Penurunan tingkat kemiskinan belum dibarengi turunnya tingkat disparitas antardaerah Tidak banyak perkembangan pada sektor moneter Indonesia

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 9 Namun demikian, semua pos sudah dianggarkan oleh pemerintah sekarang. Apalagi belanja pemerintah pusat juga mengalami kenaikan 7,3 sedangkan transfer ke daerah jumlahnya bertambah 7,8 dari APBN-P 2014. Sehingga pemerintah baru akan kesulitan untuk membiayai program atau proyek untuk melaksanakan visi misinya jika tidak ada pengendalian pada pos-pos pendapatan maupun belanja negara, termasuk pengendalian atas subsidi energi yang menyerap 18 dari belanja pemerintah.

3. Penurunan tingkat kemiskinan belum dibarengi turunnya tingkat disparitas antardaerah

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun tipis jika dibandingkan dengan September 2013. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau sebesar 11,25 dari total jumlah penduduk. Berdasarkan data yang dilansir BPS, sejumlah faktor terkait dengan penurunan jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 antara lain tekanan inflasi yang cenderung rendah, harga eceran beberapa komoditas Target defisit anggaran RAPBN 2015 2,32 Sumber: BPS dan CEIC 2014 Tabel 5: Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia 2011 - 2014 Angka kemiskinan di Indonesia membaik Sumber: BPS dan CEIC 2014 Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal Indonesian Economic Review and Outlook 10 Meskipun begitu, disparitas antarprovinsi masih kian tinggi. Menurut publikasi BPS, secara berurutan, jumlah persentase penduduk miskin terbesar ada di Pulau Maluku dan Papua 23,15, Bali dan Nusa Tenggara 14,42, Sulawesi 11,71, Sumatera 11,21, Jawa 10,83 dan Kalimantan 6,57. Tidak hanya itu, sebagian besar penduduk miskin juga masih terkonsentrasi di pedesaan. Tercatat, jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 di daerah perdesaan sebanyak 17,77 juta orang sementara di daerah perkotaan hanya 10,51 juta orang. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11

1. Tidak banyak perkembangan pada sektor moneter Indonesia

Pada penutupan 29 Agustus 2014, pasar saham Indonesia IHSG masih menunjukkan tren positif meski melandai. Meski naik tipis 0,94 dari bulan sebelumnya, IHSG berada pada level 5.136 pada Agustus 2014. Selain itu, IHSG memulai babak baru dengan harga di atas 5.000 benchmark level poin. Bahkan, pada 21 Juli 2014 IHSG ditutup pada level 5.206, level tertinggi IHSG, bertepatan dengan pengumuman hasil pemilu presiden 2014. Meski begitu, pada akhir Juni 2014 IHSG sempat ditutup melemah -0.31 dibanding bulan sebelumnya. Selain dikarenakan likuiditas ketat, kondisi tersebut dapat menjadi indikasi dampak strategi “ “ investor yang wait and see masih berlanjut. Diharapkan, hal ini akan segera berakhir seiring dengan proses pemilu yang relatif aman dan optimisme pasar menyambut pemerintahan baru. Sementara itu, pada kuartal II-2014 investor asing membukukan pembelian neto sebesar IDR 19,5 triliun, meski angka tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan pembelian neto investor asing kuartal I-2014 yang tercatat IDR 24,62 triliun. Lebih lanjut, indeks syariah B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN Gambar 3: Pergerakan IHSG dan Indeks Imbal Hasil SUN Tenor 10 Tahun, Agustus 2011 – Agustus 2014 IHSG tumbuh moderat, yield SUN kembali naik Sumber: IDX, CEIC, dan Bloomberg 2014 Indonesian Economic Review and Outlook 12 pada 27 Agustus 2014. y-t-d Di sisi lain, pasar obligasi mencatat terjadi kenaikan imbal hasil obligasi yield SUN pada akhir Agustus 2014. Yield SUN naik sebesar 11 bps menjadi 8,28 dibanding bulan sebelumnya. Pada akhir Juli 2014, yield SUN tercatat di level 8,16 sedangkan pada akhir Juni tercatat di level 8,35. Fluktuasi tersebut terjadi karena investor masih meraba-raba kondisi perekonomian kedepannya terkait pemilu presiden, meski tingkat harga dapat terkendali dengan baik. Sementara itu, pembelian neto investor asing pada SBN tercatat IDR 42,68 triliun pada kuartal II-2014 yang meningkat dari kuartal I-2014 dengan nilai IDR 37,08 triliun. Kurs rupiah tercatat melemah. Pada akhir Agustus 2014, nilai kurs mencapapai IDR 11.717 per USD, melemah 1,09 dibandingkan bulan Juli 2014 yang sempat menguat 3,16 ke level IDR 11.591 per USD dibanding bulan sebelumnya. Pelemahan tersebut masih terkait dengan berbagai isu baik internal maupun eksternal Indonesia. Dari sisi internal, para pemegang dolar masih menanti perkembangan politik terutama menjelang penentuan koalisi Juni 2014 dan pengumuman hasil pemilu Juli 2014. Selain itu, defisit transaksi berjalan akibat defisit neraca perdagangan barang dan Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2014 Gambar 4: Cadangan Devisa Indonesia miliar USD dan Perkembangan Nilai Tukar IDRUSD, Agustus 2011 – Agustus 2014 Cadangan Devisa Tercatat USD 111,2 miliar, rupiah masih di atas level 11.500 per dolar pada Agustus 2014 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13 Untuk dapat mengakhiri pelemahan rupiah, pemerintah sebaiknya dapat tegas mengatur impor agar dapat mengendalikan pembayaran eksternal jangka pendek dan mengatur transaksi dalam valuta asing. Sejauh ini, transaksi berjalan pada kuartal II-2014 masih defisit meski lebih baik dibandingkan kuartal II-2013. Sementara itu, pengaturan transaksi valuta asing di Indonesia mulai diterapkan dengan instruksi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang keharusan penggunaan mata uang rupiah sebagai alat transaksi di pelabuhan dimulai pada September 2014. Hal ini sebagai cara pengendalian kurs serta menegakkan amanat UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Cadangan devisa tetap konsisten dengan tren positif. Pada Agustus 2014, cadangan devisa berada di posisi USD 111,2 miliar, meningkat tipis USD 0,68 miliar. Angka tersebut menjadi angka tertinggi sepanjang 1,5 tahun terakhir, meski belum dapat menyamai pencapaian Agustus 2011 dengan rekor USD 124,6 miliar. Sedangkan pada Juli 2014, cadangan devisa menembus angka USD 110,5 miliar meningkat USD 2,8 miliar dari bulan sebelumnya. Kenaikan devisa pada kuartal II-2014 khusus pada Juli 2014, turut didukung positifnya neraca transaksi modal, dan finansial mengiringi penerbitan Eurobond perdana. Penerbitan tersebut terbilang sukses meraih EUR 1 miliar atau USD 1,4 miliar dengan catatan mendapat penawaran hampir tujuh kali lipat bid , bertepatan dengan pemangkasan suku bunga acuan Bank oversubscription Sentral Eropa ECB dari 0,25 menjadi titik terendah 0,15 pada Juni 2014. perdana tersebut mendapat yang cukup baik dengan Eurobond rating nilai “BBB-“ Fitch, “BB+” SP dan “Baa3” Moodys. Hingga saat laporan ini ditulis, suku bunga penjaminan LPS belum berubah. Suku bunga penjaminan dipertahankan di level 7,75. LPS nampaknya belum melihat terjadinya kenaikan suku bunga tabungan yang Indonesian Economic Review and Outlook 14 signifikan secara agregat. Meski begitu, kondisi moneter Indonesia masih mengalami pengetatan yang ditandai semakin tingginya suku bunga deposito. Pergerakan suku bunga deposito masih terus menanjak. Pada Juni kuartal II 2014, suku bunga deposito berjangka satu bulan berada pada level 8,32, naik 16 bps dari bulan sebelumnya 8,1 atau naik 33 bps dari kuartal I 7,99. Sedangkan pada Juli 2014, suku bunga deposito berjangka satu bulan di level 8,41, naik 9 bps dari bulan sebelumnya. Angka tersebut jauh berada di atas suku bunga penjaminan LPS. Tingginya suku bunga deposito tersebut menyebabkan suku bunga kredit turut meningkat dan likuiditas perbankan mengetat. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang dalam beberapa bulan terakhir sebagai berikut: 12,82 Juli 2014; 12,76 Juni 2014; dan 12,75 Mei 2014. Penyaluran kredit pun melambat dengan pertumbuhan 15 pada Juli 2014 dari sebelumnya 16,65 y-o-y pada Juni 2014 dan 17,4 pada Mei 2014. Jika y-o-y y-o-y diperbandingkan antarkuartal, suku bunga kredit pada kuartal II-2014 meningkat 20 bps dari kuartal I-2014 yang sebesar 12,56 sedangkan Deposito, 2011 – 2014 Suku bunga penjaminan tetap, tren kenaikan suku bunga deposito belum berhenti Catatan: = Juli 2014 deposito berjangka dan Agustus 2014 suku bunga penjaminan Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2014 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 15 pertumbuhan kredit melambat dari 19,06 di kuartal I-2014. Total y-o-y kredit yang tersalurkan hingga Juli 2014 mencapai IDR 3.516,7 triliun. Belum ada perubahan pada kebijakan moneter Indonesia. Sesuai dengan keputusan Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 11 September 2014 lalu, BI masih dipertahankan pada level 7,5. Kebijakan tersebut Rate diputuskan setelah melalui pertimbangan dari perkembangan inflasi yang terkendali, pemulihan perekonomian global yang ditopang Amerika Serikat, konsumsi domestik yang tetap baik meski diperkirakan melambat, dan kondisi pasar finansial yang terus positif. Di sisi lain, perekonomian Indonesia masih memiliki resiko antara lain: ketidakpastian dampak ekonomi global yang berkaitan erat dengan keberlajutan tahun tapering off ini disertai kenaikan FFR pada 2015 serta pelambatan Fed Fund Rate ekonomi ; penurunan nilai ekspor dikarenakan emerging market menurunnya permintaan komoditas sumber daya alam terkait UU Minerba dan pelambatan ekonomi ; dan inflasi domestik yang emerging market terdampak dari kemungkinan cuaca buruk akibat perubahan iklim El Nino serta rencana kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah tarif batas atas angkutan udara dan dan upaya pengendalian BBM bersubsidi. Sementara itu, defisit transaksi berjalan di kuartal II bertambah akibat pola musiman pembayaran utang luar negeri dan dividen. Meski begitu, defisit tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. BI rate belum berubah, sektor moneter masih ketat Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2014 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan Indonesian Economic Review and Outlook 16 Lebih lanjut, Stiglitz memperingatkan kemungkinan terjadinya tekanan global pada akibat kebijakan emerging market The Fed tersebut. Untuk itu, Stiglitz menyarankan negara berkembang untuk dapat mengelola cadangan devisa dan neraca transaksi modal dan finansial dengan baik agar bisa bertahan. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat membuat quantitative easing akan berakhir pada akhir tahun ini dan kenaikan FFR pada tahun depan. pada anggota Dewan Pengambil Kebijakan Median survey Moneter FOMC menghasilkan perkiraan kenaikan FFR antara 1 The Fed hingga 1,25. Pergerakan tingkat harga umum melambat selama kuartal II. Inflasi Agustus 2014 tercatat sebesar 3,99 . Jika dilihat dekomposisinya, y-o-y inflasi inti dapat terkendali dengan besaran 4,49 , inflasi harga y-o-y bergejolak sebesar 0,48 , dan inflasi harga diatur pemerintah y-o-y sebesar 6,19 pada Agustus 2014. Secara , inflasi y-o-y month-to-month Agustus sebesar 0,47. Penurunan tingkat harga pada Agustus disebabkan oleh penurunan harga bawang merah, tomat dan bawang putih karena melimpahnya stok. Inflasi Agustus tersebut lebih rendah dari inflasi Juli yang sebesar 4,5 yang juga lebih rendah dari bulan sebelumnya. y-o-y Sumber: BPS dan CEIC 2014 Gambar 7: Tingkat Inflasi, Agustus 2011 – Agustus 2014 y-o-y, Tingkat harga umum dapat diredam, inflasi Agustus menjadi 3,99 y-o-y Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 17 , inflasi harga bergejolak sebesar 1,97 y-o-y y-o- y y-o-y , dan inflasi harga diatur pemerintah sebesar 6,18 pada Juli 2014. Musim Lebaran usai, harga-harga bahan pangan dan transportasi terkoreksi pada Agustus 2014. Ditilik secara bulanan, inflasi tertinggi pada Agustus terjadi pada kelompok pengeluaran Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 1,58 . Sementara itu kelompok barang dengan inflasi m-t-m terendah terjadi di kelompok pengeluaran untuk Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar -0,12 . Sedangkan pada Juli 2014, inflasi m-t-m tertinggi adalah kelompok pengeluaran Makanan yang sebesar 1,94 m-t- m . Inflasi bulanan terendah pada Juli 2014 adalah kelompok pengeluaran Kesehatan dengan nilai 0,39 . m-t-m Secara umum, kota-kota di Indonesia mengalami inflasi pada kuartal II- 2014. Inflasi terjadi di 66 kota dari 82 kota yang disurvei pada Agustus 2014 dan 82 kota pada Juli 2014. Pada Agustus 2014, kota dengan tingkat kenaikan Tabel 6: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, 2011 – 2014 2012=100, m-t-m, Cooling down pasca lebaran, inflasi bulanan Agustus 2014 sebesar 0,47 m-t-m Catatan: 1 Bahan Makanan; 2 Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; 3 Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; 4 Sandang; 5 Kesehatan; 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC 2014 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan Indonesian Economic Review and Outlook 18 sedangkan yang terendah adalah Kota Ternate dengan nilai -1,02 . m-t-m Kemudian pada Juli 2014, kota dengan inflasi tertinggi adalah Kota Bengkulu sebesar 2,92 , sedangkan yang terendah adalah Kota Maumere m-t-m sebesar 0,03 . m-t-m

2. Utang pemerintah Indonesia masih terus meningkat