- 3 - 31. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Kabupaten Jember.
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBER
Dan BUPATI JEMBER
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IRIGASI.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Bupati adalah Bupati Jember.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Jember. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Sekretaris adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Jember. 6. Dinas Pengairan yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas
Pengairan Kabupaten Jember. 7. Kepala Dinas Pengairan yang selanjutnya disebut Kepala Dinas
adalah Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Jember. 8. Lembaga Pengelola Irigasi adalah Instansi Pemerintah Daerah
atau pihak lain yang kegiatannya berkaitan langsung dengan Pengelolaan irigasi.
9. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam
organisasi perkumpulan Petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi perkumpulan petani
pemakai air.
10. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi, termasuk
irigasi pompa yang meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, penyakap sawah, pemilik kolam ikan yang mendapat air irigasi, dan
badan usaha di bidang pertanian yang memanfaatkan air irigasi.
11. Himpunan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut HIPPA, adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani
pemakai air dalam suatu daerah layanan irigasipetak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air.
12. Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air, yang selanjutnya disebut GHIPPA adalah wadah kelembagaan dari sejumlah HIPPA yang
bersepakat bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa
blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
13. Induk Himpunan Petani Pemakai Air, yang selanjutnya disebut IHIPPA adalah kelembagaan sejumlah GHIPPA yang bersepakat
bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau
satu daerah irigasi.
- 4 - 14. Komisi Irigasi Kabupaten adalah Lembaga Koordinasi dan
Komunikasi antara Pemerintah Kabupaten, HIPPAGHIPPAIHIPPA tingkat daerah irigasi, dan Pengguna Jaringan Irigasi untuk
keperluan lainnya pada Kabupaten yang bersangkutan. 15. Forum Koordinasi Daerah Irigasi adalah sarana konsultasi dan
komunikasi antara HIPPAGHIPPAIHIPPA, petugas pemerintah kabupaten, dan Pengguna jaringan irigasi untuk keperluan lainnya
dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringan berfungsi multiguna pada satu daerah irigasi.
16. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. 17. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami danatau buatan
yang terdapat pada, di atas ataupun dibawah permukaan tanah. 18. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi ; irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi tambak.
19. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya
manusia. 20. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan
waktu yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan
kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
21. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian dan penggunaan air irigasi.
22. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer danatau jaringan sekunder.
23. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke
petak tersier. 24. Penggunaan air irigasi adalah Kegiatan memanfaatkan air dari
Petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan. 25. Pembuangan air irigasi, yang selanjutnya disebut drainase adalah
pengaliran kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
26. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
27. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
28. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran indukprimer, saluran
pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya.
29. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
30. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang
terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan petengkapnya.
- 5 - 31. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
32. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur dan intalasi pompa sampai dengan
saluran irigasi air tanah termasuk bangunan di dalamnya. 33. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah
yang dimulai setelah bangunan pompa sampai lahan yang diairi. 34. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan
dikelola oleh masyarakat desa atau Pemerintah Desa. 35. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
36. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
37. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pengusahaan
pertanian. 38. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan
irigasi baru danatau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. 39. Pembangunan Jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan
jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
40. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan
menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan
daerah irigasi.
41. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
42. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintubangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
43. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
44. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti
semula. 45. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan
fungsi jaringan irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap jaringan dan fasilitas jaringan, baik yang
diakibatkan oleh ulah manusia, hewan, maupun proses alami.
46. Inventarisasi jaringan irigasi adalah kegiatan untuk mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan fungsi seluruh aset irigasi
serta data ketersediaan air, nilai aset jaringan irigasi, dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi.
47. Perencanaan pemeliharaan adalah suatu proses perancangan pemeliharaan jaringan irigasi sebelum pelaksanaan pemeliharaan
dimulai yang meliputi inspeksi, survei, desain, dan penyusunan program.
- 6 - 48. Penelusuran jaringan adalah kegiatan pemeriksaan bersama
dengan HIPPAGHIPPAIHIPPA dari hulu sampai ke hilir untuk mengamati kondisi dan fungsi jaringan irigasi dengan periode
tertentu pada saat pengeringan dan awal musim hujan atau sesuai dengan kebutuhan.
49. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi
guna mencapai tingkat pelayanran yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin.
50. Kemandirian adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berdasarkan potensi yang dimiiiki tanpa ketergantungan
kepada pihak lain. 51. Pemahaman partisipatif kondisi perdesaan adalah salah satu
metode untuk memudahkan masyarakatpetani agar dapat menggali kebutuhan, permasalahan, dan dapat mengatasi
permasalahan sesuai dengan potensi yang tersedia.
52. Profil sosioekonomi, teknik, dan kelembagaan yang selanjutnya disebut PSETK adalah analisis dan gambaran keadaan sosial-
ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang terdapat pada satu atau sebagian daerah irigasi dalam kurun waktu tertentu.
53. Kelompok pemandu lapangan yang selanjutnya disebut KPL adalah tenaga dari Pemerintah atau pemerintah daerah yang
bertugas di lapangan yang terdiri atas unsur pertanian, unsur pengairan, kecamatan dan unsur desa yang mempunyai tugas
pokok memfasilitasi program pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air.
54. Tenaga pendamping petani yang selanjutnya disebut TPP adalah tenaga untuk mendampingi petani dan pengurus P3AGP3AIP3A
yang mempunyai tugas pokok mendorong pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air.
55. Pertanian rakyat adalah budidaya pertanian yang meliputi berbagai komoditi yaitu pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan,
perkebunan dan kebutuhannya tidak lebih dari 2 liter per detik perkepala keluarga.
56. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disebut APBD adalah APBD Kabupaten Jember. BAB II
TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 2
1 Irigasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan
kemanfaatan air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya petani.
2 Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang
diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi dengan dilakukan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif.
3 Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh keandalan air untuk irigasi, keandalan prasarana irigasi dan peningkatan pendapatan
masyarakat petani dari usaha tani.
- 7 - BAB III
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF
Pasal 3
1 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
bertujuan mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian 2
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif diselenggarakan secara terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
transparan, akuntabel, dan berkeadilan yang dilaksanakan di seluruh daerah irigasi.
Pasal 4
1 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan mengutamakan kepentingan dan peran
serta masyarakat petani.
2 Peran serta masyarakat petani dilakukan melalui
HIPPAGHIPPAIHIPPA sesuai dengan kemampuannya dan ditingkatkan secara bertahap.
3 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh badan usaha, badan sosial atau perseorangan
diselenggarakan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat sekitarnya dan mendorong peran serta masyarakat petani.
4 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
dilakukan dengan pemberdayaan HIPPAGHIPPAIHIPPA dan Instansi dinas terkait di bidang irigasi secara berkesinambungan
dan berkelanjutan yang meliputi aspek kelembagaan, teknis dan pembiayaan.
5 Tata cara pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati.
Pasal 5
1 Untuk mewujudkan pengembangan dan atau pengelolaan sistem irigasi partisipatif yang efisien dan efektif serta dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani, pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumberdaya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan dan air tanah secara terpadu
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
2 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
dilaksanakan dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan dengan memperhatikan
kepentingan pengguna di bagian hulu, tengah dan hilir secara selaras.
3 Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan agar dapat dicapai kemanfaatan sistem irigasi secara optimal.
Pasal 6
1 Untuk mendukung efisiensi dan keandalan air irigasi dilaksanakan dengan :
a. membangun waduk dan atau waduk lapangan, bendung, bendungan dan pompa;
b. mengendalikan kualitas dan kuantitas air; c. mengupayakan jaringan drainase yang layak;
d. memanfaatkan kembali air saluran pembuangandrainase;
- 8 - 2 Untuk menjamin keandalan prasarana irigasi, dilakukan kegiatan
peningkatan dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
3 Untuk meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi partisipatif yang terpadu dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani yang didukung oleh pola usahatani
berkelanjutan.
4 Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, pedoman dan manual
yang berlaku.
BAB IV KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI