jenis Kredit... 16

F. Kebijakan Kredit ... 18

G. Prosedur Pemberian Kredit ... 20

H. Risiko Kredit ... 30

I. Manajemen Piutang ... 31

J. Piutang Tak Tertagih ... 32


(6)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ... 40

B. Danamon Simpan Pinjam ... 41

C. Visi, Misi dan Nilai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. .... 42

1. ... Visi Bank Danamon ... 42

2. ... Misi Bank Danamon ... 42

3. ... Nilai Bank Danamon ... 43

D. Struktur Organisasi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Unit Danamon Simpan Pinjam ... 45

E. Produk Danamon Simpan Pinjam ... 48

F. Prosedur Pemberian Kredit ... 51

G. Prosedur Penagihan Piutang ... 58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Analisis Prosedur Pemberian Kredit ... 61

B. Tata Cara Penilaian Kualitas Kredit ... 65

C. Analisis Prosedur Penagihan Piutang ... 68

D. Penghapusbukuan Kredit Macet ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Prosedur Pemberian Kredit... 29 3.1 Stuktur Organisasi ... 46


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Total Outstanding, Total Kredit yang Disalurkan, Total

Run Off dan Persentase Jumlah Piutang Tak Tertagih

PT. Bank Danamon Indonesia,Tbk Unit Danamon Simpan Pinjam Cabang Pusat Pasar Medan


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dilakukan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas. Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan (Syahyunan, 2004:61).

Lembaga keuangan bank maupun non bank selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang kredit. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bentuk dari jasa perkreditan yaitu melepaskan sejumlah uang kepada para debitur dan diganti dengan serangkaian ikatan perjanjian kredit. Dalam hal ini pihak bank akan selalu dihadapkan pada risiko yang cukup besar apakah dana dan bunga dari kredit yang dipinjamkan


(10)

tersebut akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Proses pemberian kredit menyangkut suatu jumlah uang dari nilai yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar hingga ada berbagai kemungkinan yang akan membawa kerugian finansial bagi bank yang bersangkutan apabila kredit tersebut tidak dikelola dengan baik.

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak dibidang pemberian kredit mikro. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan memberikan pelayanan kepada para nasabah khususnya para pedagang/pengusaha dengan mengharapkan laba yang diperoleh dari bunga kredit tersebut. Persaingan yang ketat di dunia pembiayaan kredit membuat PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan lebih siap didalam memberikan fasilitas kredit pada calon debitur.

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, sebagai salah satu bank swasta yang menyalurkan dananya terbesar ke sektor kredit mikro khususnya para pedagang di kawasan pusat pasar Medan. Semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka resiko yang akan terjadi juga semakin besar. Sehingga untuk mencegah terjadinya kredit macet, maka dalam memberikan kredit kepada nasabah dilakukan analisis dalam pemberian kredit. Analisa pemberian kredit berguna untuk melihat layak atau tidak layaknya seorang nasabah untuk memperoleh kredit.

Pemberian kredit atau pinjaman, tidak semuanya pinjaman yang disalurkan dalam keadaan lancar dalam pengembaliannya atau nasabah tidak tepat pada waktunya untuk melakukan pembayaran angsuran kredit yang telah jatuh tempo. Bisa saja debitur lupa


(11)

membayar atau pada saat tanggal jatuh tempo debitur tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar angurannya.

Apabila debitur tidak sanggup melakukan pembayaran maka pinjaman yang disalurkan akan macet. Kondisi kredit macet dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan debitur untuk membayar. Apabila kemampuan dan kemauan debitur tidak ada dalam membayar kewajibannya maka debitur tersebut tidak memiliki karakter yang baik (bad

characters). Dalam hal ini bank harus mengetahui apa yang menyebakan kredit yang

diberikan kepada debitur menjadi macet. Proses penagihan kredit macet harus dilakukan oleh petugas bank untuk menjaga tingkat piutang tak tertagih (non performing loan) tidak meningkat.

Bank harus lebih selektif dalam memilih debitur sehingga tingkat kredit macet dapat dikurangi dan kredit lancar dapat ditingkatkan sehingga kredit yang diberikan berkualitas. Sebaliknya apabila lebih cenderung beorientasi pada target karena adanya tekanan dari manajemen perusahaan tanpa melihat aspek-aspek dan prinsip kredit maka kredit yang disalurkan akan macet. Pada umumnya jenis kredit tanpa jaminan memiliki tingkat piutang tak tertagih relatif tinggi jika dibandingkan dengan kredit yang menggunakan jaminan.

Pada Tabel 1.1 berikut ini dapat dilihat Total Outstanding, Total Kredit yang Disalurkan dan persentase Jumlah Piutang Tak Tertagih dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Juni 2008.


(12)

Tabel 1.1

Total Oustanding, Total Kredit yang Disalurkan, Total Run Off dan Persentase Jumlah Piutang tak Tertagih PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon

Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan

Bulan

Total Kredit Yang telah disalurkan (Oustanding)

(dalam jutaan Rupiah)

Jumlah Pencairan

Bulanan

(dalam jutaan rupiah)

Total Run Off (dalam jutaan rupiah) % NPL

Januari 2008 31.656 2.261,7 1.634,7 4.9

Pebruari 2008 32.208 2.121,1 1.569,1 3.9

Maret 2008 32.369 2.504,4 2.343,4 3.2

April 2008 32.617 2.129,1 1.881,1 3.3

Mei 2008 33.429 2.238,9 1.426,9 3.4

Juni 2008 33.009 1.641,7 2.061,7 4.5

Sumber : PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon

Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah pencairan kredit dan run off mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2008 sampai dengan Juni 2008. Run off merupakan total angsuran pokok seluruh debitur ditambah dengan total tunggakan pokok debitur yang telah dibayar pada bulan berjalan. Pelunasan dipercepat juga dapat meningkatkan run off. Semakin tinggi jumlah run off akan mempengaruhi total kredit yang telah disalurkan kepada debitur (oustanding), dimana oustanding pinjaman hanya bertambah sedikit. Misalnya, pada bulan Juni 2008 jumlah pencairan kredit yang dihasilkan hanya sebesar Rp 1.641.700.000,- sementara run off pada bulan itu mencapai Rp 2.061.700.000,- sehingga outstanding dari bulan Juni 2008 menurun menjadi Rp 33.009.000.000,- atau menurun sebesar Rp 420.000.000,-. Untuk meningkatkan

outstanding maka jumlah pencairan kredit harus meningkat, sebaliknya apabila kredit

yang dicairkan rendah maka outstandingnya akan menurun.Tingkat persentase non

performing loan (NPL) juga mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2008 hingga bulan

Juni 2008. Non Performing Loan (NPL) adalah tidak kembalinya kredit itu tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit atau kredit bermasalah. Walaupun persentase NPL


(13)

tidak sampai 5% sesuai dengan batas maksimal dari ketentuan Bank Indonesia (BI), tetapi perlu mendapat perhatian karena akan berdampak pada kualitas kredit yang disalurkan kepada nasabah. Perentase NPL tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan jumlah pecairan kredit dan melakukan penagihan piutang yang tertunggak dengan baik sehingga kredit macet dapat berkurang dan meningkatkan kredit yang lancar.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan membuat judul “Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Prosedur pemberian kredit dan penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemberian kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.


(14)

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini antara lain:

a. Bagi Perusahaan

Dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan perusahaan dalam pengelolaan pemberian kredit dan prosedur penagihan piutang sehingga dapat dihasilkan kredit yang berkualitas.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama atau yang berkaitan dengan skripsi ini.

c. Bagi Penulis

Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dalam permasalahan manajemen yang berkaitan dengan kredit.

D. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan dalam penelitian ini hanya menyangkut pada prosedur pemberian kredit dan penagihan piutang khusus kelompok usaha mikro pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan yang berlokasi di Jalan M.T. Haryono Komplek Pusat Pasar Lt. 1. Medan dan penelitian ini mulai dilakukan pada bulan April 2008 dan selesai pada bulan Oktober 2008.


(15)

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini digunakan data sebagai berikut:

a. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian yaitu dari PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan melalui observasi dan wawancara. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan kepada bagian credit officer pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

b. Data sekunder (Secondary Data), adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah:

1. Sejarah singkat berdirinya Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan. 2. Struktur organisasi Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

3. Hasil wawancara dengan beberapa orang debitur Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

4. Hasil publikasi buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(16)

Wawancara merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuan wawancara adalah untuk mendukung data sekunder. Wawancara dilakukan kepada bagian credit

officer PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat

Pasar Medan. b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data dan informasi dari buku-buku, jurnal, internet dan sumber data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, yang akan digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan terhadap apa yang ada di lapangan.

5. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti, yaitu mengenai pengelolaan kredit dan sistim penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Nazir (2002) mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pemberian Kredit dan Pengaihan Piutang pada PT. Bank Sumut Medan” dengan menggunakan metode penelitian deskriptif menemukan bahwa di dalam pemberian kredit kepada nasabah telah diadakan analisis yang akurat terhadap 5C nasabah, sehingga komposisi Non Performing

Loan dibawah 5 %. Dalam penagihan piutang, Bank Sumut memiliki persentase yang

kecil daripada hutang lancar, dengan demikian Bank Sumut dapat dikategorikan sebagai bank sehat untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat

Dianauli (2006) mengadakan penelitian dengan judul ”Analisis Pemberian Kredit dan sistem penagihan piutang pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Medan”. Dianauli meneliti mengenai pemberian kredit dan sistem penagihan piutang dengan menggunakan metode penelitian diskriptif dan induktif. Hasil penelitian adalah prosedur pemberian kredit yang sangat selektif. Kreditur melakukan prinsip kehati-hatian didalam mengelola kredit. Dapat dilihat bahwa tingkat kredit lancarnya sebesar 81% dan tingkat kredit macet 0.3%.


(18)

Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti Kepercayaan. Dalam arti yang lebih luas Pengertian Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam atara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Pengertian kredit yang dikemukakan para ahli ekonomi berbeda-beda, namun pada hakekatnya pengertian dari kredit tersebut mempunyai arti dan tujuan yang sama. Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 (Ketentuan Umum) disebutkan pengertian “kredit adalah penyediaan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir, 2003:73).

Berdasarkan pengertian kredit di atas, maka filosofi kredit antara lain: 1. Temporary Financing.

Kredit bukan merupakan penyertaan Bank, tetapi pembiayaan yang bersifat sementara. Pihak Bank harus memperhitungkan dan meyakini bahwa kredit akan lunas sesuai waktu yang diperjanjikan.


(19)

Sumber pembayaran kredit berasal dari:

a. First Way Out (FWO). Sumber pengembalian berasal dari kelayakan usaha

dan berdasarkan cash flow perusahaan

b. Second Way Out (SWO). Adanya jaminan aktiva yang likuid dan marketable

sebagai kontra garansi apabila FWO dinilai kurang memadai. 3. Prinsip Kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian yang dimaksud adalah

a. First Line of Defence, adanya sistem dan prosedur yang diyakini telah

memenuhi prinsip kehati-hatian dan memenuhi kriteria Good Corporate

Governance (GCG).

b. Second Line of Defence, tersedianya Sumber Daya Manusia yang profesional,

berintegritas tinggi sehingga dapat menjamin sistem dan prosedur dipatuhi. 4. Trade off

Selalu ada trade off service and risk. Service (Sistem dan Prosedur) yang longgar akan meningkatkan risiko Bank, namun sebaliknya service yang ketat akan memperkecil risiko.

5. Merencanakan pasar sasaran, menentukan kriteria risiko yang dapat diterima dan menentukan kriteria nasabah.

Kebijakan atas perencanaan akan menentukan bagaimana suatu Bank dijalankan. Bank harus mempunyai perencanaan pasar dalam memasarkan kreditnya. Bank juga harus menentukan kriteria risiko yang dapat diterima, dan hanya memasarkan kreditnya apabila kriteria risikonya jelas. Misalnya dengan menetapkan limit eksposure, jenis usaha, lokasi dan sebagainya. Kredit yang diberikan juga harus didasarkan pada kriteria nasabah yang jelas.


(20)

Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar percaya maka, sebelum kredit diberikan bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit. Analisis krdit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh musibah seperti bencana alam yang tidak dapat dihindari oleh nasabah. Jika kredit disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan oleh bank adalah berupaya untuk menyelamatkan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet.(Kasmir, 2003:74).

Berdasarkan uraian di atas maka unsur-unsur dalam kredit adalah: 1. Kepercayaan.

Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu yangdiperjanjikan.


(21)

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama.

3. Prestasi.

Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah debitur,berupa bunga atau imbalan.

4. Risiko.

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, memungkinkan adanya risiko dalm perjanjian kredit tersebut. Untuk itu, untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah.

5. Balas Jasa.

Adanya suatu keuntungan dalama jumlah tertentu akibat dari pemberian fasilitas kredit bank.

C. Tujuan Kredit

Suatu usaha dalam sistem ekonomi tidak pernah lepas dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit terdapat unsur risiko, maka usaha mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat


(22)

peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpananya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet.

Selain profitability dan safety, bank, khususnya bank pemerintah mengemban tugas sebagai agent of development yaitu dalam hal:

1. ikut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya, guna

menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

3. memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.(Juddiseno, 2002:167)

D. Fungsi Kredit.

Fungsi (peranan) kredit dalarn perekonomian adalah sebagai sarana bagi peningkatan daya guna barang dan uang, lalu lintas pembayaran, mendorong kegairahan berusaha, sarana pemenataan pendapatan, dan sebagai alat stabilitas moneter serta pendorong hubungan internasional.

1. Meningkatkan Daya Guna Barang

Pemberian kredit dapat meningkatkan daya guna barang dengan jalan:

a. Para pengusaha dapat memproduksi barang dan bahan baku menjadi barang siap pakai , dengan meminjam uang dari lembaga keuangan.

b. Para pengusaha dapat menjual barang dengan cara kredit sehingga barang menjadi lebih mudah sampai ke tangan konsumen.


(23)

Daya guna uang dapat ditingkatkan dengan cara para pemilik uang atau modal meminjamkan uangnya kepada pengusaha yang kekurangan modal melalui lembaga keuangan.

3. Meningkatkan Perdaran dan Lalu Lintas

Peredaran dan lalu lintas uang dapat terlaksana jika kredit disalurkan melalui rekening giro bank, karena rekening giro dapat menimbulkan uang giral.

4. Alat Stabilitas Moneter

Stabilitas moneter dapat terlaksana dengan pemberian kredit yang selektif, terarah dan berdasarkan prioritas, sehingga jumlah uang beredar dapat diatur melalui politik tingkat bunga dan rasio kas bank.

5. Meningkatkan Kegairahan Berusaha

Perusahaan yang memperoleh kredit dan bank dapat meningkatkan usahanya dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas, dan akhirnya meningkatkan laba. 6. Sarana Pemerataan Pendapatan

Peningkatan kesempatan berusaha dengan penambahan proyek-proyek baru yang berasal dan kredit akan membutuhkan tambahan tenaga kerja. Secara tidak Iangsung kredit menyebabkan semakin banyak tenaga kerja yang memperoleh pendapatan. Di samping itu, Para penabung akan memperoleh bunga atas tabungannya.

7. Memperluas Hubungan Internasional

Negara maju cenderung mempunyai tabungan yang tinggi dengan demikian dapat memberi pinjaman kepada negara-negara yang sedang berkembang. Selain itu,


(24)

Para pengusaha di negara maju dapat bekerja sama dengan negara sedang berkembang dengan memberi kredit dan hal ini akan meningkatkan kerja sama dalam bidang ekonomi.

E. Jenis-Jenis Kredit

Jenis-jenis kredit yang dikelola oleh Loan Department di setiap bank berbeda-beda. Hal ini tergantung dari besar kecilnya bank, visi, dab misi perusahaan, dan sebagainya. Secara umum, jenis-jenis kredit perbankan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktunya, sifat pemakaian dana, sumber dana, tujuan penggunaan dana dan jaminannya

1. Bedasarkan jangka waktu

Berdasarkan jangka waktu kredit dapat dibedakan atas:

a. Kredit jangka pendek (short term loan), kredit dengan jangka waktu maksimum satu tahun.

b. Kredit jangka waktu panjang (long term loan), kredit dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun.

2. Berdasarkan sifat pemakaian dana.

Berdasarkan sifat pemakaian dana, kredit dibedakan atas Revolving Loan dan

Non-Revolving Loan. Revolving loan adalah jenis kredit yang danaya dapat

dipakai berulang-ulang. Pinjaman yang telah dilunasi masih dapat dicairkan bila dibutuhkan.

Pada non-revolving loan, debitur tidak dapat menarik dana yang telah dilunasi. Sesuai dengan pelunasan yang dilakukan, oustanding pinjaman akan terus menurun.


(25)

3. Berdasarkan sumber dana

Berdasarkan sumber dana pembiayaan kredit, dikenal adanya kredit yagn dibiayai oleh bank penyelenggara dan kredit likuiditas. Yang termasuk dalam kredit likuiditas adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia.

4. Berdasarkan tujuan penggunaan dana

Berdasarkan Tujuan Penggunaan, dikelompokkan menjadi: a. Kredit Konsumtif.

Kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang atau jasa untuk memberikan kepuasan kebutuhan manusia secara langsung.

b. Kredit Produktif.

Kredit yang dipergunakan untuk produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang dapat meningkatkan kegunaan baik faedah bentuk, waktu maupun kepemilikan. Kredit produktif ini terdiri atas :

1. Kredit investasi, digunakan untuk pembelian barang-barang modal atau aktiva tetap.

2. Kredit modal kerja, digunakan untuk membiayai modal lancar yang biasanya habis dalam satu atau beberapa proses produksi.

3. Kredit likuiditas, digunakan dengan tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas.

5. Berdasarkan jaminan

Berdasarkan Jaminan, dikelompokkan menjadi: a. Kredit dengan jaminan (secured loans)


(26)

Jaminan kredit dapat berbentuk harta fisik (seperti tanah, perhiasaan, gedung dan mesin) dan surat-surat berharga (seperti sertifikat bank, deposito, tabungan, saham, obligasi) atau jaminan pembayaran dari pihak ketiga.

b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loans)

Diberikan berdasarkan kepercayaan yang tinggi dari pihak bank atas kemampuan dan kesediaan debitur melunasi kredit yang mereka terima sesuai dengan isi perjanjian kredit. Pemberian kredit tanpa jaminan harus memperhatikan aspek-aspek analisa kredit yang ditekankan pada segi kemampuan dan kekuatan keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan manajemen yang baik, produk yang kompetitif, jumlah hasil penjualan, keuntungan yang stabil dan posisi dalam perdagangan.

F. Kebijakan Kredit

Kebijakan dan prosedur pemberian kredit harus merupakan artikulasi dari apa yang menjadi tujuan dalam strategi bank. Kebijakan ini harus pula memberi kontribusi bagi pengelolaan risiko kredit yang efektif dalam bentuk menyajikan informasi yang memadai, untuk membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap risiko kredit. Toleransi risiko kredit, yaitu jumlah dan jenis risiko kredit yang siap diserap, harus secara jelas ditegaskan dalam kebijakan kredit. Toleransi risiko ini harus searah dengan tujuan strategik bank.(Tampubolon, 2002:117)

Manual kebijakan kredit bank sekurangnya harus memuat alat kontrol antara lain sebagai berikut:

1. Cakupan pemberian kredit 2. Standar penetapan rating kredit


(27)

3. Jenis fasilitas yang ditawarkan, masing-masing dengan batas atas, penetapan suku bunga, profitabilitas, jangka waktu paling lama, dan debt servicing ratio untuk seorang debitur, untuk debitur grup, atau untuk sebuah Industri.

4. Batas untuk total portofolio kredit, antara lain loan to deposit ratio (LDR), rasio komitmen yang belum ditarik (undrawn commitment ratio), persentase basis modal.

5. Pedoman pengelolaan portofolio kredit, misalnya limit maksimal agregat kredit masing-masing per negara atau geografis, industri , katgori dari peminjam, produk dan debitur grup. Penetapan limit portofolio ini diukur menurut proporsi kredit dari total aktiva bank, porsi kredit untuk masing-masing jenis industri (agriculture, commercial, consumer, real estate, dan lain-lain) dalam portofolio bank, dan pencegahan konsentrasi kredit, serta tujuan diversifikasi kredit.

6. Batas maksimum kewenangan memutus kredit untuk pejabat kredit, direktur kredit, komosaris dan komite kredit.

7. Limit-limit, persyaratan kredit (terms and conditions), prosedur penilaian dan persetujuan kredit, serta catatan-catatan (records) yang harus disimpan untuk masing-masing pinjaman.

8. Syarat permohonan kredit (dokumen dan informasi yang sekurangnya harus diserahkan pada bank, rasio keuangan yang dapat diterima, dan faktor lainnya). 9. Jenis kredit yang tidak diinginkan bank.

10. Persyaratan atau kriteria jaminan kredit (guarantees) dan jenis kolateral serta loan

to value ratios yang dapat diterima

11. Standar penilaian kolateral dan prasyarat bagi penilai.


(28)

13. Standar analisis kredit dan dokumentasi kredit secara legal. 14. Fungsi Loan Review

G. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan

hukum (sumber

1. Pengajuan berkas-berkas

Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain : a. Latar belakang perusahaan

b. Maksud dan tujuan

c. Besarnya kredit dan jangka waktu d. Cara pengembalian kredit

e. Jaminan kredit

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a. Akte notaris

b. Tanda daftar perusahaan (TDP) c. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)


(29)

e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan f. Foto copy sertifikat jaminan

Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :

a. current ratio b. inventory turn over c. sales to receivable ratio d. profit margin ratio e. return on net worth f. working capital

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam.


(30)

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

6. Keputusan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup :

a. Jumlah uang yang diterima b. Jangka waktu

c. Dan biaya-biaya yang harus dibayar

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit. 8. Realisasi Kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan

Penyaluran/penarikan adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu :


(31)

b. Secara bertahap

Sebelum fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sbelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.

Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaiutu dengan analisis 5 C dan analisis 7 P. Kedua prinsip ini memiliki pesamaan yaitu apa yang terkandung dalam prinsip 5 C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7 P dan di dalam prinsip 7 P disamping lebih terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5 C (Kasmir,2003:91)

Prinsip pemberian kredit dengan analisis dengan 5 C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character

Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi.

Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar

kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan beusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.

2. Capacity

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya


(32)

mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3. Capital

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dan dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan juga harus ditelti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian. 5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sector tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha terebut di masa yang akan datang.

Sedangkan penilaian dengan prinsip 7 P adalah sebagai berikut : 1. Personality


(33)

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan faslitas yang berbeda dari lembaga pembiayaan kredit atau bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh : apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

4. Prosfect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya lembaga pembiayaan kredit atau bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara naabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektornya.


(34)

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan

semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Di samping prinsip-prinsip di atas, beberapa prinsip lain dalam pemberian kredit yang berhubungan dengan debitur yang harus diperhatikan oleh suatu bank adalah sebagai berikut (Usman,2001:250):

1. Prinsip Matching

Yaitu harus match antara pinjaman dengan aset perseroan. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaan/investasi yang berjangka panjang. Karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya mismatch.

2. Prinsip Kesamaan Valuta

Maksudnya penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat-dapatnya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari. Meskipun untuk itu tersedia apa yang disebut dengan currency hedging.

3. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal

Maksudnya haruslah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya terlalu besar disebut perusahaan yang high


(35)

gearing. Sebaliknya jika pinjamannya kecil dibandingkan dengan modalnya

disebut low gearing. Post permodalan earnings yang didapat oleh perusahaan tidak fixed, yaitu dalam bentuk dividen, sementara cost terhadapa suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu, kelangsungan suatu perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal tidak reasonable.

4. Prinsip Perbandingaan antara Pinjaman dan Aset

Alternatif lain untuk menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan aset, yang juga dikenal dengan gearing ratio.

Prosedur pemberian kredit yang diperoleh dari situs internet (http:/sipuk.bi.go.id/prosedurpemberiankredit) dapat dijelaskan pada Gambar 1.1 berikut ini:


(36)

Gambar 2.1 : Prosedur Pemberian Kredit


(37)

H. Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi risiko ini dapat berumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidak mampuan atau ketidak mauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.

Risiko timbul dari penyimpangan (deviasi) kinerja portofolio kredit dari nilai yang diharapkan, maka sebagian dari risiko kredit ini dapat didiversifikasi. Tetapi risiko ini tidak mungkin dapat didiversfikasi seluruhnya, karena ada porsi yang dihadapi para debitur akibat dari systematic risk. Oleh karena itu bank akan lebih mengawasi debitur yang sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki stock barang dagang yang tidak likuid.

Dalam jenis risiko ini turut dimasukkan risiko yang oleh bank ukuran besar disebut sebagai counterparty risk karena perbedaan yang ditimbulkan beberapa transaksi yang sifatnya berbeda tidak terlalu material. Counterparty risk timbul karena mitra dalam

trading menolak atau tidak mampu memenuhi kontrak yang telah diperjanjikan. Gerakan

harga yang bertentangan dengan yang diharapkan sebagi akibat dari faktor-faktor sistemik atau adanya hambatan secara hukum maupun politis yang tidak diantisipasi oleh para pembuat kontrak.


(38)

Tujuan manajemen piutang adalah mengupayakan kebijakan piutang yang menguntungkan, dalam arti manfaat adanya suatu kebijakan piutang (peningkatan penjualan) lebih besar dari pengorbanan yang harus diberikan karena adanya kebijakan tersebut (risiko kredit macet, biaya piutang). Dalam praktek, ada beberapa yang akan diberikan, yaitu jangka waktu kredit, adanya kebijakan diskon dan standar kredit (persyaratan pelanggan yang layak menerima kredit). (Santoso, 2002:62).

Kekuatan tekanan persaingan (competitive pressures force) yang dialami menyebabkan perusahaan melakukan kredit. Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit dan pihak bank memberi kredit kepada nasabah. Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang dan pada saat jatuh tempo terjadi kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja.

Pihak manajer keuangan dalam pemberian kredit harus mampu membangun sebuah sistem manajemen piutang yang optimal yaitu berkaitan dengan membangun syarat kredit, memilih sistem monitoring yang diterapkan untuk menjaga agar piutang ragu-ragu dapat dikendalikan, mencegah agar arus kas keluar jangan menurun dan menetapkan tindakan korektif jika muncul perubahan di luar batas yang ditoleransi.

Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang, barang atau jasa terhadap perorangan, organisasi atau deitur lainnya. Jadi yang dimaksud dengan piutang adalah tagihan yang diharapkan dapat diterima beupa uang atau yang dapat disamakan dengan uang dan penyeleseaiannya tidak melebihi satu kegiatan normal perusahaan.


(39)

Dalam membangun suatu kepercayaan antar pihak bank dengan pihak debitur dibutuhkan berbagai informasi. Informasi-informasi dari kedua belah pihak akan menimbulkan kepercayaan dan selanjutnya membentuk kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian atau akad kredit. Dalam hal ini debitur lebih diarahkan oleh bank untuk menjamin pengembalian kredit tepat waktu, sehingga meminimalisir munculnya kredit bermasalah (non performing loan).

Non Performing Loan (NPL) adalah tidak kembalinya kredit itu tepat pada

waktunya sesuai perjanjian kredit atau kredit bermasalah. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancer ditambah kredit diragukan dan kredit macet.

Berikut ini rumus perhitungan persentase NPL:

NPL = X100%

Kredit Total

Macet Kredit

diragukan Kredit

lancar kurang

Kredit + +

K. Prosedur Penagihan Piutang

Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak mungkin terselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya-upaya penyelamatan sehingga akhirnya kredit tersebut menjadi macet, maka bank akan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah atau macet itu. Penyelesaian atau


(40)

penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan/atau penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya.

Walaupun bank tidak mengharapkan terjadinya kredit bermasalah, seluruh pejabat bank terutama yang berkaitan dengan perkreditan harus memiliki pandangan dan persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah tersebut. Karena itu untuk menyelesaikan kredit bermasalah perlu menggunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit bermasalah. b. Bank harus mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah.

c. Penanganan kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah juga harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin.

d. Bank tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafond kredit atau tunggakan-tunggakan bunga dan mengkapitalisasi tunggakan bunga tersebut.

e. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu.

Pengelompokan kredit berdasarkan kelancarannya sangat diperlukan untuk memperlancar tugas-tugas kreditur dalam penyelesaian atau penagihan piutang kepada debitur sehingga sikap dan langkah yang diamabil disesuaikan dengan keadaan kredit. Pengelompokkan atau penggolongan kredit didasarkan atas kolektibilitas yaitu tingkat ketepatan pembayaran kembali kredit atau angsuran kredit dan bunga. Pengelompokkan penagihan piutang berdasarkan kolektibilitas kredit terbagi atas:


(41)

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) 2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (SubStandard), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau

e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (Doubtful), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau


(42)

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (Loss), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Sebagian besar kredit bermasalah atau piutang yang tertunggak tidak muncul secara tiba-tiba. Gejala umum yang muncul sebagai tanda terjadinga kredit bermasalah adalah penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit, penurunan kondisi keuangan perusahaan, frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti , penyajian bahan masukan yang tidak benar, menurunnya sikap koperatif debitur, penurunan nilai jaminan yang disediakan dan masalah pribadi.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat kredit dalam perkreditan ditujukan agar kredit yang diberikan dapat kembali dengan baik dan membawa keuntungan yang diharapkan. Akan tetapi dalam perkembangan penagihan piutang, tidak semua kredit yang diberikan berjalan lancar, sebagian lagi tidak lancar bahkan menuju arah kemacetan. Kredit macet dapat terjadi disebabkan oleh dua unsur yaitu:

1. Pihak Bank

Pihak analisis kredit bank kurang teliti dalam menilai kualitas permintaan kredit yang diajukan. Analis kredit dalam meneliti tidak berdasarkan data yang akurat, data mengenai kredit calon debitur tidak didokumentasikan dengan baik,


(43)

kurangnya pengawasan dan pemantauan atas keadaan calon debitur secara terus menerus dan teratur.

2. Pihak Debitur

Kredit bermasalah terjadi karena: a. Adanya unsur ketidaksengajaan

Debitur memiliki kemauan untuk membayar kewajibannya tetapi kemapuan dari debitur tidak ada, misalnya kelancaran usaha yang terganggu yang mengakibatkan penuruna omset sehingga debitur tidak sanggup untuk membayar kewajibannya.

b. Adanya unsur kesengajaan

Debitur dengan sengaja tidak membayar kewajibannya atau kemauan membayarnya tidak ada karena itikad yang tidak baik dengan pihak bank meski kemampuan untuk membayar ada.

Akan tetapi, apabila kredit yang telah disalurkan tersebut mengalami masalah. Maka sebelum melakukan penyelamatan terhadap kredit yang bermasalah tersebut maka dapat ditempuh beberapa usaha sebagai berikut (Dahlan, 2001:178) :

1. Peringatan tertulis untuk segera menyelesaikan kewajibannya yang tertunggak disamping usaha lain untuk melakukan penagihan. Peringatan tersebut dapat diulangi sampai tiga kali. Apabila debitur belum juga menyelesaikan kewajibannya, maka bank dapat mencabut fasilitas kredit sehingga yang bersangkutan dapat dikenakan overdue.


(44)

2. usaha debitur untuk melunasi hutangnya dapat ditempuh jalur hukum yaitu lembaga somtie yang ada di Pengadilan Negeri bagi Bank Swasta. Sedangkan bagi bank BUMN melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BPLN) Apabila kredit macet ini terjadi maka pihak bank harus melakukan beberapa cara untuk meminimalisir kerugian sekecil mungkin. Adapun beberapa cara penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain (Kasmir, 2002:116) :

1. Rescheduling

a. Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini debitur diberikan keringan dalam hal perpanjangan jangka waktu kredit sehingga debitur memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk mengembalikan kredit.

b. Memperpanjang jangka waktu angsuran.

Dalam hal ini sama halnya dengan memperpanjang jangka waktu kredit. Akan tetapi, jangka waktu angsuran yang diperpanjang yang awalnya hanya 36 kali diperpanjang menjadi 48 kali.

2. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada, seperti : a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Maksudnya hanya pembayaran bunga kredit yang ditunda pembayarannnya akan tetapi pembayaran pokok hutang kredit tetap dibayar.


(45)

c. Penurunan Suku Bunga

Penurunan suku bunga dimaksudkan untuk meringankan beban nasabah. d. Pembebasan Bunga

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3. Restructuring

a. Dengan menambah jumlah kredit b. Dengan menambah equity :

1. dengan menyetor uang tunai 2. tambahan dari pemilik 4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis diatas. Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah (rescue program), bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi (Kombinasi 3-R) dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan

restructuring, yakni :

a. rescheduling dan reconditioning, b. rescheduling dan restructuring, c. restructuring dan reconditioning,

d. rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus.


(46)

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi membayar semua hutang-hutangnya.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya menjadi Bank Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989.

Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN merekapitalisasi Bank Danamon dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke Perseroan sebagai bagian dari program pembenahan BPPN.

Pada tahun 2000, delapan bank BTO lainnya dilebur ke dalam Bank Danamon. Namun sebagai surviving entity, Bank Danamon bangkit menjadi salah satu pilar perbankan nasional. Dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, Bank Danamon melakukan restrukturisasi luas mencakup manajemen, manusia, organisasi, sistem, nilai prilaku serta identitas perusahaan. Upaya ini berhasil meletakkan fondasi maupun prasarana baru bagi Perseroan guna meraih pertumbuhan berdasarkan transparansi, responsibilitas, integritas dan profesionalisme (TRIP).

Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih oleh Konsorsium Asia Finance Indonesia sebagai pemegang saham pengendali. Dengan kendali manajemen baru, serta modal 180-hari pemetaan modal bisnis dan strategi baru, Bank Danamon terus menjalani


(48)

perubahan transformasional yang dirancang untuk dijadikannya sebagai bank nasional terkemuka dan pelaku regional unggulan.

B. Danamon Simpan Pinjam

Di Indonesia ada 19,5 juta usaha berskala mikro dan kecil. Sebagian besar dari pengusaha ini tidak mempunyai akses ke layanan perbankan. Danamon Simpan Pinjam (DSP) hadir untuk melayani para pengusaha secara khusus. DSP adalah sebuah divisi yang dikembangkan oleh Bank Danamon secara khusus untuk melayani dan membantu mengembangkan usaha berskala mikro dan kecil. Semua produk, proses, kantor cabang dan layanan di DSP dirancang dan dikembangkan secara khusus hanya untuk memenuhi kebutuhan pengusaha mikro dan kecil

Dalam definisi Bank Danamon, usaha mikro dan kecil adalah usaha yang memiliki tingkat penjualan tahunan tidak lebih dari Rp 2 milyar atau memiliki kebutuhan pinjaman antara Rp 1 juta hingga Rp 500 juta. Sebagian besar usaha ini adalah usaha informal yang tidak berbadan hukum, dimiliki dan dikelola oleh perorangan. Kurang lebih 66%, berada di Pulau Jawa dan Bali.

Sejarah Danamon Simpan Pinjam dimulai dari penelitian pasar pada bulan November 2003 dilakukan dengan mewawancara terhadap 1000 pengusaha mikro dan kecil di 8 kota besar. Diketahui bahwa 94% dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu 61% dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian dilakukan - currently borrow), yang meminjam dari BRI dan bank komersial lainnya. Hanya 5% yang mengatakan, Bank terlalu rumit dan menakutkan.

Melalui penelitian yang sama, bahwa persyaratan dan proses untuk meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat


(49)

usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk datang ke bank karena harus menunggu toko/kios-nya. Sebagian besar mengatakan bahwa bank “menakutkan” dan bukan untuk mereka. Mereka membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bisa transaksi dapat dilakukan di tempat mereka. Oleh karena itulah diputuskan untuk membangun suatu organisasi khusus untuk melayani mereka. Maka lahirlah Danamon Simpan Pinjam (DSP).

Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar berdiri tanggal 29 Januari 2005 serentak dengan 3 unit lainnya yaitu Unit Pasar Petisah, Unit Sei Sikambing dan Unit Aksara. Kempat unit inilah yang pertama dibuka untuk wilayah Sumatera.

C. Visi, Misi dan Nilai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. 1. Visi Bank Danamon

Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.

2. Misi Bank Danamon

Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan.

Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia

Aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.

3. Nilai Bank Danamon


(50)

Memberi perhatian yang tulus terhadap kebaikan dan kemajuan bersama, yaitu: 1. responsif terhadap masalah di sekitar

2. menemukan masalah dan mengatasinya

3. mendengar dan berusaha memahami pendapat orang lain 4. peka terhadap kebutuhan stake holder

5. mengantisipasi timbulnya masalah b. Jujur

Berpegang teguh dalam kebenaran, yaitu: 1. berperilaku dengan standar integritas tinggi

2. berbicara berdasarkan fakta secara terbuka dan terus terang 3. berani menyampaikan hal-hal yang menyimpang

4. membangun kepercayaan tanpa ada motif yang disembunyikan 5. berani mengakui kesalahan dan kekurangannya

c. Mengupayakan Yang Terbaik

Selalu mencari cara yang terbaik dalam bekerja dengan mempertimbangkan risiko yang dapat merugikan perusahaan, tanpa mengorbankan citra perusahaan, yaitu:

1. pantang menyerah dalam mencari solusi yang terbaik

2. menyelesaikan pekerjaan dengan mengutamakan kualitas terbaik 3. menindak lanjuti dan menyelesaikan masalah secara tuntas

4. selalu berusaha membuahkan ide-ide kreatif demi kemajuan perusahaan 5. berani mengambil keputusan dengan memperhatikan risiko


(51)

Pegawai harus menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah tim yang selalu berusaha meraih hasil yang terbaik dengan memanfaatkan kemajemukan sebagai kekuatan, yaitu:

1. menghargai perbedaan sebagai kekuatan

2. menciptakan sinergi dengan mempertimbangkan pendapat orang lain untuk melengkapi pemikirannya

3. selalu siap membantu

4. tidak membiarkan rekan gagal

5. berpikir dan bertindak menag-menang e. Profesional yang Disiplin

Bertindak dengan menjunjung tinggi standar dan etika tertinggi profesi kita, yaitu: 1. memimpin dengan memberi contoh

2. selalu belajar dan memperbarui diri

3. mau menerima jika sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya dan berani untuk memperbaikinya

4. memiliki rasa tanggung jawab

Visi, misi dan nilai-nilai pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk pada umumnya juga diterapkan di setiap unit Danamon Simpan Pinjam (DSP). Dimana DSP adalah segmen atau divisi dan merupakan kantor cabang pembantu dari PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.

D. Struktur Organisasi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Unit Danamon Simpan Pinjam


(52)

Struktur organisasi perusahaan merupakan landasan bagi seluruh karyawan yang ada dalam suatu perusahaan. Dimana struktur organisasi ini pada pokoknya mengandung penerapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan perusahaan. Oleh sebab itu pimpinan (kepala cabang) sebagai orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi haruslah mempu mengkoordinasi kantornya seoptimal mungkin, khususnya terhadap seluruh sumber daya manusia yang ada di dalam organisasinya, sehingga tercipta kerjasama yang efektif baik secara vertical maupun horizontal. Berikut di bawah ini adalah struktur organisasi pada Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan,

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan Sumber: Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan

Keterangan Gambar:

1. Unit Manager

Unit Manager

Operation Officer Credit Officer

Loan Admin.

Sales Officer

Teller


(53)

Unit Manager adalah orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab

terhadap lancarnya kegiatan kerja di unit Danamon Simpan Pinjam. Adapun tugas dan tanggung jawab Unit Manager yaitu:

a. Memimpin unit usaha dengan 10-15 staff

b. Memastikan operasional unit berjalan lancer dan proses dilakukan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku.

c. Membangun organisasi yang sehat melalui Sumber Daya Manusia dan proses untuk mencapai pertumbuhan yang dapat diandalkan serta membangun lingkungan kerja yang memungkinkan anggota tim (unit) berhasil menjalankan pekerjaannya.

d. Melakukan review pengajuan kredit dan membuat keputusan kredit sesuai batas kewenangannya.

e. Membangun portfolio usaha yang sehat untuk pencapaian financial yang dapat diandalkan.

2. Credit Officer

Credit officer adalah orang yang bertanggung jawab untuk memverifikasi dan

menganalisis setiap proposal kredit Danamon Simpan Pinjam yang diajukan serta memutus kredit sesuai dengan batas maksimum memutuskan kreditnya. Adapun tugas dan tanggung jawab seorang credit officer, antara lain:

a. Menjaga disiplin proses dan kualitas kredit unit pada kondisi yang baik.

b. Melakukan verifikasi terhadap setiap pengajuan kredit yang ditugaskan.

c. Merekomendasikan keputusan kredit kepada Unit Manager.

d. Melakukan review administrasi kredit sesuai dengan prosedur.


(54)

Operation Officer adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan

operasional di unit DSP dan melakukan fungsi kontrol dan supervisi terhadap teller dan security.

4. Sales Officer

Sales Officer adalah orang yang memiliki tanggung jawab dalam pejualan kredit serta collection untuk membantu tercapainya target dari Unit Danamon Simpan Pinjam.

Adapun tugas dan tanggung jawab sales officer antara lain:

a. mencari nasabah baru dan mengelola portfolio

b. menjaga hubungan baik dengan nasabah

c. mengembangkan dan mengelola portfolio pinjaman yang sehat

5. Teller

Teller adalah orang yang bertanggung jawab atas proses pembukaan Customer Information File (CIF), pembukaan rekening, penutupan rekening, transaksi nasabah

serta memastikan semua dokumen di dokumentasikan dengan baik. Teller juga melakukan layanan cash pick up (transaksi setoran di tempat usaha debitur) dan melakukan berbagai proses operasional dengan efisien sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku.

6. Loan Admin.

Loan Admin adalah orang yang bertanggung jawab atas adminstrasi

dokumen-dokumen kredit debitur.

7. Security

Security adalah orang yang menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan selama


(55)

E. Produk Danamon Simpan Pinjam 1. Funding Product

Ada 2 jenis dari produk ini, yaitu:

a. Tabungan DSP

Merupakan simpanan yang diperuntukkan bagi nasabah Danamom Simpan Pinjam dimana penyetoran bisa dilakukan setiap saat dengan dating ke unit Danamon Simpan Pinjam maupun melalui cash pick up (pengambilan oleh teller), dan frekuensi penarikan tidak dibatasi sepanjang saldo mencukupi. Tabungan DSP dilengkapi dengan kartu DSP untuk membantu memudahkan nasabah pada saat bertransaksi karena untuk verifikasi hanya cukup menggunakan sidik jari.

b. Deposito DSP

Simpanan berjangka dalam mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Danamon Simpan Pinjam, dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

2. Lending Product

Jenis-jenis produk ini antara lain:

a. Dana Talangan

Merupakan pinjaman tanpa jaminan, digunakan untuk modal usaha atau keperluan pribadi, proses kredit 2 (dua) hari kerja sejak dokumen lengkap. Limit kredit minimum Rp. 2.500.000,- dan maksimum Rp. 50.000.000,-. Adapun syarat-syarat pemeberian dana talangan antara lain:

1. memiliki pinjaman minimal 3 (tiga) bulan di bank atau lembaga keuangan lain status lancar 3 (tiga) bulan terakhir.


(56)

2. memiliki tabungan/giro/deposito bank yang masih berlaku minimal 3 (tiga) bulan terakhir.

3. usaha yang akan dibiayai sudah lebih dari 5 tahun dibuktikan dengan verfikasi.

b. Dana Siaga

Merupakan pinjaman tanpa menggunakan jaminan. Limit kredit yang diberikan minimum Rp. 2.500.000,- maksimal Rp. 100.000.000. Syarat-syarat dan ketentuan sama dengan produk dana talangan. Khusus untuk debitur eksis yaitu debitur yang memiliki pinjaman dengan jaminan dapat diberikan penambahan fasilitas dana siaga. Minimal pinjaman di Danamon Simpan Pinjam 12 (dua belas) bulan dengan status lancar 3 (tiga) bulan terakhir.

c. Dana Pinjam 50 (DP 50)

Pinjaman dengan jaminan, limit kredit minimum Rp. 5.000.000,- maksimum Rp. 50.000.000,-. Proses kredit selama 2 (dua) hari kerja sejak dokumen lengkap. Usaha yang akan dibiayai telah berjalan selama lebih 2 (dua) tahun dan dibuktikan dengan verifikasi.

d. Dana Pinjam 200 (DP 200)

Pinjaman dengan jaminan, limit kredit minimum Rp. 50.000.000,- maksimum Rp. 500.000.000,-. Proses kredit selama 2 (dua) hari kerja sejak dokumen lengkap. Usaha yang akan dibiayai telah berjalan selama lebih 2 (dua) tahun dan dibuktikan dengan verifikasi. Digunakan untuk modal kerja maupun untuk investasi.

e. Pinjaman Rekening Koran (PRK) DSP


(57)

1. Berdasarkan cara penarikannya,

Pinjaman Rekening Koran DSP adalah pinjaman yang penarikan dananya dapat disesuaikan menurut kebutuhan debitur. Penarikan dapat dilakukan setiap saat dan dapat berulangkali dengan maksimum sebesar plafon kreditnya. Dalam hal ini bank menyediakan fasilitas dana dalam bentuk rekening giro pinjaman.

2. Berdasarkan cara pelunasannya,

PRK adalah pinjaman dengan plafond tetap. Pinjaman ini umumnya berjangka waktu 1 tahun dan dapat dilakukan upaya perpanjangan sebelum jatuh tempo pinjaman. Debitur setiap bulan dapat hanya membayar bunga saja sesuai dengan saldo pinjaman yang dipergunakan. Pembayaran kembali juga dapat dilakukan setiap saat dan langsung mengurangi outstanding debitur.

3. Berdasarkan tujuan penggunaanya,

PRK adalah fasilitas pinjaman yang umumnya ditujukan untuk pembiayaan modal kerja diantaranya membiayai aktiva lancar dan/atau menggantikan hutang dagang.

F. Prosedur Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan dinilai telah melaksanakan prosedur yang tepat. Tetapi analisis mengenai kelayakan suatu usaha perlu mendapat perhatian. Analisis kelayakan usaha sangat penting dalam melihat kemampuan suatu usaha mempertahankan kelangsungan hidup dan berkembang yang akan mempengaruhi kemampuan usaha tersebut memenuhi kewajiban membayar bunga dan pokok kredit. Kriteria penilaian yang umum untuk mendapatkan nasabah yang benar


(58)

– benar layak untuk diberikan kredit dilakukan sesuai dengan Ketentuan Umum Kredit yang telah ditetapkan Bank Danamon Simpan Pinjam (DSP), antara lain:

1. Menetapkan Target Pemasaran

Dalam menetapkan target pemasaran hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Calon debitur adalah pedagang, pengusaha perorangan atau individu berpenghasilan tetap.

b. Tempat usaha calon debitur berada di dalam radius ± 2 km dari unit Danamon Simpan Pinjam

2. Persyaratan Umum Calon Debitur

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur untuk mengajukan permohonan kredit adalah sebagai berikut:

a. Calon debitur adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di wilayah Indonesia.

b. Usia calon debitur minimal 21 tahun atau 18 tahun untuk yang telah menikah. Sedangkan usia maksimal calon debitur untuk mengajukan pinjaman adalah 60 tahun.

c. Tidak adak informasi negatif, misalnya penjudi, pemabok, berkarakter atau memiliki reputasi buruk lainnya.

d. Lama usaha minimal 2 tahun di bidang usaha yang sejenis

e. Status tempat usaha, tempat tinggal dan jaminan kepemilikannya atas nama debitur, pasangan debitur, orang tua kandung maupun anak kandung debitur. Khusus produk Dana Talangan dan Dana Siaga kepemilikannya bisa sewa minimal telah 5 tahun.


(59)

f. Wajib dilakukan BI Checking kepada debitur dan pasangan untuk total kredit di atas Rp. 100 juta; untuk take over; serta produk PRK DSP.

g. Tujuan pinjaman untuk modal kerja, investasi penunjang usaha maupun untuk konsumtif

3. Maksimum Fasilitas

Maksimum fasilitas kredit yang dapat diberikan yaitu:

a. Khusus untuk Dana Talangan dan Dana Siaga, calon debitur hanya diperkenankan untuk memiliki maksimal 1 produk pinjaman dari antara 2 produk tersebut.

b. Tidak diperkenankan untuk memberikan lebih dari satu fasilitas kredit kepada debitur baru yang sama pada saat yang bersamaan.

c. Setiap calon debitur hanya diperkenankan memiliki satu fasilitas PRK DSP. 4. Batas Maksimal Pembiayaan

a. Kemampuan membayar debitur harus sesuai dengan batas maksimal Installment

to Disposible Income Ratio (IDIR) yang berlaku pada tiap-tiap produk.

b. Kebutuhan modal kerja sesuai dengan maksimal Working Investment (WI) yang berlaku.

c. Kecukupan jaminan khusus untuk produk dengan jaminan sesuai dengan batas maksimal Loan to Value (LTV) yang berlaku pada tiap produk dan tiap jenis jaminan.

5. Jenis Usaha yang Dihindari


(60)

b. Usaha yang illegal dan tidak etis atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat umum misalnya, perjudian, pelacuran, tempat hiburan seperti bar, diskotik, karaoke dan bola tangkas.

c. Usaha pembiayaan baik formal maupun informal.

d. Usaha yang pendapatan usahanya diterima lebih dari 1 bulan sekali (misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan dan lainnya) atau musiman.

e. Usaha yang berada di luar radius unit Danamon Simpan Pinjam yang telah disetujui.

f. Jenis usaha lainnya yang dilaran melalui Memorandum Internal yang diterbitkan oleh Risk Management Kantor Pusat.

Selain menetapkan ketentuan-ketentuan umum di atas PT. Bank Danamon Indonesia Unit Danamon Simpan Pinjam melakukan penilaian risiko kredit dalam pemberian kredit kepada calon debitur. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasikan risiko yang kemungkinan muncul. Dalam penilaian risiko kredit ini, Danamon Simpan Pinjam (DSP) hanya menggunakan 3 unsur saja yang disebut 3C yang harus dianalisis dan dievaluasi oleh pejabat kredit dalam hal ini oleh credit officer guna memperoleh keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan calon debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun unsur 3C adalah sebagai berikut:

1. Character

Merupakan penilaian risiko terpenting karena:

a. Karakter yang baik dapat diasumsikan akan membayar kewajiban angsuran tepat waktu.

b. Eksekusi jaminan dapat diminimalkan c. Meminimalkan kerugian kredit


(61)

d. Hubungan harmonis terhadap debitur meningkatkan portofolio kredit

Langkah-langkah yang dilakukan oleh petugas kredit untuk menilai dan mendapatkan karakter yang baik dari calon debitur dilakukakan dengan cara antara lain:

a. Mengumpulkan data dan informasi dari pihak-pihak yang dapat dipercaya (pesaing, tetangga usaha, supplier, dll).

b. Mengumpulkan data pendukung (catatan pinjaman bila telah atau pernah memiliki pinjaman) yang dapat memperlihatkan kedisiplinan calon peminjam dalam memenuhi kewajibannya.

c. Menggunakan data-data yang didapat dari form aplikasi sebagai sumber informasi untuk dilakukan verifikasi

d. Menggunakan data yang bersumber dari hasil BI Checking.

Karakter calon debitur juga dapat diperoleh dengan melakukan wawancara. Hal-hal yang diperhatikan dalam mewawancarai calon debitur agar dapat menilai karakter yang dimiliki calon debitur yaitu:

a. Kejujuran dalam menjawab pertanyaan.

b. Konsistensi dalam menjawab pertanyaan apakah sesuai dengan yang tertulis pada form aplikasi.

c. Menguasai usaha yang dijalani.

d. Kesesuaian penghsilan usaha dan gaya hidup e. Sikap pada saat wawancara

f. Kooperatif

g. Disiplin terhadap pembayaran kewajiban rekening listrik, telepon, air h. Tidak terlibat aktifitas melanggar hukum.


(62)

i. Riwayat kredit di bank dan/atau lembaga keuangan lainnya j. Riwayat usaha yang akan dibiayai (lama usaha dan pengalaman) k. Kondisi keluarga

2. Capacity

Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan membayar angsuran pinjaman calon debitur dari usaha objek yang akan dibiayai. Untuk menilai kemampuan membayar calon debitur, dilakukan perhitungan Disposible Income.

Disposible Income adalah Pendapatan Usaha Calon Debitur dikurangi pengeluaran

usaha,pengeluaran pribadi/Rumah Tangga,angsuran pinjaman yang dimiliki pada saat ini serta rencana angsuran yang akan disetujui oleh DSP. Setelah hasil Disposible

Income diperoleh maka persentase angsuran yang akan direkomendasikan terhadap Disposible Income atau disebut juga Instalment to Disposible Income Ratio (IDIR)

tidak boleh melebihi 80% sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan oleh DSP. Berikut adalah rumus untuk menghitung IDIR,

% 100 Re X Income Disposible DSP Angsuran komendasi Existing Kredit Angsuran

IDIR= +

3. Collateral

Analisis ini digunakan khusus untuk produk Secured Loan. Sumber pembayaran terakhir yang diharapkan adalah dari sisi agunan kredit itu sendiri. Agunan harus dinilai yang meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan dan status hukumnya. Penilaian terhadap agunan dapat ditinjau dari dua segi yaitu:


(63)

b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk digunakan sebagai agunan.

Barang-barang yang dapat dijadikan sebagai agunan oleh calon debitur untuk menajukan pinjaman antara lain:

a. Tanah

b. Tanah dan bangunan c. Kios dan sejenisnya d. Mobil/motor

e. Bilyet Deposito Bank Danamon

Bank Danamon Simpan Pinjam (DSP) dalam menyalurkan kredit kepada calon debitur tetap selalu menjaga kualitas kredit. Hal-hal yang dihindari atau diwaspadai oleh DSP dalam memberikan kredit agar kredit yang dihasilkan tidak bermasalah antara lain: 1. Calon debitur yang terlihat sangat antusias, tidak memperdulikan persyaratan yang

ada dan bersikeras untuk menentukan jadwal survey dilakukan.

2. Calon debitur yang datang ke kantor lalu cenderung menghindari pembicaraan di lokasi usahanya.

3. Calon debitur yang cenderung tidak ingin memberikan informasi tempat tinggal. 4. Calon debitur yang berbelit-belit atau berbeda-beda dalam memberikan keterangan. 5. Pedagang pendatang relatif baru atau pedagang dengan tempat usaha yang tidak jelas

lokasinya.

6. Usaha yang tidak ramai dengan aktifitas perdangangan; baik pelanggan yang datang langsung atau pelanggan grosiran.

7. Rekening tabungan atau rekening koran yang jumlahnya relatif besar dan tidak sesuai dengan perhitungan aktivitas usahanya.


(64)

8. Sering menunggak untuk kewajiban pembayaran listrik/telepon/air atau hutang piutang.

9. Calon debitur cenderung mendesak agar pencairan dipercepat sehingga petugas kredit tidak dapat melakukan verifikasi dengan baik.

10. Calon debitur cenderung tidak dikenal di lingkungan sekitar lokasi usaha atau jaminan.

11. Calon debitur cenderung tidak mengizinkan petugas kredit untuk memeriksa lebih detail di lokasi jaminan.

12. Calon debitur tidak memiliki tempat usaha tetap dan menjaminkan benda bergerak. 13. Usaha tidak beroperasi di waktu yang tidak biasanya.

14. Calon debitur yang menghindari layananan cash pick up DSP.

G. Prosedur Penagihan Piutang

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan dalam melakukan penagihan piutang terhadap debitur sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen dan ketentuan unit tersebut. Setiap kredit yang telah disalurkan kepada debitur, unit Danamon Simpan Pinjam melakukan layanan cash

pick up yaitu menjemput angsuran ke tempat usaha debitur. Layanan ini dilakukan karena

debitur pada unit Danamon Simpan Pinjam sebagian besar adalah pedagang-pedagang pasar. Adanya kesibukan transaksi di pasar yang mengakibatkan debitur tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan setoran angsuran kreditnya ke bank. Namun demikian, ada juga debitur yang mengantar langsung angsurannya ke bank. Sebagian debitur merasa terganggu oleh kedatangan petugas bank dan ada juga yang debitur malu kepada tetangga usahanya.


(1)

Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009.

USU Repository © 2009

4. Power of Peruasion, yaitu melakukan persuasi atau bujukan.

5. Power of Attitude, yaitu jangan memperlihatkan sikap tertekan kepada debitur.

6. Power of Persistence, yaitu ketahanan terhadap debitur yang dapat dilakukan terus

menerus.

7. Power of Knowledge of Needs, dengan mengetahui keinginan, petugas bank yang

melakukan penagihan dapat mengarahkan keinginan debitur atau melakukan penekanan.

D. Penghapusbukuan Kredit Macet

Penghapusbukuan kredit macet merupakan tindakan akuntansi dalam pengelolaan aset bank yang berpengaruh terhadap perhitungan laba rugi dan struktur permodalan. Secara yuridis tindakan tersebut bukan merupakan pelunasan kredit sehingga terhadap kredit macet yang sudah dihapusbukukan tetap menjadi tagihan bank. Apabila kredit yang telah dihapusbukukan (write off) dapat ditagih kembali (proses recovery), maka akan meningkatkan keuntungan bagi bank itu sendiri dalam hal ini pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

1. Syarat Umum

Kredit yang dapat dihapusbukukan harus memenuhi syarat umum, sebagai berikut: a. Kolektibilitas kredit telah macet

b. Kinerja usaha telah macet atau bangkrut

c. Penghapusbukuan berlaku perdebitur dan bukan perfasilitas 2. Syarat Khusus

Syarat khusus yang harus dipenuhi agar kredit macet tersebut dapat dihapusbukukan adalah sebagai berikut:


(2)

a. Telah diupayakan secara restruktur

b. Telah diupayakan penyelesaian melalui saluran hukum namun tidak berhasil c. Eksekusi jaminan dalam waktu relatif dekat sulit dilakukan.


(3)

Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prosedur pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan telah melalui proses analisis dan evaluasi untuk menyeleksi calon debitur yang akan memperoleh pinjaman. Namun demikian dalam pelaksanaannya ada terjadi penyimpangan baik dari pihak internal maupun dari pihak eksternal bank tersebut. Penyimpangan internal bank antara lain berupa kelemahan dalam melakukan inisiasi kredit oleh petugas bank. Sementara penyimpangan dari eksternal berupa tidak adanya itikad baik dari debitur dalam membayar kewajibannya.

Dari hasil analisis dapat diperoleh kesimpulan bahwa prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar ádalah untuk meningkatkan volume pencairan agar target yang telah ditetapkan oleh manajemen dapat tercapai. Namun demikian, target yang belum tercapai dapat berdampak kepada kredit yang telah disalurkan kepada debitur. Sehingga kualitas kredit dapat menurun. Dapat dilihat dari tingkat non performing loan yang mencapai Rp 1,485 Milyar atau 4,5 %. Tingkat kredit macet relatif tinggi yang juga disebabkan adanya itikad yang tidak baik dari debitur (bad

characters), usaha debitur yang telah tutup serta adanay force mejeur yaitu kondisi yang

timbul karena faktor alam yang tidak bisa dihidari. Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan dalam memberikan kredit kepada nasabah hanya menggunakan prinsip 3 C saja, yaitu characters, capacity dan collateral. Sementara dalam penagihan piutang, pihak Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar telah melaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan tentang Analisis Prosedur Pemberian Kredit dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Pusat Pasar Medan , saran yang dapat diberikan kiranya bermanfaat bagi Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan di masa yang akan datang, sebagai berikut:

1. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan sebaiknya lebih selektif dalam memilih calon debitur sehingga kredit yang dihasilkan lebih berkualitas dan benar-benar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

2. Prosedur penagihan piutang untuk menyelesaikan kredit yang tertunggak lebih ditingkatkan agar dapat menurunkan persentase NPL atau memperkecil kredit macet.


(5)

Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Dianauli, Dessy, 2006 Analisis Pemberian Kredit dan Sistem Penagihan Piutang

Pada Bank rakyat Indonesia (Persero) Cabang Medan, Skripsi, FE USU, tidak

dipublikasikan.

Judisseno, Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan Keenam, Jakarta, 2002

Kasmir, Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Santoso, Singgih, Aplikasi Excel Pada Manajemen Keuangan, Elex Media Komputindo, 2002

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 3, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2001

Simon, John, Bekerja di Bank Itu Mudah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung, 2005

Syahyunan, Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian

Keuangan, USU Press, Medan 2004

Tampubolon, Robert, Risk Management, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002

Usman, Rachmadi, Aspel-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001


(6)

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan