Peranan pengajian ikatan remaja masjid as-salam (irmas) dalam pembinaan ibadah remaja di kelurahan cipondoh makmur kota tangerang

(1)

REMAJA DI KELURAHAN CIPONDOH MAKMUR KOTA

TANGERANG”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Hakim Saputra

NIM: 206051003905

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

“PERANAN PENGAJIAN

IKATAN REMAJA MASJID

AS-SALAM (IRMAS) DALAM PEMBINAAN IBADAH

REMAJA DI KELURAHAN CIPONDOH MAKMUR KOTA

TANGERANG”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Hakim Saputra

NIM: 206051003905

Pembimbing

Drs. Mahmud Jalal, M.A. NIP. 195204221981031002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

Skripsi ini berjudul Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, Januari 2011

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Wahidin Saputra, MA Dra. Hj. Musfirah Nullaily, MA NIP. 1970090319960310 NIP. 1971041220000320

Anggota,

Penguji I Penguji II

M. Hudri, MA Dra. Hj. Musfirah Nullaily, MA NIP. 1972060619980310 NIP. 1971041220000320

Pembimbing

Drs. Mahmud Jalal, M.A. NIP. 195204221981031002


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukakn untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Januari 2011


(5)

v HAKIM SAPUTRA

NIM : 206051003905

Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang

Pengajian merupakan sarana dakwah yang sering disebut juga majlis

ta’lim, adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan

pengajaran di bidang agama islam secara nonformal, dan merupakan salah satu lembaga yang ada dan dikenal masyarakat luas adalah majlis ta’lim atau lembaga dakwah yang berfokus pada pembinaan dan pembelajaran agama secara berkesinambungan.

Oleh karena itu di era informasi dan globalisasi tak dapat dielakan lagi bahwa kehadiran informasi global berteknologi tinggi telah membawa berbagai dampak yang positif dan negatif, kemajuan teknologi amat dekat hubungannya dengan kemajuan hidup manusia untuk lebih mudah dan lebih efisien. Tetapi seringkali kita sebagai manusia sering terbuai dengan nikmat yang kita dapatkan, hingga kita melupakan atau menyampingkan fitrah kita sebagai umat untuk beribadah kepada-Nya.

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan deskriptif analisis, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada nara sumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyususnan penelitian ini.

Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.

pengajian IRMAS bertujuan untuk membina ibadah remaja dan jiwa sosial masyarakat, serta mengakrabkan hubungan satu sama lain dan juga untuk mempertinggi ilmu dan keimanan ketaqwaan serta pandangan hidup muslim dengan pengajaran agama yang luas yang pada akhirnya akan mengacu kepada peningkatan pembinaan ibadah remaja.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dengan izin-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya.

Dalam segala sesuatu yang kita perjuangkan tentunya tidak akan lepas dari segala kesulitan, hambatan dan rintangan, baik dari segi waktu, materi dan perasaan. Namun itu semua harus dilalui penulis, dengan penuh keyakinan dan semangat yang tinggi, penulis mencoba terus berjuang untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan alhamdulillah, berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan orang yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar penulis akhirnya karya ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA., Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA., Pembantu Dekan Bidang Administrasi umum, dan Drs. Study Rizal LK, MA., Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., Koodinator Teknis Pogram Non reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., Sekretaris Program Non Reguler sekaligus pembimbing.


(7)

vii

4. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta stafnya.

6. Drs. Mahmud Jalal, MA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Staff dan seluruh anggota organisasi Ikatan Remjaa Masjid Assalam (IRMAS).

8. Orang Tua tercinta Ibunda Rogaya dan Ayahanda Sadunih yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan segala do‟a dan ridho yang mengiringi setiap langkah penulis, yang telah bekerja keras dalam memperjuangkan sekolah anak-anaknya, juga nasihat dan motivasi yang selalu diberikan.

9. Keluarga tercinta, kakak-kakak; Tati, Yanto, Nita, Ibrohim, Romdani, Hanimah, Tuti alawiyah dan serta saudara kembarku Lukman saputra dan istri. Yang tercinta Lili Auni Nadiyati Rahmah, saudara sepupu yang selalu membantu perjuangan penulis saudara Chairul Anwar, dan teman-teman yang selalu memberikan dukungannya.

10.H. Rojak sekeluarga yang telah memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam berwirausaha dan banyak membantu penulis.

11.Kawan-kawan seperjuangan di organisasi pemuda As-salam, Saipul Anwar, Olip kurniawan , Aulia Akbar, Yanto, Rendi, Usman, Mumu muamar, dan saudara Dedi.


(8)

viii

12.Teman-teman angkatan 2006 KPI non reguler : Ibu Atty Sulastri Yusuf, Ade Wahyudi, Muhammad Sidiq, Kusniti, Muhariyadi, Istiana, Usni Mubarok, Amalia Zulfaridah, Johan Alkaustar, Ahyar Zulfikar, Hidayat Riyadi, Mumu Muamar, Yosep Lesmana, Muhammad Azfar, Nur Amalia, Herni Ramadaningrum, Agus Isnaini, Muhammad Audi, Iin Sukriawati, dan Bima adik kelas.

13.Kelompok KKS/N 2009, dan keluarga besar Sukabumi.

14.Karang Taruna Cipondoh Makmur, Lembaga pengurus pedagang Pasar Tradisonal Cipondoh Makmur Tangerang.

“Tak ada gading yang tak retak”, mungkin itu kata-kata yang pantas untuk skripsi ini, tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan dan sebagainya. Oleh sebab itu dengan keterbukaan hati penulis untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi menenuju kesempurnaan.

Dan terakhir hanya kepada Allah penulis pasrahkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya. Amin.

Jakarta, 07 Januari 2011


(9)

ix

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Peranan ... 12

B. Pengajian ... 13

C. Pembinaan Ibadah Remaja ... 24

D. Remaja Masjid ... 27

1. Pengertian Remaja ... 27

2. Pengertian Masjid... 31


(10)

x

BAB III GAMBARAN UMUM MASJID ASSALAM DAN IRMAS

A. Masjid Assalam ... 38

1. Sejarah dan Perkembangannya ... 38

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 39

3. Program ... 39

4. Sarana dan Organisai ... 39

B. IRMAS ... 40

1. Sejarah dan Perkembangannya ... 40

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 43

3. Program ... 45

4. Sarana dan Organisai ... 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Indentitas Informan ... 49

B. Aktivitas Pengajian IRMAS dalam Pembinaan Ibadah Remaja... 56

C. Peranan Pengajian IRMAS dalam Pembinaan Ibadah Remaja... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ...


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajian merupakan sarana dakwah yang sering disebut juga Majlis Ta’lim, adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan pengajaran di bidang agama islam secara nonformal, dan merupakan salah satu lembaga yang ada dan dikenal masyarakat luas, atau lembaga dakwah yang berfokus pada pembinaan dan pembelajaran agama secara berkesinambungan.

Oleh karena itu di era informasi dan globalisasi tak dapat dielakan lagi bahwa kehadiran informasi global berteknologi tinggi telah membawa berbagai dampak yang positif dan negatif, kemajuan teknologi amat dekat hubungannya dengan kemajuan hidup manusia untuk lebih mudah dan lebih efisien. Tetapi seringkali kita sebagai manusia sering terbuai dengan nikmat yang kita dapatkan, hingga kita melupakan atau menyampingkan fitrah kita sebagai umat untuk beribadah kepada-Nya.

Seringkali hal yang sangat penting dalam pembinaan akidah dan agama yakni pengajian kita menganggapnya adalah hal yang biasa disampingkan dibawah kepentingan tuntutan hidup dalam budaya yang semakin modern yang mengikis nilai-nilai keagamaan yang kita miliki secara tidak langsung tidak kita sadari.

Pengajian atau majlis ta’lim yang kita kenal sebagai wadah dalam menuntut ilmu dahulu sangat ramai dihuni anak-anak dan remaja yang sangat


(12)

2

giat menuntut ilmu untuk bekal dimasa depan baik keinginan sendiri maupun dorongan dari orang tua yang tak ingin anaknya kelak nanti seperti mereka yang memiliki kekurangan ilmu, tapi kini dengan hadirnya teknologi di tengah-tengah kita telah menyita waktu senggang anak-anak kita yang seharusnya berada di lingkungan majlis ta’lim, kini kita jumpai di depan layar kaca dengan jutaan informasi yang disajikan mulai dari berita, hiburan, musik, permainan dan lain sebagainya yang cukup banyak menyita waktu mereka untuk mengukir akidah dimasa dini.

Majlis ta’lim atau pengajian juga bukan merupakan salah satu tempat

kita memperoleh ilmu agama, ilmu agama juga ditawarkan dalam pembelajaran sekolah, perguruan tinggi, kantor, perusahaan demi untuk memajukan pribadi anggotanya untuk maksud dan tujuan lembaga tersebut. Tapi hal yang sangat mudah dan tidak memerlukan biaya yang banyak dan waktu yang fleksibel adalah masjlis ta’lim yang dapat kita jumpai di lingkungan kita seperti halnya pengajian remaja dalam konteks ini.

Evaluasi dan bersyukur adalah merupakan salah satu cara kita untuk

kembali memupuk akidah dan bekal lainnya dalam majlis ta’lim, dalam hal

ini berperan sebagai wadah pemersatu yang memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau

kualitas kegiatan majlis ta’lim, khususnya kegiatan pembinaan umat melalui

kegiatan dakwah, salah satunya kegiatan pengajian, yang disusun dengan kurikulum dan pokok-pokok bahasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan problematika yang sedang dihadapi. Disamping itu juga kegiatan keagamaan yang dikemas dengan baik akan memberikan input positif bagi jamaah,


(13)

sehingga diharapkan pelaksanaan dakwah yang dilakukan majlis ta’lim dapat tepat sasaran dan efektif.1

Berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat kita butuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain sebagai makhluk sosial dalam melangsungkan hidupnya. Komunikasi adalah proses kegiatan pengoperan dan penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, dalam usaha mendapatkan pengertian.

Seperti dalam sebuah kegiatan pengajian seorang kumunikator atau dai menyampaikan pesan pembelajaran agama kepada jamaah atau komunikan berkaitan dengan konteks ibadah atau lainnya kemudian jamaah menjadi tahu dan mengerti tentang suatu hal yang di sampaikan.

Pada kesempatan ini peneliti membahas kegiatan pengajian remaja di masjid dan melihat perkembangan peranannya terhadap pengamalan ibadah di lingkungan sekitar, seperti halnya pengajian pada biasanya, dalam pengajian ini menyajikan materi sholat, puasa dan zakat sebagai salah satu dari banyak materi lainnya.

Pengajian IRMAS merupakan sebuah wadah atau tempat untuk belajar agama islam, menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah atau pembacaan Al-Qur’an, sebagai usaha pembianaan pemahaman agama dilingkungan masyarakat yang ditujukan kepada kalangan remaja.

Sebagai forum komunikasi umat islam, pengajian IRMAS mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan agama islam dikalangan remaja tentang agama. Di samping itu jika diperhatikan secara

1


(14)

4

seksama, terlihat sekali bahwa kegiatan pengajian serta kegiatan keagamaan lainnya yang dilakukan oleh remaja IRMAS lebih banyak diminati tidak dikalangan remaja itu sendiri pun juga warga sekitar, dan jika dibandingkan dengan pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu pengajian IRMAS lebih semarak, namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti sampai sejauh mana peranan pengajian IRMAS terhadap pembinaan ibadah remaja di RT.004/10 Kelurahan Cipondoh Makmur Tangerang, sehingga penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid As-salam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota

Tangerang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar dalam penelitian skripsi ini tidak melebar terlalu luas yang nantinya akan sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka penulis membatasi penulisan ini pada peranan kegiatan pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan ibadah remaja RT.04 RW.10 Poris Assalam Kelurahan Cipondoh Makmur Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, disini penulis membatasi dalam hal ibadah yang meliputi sholat, membaca Al-Qur’an.

Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dan menjadi sistematis maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :


(15)

b. Bagaimana peranan pengajian IRMAS terhadap pembinaan ibadah remaja?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas pengajian IRMAS.

b. Untuk mengetahui bagaimana peranan pengajian IRMAS terahadap pembinaan ibadah remaja.

2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dan sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, terutama dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan remaja khususnya dalam kegiatan agama di bawah bimbingan DKM masjid dalam upaya pembinaan kehidupan beragama dikalangan remaja.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, khususnya penulis dan pada umumnya pembaca, masyarakat, praktisi dakwah dan tokoh masyarakat. Selain itu juga, diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran bagi peneliti-peneliti yang lain dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penulisan masalah ini.


(16)

6

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan deskriptif analisis. Penilitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.2 Sedangkan metode deskriptif analisis yaitu seuatu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru disimpulkan. Untuk memudahkan pengumpulan data serta fakta yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini tentang bagaimana peranan pengajian dalam pembinaan ibadah remaja dilingkungan RT.04 RW.10 Cipondoh Makmur Tangerang, guna mempermudah dalam penyelesaian skripsi ini maka disusun langkah-langkah metodologi sebagai berikut :

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek adalah orang atau kelompok orang yang memberi informasi, dalam hal ini adalah para pengurus IRMAS dan DKM masjid As-Salam berjumlah tiga orang, dan yang berjumlah dua orang yang terdiri dari ketua IRMAS Nurhadi, S.Hi, Sekretaris Silvia Oktaviani, Amd, satu ketua DKM Masjid As-Salam Paimin, dan tiga Guru pengajar. Drs. Imam Syahroni, Paimin, Mursyin dan delapan

2

Lexy J. Moleong, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif, ed revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), cet. Ke-23, h.4


(17)

anggota remaja IRMAS Lukman Saputra, Syafei Hajami, Saiful Anwar, Hadi Nur, Auria Akbar, Eko Nur Setiyadi, Roni, Abdul Halim. b. Objek Penelitian

Selain mempelajari subjek penelitian ini juga akan mempelajari dengan seksama tentang objek penelitian, meliputi Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam RT.04 RW.10 Cipondoh Makmur Kota Tangerang. Adapun alasan peneliti memilih materi dan tempat ini untuk penelitian skripsi ini adalah karena Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam merupakan salah satu pengajian yang diikuti oleh para remaja di lingkungan tersebut. Maka secara tidak langsung memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan peribadatan remaja di lingkungan ini. Sesuai yang telah dijabarkan oleh Prof. DR. Dadang Kahmad, M.Si. yakni bahwa keterbatasan waktu, biaya dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.3

Pengajian ini berada di lingkungan peneliti tinggal jadi sangat ekonomis dan efisien, waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian skripsi ini adalam selama 3 bulan terhitung dari bulan Oktober sampai dengan November 2010. Penelitian ini dilakukan setelah semua kredit

3

Dadang Kahdam, Metode Penelitian Agama, (Jakarta:Pustaka Setia,2000), cet. Ke-1, h. 87.


(18)

8

semester perkuliahan telah diselesaikan oleh peneliti sesuai dengan persyaratan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam skripsi ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : 1) Obsevasi

Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan secara langsung selama 2,5 bulan terhitung mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2010 terhadap objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan pembinaan ibadah remaja yaitu aktivitas pengajian disetiap senin malam.

2) Interview (Wawancara)

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).4

Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak yakni tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Keterangan-keterangan yang terdiri dari ketua IRMAS, Sekretris, ketua DKM, tiga guru pemateri dan delapan anggota IRMAS.

4


(19)

3) Dokumentasi

Yakni penulis memperoleh data-data yang dipelukan dalam penelitian ini yang didapatkan dari pengurus IRMAS, buku-buku serta makalah yang berkaitan dengan pokoko bahasan.

4) Teknik Pengolahan Data

a) Metode Tabulasi Silang (Crosstabs)

Metode Tabulasi Silang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel dalam satu tabel. Variabel yang dianalisa dengan metode ini adalah variabel yang bersifat kualitatif, yaitu yang memiliki skala nominal.

Untuk menginterpretasikan hasil pengolahan data pada tabulasi silang, ada dua hal yang perlu untuk diperhatikan, yaitu : a. Apakah tingkat asosiasi antar variabel yang diukur tersebut

signifikan atau tidak .

b. Seberapa kuat tingkat asosiasi antar variabel yang diukur tersebut.

b) Editing

Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada

interview guide (pedoman wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau yang masih meragukan. Kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keragu-raguan data dinamakan mengedit data.


(20)

10

5. Analisis dan Iterpretasi Data

Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.

Sedangakan teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre For Quality Development And Assurance), di UIN Jakarta 2007.

E. KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustaka ini, penulis mencoba menjelaskan tentang perbedaan skripsi yang hendak penulis teliti, dengan skripsi yang terdahulu yang memiliki judul :

1. Narullah, dengan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Kelompok

Dalam Pembinaan Akhlak Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati

Padang Jakarta Selatan” Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang diterapkan oleh guru dalam pembinaan akhlak pada anak,

2. Firmasyah, dengan skripsi yang berjudul “Peranan majlis Ta’lim Mahadul

Fityah dalam Pembinaan Keagamaan Remaja” 2002.

3. Siti Robiatul Badriyah. “Peranan Pengajian Majlis Ta’lim Al-Barkah dalam Membina Pengamanal Ibdaha Pemulung Bantar Gebang

Bekas”i. 2010.

Sementara judul skripsi penulis adalah Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan


(21)

Cipondoh Makmur Kota Tangerang dengan batasan masalah bagaimana aktivitas pengajian IRMAS dan Bagaimana peranannya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka penulis menyusunnya sebagai berikut :

BAB I (PENDAHULUAN), meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Kajian Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II (TINJAUAN TEORITIS), meliputi : Peranan, Pembinaan, Pengajian, Remaja Masjid, Pembinaan.

BAB III (GAMBARAN UMUM MASJID ASSALAM DAN IRMAS), meliputi: Sejarah dan Perkembangannya, Visi, Misi dan Tujuan, Program dan Susunan Organisasi, Sarana.

BAB IV (TEMUAN DAN ANALISIS DATA), meliputi : Data informan, Aktivitas Remaja Masjid Assalam, dan Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam Dalam Pembinaan Ibadah Remaja

BAB V (PENUTUP), Merupakan penutup yang mencakup kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.


(22)

38

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID AS-SALAM DAN IKATAN REMAJA MASJID AS-SALAM (IRMAS)

A. Masjid

1. Sejarah dan Perkembangannya

Di tahun 1970 bulan Maret tanggal 20 terbentuklah pondasi-pondasi batu kali yang berbentuk Musholah As-Salam hasil dari kesepakatan warga Kampung Poris Cipondoh yang diprakarsai oleh H. Abdul Mutholib beserta sesepuh kampung lainnya, terbentuklah sebuah musholah kecil dengan kapasitas jamaah 50 orang, seiring berjalannya waktu dan perkembangan penduduk yang semakin pesat maka musholah ini direnovasi menjadi Masjid As-Salam pada tahun 1990 dengan alasan tidak mencukupi kapasitas jamaah yang semakin banyak.1

Diprakarsai oleh Ust. Mursyin dan tokoh agama beserta sesepuh kampung dalam sebuah musyawarah maka terbentuklah DKM masjid yang diketuai oleh Ust. Paimin di tahun renovasi dari musholah menjadi masjid.

1


(23)

Pada tahun 2008 masjid ini direnovasi secara menyeluruh menjadi 2 lantai karena alasan kurang daya tampung jamaah di waktu sholat jum‟at, tarawih dan sholat hari raya, maka masjid ini kembali mengalami pemugaran untuk perluasan kapasitas yang masih dalam pimpinan DKM Masjid As-Salam yakni Ust. Paimin.

2. Visi, Misi dan Tujuan

Masjid As-Salam memiliki visi yaitu sebagai saran dan prasarana ibadah masyarakat, sedangkan misinya adalah menjadikan sarana ibadah maryarakat yang layak. Tujuan masjid As-Salam yakni memberikan sarana dan prasarana yang layak bagi peribadatan maryarakat sekaligus sebagai pembimbing dan Pembina ibadah warga muslim.

3. Program

Program yang dimiliki oleh Masjid As-Salam yakni pengajian rutin malam minggu oleh bapak-bapak warga RT.004/10 yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan agama warga masjid.2

Pelaksanaan sholat jum‟at berjamaah, sholat tarawih berjamaah, panitia penyalur zakat fitrah, zakat mal dan shodaqoh, sholat Idul Fitri dan Idul Adha, dan peringatan hari-hari besar islam.

4. Sarana dan Organisasi

2


(24)

40

Masjid As-Salam memiliki bangunan fisik seluas 500 m2 lantai dasar dan lantai 1, area parkir dan halaman seluas 200 m2, 50 buah Al-Qur‟an, 100 buah surat Yasin dan tahlil, seperangkat alat pemandian jenazah.

Masjid As-Salam juga menjadi sarana musyawarah warga RT.004/10 dan sebagai sarana pengajian bapak-bapak dan IRMAS, serta menjadi salah satu tempat untuk akad nikah warga.

Organisasi yang dimiliki oleh Masjid As-Salam yakniberbentuk garis-garis koordinasi semua bidang yang dikomandoi oleh ketua dengan dasar pertimbangan dengan pengurus harian dan atas persetujuan dari dewan Pembina dan pengawas. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam struktur organisasi dalam lembar lampiran.3

B. IRMAS

1. Sejarah dan Perkembangannya.

Pada tahun 1997 terbentuk suatu persatuan pengajian yang bernama IRMAS (Ikatan Remaja Masjid As-salam). Pengajian ini terbentuk atas prakarsa yaitu Muhammad Roji, Mursin, Romdani dan Paimin ketua DKM. Berdirinya organisasi ini merupakan wujud dari harapan dan keinginan mereka untuk mempersatukan remaja yang berada di lingkungan RW. 010 Poris As-salam, khususnya yang berada di sekitar lingkungan masjid. Dengan

3


(25)

maksud dan tujuan memberikan pembinaan kepada para remaja dalam rangka amar ma‟ruf dan nahi munkar, di mana pada saat itu umumnya para remaja masih sangat kurang memiliki pengetahuan dibidang agama.

Bila dilihat dari aktivitas keseharian sebagian remaja, mereka cenderung menyimpang dari norma agama. Sehingga atas dasar itu para perintis berdirinya organisasi ini mencoba untuk mengumpulkan remaja sekaligus masyarakat beserta para tokoh masyarakat yang ada untuk membentuk wadah organisasi remaja sebagai perkumpulan remaja didalam melakukan segala aktivitas keagamaannya yang tentunya sangat memberi manfaat.kegiatan yang dilakukan sama halnya seperti sekarang. Jama‟ah pengajian adalah remaja lingkuang RT.004.

Seiring berjalannya waktu, IRMAS menghadapi suatu keadaan yang menyebabkan anggota pengajian berkurang dan selalu mengalami fluktuasi masalah keanggotaannya. Namun pada bulan Ramadhan terpikirlah untuk membuat pengkaderan terhadap anggota yang ada dan diberi nama baru yang semula RISMA menjadi IRMAS (Ikatan Remaja Masjid As-salam).

Organisasi Ikatan Remaja Masjid As-salam atau IRMAS ini tepatnya berdiri pada tanggal 01 Februari 1999 dan pertama kali dideklarasikan pada suatu acara Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang dilaksanakan di Karang Bolong, Anyer kota Serang pada tanggal 14 Februari 1999.


(26)

42

Hingga saat ini IRMAS telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari segi keanggotaan maupun kegiatan yang dilaksanakannya. Perlahan tapi pasti IRMAS telah berhasil menumbuhkan kepercayaan dan membuka mata masyarakat bahwa IRMAS adalah organisasi Remaja yang patut diperhitungkan dan diberikan dukungan karena besarnya kontribusi IRMAS terhadap perkembangan kehidupan beragama Remaja dan masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan pengajiannya. Kesabaran dan keuletan serta keseriusan para pengurus yang ada telah mampu menarik perhatian para remaja dan warga yang berada disekitar lingkungan Rw 010 untuk ikut serta berperan aktif dalam segala kegiatan yang diselenggarakan oleh IRMAS dan senantiasa mendapat dukungan serta bantuan secara moriil maupun materiil hingga saat ini.

Mengenai jumlah anggota IRMAS hingga saat ini secara keseluruhan adalah berjumlah 80 orang, dengan dibagi menurut kategori yang aktif dan Non aktif, dari hasil perolehan data dapat diketahui berjumlah 65 orang anggota aktif dan berjumlah 15 orang yang Non aktif. Dengan jumlah laki-laki sebanyak 50 orang dan jumlah perempuan sebanyak 30 orang. Didalam keanggotaan sudah termasuk didalamnya para pengurus IRMAS yang berjumlah 15 orang. Untuk mayoritas pendidikan dari anggota yang ada adalah SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau setara dengan SMU, SMK,SMKK,MA dan lain sebagainya dan sebagian lagi adalah SMP. Dominasi kegiatan senantiasa mendapat bimbingan dari dewan controlling,


(27)

dewan Pembina dan dewan penasehat yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi dan cukup berkompeten dalam bidangnya.

Mengingat IRMAS adalah organisasi milik remaja dan tercipta untuk masyarakat, dalam fase perkembangannya terlihat melalui kepercayaan masyarakat terhadap IRMAS, sebagai contoh misalnya dipercayakannya IRMAS untuk mengurus kegiatan jadwal khutbah jum‟at dan membina anak -anak mereka melalui kegiatan pengajian TPA/TPQ.

Kemudian contoh lain dari kepercayaan masyarakat dan pemerintah setempat terhadap IRMAS yaitu dipercayakannya IRMAS untuk penyelenggaraan peringatan hari – hari besar islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW, pelaksanaan HUT RI di lingkungan RT.004 RW.010.

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi IRMAS adalah Remaja yang berakhlakul karimah.

Misi IRMAS yakni menciptakan kehidupan remaja yang dibekali Al-qur‟an dan Hadits.

Terbentuknya IRMAS adalah sebagai wadah remaja pada khususnya dan masyarakat secara umum untuk memberikan pembinaan ilmu pengetahuan dan berorganisasi, baik ilmu agama maupun ilmu umum yang berlandaskan Islam dan berpedoman kepada al-Qur‟an dan al-Hadits.


(28)

44

Diharapkan melalui IRMAS ini aktivitas dan bakat remaja pun dapat tersalurkan ke arah yang positif, sehingga tidak ada lagi perilaku-perilaku yang menyimpang dari ajaran agama. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhadi,S.Hi selaku ketua IRMAS mengenai visi dan misi IRMAS yaitu: “ kita mencoba mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kebathilan yang ada, kita berusaha sebaik mungkin khususnya yang ada dilingkungan RW 010 untuk mengarah kepada amar ma‟ruf dan nahi munkar. Selain itu kita mencoba untuk membuat suatu keadaan atau memberi basic setiap remaja khususnya juga warga sekitar lingkungan RT.004 RW.010 secara umum dengan agama yang kuat, dan memberikan peringatan-peringatan untuk sesama muslim bahwasanya kita selaku manusia wajib beribadah setiap harinya.

Oleh karena itu untuk mewujudkan misi dan visinya itu maka IRMAS mengadakan berbagai kegiatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan jiwa dan kebutuhan remaja dan warga masyarakat. Usaha lain yang dilakukan oleh IRMAS untuk menarik para remaja mengikuti kegiatan pengajian IRMAS dengan berbagai kegiatan keagamaannya yaitu dengan memberikan perhatian kepada para remaja perihal permasalahan yang ada pada diri mereka sendiri, menghargai keberadaan mereka, dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berperan dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa melalui wahana organisasi IRMAS.


(29)

3. Program dan Susunan Organisasi

Untuk mewujudkan visi misi IRMAS kami telah memiliki program yang ditujukan untuk remaja masjid yakni membina dan mengajarkan akhlak dan perilaku serta tata cara beribadah dan bersosialisasi secara agama dan moral pancasila. Disini kami mengkaji dan berupaya menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.4

Dengan strategi yang kami buat terbentuklah program kegiatan IRMAS sebagai berikut :

1. Pengajian rutin

a. Pengajian mingguan rutin dilaksanakan setiap senin malam pikul 19.30 WIB sampai dengan 21.00 WIB.

b. Pengajian mingguan keliling kamis malam atau pengajian Yasin. c. Pengjian bulanan Ikatan Pemuda Remaja Masjid (IPRM) seKecamatan

Cipondoh pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB. 2. Perayaan Hari Besar Islam

a. Tahun Baru Islam 1 Muharram . b. Maulid Nabi Muhammad SAW. c. Isra‟ Mi‟raj Rasulullah SAW.

4


(30)

46

3. Kegiatan lain

a. Peringatan HUT RI.

b. Pesantren kilat dan tadarus Ramadhan.

c. Pengajian tahlil warga yang meninggal dunia atau ngaji kubur. 4. Pelatihan Dasar kepemimpinan (LDK)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan regenrasi kepemimpinan dalam organisasi IRMAS agar terus menerus dapat berjalan. Dalam kegiatan ini dibekali materi-materi kepemimpinan dan keorganisasian.

5. Bakti sosial

Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan warga untuk bergotong royong dalam pengerjaan umum.

Susunan kepengurusan IRMAS berbentuk garis-garis koordinasi semua bidang yang dikomandoi oleh ketua dengan dasar pertimbangan dengan pengurus harian dan atas persetujuan dari dewan Pembina dan pengawas. Seperti yang tertera didalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IRMAS terdiri dari : Dewan Penasehat dan Dewan Pembina serta Badan pengawas. Begitu juga halnya “Dewan Pengurus harian adalah pimpinan yang mengurus organisasi sehari-hari, dan sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara”. Dewan Pengurus Harian diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Musyawarah organisasi untuk masa bakti 2 (dua) tahun lamanya, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Dewan Pengurus Harian juga dapat mengusulkan kepada Dewan Kehormatan untuk mengangkat, memberhentikan dan mengisi lowongan anggota pengurus harian. Dewan Pengurus Harian dapat menetapkan program kerja berdasarkan garis-garis kebijaksanaan umum yang


(31)

ditetapkan oleh Majelis Musyawarah Organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lembar lampiran.5

4. Sarana

IRMAS berdiri dan beroperasi menggunakan fasilitas yang diberikan oleh Masjid Assalam, yakni IRMAS berada di bawah naungan DKM Masjid Assalam. Sekretariat IRMAS berlokasi di Masjid Assalam bersebelahan dengan kantor DKM Masjid Assalam yang beralamat di Kampung Poris Assalam RT.004 RW.010 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang.

IRMAS memiliki beberapa asset yakni :

1. 25 Al-qur‟an

2. 30 Kitab Fiqih

3. 20 Panduan Tadjwid

4. 100 Surat Yasin

5. 1 buah Pengeras Suara

6. 1 Buah Mading

Sarana dan prasarana yang dimiliki IRMAS tersebut sudah cukup mendukung operasional IRMAS tapi belum dapat di katakana baik kerena

5


(32)

48

masih banyak kekurangan sarana dan pra sarana yang digunakan untuk menunjang operasional pengajian sampai saat ini.


(33)

12 A. Peranan

1. Pengertian Peranan

Pada kamus Bahasa Indonesia, arti kata “peranan” berasal dari kata “peran” yang berarti mengambil bagian atau turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan “peranan” adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.1

Sedangkan menurut Grass, Masson dan A.W. Mc. Eachern, sebagaimana dikutip David Berry, mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapn yang dikenakan pada individu yang menepati kedudukan sosial tertentu.2 Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Melalui penjelasan di atas dapat terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban dan keharusan yang

1

Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakatra: Balai Pustaka. 1988), h. 751.

2

N. Grass, W.S. Masson, and A.W. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3 h.29


(34)

13

harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya dalam masyarakat atau lingkungan di mana ia berada sesuai dengan fungsi sosialnya.

Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat, maka dia akan semakin dituntut untuk memberikan peran dan kontribusinya kepada masyarakat sekitar ia tinggal, terlebih lagi keberadaan satu lembaga, organisasi, yang tentunya harus bisa berperan di tengah-tengah masyarakat dan peranannya harus berdampak kebaikan dan manfaatnya baik untuk pribadi, lembaga dan pada umumnya yaitu masyarakat dan remaja sekitar.

B. Pengajian

1. Pengertian Pengajian

Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti pengajaran (agama dsb), penyelidikan (tentang sesuatu).3 Kata kaji diberi awalan pe- dan akhiran an- menjadi pengkajian yang berarti mengkaji Al-qur‟an yang berarti juga mengkaji agama Islam. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pengajian berarti pengajaran (agama Islam); menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah; pembacaan Al-Qur‟an.4

Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan

3

Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999), h.291

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoensia,(Jakarta: Balai Pustaka,2002), ed-3, cet ke-2 h.491


(35)

untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an, hadits-hadits, atau menerangkan suatu masalah agama, seperti Fiqih.

Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja datang untuk mendengarkan materi pengajian, diantara keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an, hadist atau menerangkan suatu masalah agama Islam seperti masalah akhlak, aqidah, fiqh dan sebagainya.5

Pengertian yang ditulis Ibnu Hibban pada penelitian “minat warga komplek IAIN dan sekitarnya terhadap pengjian ahad pagi di Masjid Fathullah”. Dikatan bahwa pengajian atau disebut dengan Majlis Ta‟lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan pengajaran di bidang agama Islam secara non formal.6

Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam dikatakan bahwa pengjian atau Majlis Ta‟lim adalah “suatu tempat yang di dalamnya terkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.7

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengajian adalah suatu kegiatan atau aktivitas, bimbingan dan pembinaan umat baik secara perorangan maupun kelompok dalam rangka mewujudkan manusia yang sadar, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan sebiak-baiknya.

5

Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Media Dakwah,1984), h.270

6

Hasanudin Ibnu Hiban, h.7

7

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT.Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), cet.ke-3, h.720


(36)

15

2. Ciri-ciri Pengajian

Adapun ciri-ciri khusus pengajian yang dimiliki pengajian yaitu adanya kyai atau ustadz, adanya jama‟ah atau peserta, adanya sarana serta materi pelajaran.8 Pada prinsipnya dalam pengajian setiap murid atau santri diajarkan secara perorangan (sendiri-sendiri) atau kelompok, menurut kemampuan masing-masing.

Dalam pelaksanaannya, seperti yang dapat disaksikan di langgar atau musholla pada setiap maghrib, dalam pengajaran guru dan murid duduk-duduk bersila di lantai mengitari sebuah meja pendek, tempat meletakkan buku secara bergantian murid menghampiri gurunya.

3. Peran Pengajian

Apabila melihat keatas dari beberapa pengertian tentang arti, ciri dan fungsi pengajian, maka dipastikan akan adanya peran. Peran pengajian tersebut yaitu:

1) Dilihat dari segi pelaksanaanya, pengajian termasuk pembelajaran pendidikan luar sekolah (non formal) yang berlandaskan Islam.

2) Dilihat dari tinjauan fungsi, pengajian termasuk pelaksanaan dakwah sebagai siyar Islam yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits.

3) Dilihat dari strategi, pengajian merupakan upaya pembinaan umat. Pengajian juga merupakan upaya dakwah Islamiyah yang murni ajarannya yang memiliki peran sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama

8


(37)

dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.

Jadi, peran pengajian secara fungsional adalah mengokohkan landasan hidup manusia khususnya dibidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan integritas lahiriyah dan bathiniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah bersamaan sesuai tujuan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang.9

4. Unsur-unsur Dakwah 1) Subyek pengajian

Subyek pengajian memiliki arti yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu dakwah. Adapun arti dari subyek pengajian adalah seseorang yang melaksanakan dakwah dan lebih sering disebut dengan mubaligh atau da‟i. adapun tugas dari seorang da‟I adalah untuk menyuruh terhadap yang ma‟ruf dan melarang mengerjakan yang mungkar, maka secara umum dapat diketahui bahwa yang menjadi subyek pengajian adalah kaum muslim yang pada hakekatnya mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.

Dalam menyampaikan dakwah atau pengajian, hendaknya seorang da‟i memperhatikan hal-hal berikut ini:

a) Mengetahui tentang isi Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah serta hal -hal yang berhubungan dengan Islam.

9

M. Arifin, M. ed, Kapitaselekta Pendidikan:Islam dan Umum, (Jakarta:Bumi Aksara), cet.ke-4, h.119-120


(38)

17

b) Mengetahui bahkan sebaiknya menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas berdakwah, seperti ilmu sejarah, perbandingan agama, dsb.

c) Memahami terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan kepada mad‟u (sasaran dakwah).

d) Menggunakan contoh-contoh yang biasa dilihat oleh mad‟u atau gambar-gambar yang mereka dapat pahami.

e) Bertekad dan berusaha mengamalkan apa yang disampaikan kepada mad‟u dan masyarakat.10

Dengan pengertian hal diatas, diharapkan apa yang akan disampaikan da‟i dapat diterima oleh mad‟unya. Sebab bagi da‟i yang tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan masalah ajaran agama Islam dan kemasyarakatan sering mendapat perhatian yang kurang baik.

Bila seperti ini keadaannya, maka proses dakwah Islamiyah dianggap kurang berhasil, untuk menghindari hal seperti itu, seorang da‟i harus bias membaca situasi dan kondisi, serta mampu menarik perhatian mad‟unya jangan sampai membingungkan tetapi bimbinglah mereka dengan senang terhadap apa yang mereka ilhami dan dirasakannya sehingga mereka tidak lari dari majlis. 11

10

Iskandar Zulkarnaian, Skripsi Peranan Pengajian Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Agama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Usuludin Universitas Islam Assyafiiah Jakarta 1992.

11


(39)

2) Objek pengajian

Sasaran pengajian adalah mereka kumpulan dari individu dimana benih dari materi dakwah akan ditabur.12 Yang menjadi objek pengajian atau dakwah adalah masyarakat mulai dari keluarga sampai dengan masyarakat lingkungan sekitar. Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam dakwah. Dalam lingkungan masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan yang perlu mendapatkan perhatian dari da‟i sebagai subyek dakwah, karena ini memudahkan tersebarnya dakwah dan sasaran dakwah menjadi lebih mengena.

3) Materi Pengajian

Pada dasarnya materi pengajian tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun secara gelobal dapat dikatakan bahwa materi pengajian dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: a) Masalah Keimanan (Akidah)

Akidah dalam Islam mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Dibidang akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagi lawannya, seperti syirik, ingkar dengan Tuhan dan sebagainya.

b) Masalah Syar‟iyah

12

Hamzah Yakub, Publisistik Islam, Teknik dakwah dan Leadership, (Bandung:CV.Diponogoro,1981), cet. ke-11, h.2


(40)

19

Syar‟iyah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan antar sesame manusia.

c) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas pengajian (sebagai materi) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak itu sebagai pelengkap., bukan berarti masalah akhlak itu kurang penting, dibandingkan masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak adalah masalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman.

Masalah pengajian pada dasarnya mencngkup ajaran islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Karena agama Islam yang menganut kedua kitab tersebut merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. 13

5. Tujuan Pengajian

Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 104:



















































Artinya: dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs: Ali-Imran 104)

13

Drs. Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1994), cet.ke-1 h.6


(41)

Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah) yaitu mengikuti jalan atau tuntunan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan dengan cara menyuru orang berbuat baik dan mencegah orang lain dari perbuatan jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera didunia dan akhirat.

Menurut A.Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam) adalah:

1. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat Islam tentang ajaran Islam

2. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan 3. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya

yang berhubungan dengan kehidupan manusia

4. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain yang berusaha untuk berubah Islam dalam keyakinan agamanya. 5. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran

Islam.14

Dari uaraian diatas, nampak bahwa kegiatan pengajian mempunyai tujuan tertentu, yaitu mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

6. Metode Pengajian

Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai tujuan.15 Metode dalam kaitannya dalam pelaksanaan pengajian adalah jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau

14

A. Rosid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997), h.80

15

B. Suryubroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Amarta,1986)h.3


(42)

21

sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam ajaran Islam, penggunaan metode pengajian agama (dakwah) diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-nahl ayat 125.































































Artinya: serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya tuhan-mu dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk. (Qs. An-Nahl -125).

Ayat tersebut menjelaskan tentang metode atau cara dalam mengajak manusia kepada jalan Allah SWT, yaitu dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik, dan berdebat dengan yang baik pula. Pada dasarnya ketiga unsur inilah yang merupakan induk pengajian agama (dakwah).

Dilihat dari segi jama‟ah pengajian agama, metode yang disebut diatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, diantaranya adalah:


(43)

1. Metode Personal Approach

Metode Personal Approach yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan pada setiap pribadi.16 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka meskipun jamaah yang hadir berjumlah banyak tetapi secara menghadapinya satu persatu.

Kelebihan dari metode ini antara lain : dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya memerlukan tenaga dan waktu yang banyak.

2. Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.17 Metode caramah ini sangat tepat apabila jama‟ah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus.

Kelebihan dari metode caramah ini adalah dalam waktu cepat penceramah dapat menyampaikan materi yang sebanyak-banyaknya kepada jama‟ah. Sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama‟ahnya, maka ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan membosankan.

3. Metode Tanya Jawab

16

Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah /Khutbah Agama Islam Pusat. Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta,1978), h.36

17

Asumuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), cet ke-1 h.104


(44)

23

Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.18

Kelebihan metode Tanya jawab adalah kegiatan pengajian agama berlangsung lebih hidup yaitu mubaligh dan jama‟ah sama -sama aktif dan memberi kesempatan kepada jama‟ah untuk mengemukakan hal-hal yang dirasa kurang jelas. Sedangkan kekurangan metode Tanya jawab adalah apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

4. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau penyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.

Kelebihan dari metode diskusi antara lain kesimpulan yang dihasilkan dari diskusi mudah dipahami. Adapun kekurangan dari metode diskusi antara lain sulit untuk meramalkan arah penyelesaian diskusi dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya. 5. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu metode dengan cara memperlihatkan contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang mubaligh yang bersangkutan menggunakan demonstrasi. Kelebihan yang dimiliki metode ini diantara lain memungkinkan jama‟ah lebih menghayati

18


(45)

sepenuh hati, karena dapat memberikan nilai lebih dibandingkan dengan metode yang lain sedangkan kekurangannya adalah metode demonstrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan memerlukan banyak pemikiran, karena tidak wajar bila alat peraga yang ditampilkan tidak dapat diamati dengan seksama, karena tidak semua materi dakwah dapat didemonstrasikan dan memerlukan keahlian khusus bagi para subjek, dalam hal ini adalah mubaligh. 6. Metode Khalaqah

Dalam metode khalaqah, peserta jama‟ah terlibat langsung dalam arti turut aktif dalam pembicaraan. Kelebihan metode khalaqah ditinjau dari segi pendidikan, dapat meningakatkan kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleran, kritis, dan disiplin. Sedangkan kalau ditinjau dari segi ilmu jiwa akan menimbulkan persaingan yang positif.19

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan persaingan yang negatif, maka hasil pekerjaan akan lebih memburuk, serta bagi jama‟ah yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompok.

C. Pembinaan Ibadah Remaja

1. Pengertian Pembinaan Ibadah Remaja

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun atau bentuk. Apabila di beri awalan me-, maka jadi membina, yang artinya

19


(46)

25

membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik sehingga pembinaan mengandung arti proses tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.20

Ibadah Definisikan secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara‟ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.

20

Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota, Evaluasi Terhadap Exsistansi Bapinroh, (Jakarta: Badan Pembinaan Pegawai, Banpiroh, 1995), h, 10.


(47)

Islam memeiliki enam aspek yaitu, keimanan kepada Allah, pada para malaikatnya, pada kitab-kitabnya, iman kepada Rasul-Nya, pada hari akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendaki. Dan seluruh aspek ini merupakan hal yang ghaib, kita tidak mampu menangkapnya dengan panca indera, hal ini yang tampak membingungkan kita bagaimana cara menjelaskannya pada anak, dengan cara apa kita menanamkan enam aspek keimanan tersebut padanya, dan bagaimana kita bisa mengekspresikan keimanan mereka. Namun apabila kita mencoba mempelajari proses kehidupan Rasulullah dengan segala yan telah beliau ajarkan, kita akan memperoleh sebuah jawaban dari berbagai pertanyaan tadi. Kita akan menemukan lima pola dasar pembinaan akhlak seperti, membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah, pada Rasul, mengajarkan Al-Qur‟an, dan menanamkan nilai perjuangan serta pengorbanan.21

Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor harus mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan sektor kehidupan yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang bermoral dan beradab sangat ditentukan dari aspek kehidupan agama, terutama dalam hal pembinaan bagi generasi muda.

Secara harfiah pembinaan berarti pemeliharaan secara dinamis dan berkesinambungan. Di dalam konteksnya dengan suatu kehidupan beragama, maka pengertian pembinaan adalah segala usaha yang

21

Muhammad Nur Absul Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), h. 109.


(48)

27

dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran memelihara secara terus menerus terhadap tatanan nilai agama agar segala perilaku kehidupannya senantiasa di atas norma-norma yang ada dalam tatanan itu. namun perlu dipahami bahwa pembinaan tidak hanya berkisar pada usaha untuk mengurangi serendah-rendahnya tindakan-tindakan negatif yang dilahirkan dari suatu lingkungan yang bermasalah, melainkan pembinaan harus merupakan terapi bagi masyarakat untuk mengurangi perilaku buruk dan tidak baik dan juga sekaligus bisa mengambil manfaat dari potensi masyarakat, khususnya generasi muda.

Membangun kesadaran bagi generasi bukanlah hal yang gampang untuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan kesadaran yang menjadi hal pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai niat untuk mengintensifkan pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki, sebab dengan cara tersebut akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang dinamis dan berkesinambungan.

D. Remaja Masjid

1. Pengertian Remaja

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual


(49)

yang khas dan acara berfikir remaja ini menginginkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari priode perkembangan ini.

Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.

Dalam perkembangan keperibadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus ada yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling indah, sehingga tidaklah boleh dilewatkan begitu saja. Ada pula pendapat bahwa masa remaja adalah masa yang paling menentukan kelanjutan hidup seseorang dimasa tuanya. Remaja juga dikatakan generasi penerus perjuangan bangsa, baik buruk masa depan bangsa tergantung pada baik buruk moral dan akhlak remajanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan definisi tentang remaja sebagai “suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual”. Remaja juga dikatakan sebagai suatu masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu WHO juga berpendapat bahwa remaja adalah suatu masa dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.22

22

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta:Rajawali Perss, 2000) cet. Ke-5, h.9


(50)

29

Dalam “Kamus Besar Ilmu Pengetahuan” yang disusun oleh save M. Dagun, mengemukakan bahwa secara etimologi “remaja (adolescence) merupakan tahap pertumbuhan anak menuju dewasa, terjadi mulai masa puber (pubertas) sampai usia 17 – 18 tahun sekunder yang pertama, berakhir setelah tercapainya puncak kematangan, puncak pertumbuhan badan dan kemampuan memperbanyak jenis.23

Pendapat lain juga diutarakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono, dimana ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam perubahan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.24

Dari uraian beberapa pendapat para ahli psikologi yang saling berlainan pendapatnya mengenai definisi remaja, penulis dapat menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi kebutuhan (physicly) dan (mentality) kejiwaan maupun yang besifat pergaulan (social). Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-gejolak kejiwaan yang terreflesikan dalam tingkah laku sehari-hari

23

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 1997) cet.ke-1, h.956

24


(51)

yang sering kali terlihat aneh dan sulit dipahami orang dewasa pada umumnya.

Zakiah Darajat berpendapat:” pada umumnya masa remaja itu dapat diketahui dengan mudah dan hampir sama pada tiap anak, yaitu kira-kira pada umur 13 tahun (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid bagi anak perempuan), akan tetapi kapan berakhinya masa remaja itu agak sukar untuk menentukan, karena berbagai faktor ikut mempengaruhi, namun pada umumnya ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju berakhir pada umur 21 tahun. Dimana segala macam pertumbuhan dan perubahan cepat dapat dikatakan berakhir.25

Aristoteles berpendapat “bahwa yang membagi jiwa manusia dikaitkan dengan perkembangan fisiknya kedalam 3 tahap. Tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles adalah sebagai berikut:

1. 0 – 7 tahun : Masa kanak-kanak (infancy)

2. 7 – 14 tahun : Masa anak-anak (boyhood) 3. 14 – 21 tahun : Masa dewasa muda (young manhood)

Apa yang diutarakan Aristoteles, hingga saat ini masih mengena dan berpengaruh pada kehidupan modern kita, yakni dengan tetap dipakianya batasan usia 21 tahun dalam kitab-kitab hukum di berbagai negara sebagai batas usia dewasa.26 Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa, yaitu antara umur 12 tahun sampai umur 21 tahun.

25

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta:Bulan Bintang, 1996). Cet. Ke-15, h.122

26


(52)

31

2. Pengertian Masjid

Secara etimologis, masjid berarti tempat sujud. Sedangkan secara terminologis, masjid adalah tempat melakukan aktivitas ibadah dalam makna luas.27 Semenjak zaman Rasulullah SAW masih hidup, masjid sebagai tempat pendidikan islam sudah digunakan dilingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan penjelasan Dr. Asma Hasan Fahmi, bahwa masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam. Karena di masjidlah dimulai pengajaran al-Qur‟an, dan dasar-dasar agama Islam pada masa Rasulullah SAW, selain fungsi umumnya sebagai tempat untuk menunaikan sembahyang dan beribadah lainnya.28

Pada masa permulaan islam, masjid mempunyai peranan yang amat mulia dan luas bagi kehidupan umat manusia khususnya masyarakat muslim. Masyarakat muslim membicarakan masalah-masalah agama, pendidikan, sosial ekonomi, politik, dan berbagai problema kehidupan di masjid. Di masjid mereka mengajak manusia kepada keutamaan, kecintaan, pengetahuan, kesadaran sosial, serta pengetahuan tentang hak dan kewajiban kepada Tuhan dan negara. Bermula dari masjid ini pula mereka menyebarkan akhlak islam dan memberantas kebodohan.29

Dalam hal ini, M. HR. Songge mengatakan, bahwa masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah berupa shalat wajib dan sunnah lainnya kepada Allah

27

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren : Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:Gema Insani Perss,1997) cet.ke-1 h.46

28 Abdurrachman Mas‟ud, M.A., et.al, Paradigma Pendidikan Islam

, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2001) cet.ke-1 h.51


(53)

SWT. sedangkan masjid secara terminologis adalah tempat dimana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.30

Selain pengertian masjid secara umum seperti diuraikan diatas, Sidi Gazalba berpendapat: ”masjid adalah pusat beribadah dan kebudayaan islam.31” Di sisi lain Al-abdi dalam kitabnya “Al-Madkhal” juga mengatakan bahwa masjid merupakan tempat yang paling baik bagi kegiatan pendidikan dan pembentukan moral keagamaan. Dengan memusatkan segala aktivitas umat islam di masjid, akan tampak hidupnya sunnah-sunnah islam dan berkembangnya kehidupan yang sesuai dengan hukum Allah SWT.32

Dari uraian singkat tersebut di atas, maka dapat dipahami masjid sebagai pusat pembianaan masyarakat, tentu tidak hanya dilakukan melalui ibadah ritual seperti shalat saja, tetapi juga melalui beraneka ragam aktvitas lainnya yang membuat masyarakat terbina sebagai indikasi dari kekokohan iman. Di samping itu, masjid juga mempunyai fungsi lain yakni mencerdaskan umat dan memberikan orientasi dakwah yang bisa dilakukan melalui shalat berjamaah, pengajian-pengajian yang dilakukan secara rutin, maupun melalui khutbah jum‟at yang merupakan nasehat migguan yang bersifat mendidik tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh kaum muslimin.33

30

M.HR. Songge, pesan risalah Masyarakat Madani:Masjid dan Masyarakat Madani, (Jakarta:PT.Mediacita, 2001), h.12-13

31

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta:Pustaka Al-Husna.1998), cet.ke-5 h.47

32

Wahjoetomo, Op cit, h.47

33


(54)

33

Dengan demikian, fungsi masjid harus sesuai dengan ajaran Allah, yaitu mencakup lingkungan habluminallah (kontak kepada Allah atau ibadah khusus) dan habluminannas (kontak sosial, budaya sesama manusia atau mu’amalah). Masjid juga dapat memberikan semangat ketabahan, ketahanan, kelemah lembutan, kasih sayang dan kegotong-royongan kedalam kesadaran dan hati nurani jama‟ahnya. Dari masjid inilah Rasulullah SAW mulai membina kader pemimpin umat, memelihara dan mewariskan nilai-nilai budaya dan peradaban islam.

Pendapat lain juga diutarakan oleh Masor. P dan Nurzaman perihal fungsi masjid sebagai berikut:

1. Sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kegiatan khusus

Fungsi masjid yang terutama adalah untuk sujud kepada Allah SWT, untuk shalat dan beribadah kepada Allah SWT. 5 (lima) kali sehari dianjurkan bagi seluruh umat islam untuk mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat fardhu. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda, shalat yang paling baik adalah shalat yang dilakukan dirumah kecuali shalat fardhu. Shalat fardhu yang baik dilakukan di masjid.

2. Sebagai pusat dakwah dan pendidikan

Masjid berfungsi sebagai pusat dakwah dan pendidikan. Secara informal, sesama muslim dapat saling bertukar informasi, saling menasehati, dan saling bertukar fikiran pada saat-saat sebelum dan sesudah shalat. Secara formal, misalnya pada shalat jum‟at, shalat tarawih, pengajian-pengajian dan sebagainya.


(55)

3. Sebagai tempat kegaiatan masyarakat

Masjid sebagai pusat kebudayaan disamping sebagai pusat ibadah juga menampung semua jenis kegiatan masyarakat yang berada dalam batas-batas takwa, atau yang menunjang tercapainya kondisi rohani takwa.

4. Sebagai tempat menggalang Ukhuwwahh Islamiah

Lima kali dalam sehari masjid dijadikan sebagai tempat untuk membina persamaan dan persaudaraan, karena diwaktu-waktu tersebut seseorang dapat bertatap muka dan saling mengucapkan salam sesama muslim sebagai hamba Allah yang ruku dan sujud bersama-sama menghadap Allah SWT.

Rasa persaudaraan dan persamaan inilah yang dapat mendekatkan hubungan sesama muslim ditengah kehidupan mereka masing-masing.

1. Sebagai tempat mencari ketenangan

Apabila shalat yang dilakukan di masjid dilakukan dengan penuh kekhusuan dan melepaskan diri baik hati dan fikiran dari ikatan keduniawian, maka akan terbentuk suasana tentram, damai dan penuh zikrullah (mengingat Allah).

2. Sebagai tempat istirahat musafir

Salah satu fungsi sosial masjid adalah sebagai tempat sementara para musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan. Orang yang mencari masjid sebagai tempat bermalam adalah mereka yang berada dalam keadaan darurat.


(56)

35

3. Fungsi masjid secara umum

Masjid adalah tempat mengerjakan, membicarakan, dan memutuskan segala perinsip dan semua pokok kehidupan Islam. Namun harus tetap diingat bahwa masjid adalah tempat suci. Segala ucapan, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan di dalamnya wajiblah suci juga sifatnya, yakni yang dilandaskan kepada ketaqwaan. Oleh karena itu tidaklah boleh sembarangan pekerjaan itu dikerjakan di dalam masjid. Segala kegiatan yang berhubunagan dengan ibadah khusus dan kebudayaan hendaknya merupakan manifestasi taqwa.34

Selain memiliki fungsi sosial, masjid juga dapat digunakan sebagai tempat dilaksanakanya berbagai kegiatan, seperti mengahafal al-Qur‟an, lembaga amil zakat, lembaga solidaritas serta bantuan kemanusiaan, dan lembaga kebinaan dan pengarahan bagi para generasi penerus bangsa dan agama untuk mengajak kepada ajaran Islam, dan melindungi mereka dari prilaku yang menyimpang.35

Pusat yayasan tinggi dakwah islam menyebutkan bahwa dari catatan-catatan sejarah Islam tradisi Rasulullah SAW. didapatkan berbagai kegiatan yang dilaksanakan dimasjid yang menunjukkan akan fungsi masjid, yakni antara lain:

34

Masor. P dan D. Nurjaman, Peranan Masjid Dalam Membina Umat,(Jakarta:CV.Karya Putra, 1986), cet.ke-1 h.13-19

35


(57)

1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri, menempa bathin untuk membina kasadaran dan mendapatkan pengalaman bathin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

3. Masjid merupakan tempat untuk membina keutuhan ikatan jamaah kaum muslimin dan kegotong-royongan.

4. Masjid merupakan tempat pengaturan dan supervisi sosial.36

5. Masjid merupakan tempat pembinaan dan penataran kader pimpinan ummat.

Masjid merupakan tempat untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan kaum muslimin.

3. Pengertian Remaja Masjid

Remaja masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan berkembang, namun kehadirannya tidaklah muncul begitu saja. Berawal dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan kemasjidan, lalu timbul kesadarn perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuk remaja masjid.

Saat ini remaja masjid telah menjadi salah satu wadah paforit kegiatan remaja muslim. Umunya di kota-kota besar dapat dijumpai. Meskipun masih ada hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah semakin lebih bisa menerima kehadirannya.

36

Pusat Yayasan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam, Peroyek Pembanunan Masyarakat Melalui Kegiatan Kemakmuran Masjid.(jakarta : Lembaga Immaratil Masjid, 1980),h.7


(58)

37

Remaja masjid telah menjadi fenomena bagi kegairahan remaja muslim dalam mengkaji dan mendakwahkan islam di Indonesia. Sebenarnya, dakwah islam yang dilakukan generasi muda bukanlah hal yang baru.

Remaja masjid membina para anggotanya agar beriman berilmu dan beramal sholeh dalam rangka mengbdi kepada Allah SWt untuk mencapai kehadirannya. Pembinaan dilaklukan dengan menyusun dengan aneka program yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas remaja masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana.37

37


(59)

49 A. Deskripsi Informan

Deskripsi informan adalah gambaran orang-orang yang memberikan informasi atau data di pangajian “Ikatan Remaja Masjid As-salam (IRMAS)” yang berlokasi di Poris As-salam RT 004 RW 010 Kelurahan Cipondoh makmur Kecamatan Cipondoh Makmur Kota Tangerang, yaitu :

1. Ketua DKM Masjid As-Salam

Ketua DKM Masjid As-Salam adalah Paimin, beliau lahir di Bantul, 19 September 1963 beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010 beliau sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, pendidikan terakhir adalah pesantren, berprofesi sebagai Guru pengajar, Ketua RT, dan Ketua DKM Masjid As-Salam.

2. Pengrurus IRMAS

Ketua IRMAS yakni Nurhadi, S.Hi lahir di Tangerang, 24 April 1981, beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010 beliau sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak, pendidikan terakhir adalah strata satu, berprofesi sebagai Guru pengajar Madrasah Ibtidaiyah.

Sekretaris Silvia Oktaviani, Amd lahir di Tangerang, 24 April 1981, beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010, belum berkeluarga, pendidikan terakhir adalah diploma tiga, berprofesi sebagai Guru pengajar Madrasah Ibtidaiyah.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan menganalisa berbagai permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid As-Salam dalam pembinaan ibadah di Kelurahan Cipondoh Makmur Tangerang”. Akhirnya penulisan sampai pada tahap kesimpulan sebagai berikut :

1. Kegiatan keagamaan (pengajian) yang dilakukan Ikatan Remaja Masjid As-Salam (IRMAS) antara lain, pengajian rutin mingguan, untuk remaja dan masyarakat umum dan pengajian anak-anak. Adapun materi yang dibahas dalam pengajian tersebut adalah fiqh Islam, Al-Qur‟an dan tajwid, tauhid, tafsir hadits, Qira‟at, Kaifiyat Shalat, selain pengajian mingguan IRMAS pun menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam (PHBI) Dalam setahun. Ada pula kegiatan yang diadakan pada bulan Ramadhan seperti : Pesantren kilat, I‟tikaf, dan peringatan Nuzulul Qur‟an IRMAS pun melaksanakan kegiatan dibidang sosial kemasyarakatan, diantaranya adalah bakti sosial, santunan anak-anak yatim piatu, dan semua kegiatan ini dilakukan dimasjid As-Salam yang bertempat di Rt 04 Rw 010 kelurahan Cipondoh Makmur, partisipasi IRMAS dengan semua kegiatan pengajian tersebut bertujuan untuk membina ibadah remaja dan jiwa sosial masyarakat, serta mengakrabkan hubungan satu sama lain dan


(2)

60 juga untuk mempertinggi ilmu dan keimanan ketaqwaan serta pandangan hidup muslim dengan pengajaran agama yang luas yang pada akhirnya akan mengacu kepada peningkatan pembinaan ibadah remaja.

2. Pada umumnya masyarakat Rt 04 Rw 010 mengakui bahwa upaya yang dilakukan oleh IRMAS untuk membina ibadah maupun remaja disekitar telah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, peningakatan pengetahuan dan wawasan agama, maupun peningkatan pembinaan ibadah remaja dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IRMAS telah berperan dalam pembinaan ibadah remaja kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang, khususnya ibadah shalat membaca Al-Qur‟an.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulisan merasa berkepentingan untuk menghimbau berbagai pihak dengan saran sebagai berikut :

1. Koordinasi pengurus IRMAS dalam segala kegiatan pengajian agar lebih baik lagi baik kepada sesama pengurus, maupun kepada orang tua, sesepuh atau tokoh masyarakat yang ada, sehingga aktifitas dapat berjalan dan terkoordinir dengan baik.

2. Pemerintah setempat agar lebih memperhatikan segala aktifitas pengajian remaja dengan pengadaan sarana dan prasarana yang lebih baik agar aktifitas pengajian remaja dapat berjalan dengan lancar.


(3)

61

3. Diharapkan bagi pemerintah untuk menyediakan program pembinaan khusus bagi remaja, agar tercipta generasi-generasi muda yang profesianal, berpandangan positif, berfikir maju dan tentunya muslim yang kuat. Atau tersebar keberadaannya ke berbagai pelosok tempat dengan harapan guna turut serta membantu pemerintah membantu masyarakat menjadi maju dan berpengetahuan.

4. IRMAS agar lebih maju lagi dan profesional dalam segala bidang keilmuan khususnya ilmu agama. Dan bagi organisasi-organisasi remaja pada umumnya hendaklah lebih meningkatkan dan mengoptimalkan perannya, tidak hanya dalam upaya menyemarakkan kegiatan yang sudah ada, akan tetapi lebih dari itu hendaknya juga ada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas aman dan taqwanya serta keilmuannya.

Demukian skripsi ini dapat penulis selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi diri penulis. Dan akhirnya semoga Allah SWT meridhai segala gerak dan langkah kita serta usaha yang kita lakukan bersama. Amin Ya Rabbal „Alamin.


(4)

62

Arsip DKM Masjid As-Salam, Sejarah Masjid As-Salam Arsip Program IRMAS 2009-2011

Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Media Dakwah,1984) Barmawi, Azas-azas dan Ilmu Dakwah, (Solo:Ramadhani, 1984), cet. Ke-1. Dadang Kahdam, Metode Penelitian Agama, (Jakarta:Pustaka Setia,2000), cet.

Ke-1.

Departement pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakatra: Balai Pustaka. 1988).

Drs. Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1994), cet.ke-1.

Departemen Agama. AlQur’an dan terjemahannya, Jakarta; 1971. Hal.57

H.M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogya, Al-Amin Perss,1997)

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-observasi.html http://mcdougelas.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html

http://kumpulanbacaan.blogspot.com/2009/05/pengertian-populasi-dan-sampel.html

Hamzah Yakub, Publisistik Islam, Teknik dakwah dan Leadership, (Bandung:CV.Diponogoro,1981), cet. ke-11.

Iskandar Zulkarnaian, Skripsi Peranan Pengajian Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Agama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Usuludin Universitas Islam Assyafiiah Jakarta 1992.


(5)

63

Imam Syahroni, Drs. Wawancara Pribadi Pemateri Pengajian IRMAS, 29 Nopember 2010. Tangerang.

Muhammad Nur Absul Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997.

M. Arifin, M. ed, Kapitaselekta Pendidikan:Islam dan Umum, (Jakarta:Bumi Aksara), cet.ke-4.

M.HR. Songge, pesan risalah Masyarakat Madani:Masjid dan Masyarakat Madani, (Jakarta:PT.Mediacita, 2001).

N. Grass, W.S. Masson, and A.W. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3.

Nurhadi, S.Hi, Ketua IRMAS, Wawancara Pribadi, Tangerang, 28 Nopember 2010

Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (jakarta; Almawardi Prima 2002)

Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota, Evaluasi Terhadap Exsistansi Bapinroh,

(Jakarta: Badan Pembinaan Pegawai, Banpiroh, 1995)

Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999).

Paimin, Ustad. Wawancara Pribadi DKM Masjid As-Salam, 27 Nopember 2010. Tangerang.

Rosid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997).

Suryubroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Amarta,1986)


(6)

Asumuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), cet ke-1

Sutrisno Had, Metodologi Research II (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984).

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta:Pustaka Al-Husna.1998), cet.ke-5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoensia,(Jakarta: Balai Pustaka,2002), ed-3, cet ke-2.

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT.Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), cet.ke-3.

Zakiah Drajat, Peranan Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1985)