Tujuan Keluaran yang Diharapkan Perkiraan Manfaat dan Dampak

4 apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan informasi diharapkan dapatmeningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu

1.3. Tujuan

Secara umum pendampingan KRPLpada tahun 2014bertujuan untuk mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten kota di Provinsi Bengkulu. Secara khusus tujuan pendampingan KRPL adalah : 1. Menyiapkan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu 2. Mendiseminasikan paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya 3. Menumbuhkan pasar KRPL

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Secara umum keluaran yang diharapkan adalah terdampinginya kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten kota di Provinsi Bengkulu. Keluaran khusus yang diharapkan pada tahun 2014 adalah: 1. Tersedianya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan bagi penyuluh dan pelaksana KRPL di Provinsi Bengkulu. 2. Terdiseminasikannya paket teknologi pertanian di lahan pekarangan melalui gelar teknologi, display KRPL, demplot KBD, apresiasi petani pelatihan, penerbitan informasi teknologi budidaya. 3. Tumbuhnya pasar KRPL di Provinsi Bengkulu.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat 1. Tumbuhnya tanaman yang subur di setiap keluarga dan KBD 5 2. Berkembangnya tanaman pekarangan sebagai sumber pangan keluarga di setiap Kabupaten dan Kota 3. Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan pendapatan keluarga Dampak 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi yang sehat bagi masyarakat 2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 3. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran dan buah-buahan di perdesaan dan perkotaan 6 I I . TI NJAUAN PUSAKA Landasaan Teori Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah- buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah pepaya, jeruk kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak. Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Model KRPL, diwujudkan dalam satu dusun kampung yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya sekolah, rumah ibadah, dll, lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang- kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai.Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi.Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan 7 ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 2. Bermanfaat bagi petani secara nyata. 3. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada. 4. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia. 5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 6. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi. 7. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian Kartono, 2009. Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani diantaranya adalah: 1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik. 2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal. 3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani. 4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi. 5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani. Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran awareness, tumbuhnya minat interest, evaluasi evaluation, mencoba trial dan adopsi adoption Rogers, 1983. Pada dasarnya pendampingan merupakan bagian dari kegiatan diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku 8 menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama. Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi membuat penilaian menemukan, menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. Penelitian Terdahulu Hasil pendampingan SL-PTT Padi di Sulawesi Tenggara tentang efektifitas pendampingan melalui Demplot kecamatan menujukkan bahwa dari 50 unit demplot kecamatan telah mendapat kunjungan 1.596 orang petani dan jumlah yang menyatakan berminat menerapkan teknologi PTT yaitu 1.095 orang atau 68,60 Suharno, dkk.2010. Hasil penelitian Marsyid, dan kawan-kawan 2011 tentang Karakterisasi Pola Pendampingan I novasi Sl-PTT Padidi Provinsi Riau menunjukkan bahwa Persepsi petani terhadap pendampingan inovasi teknologi dominan masuk kategori antara setuju dan ragu-ragu, untuk itu inovasi teknologi yang dikaji di setiap lokasi pendampingan keberlanjutannyapada posisi yang tidak pasti. Di lain pihak petani sebagai pelaku inovasi teknologi dikawasan pendampingan SLPTT padi, keikutsertaanya karena memiliki motivasi untuk menambah pengetahuan agar produktivitas tanaman padi meningkat dan mengikuti anjuran pemerintah. Werdhany 2012 menyebutkan bahwa penataan lingkungan kawasan diperlukan untuk mengatur RPL agar dapat membentuk lingkungan asri dan nyaman, serta menjadi daya tarik bagi orang lain untuk melakukan replikasi. Penataan yang baik menjadikan lingkungan yang indah dan menyenangkan. Andianyta, dkk 2013 juga menggambarkan KRPL sebagai suatu kawasan dalam 9 satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga Dusun Kampung yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya, lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Kinerja pengelolaan kawasan m-KRPL akan lebih baik jika didukung dengan kelembagaan penggerak KRPL yang baik pula, seperti manajemen dan dinamika kelompok, peran anggota dan pengurus kelompok, pemerintah desa, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, serta petugas lapang. Sudarta 2005 menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap posit if terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Syafruddin, dkk 2006 menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan.Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan penyuluh, diharapkan proses transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan terpadu dapat dengan cepat sampai kepada masyarakat, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. 10 I I I . PROSEDUR 3.1 Ruang Lingkup Pendampingan Pendampingan dilakukan di 10 kabupaten kota di provinsi Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Lingkup Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2014 diprioritaskan pada :  Penyampaian materi melalui media tercetak leaflet, buku saku petunjuk teknis.  Pelatihan teknis pengolahan hasil bagi pengurus kelompok MKRPL di BPTP Bengkulu  Pelatihan teknis budidaya bagi petani dan penyuluh pendamping di KBD m- KRPL Sukamaju, Batu Kuning.  Gelar teknologi temu lapang: penjaringan umpan balik khususnya dari petani,penyuluh pertanian lapangan PPL dan stakeholders di tingkat kabupaten kota Desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan.  I mplementasi demplot kawasan lokasi 10 lokasi di 9 Kabupaten dan Kota.  Penguatan KBD di 20 Desa m-KRPL tahun 2013 atau pengganti tahun 2013  Sosialisasi pasar KRPL, dilaksanakan di lokasi Ds. Semarang, Ds. Tebat Monok Kepahiang dengan mengundang masyarakat umum.  I mplementasi display tanaman sayuran, buah dan ayam KUB di BPTP sebagai wahana kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh dan stakeholder lainnya  Penguatan KBI untuk memenuhi benih KBD  Menyusun bahan petunjuk teknis budidaya  Menyusun materi siaran radio, TVRI , dan sinar tani  I dentifikasi efektifitas pelaksanaan metode pendampingan

3.2 Sasaran Pendampingan