Identifikasi Karakteristik Ternak Dalam Penentuan Harga Jual Kerbau Di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Keadaan Geografis
Secara geografis Kecamatan Siborongborong merupakan kecamatan
yang terletak diatas permukaan laut : 1.100 s.d 1.500 Meter dan memiliki
luas wilayah : 279, 91 Km2. Wilayah Kecamatan Siborongborong terdiri
dari 21 desa yaitu : Lumban Tongatonga, Paniaran, Bahal Batu III, Bahal
Batu II, Bahal Batu I, Sitabotabo, Siborongborong I, Siaro, Sitampurung,
Pasar Siborongborong, Pohan Tonga, Lobu Siregar II, Hutabulu, Lobu
siregar I, Pohan Jae, Pohan Julu, Parik Sabungan, Siborongborong II,
Sigumbang, Sitabotabo Toruan, Silaitlait. Berikut batas administrasi
Kecamatan Siborongborong :
-

Sebelah Utara : Kecamatan Lintong Nihuta, Paranginan Kabupaten
Humbang Hasundutan

-

Sebelah selatan : Kecamatan Sipaholon


-

Sebelah Barat : Kecamatan Pagaran

-

Sebelah Timur : Kecamatan Sipahutar dan Kabupaten Toba Samosir

Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Siborongborong berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Jumlah pendudukdi Desa/Kelurahan Kecamatan Siborongborong
bedasarkan jenis kelamin
Penduduk (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
No Desa

Pria
Wanita
1
Pohan Jae
722
703
1425
2
Huta Bulu
675
703
1378
3
Parik Sabungan
1009
1118
2127
4
Siborongborong II
883

864
1747
5
Lobu SIregar I
1033
1034
2067
6
Pohan Julu
882
858
1740
7
Pohan Tonga
1606
1567
3173
8
Lobu Siregar II
1031

989
2020
9
Siaro
1223
1196
2419
10 Bahal Batu III
903
930
1833
11 Sigumbang
971
951
1922
12 Siborongborong I
1212
1173
2385
13 Silait-Lait

597
596
1193
14 Bahal Batu II
639
622
1261
15 Sitampurung
1120
1095
2215
16 Bahal Batu I
823
875
1698
17 Lumban Tonga Tonga
1038
978
2016
18 Pamiaran

1463
1478
2941
19 Sitabotabo Dolok
1611
1595
3206
20 Sitabotabo Turuan
534
532
1066
21 Pasar Siborongborong
3372
3198
6570
Total Jiwa
23.347
23.055
Persentase (%)
50.31

49.69
Sumber: BPS Siborongborong dalam angka (2016)
Tabel

1. menunjukkan

bahwa

jumlah

46.402
100

penduduk

di

Kecamatan

Siborongborong yaitu sebanyak 46.402 jiwa. Sebagian besar jumlah penduduk

tersebut adalah laki laki yaitu 23.347 jiwa, sedangkan perempuan yaitu 23.055
jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Potensi Peternakan
Adapun jenis ternak yang ada di Kecamatan Siborongborong adalah sapi,
kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam, itik. Jumlah ternak tesebut dapat
dilihat pada tabel 2. berikut :
Tabel 2.Jenis ternakdi Desa/Kelurahan Kecamatan Siborongborong
No
Jenis populasi Ternak
Jumlah (Ekor) Persentase (%)
1
Sapi
85
0.08
2
Kerbau
2.813

2.61
3
Kuda
51
0.05
4
Kambing
515
0.48
5
Domba
0
0
6
Babi
15.921
14.79
7
Ayam
82.338

76.49
8
Itik
5.916
5.50
Total
107.639
100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Siborongborong (2015)
Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah ternak yang paling banyak di
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara adalah ayam yaitu
sebanyak 82.338 ekor dengan persentase 76,49 % dan jumlah ternak yang
terendah adalah Kuda dengan jumlah 51 ekor dengan persentase 0,05 %.
Sarana kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam upaya
memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kesehatan merupakan hal yang
sangat penting bagi kehidupan seseorang untuk dapat bekerja lebih baik dan lebih
produktif. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Siborongborong
Kabupaten Tapanuli Utara yaitu puskesmas sebanyak 7 unit, poskesdes 23 unit
dan posyandu sebanyak 53 unit.


Ternak Kerbau

Universitas Sumatera Utara

Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang
berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau
domestikasi atau water bufallo yang ada pada saat ini berasal dari spesies
Bubalusarnee. Spesies kerbau lainnya yang masih liar adalah B. mindorensis, B.
depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).
Sembilan puluh lima persen (95%) ternak kerbau di Indonesia merupakan
kerbau kerja. Kerbau kerja di Indonesia pada umumnya merupakan kerbau jenis
lumpur atau swam buffalo. Sementara 5% kerbau di Indonesia adalah kerbau jenis
sungai atau river buffalo bangsa murrah (Murti dan Ciptadi, 1987).
Ternak kerbau dijinakkan (didomestikasi) lebih kurang 4.000 tahun yang
lalu. Penjinakan ternak kerbau diarahkan pada dua tujuan, yaitu sebagai kerbau
perah atau dairy buffalo (river buffalo), dan kerbau lumpur (swam buffalo).
Kerbau hasil penjinaan (domestikasi) dikenal dengan nama kerbau piara yang
popular disebut Waterbufaalo. Dari Waterbufaalokemudian turunannya dikenal
dua jenis kerbau, yaitu kerbau yang senang berkubang di lumpur (swam buffalo),
dan kerbau yang senang mandi dan berenang di air (River buffalo) (Rukmana,
2003).
Ternak kerbau memiliki beberapa keunggulan dibanding sapi, antara lain
adalah, kerbau mampu memanfaatkan pakan dengan kandungan protein rendah
dan serat kasar yang tinggi secara lebih efisien dan mengubahnya menjaadi
produk daging dan susu yang berkwalitas tinggi, serta tingkat resiko penyakit dan
parasit pada pada kerbau relatif rendah (Baliarti dan Ngadiono, 2006).
Kerbau tergolong hewan ternak yang sederhana, mudah dipelihara, mudah
beradaptasi, dan dapat digunakan untuk membajak sawah. Kerbau dapat hidup di

Universitas Sumatera Utara

daerah rawa, daerah bercurah hujan tinggi, dan daerah yang kering. Selain itu,
kerbau juga mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan dan perubahan
lingkungan yang ekstrim. Pendapat lain menyebutkan bahwa kerbau mudah
beradaptasi dengan lingkungan geografis keras. Serta tingkat resiko penyakit dan
parasit relatif rendah (Baliarti dan Ngadiono, 2006).
Bangsa ternak kerbau yang dikembangkan di Indonesia dibedakan atas dua
jenis, yaitu kerbau lumpur dan kerbau murrah.
1.

Kerbau Lumpur (Swam Buffalo)
Kerbau lumpur ditandai dengan sifatnya yang senang berkubang

dalam lumpur. Jenis kerbau lumpur banyak terdapat di seluruh Indonesia
dan Asia Tenggara. Pada umumnya kerbau lumpur merupakan tipe kerja
yang ulet, baik sebagai pengolah (membajak) sawah maupun sbagai penarik
gerobak (pedati). Kerbau lumpur cocok pula sebagai penghasil daging
(Murti dan Ciptadi, 1987).
2. Kerbau Murrah
Kerbau murrah ditandai dengan badannya besar dan kulitnya
berwarna hitam atau kelabu kehitam-hitaman, kepalanya kecil dan tanduk
berbentuk spiral. Jenis kerbau murrah berasal dari India, yang kini banyak
terdapat di Sumatera Utara dan berbagai daerah di Indonesia. Kerbau
murrah memiliki cirri-ciri dengan mempunyai ambing susu berukuran besar
sebagai tipe penghasil susu. Meskipun kerbau murrah termasuk tipe perah
atau penghasil susu, tetapi para petani kadang-kadang menggunakan ternak
ini sebagai ternak kerja di sawah(Murti dan Ciptadi, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Kerbau murrah adalah salah satu bangsa kerbau perah yang banyak
ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah sekitar Medan Sumatera Utara.
Kerbau murrah adalah kerbau perah yang paling penting. Daerah asli kerbau
murrah adalah di Utra Pradesh Barat, Delhi, Haryana di India serta Karachi di
Pakistan.

Bentuk pinggul luas serta berhubungan dengan segi empat

susu atau kuarter susu. (Murti dan Ciptadi, 1987).
Karakterisitik Kerbau
1. Berdasarkan Tanduk
Tanduk kerbau menentukan nilainya. Namun, peran tanduk bagi kerbau
jantan lebih penting dibandingkan pada kerbau betina. Biasanya ukuran dan
bentuk tanduk kerbau betina tidak terlalu diperhitungkan. Tidaklah demikian
dengan kerbau jantan. Tanduk kerbau menjadi alat dekoratif yang bermakna
dalam masyarakat. Nilai satu kerbau muda ditentukan oleh panjang tanduknya.
Semakin panjang maka semakin berharga. Harga otomatis akan turun bila terdapat
cacat pada tanduknya, atau bentuknya tidak proporsional dengan badan kerbau
(Busrayana,2016).
2. Kondisi Fisik, Ekor, dan Letak Pusaran Bulu
Yulius (2012), menyatakan bahwa ternak kerbau yang memiliki
karakteristik tertentu, seperti kondisi fisik yang tegap, tanduk yang panjang dan
melengkung, pusaran rambut yang berada pada lokasi tertentu, warna bulu yang
bagus, ekor yang panjang tentunya akan memiliki harga yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ternak kerbau yang fisiknya kurus, tanduk yang pendek, dan
tidak melengkung ke atas, pusaran rambut yang kurang jelas dan berada dibagian
yang tidak di inginkan oleh masyarakat serta ekor yang pendek. Batosamma

Universitas Sumatera Utara

(1985), menyatakan bahwa pusar rambut yang normal terdapat dibagian hidung,
pundak, dan pinggul.
Kebudayaan
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan adalah buah budi manusia
dalam hidup bermasyarakat dan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah
seluruh sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
Jadi, kebudayaan dapat didefinisikan adalah segala daya-upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan rohani maupun jasmani (Tantawi,
2015).
Kebudayaan suku (etnis) adalah kebudayaan memiliki cirri-ciri khusus dan
memiliki batas-batas geografis. Ciri-ciri suku ini dapat dijelaskan dari segi bahasa,
pakaian adat, kesenian, mata pencarian, sistem organisasi, sistem pengetahuan,
sistem teknologi. Perbedaan ciri-ciri suku terjadi, pertama, karena Negara
Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan. Kedua, antara satu pulau
dengan pulau lain dibatasi dengan lautan luas, sehingga sangat sulit alat
transportasi (pada zaman dulu). Ketiga, alam setiap pulau berbeda sehingga
kebudayaan setiap pulau selalu berbeda. Alam akan mempengaruhi budaya
manusia yang berada di sekitar alam itu sendiri (Tantawi, 2015).
Peran ternak kerbau di Indonesia cukup penting, disamping sebagai
penghasil daging, penghasil susu juga sebagai penghasil pupuk dan merupakan
sumber tenaga kerja yang potensial untuk mengelola lahan usahatani serta
mempunyai fungsi sosial budaya yang penting di beberapa daerah (Hasinah dan
Handiwirawan, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan upacara Saur Matua dan Mangongkal Holi selalu
menggunakan hewan kerbau sebagai salah satu sarananya selain babi, lembu,
ayam dan lainnya. Sebelum kerbau dipotong atau disembelih ter1ebih dahulu
diikatkan di pohon atau tiang yang disebut borotan. Cara penyembelihan kerbau
terdapat beberapa kegiatan dan perlengkapan seperti telah disebutkan terdahulu.
Biasanya kerbau yang akan dijadikan (bawaan) atau hewan kurban baik dalam
upacara Saur Matua maupun Mangokkal Holi memiliki beberapa syarat
diantaranya adalah jantan, bertanduk bulat, muda, memiliki empat pusaran rambut
(Sitomorang,1993). Syarat-syarat tersebut di atas memiliki maksud-maksud
tertentu berdasarkan adat dan kepercayaan. Memiliki empat pusaran menunjukan
arah mata angin dan benua tengah, muda artinya masih murni, belum ternoda dan
masih suci sehingga sanggup mengusir kekuatan-kekuatan jahat dari seluruh jagat.
Bertanduk bulat menunjukkan totalitas masyarakat Batak yang dilambangkan oleh
kedua tanduk yaitu Lontung dan Sumba.
Kerbau merupakan hewan kurban yang memiliki nilai paling tinggi
dibandingkan hewan lain seperti babi dan tanduk kerbau yang diletakkan pada
rumah adat melambangkan tingginya kedudukan social (prestise) dan kekuasaan/
kepemimpinan pemiliknya. Tahap-tahap dalam upacara kematian saur matua :
upacara dijabu (didalam rumah), upacara dijabu menuju maralaman, upacara
maralaman (dihalaman rumah) dan acara sesudah upacara kematian (Manurung,
2013).
Penentuan Harga Jual
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang

Universitas Sumatera Utara

diinginkan perusahaan. Untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan,
maka perusahaan akan melakukan daya tarik konsumen dengan cara menentukan
harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang
sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen(Apriyono, 2007).
Anoraga (2000), mengemukakan harga yaitu sejumlah konpensasi baik
yang berupa uang maupun barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi barang dan jasa.Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua
biaya yang telah dikeluarkan.Jika harga ditetapkan terlalu tinggi, maka kurang
menguntungkan karena pembeli dan volume penjualan berkurang.Harga adalah
variabel yang dapat dikendalikan dan dapat menentukan diterima tidaknya suatu
produk oleh konsumen.Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relative
sifatnya.
Penetapan harga jual adalah proses penentu apa yang akan diterima suatu
perusahaan dalam penjualan produknya. Perusahaan melakukan penetapan harga
dengan berbagai cara. Pada perusahaan-perusahaan kecil harga biasanya
ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran.Sedangkan
pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani (Kotler,
1994).
Dalam hubungannya dengan harga jual banyak perusahaan yang
mengadakan pendekatan dan menjadikan tujuan perusahaan sebagai tolak ukur
dalam menetapkan harga jual, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang
pengaruhnya sangat kuat terhadap keberadaan suatu produk di pasar. Menurut
Kotler (1994), menyatakan bahwa ada enam tujuan usaha yang utama

Universitas Sumatera Utara

memungkinkan perusahaan melalui penetapan harga yaitu bertahan hidup,
memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pendapatan jangka
penjang,pertumbuhan penjualan maksimum, penyaring pasar secara maksimal,
dan unggul dalam mutu produk.
Manusia hidup dengan mempertukarkan sesuatu. Pertukaran atau jual beli
produk atau jasa dilaksanakan dengan menggunakan sesuatu alat pembayaran
yaitu uang dan ini seringkali disebut sebagai nilai tukar. Jadi sebetulnya harga
dapat ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar diantara
keduanya yang akhirnya akan disepakati suatu harga yang dapat diterima oleh
kedua pihak (Sumarni dan Soeprihanto, 1995).
Bagi seorang pembeli, harga merupakan nilai yang diberikan pada apa
yang dipertukarkan. Biasanya dipertukarkan kekuatan membeli untuk mencapai
kepuasan atau manfaat. Kekuatan membeli seseorang tergantung pada
pendapatan, kredit, dan kekayaan seseorang pembeli (Winardi, 1989).
Bagi konsumen, harga adalah nilai tukar suatu produk yang dinyatakan
dalam suatu moneter. Bagi pemasar seringkali timbul pertanyaan apakah harga
yang ditetapkan layak atau tidak bagi konsumen. Konsumen akan menilainya dari
tampilan fisik produk (tangiable product features) dan tampilan nonfisik produk
(intangible). Tampilan nonfisik adalah tampilan yang tidak dapat diraba dengan
indra manusia (Kismono, 2001).

Universitas Sumatera Utara