STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPU

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVING

DAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM POSINGDENGAN

MEMPERHATIKAN MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA

MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh LISA MALLESA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar ekonomi dan mengkaji tentang perbandingan hasil belajar ekonomi dengan model pembelajaranProblem Solving dan model Problem Posing dengan memperhatikan motivasi belajar pada kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi serta interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian ini 184 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 70 siswa yang ditentukan dengan Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui tes, dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis data menunjukkan (1) terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Solving dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing, (2) hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan model pembelajaan Problem Posing, (3) hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang menggunakan model pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving, (4) ada pengaruh interaksi antara model pembelajarandan motivasi siswa terhadap hasil belajar ekonomi.

Kata kunci:Hasil Belajar Ekonomi, Problem Solving, Problem Posing, Motivasi Belajar siswa


(2)

MEMPERHATIKAN MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA

MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

lisa mallesa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

MEMPERHATIKAN MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA

MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

LISA MALLESA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

Gambar Halaman 2.1. Paradigma Penelitian ... 45 4.1. Estimated Marginal Means of Hasil Belajar ... 118


(5)

Grafik Halaman

4.1. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 81

4.2. Tingkat Motivasi Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 83

4.3. Tingkat Motivasi Belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 85

4.4. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 88

4.5. Tingkat Motivasi Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 90

4.6. Tingkat Motivasi Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 92

4.7. Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 94

4.8. Tingkat Hasil Belajar Siswa Motivasi Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 97

4.9. Tingkat Hasil Belajar Siswa Motivasi Belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 99

4.10. Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 102

4.11. Tingkat Hasil Belajar Siswa Motivasi Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 104

4.12. Tingkat Hasil Belajar Siswa Motivasi Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 107


(6)

(7)

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Batasan Masalah... 10

1.4. Rumusan masalah... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Kegunaan Penelitian... 12

1.7. Ruang Lingkup Penelitian... 13

BAB II KajianPustaka, KerangkaPikir, dan Hipotesis 2.1. TinjauanPustaka ... 14

2.1.1. Definisi Belajar, Teori Belajar dan Definisi Mengajar... 14

2.1.2. Hasil Belajar... 19

2.1.3. Model Pembelajaran... 21

2.1.4. Model Pembelajaran Problem Solving ... 22

2.1.5. Model Pembelajaran Problem Posing... 25

2.1.6. Mata Pelajaran Ekonomi ... 29

2.1.7. Motivasi ... 31

2.2. Penelitian yang Relevan ... 33

2.3. Kerangka Pikir ... 35

2.4. Hipotesis... 46

BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Metode Penelitian... 47

3.1.1. Desain Penelitian... 48

3.1.2. Prosedur Penelitian... 49

3.2. Populasi dan Sampel ... 54

3.2.1. Populasi... 54


(8)

3.3.3. Variabel Moderator... 56

3.4. Definisi Konseptual Variabel... 56

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 58

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.7. Uji Persyaratan Instrumen ... 61

3.8. Uji Persyaratan Analisis Data ... 65

3.9. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73

4.1.1. Sejarah Berdirinya Sekolah... 73

4.1.2. Profil Sekolah... 75

4.1.3. Visi dan Misi... 77

4.1.4. Sarana dan Prasarana... 78

4.2. Deskripsi Data ... 79

4.2.1. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen... 80

4.2.2. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol... 86

4.2.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen... 92

4.2.4. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol... 100

4.3. Penguji Persyaratan Analisis Data... 107

4.3.1. Uji Normalitas... 108

4.3.2. Uji Homogenitas... 109

4.4. Pengujian Hipotesis ... 110

4.4.1. Pengujian Hipotesis 1... 111

4.4.2. Pengujian Hipotesis 2... 112

4.4.3. Pengujian Hipotesis 3... 114

4.4.4. Pengujian Hipotesis 4... 116

4.5. Hasil Pengujian Hipotesis... 119

4.6. Pembahasan ... 121

4.7. Keterbatasan Penelitian ... 127

BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 129

5.2. Saran... 130 DAFTAR PUSTAKA


(9)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Kelas Siswa Eksperimen Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol Lampiran 3. Silabus Pembelajaran

Lampiran 4. RPP Kelas Ekperimen Lampiran 5. RPP Kelas Kontrol Lampiran 6. Kisi-kisi Angket

Lampiran 7. Angket Motivasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Ekonomi

Lampiran 9. Soal Tes Hasil Belajar Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa

Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 12. Daftar Nama Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 13. Daftar nama siswa yang memiliki hasil belajar Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Ekperimen dan Kontrol

Lampiran 14. Daftar Nama Siswa dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 15. Tabel Uji Coba Motivasi Siswa

Lampiran 16. Tabel Uji Coba Soal Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Lampiran 17. Uji Reabilitas Angket

Lampiran 18. Uji Reabilitas Soal Lampiran 19. Uji Normalitas Lampiran 20. Uji Homogenitas

Lampiran 21. Uji Hipotesis 1 Menggunakan ANAVA Lampiran 22. Uji Hipotesis 2 Independent Samples T-test Lampiran 23. Uji Hipotesis 3 Independent Samples T-test Lampiran 24. Uji Hipotesis 4 Menggunakan ANAVA


(10)

Tabel Halaman

Tabel 1.1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X ... 3

Tabel 2.1. Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar Mata Pelajaran Ekonomi ... 30

Tabel 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

Tabel 3.1. Desain Penelitian EksperimenTreatment by Level... 48

Tabel 3.2. Jumlah Siswa Kelas X IPS... 55

Tabel 3.3. Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.4. Tingkat Besar Reabilitas ... 63

Tabel 3.5. Rumus Unsur Tabel Persiapan ANAVA ... 69

Tabel 3.6. Cara Menentukan Kesimpulan Hipotesis ANAVA ... 70

Tabel 4.1. Daftar Nama yang Pernah Mejabat Kepala Sekolah... 75

Tabel 4.2. Daftar Tamatan (Dalam 3 Tahun Terakhir) ... 75

Tabel 4.3. Jumlah siswa Mengulang ... 76

Tabel 4.4. Kondisi Siswa ( 3 Tahun Terakhir)... 76

Tabel 4.5. Kondisi Guru... 76

Tabel 4.6. Kondisi Orang Tua Siswa ... 76

Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa ... 77

Tabel 4.8. Sarana dan Prasarana ... 78

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen... 80

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Tinggi Siswa Kelas Eksperien ... 82

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Rendah Siswa Kelas Eksperimen ... 84

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 87

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Tinggi Siswa Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Rendah Siswa Kelas Kontrol ... 91

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 93

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Motivasi Belajar Tinggi Siswa Kelas Eksperimen ... 95

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Motivasi Belajar Rendah Siswa Kelas Eksperimen ... 98


(11)

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Hasil Motivasi Belajar Rendah

Siswa Kelas Kontrol ... 105

Tabel 4.21. Uji Normalitas Data ... 108

Tabel 4.22. Rekapitulasi Uji Normalitas ... 109

Tabel 4.23. Hasil Uji Homogenitas... 109

Tabel 4.24. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 111

Tabel 4.25. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 113

Tabel 4.26. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 114

Tabel 4.27. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 116


(12)

(13)

(14)

(15)

Tidak Ada yang Sulit Apabila Dilakukan Dengan Perlahan dan Rasa Sabar

(Lisa Mallesa)

Ingatlah Senyuman Ibumu Saat Kau Memulai Hari dan Merasa Terjatuh


(16)

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau

berikan selama ini

.

Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Kedua Orang Tuaku

Terimakasih Atas Kasih Sayang Tiada Tara yang Diberikan. Telah

Merawat dan Mendidiku Dengan Penuh Kesabaran Agar Menjadi

Manusia yang Bermanfaat. Doa yang Tiada Hentinya yang Selalu

Mengiringi Jalan Kesuksesanku.

Kakak dan Adik-Adik

Terima kasih Selalu Mendoakan dan Memberikan Motivasi untuk

Kesuksesanku

.

Para Pendidik

Terima kasih Telah Berbagi Ilmu dan Pengalaman untuk Bekal

Menghadapi Kehidupan.

Sahabat sahabatku

Terima kasih Selalu Meberikan Canda dan Tawa Setiap hari.

Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku

Almamater Tercinta Universitas Lampung


(17)

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 01 Juni 1993 dengan nama lengkap Lisa Mallesa. Penulis merupakan anak ke dua dari Tiga bersaudara, Putri dari pasangan Alm Bapak M.Sahil Canon dan Ibu Yuli Astana. Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.

1. Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita Ogan Lima diselesaikan pada tahun 1998

2. SD Negeri 1 Ogan Lima diselesaikan pada tahun 2005

3. SMP Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008 4. SMA Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur UM. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Jogjakarta, Bandung dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Padang Raya Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Nurul Wathon.


(18)

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Studi Perbandingan Hasil Belajaran Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran Problem Posing Dengan Memperhatikan Motivasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihiwa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, selaku


(19)

7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku pembimbing akademik dan pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.

10. Ibu Dra. Hj. Iswani, M.Pd., selaku Kepala SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebagai tempat penelitian skripsi ini.

11. Ibu Mery Juwita, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Ekonomi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

12. Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, terima kasih atas kerjasama dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Kedua orang tuaku, Bapak ku tersayang Alm M. Sahil Canon Semoga Selalu ditempatkan ditempat terindah oleh allah SWT dan Ibu ku tercinta ibu Yuli


(20)

Terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa yang tiada hentinya, restu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan kasih sayang sepanjang masa. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk orangtuaku.AminYa Rabbal A’lamiin.

14. Kakak ku Apri Liansyah S.H., dan Adik ku Meli Lusi Ana. Terimakasih atas canda tawa yang kalian berikan kepadaku ketika aku lelah dan mulai putus asa. Terima kasih buat dukungan dan motivasi sepanjang umur ini.

15. Terimakasih kesayangku Azis Andri Bulet yang selalu sabar membimbingku disaatku mengerjakan Skripsi, selalu memberikan motivasi, Selalu Anter Kemana-mana untuk keperluan skripsi dan membantuku untuk selalu

semangat dan mengingat orang tuaku. you’re inspiration for me

16. Teman-Temanku Shindy Cimot, BigBos Maretta, Presdir Dyanti, Yessi Muslimah, Yay Strong, Mba Rika, Rinda Sahabat Kentel, DEE (Ayodhya Danari), Efha Rifki, Ahmad Irvan. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan dalam penyusunan skripsi ini love you so much.

17. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.

18. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.


(21)

20. Sahabat KKN PPL yang tak akan pernah terlupa para Jambanz Beyb, Dedek Selvin Sayang, Kakak Vita Sayang, dan Bang Juu terima kasih telah memberikan memori yang indah saat kebersamaan kita di Pekon Padang Raya kec. Kerui.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, 18 Oktober 2015 Penulis,


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Proses yang ditempuh untuk mendapatkan pendidikan atau proses dimana seseorang yang belum tau menjadi tau disebut belajar.

Jabaran UUD 1945 yang berkaitan dengan pendidikan dituangkan dalam undang-undang no.20, tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berkaitan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik, pada rentang pendidikan menengah. Maka lembaga pendidikan tersebut harus melaksanakan kurikulum yang mengembangkan sejumlah mata pelajaran, salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum SMA adalah mata pelajaran ekonomi. Ilmuekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya

yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau


(23)

Fungsi mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai

kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih

dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat

(Depdiknas 2003).

Pembelajaran ekonomi di SMA pada saat ini, makin berkembang mulai dari

penerapan model pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi maupun

pembelajaran lain, namun terdapat permasalahan pada hasil belajar mata

pelajaran ekonomi. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai

terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu

(Sudjana, 2009: 2).

Hasil belajar ekonomi di berbagai sekolah mengalami permasalahan yaitu

rendahnya hasil belajar ekonomi yang disebabkan dari berbagai faktor.

Terdapat permasalahan hasil belajar ekonomi di SMA Muhammadiyah 2

Bandar Lampung yaitu rendahnya hasil belajar pada pembelajaran ekonomi,

hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yaitu terdapat masalah pada hasil belajar

ekonomi di SMA Muhammadiya 2 Bandar lampung.

Berikut ini hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada mata pelajaran ekonomi. Tabel 1.1 Hasil MID Semester Mata Pelajaran Ekonomi siswa kelas X

SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa

<70 ≥70

1 X A 10 25 35

2 X B 18 16 34


(24)

No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa <70 ≥70

4 X D 21 19 40

5 X E 20 19 39

Jumlah Siswa 86 98 184 siswa

Presentasi 46,74% 53,26% 100%

Sumber: Guru mata pelajaran ekonomi SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa hasil belajar ekonomi siswa masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebesar 70 hanya 98 orang siswa dari jumlah 184 orang siswa atau hanya 53,26%. Sedangkan, menurut Djamarah dan Zain, (2006: 128) apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka presentasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru mata

pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung persoalan

rendahnya proses belajar dan hasil pembelajaran salah satunya disebabkan guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional dan belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan harapan pembelajaran. Dalam hal ini guru tidak menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, diperlukan persiapan mulai dari perencanaan, pembuatan perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, model pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.


(25)

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa mata pelajaran

ekonomi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung adalah motivasi

siswa terhadap mata pelajaran. Motivasi belajar menurut Suryabrata dalam Djaali (2008: 101), adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Menurut Uno (2012: 23), motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Hamiyah dan Jauhar (2014: 102) bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus.

Aktivitas siswa masih pasif pada saat proses pembelajaran sedangkan siswa diharapkan lebih aktif dalam proses belajar mengajar, keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar (Rosalia, 2005: 4).

Kurangnya keaktifan atau motivasi pada siswa hal ini terjadi karena kurang tepatnya guru memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa didalam kelas tugas guru adalah mengembangkan dan


(26)

memahami potensi yang ada didalam diri siswa. Pembelajaran sudah mulai menerapkan metode diskusi, namun masih belum mencapai hasil belajar yang maksimal dikarenakan kurangnya motivasi belajar aktif pada siswa sehingga guru kembali pada metode konvensional atau metode ceramah,

dimana pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered).

Akibatnya, siswa tidak kreatif dan kurang mendapatkan pengalaman belajar. Metode ceramah yang digunakana kurang efektif karena membuat siswa menjadi pasif, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Metode kelompok yang pernah diterapkan dalam pembelajaran dan belum mencapai hasil belajar yang maksimal hal ini dikarenakan dalam pembentukan kelompok biasanya hanya berdasarkan letak tempat duduk, urutan absen dan pemilihan teman kelompok sesuka siswa hal ini mengakibatkan kelompok belajar yang terbentuk adalah kelompok belajar yang homogen sehingga setelah terbentuknya kelompok membuat siswa yang memiliki motivasi yang tinggi berkumpul dalam satu kelompok dan siswa yang memiliki motivasi rendah menjadi pasif dalam pembelajaran, siswa menjadi bingung karena hanya mengerjakan soal dan kurang diberi pengarahan terhadap materi yang dipelajari sehingga hasil belajar tidak maksimal dan siswa tidak termotivasi didalam pembelajaran. Akibat selanjutnya, proses pembelajaran kurang melibatkan siswa dalam dunia nyatanya serta kurang mewujudkan interaksi antarsiswa.

Berdasarkan pemikiran di atas serta melihat hasil belajar siswa yang belum optimal, maka perlu adanya upaya perubahan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan meningkatkan aktivitas


(27)

siswa dalam pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar yang seharusnya sudah diterapkan di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut

adalah dengan menerapkan pembelajaran problem solving dan problem

posing.

Problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan untuk memecahkan masalah. Metode ini siswa dituntut untuk dapat mencari, menemukan dan memecahkan suatu permasalahan, baik masalah pribadi atau perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama yang berasal dari dari sumber-sumber lingkungan dalam masyarakat dan lingkungan sekolah.

Menurut Djamarah dab Zain, (2006: 103) bahwa: metodeproblem solving(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalamproblem solvingdapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Pembelajaran problem solving membuat siswa mampu menghadapi

perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

dan efektif. Problem solving melatih siswa untuk berfikir kritis yaitu

keterampilan berfikir akan suatu hal menganalisis atau mampu


(28)

Menurut Syah, (2003: 84) “berfikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berfikir dasar untuk menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interprestasi ke dalam pola penalaran logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari setiap posisi, memberikan model presentasi yang ringkas dan meyakinkan.”

Pembelajaran pada siswa terkadang hanya menitikberatkan pada pengetahuan yang mengakibatkan siswa pasif pada mata pelajaran, siswa hanya mendengarkan pada saat pembelajaran. Sedangkan, siswa diharapkan untuk lebih aktif dan dapat mengeluarkan pendapat pada saat pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran problem solving menekankan siswa menyelesaikan masalah

yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri pembelajaran problem

solving. Pertama, pembelajaranproblem solving adalah rangkaian aktiviatas yang berpusat pada siswa artinya sejumlah kegiatan pembelajaran yang

sebagian besar dilakukan oleh siswa. Pada pembelajaran problem solving

siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam pembelajaran probem solving siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengelola data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktifitas pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah artinya

tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, problem

solvingdilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. (Sanjaya, 2010: 214-215)

Tujuan pembelajaran problem solving adalah menumbuhkan kemampuan

siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Adapun model pembelajaran yang akan


(29)

diterapkan oleh peneliti selain model pembelajaran problem solving adalah

pembelajaran problem posing yaitu pembelajaran dengan meminta siswa

untuk mengajukan soal atau masalah. Masalah yang diajukan dapat berdasarkan pada soal yang luas ataupun soal yang sudah dikerjakan. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing biasanya diawali dengan penyampaian teori atau konsep. Pada pembelajaran problem posing guru melatih siswa untuk belajar mandiri dalam pembelajaran sehingga siswa bisa aktif dan mengembangkan kemampuan kognitif maupun afektifnya.

Posisi guru dalam pembelajaran problem posing adalah sebagai fasilitator. Selain itu, guru berperan mengantarkan siswa dalam memahami konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Selanjutnya dari situasi tersebut, siswa mengkontruksi sebanyak mungkin masalah dalam rangka memahami lebih jauh tentang konsep tersebut, dalam pembelajaran ini guru selalu memotivasi siswa untuk mengajukan atau membuat soal berdasarkan materi yang telah diterangkan atau dari buku paket dan melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah, soal atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.

Pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing pada prinsipnya siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal, sebab mereka akan selalu berfikir, bukan hanya menerima saja. Sehingga


(30)

pembelajaranproblem posing cocok bagi metode yang ingin meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa.

Peneliti akan menerapkan dua model pembelajaran yaitu problem solving

dan problem posing pada dua kelas. Pemilihan kedua model pembelajaran ini dianggap mampu untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi dan pada analisis data akan memperhatikan motivasi siswa terhadap mata pelajaran.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul

Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran Problem

Posing dengan Memperhatikan Motivasi Siswa Terhadap Mata

Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar LampungTahun Pelajaran 2014/2015”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. rendahnya proses belajar yang disebabkan rendahnya kreativitas para guru dalam menerapkan model pembelajaran.

2. hasil belajar ekonomi siswa masih rendah hal ini terlihat dari jumlah siswa yang masih belum mencapai ketuntasan maksimal.

3. banyak siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran ekonomi karena mata pelajaran ekonomi dianggap membosankan.

4. kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran ekonomi, hai ini terlihat dari aktivitas siswa yang masih pasif saat pembelajaran di dalam kelas.


(31)

5. guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang seluruh pembelajarannya masih terpusat pada guru menjadikan siswa kurang kreatif dan mandiri.

6. guru sudah mulai menerapkan metode diskusi, namun masih belum mencapai hasil belajar yang maksimal, sehingga guru kembali pada metode konvensional atau metode ceramah.

7. motivasi siswa secara aktif dalam pembelajaran masih rendah hal ini tanpak dari siswa kurang menunjukan antusias dalam mengikuti pelajaran.

8. metode ceramah membuat siswa menjadi pasif, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan maka perlu membatasi permasalahan penelitian ini yaitu perbandingan hasil belajar ekonomi siswa antara yang diajar dengan mengguanakan model

pembelajaran problem solving dan model pembelajaran problem posing

dengan memperhatikan variabel moderator yaitu motivasi siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.

1.4 Rumusan Masalah

Berorientasi pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan:


(32)

1. apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajaran

menggunakan model pembelajaran problem solving dibandingkan

dengan yang menggunakan model pembelajaranprobem posing?

2. apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan model

pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem posing bagi siswa yang

memiliki motivasi tinggi terhadap mata pelajaran ekonomi?

3. apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan model

pembelajaran problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem solving bagi siswa yang

memiliki motivasi rendah terhadap mata pelajaran ekonomi?

4. apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi?

1.5 Tujuan penelitian

Tujuan pelaksaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi

siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem

solving dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran probem posing.

2. untuk mengetahui perbandingan pencapaian rata-rata hasil belajar

ekonomi antara pembelajaran problem solvingdan problem posing pada


(33)

3. untuk mengetahui perbandingan pencapaian rata-rata hasil belajaran

ekonomi antara pembelajaran problem solvingdan problem posing pada

siswa yang memiliki motivasi rendah terhadap mata pelajaran ekonomi. 4. untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi

siswa terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi.

1.6 Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. secara teoritis

a. bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah, sehingga tercipta bahan ilmiah, b. bagi para akademisi, dapat dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan,

c. bagi peneliti lebih lanjut, dapat disajiakan referensi dalam pengembangan pengetahuan tentang berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik unruk mencapai hasil belajar yang optimal.

2. secara praktis

a. bagi guru, dapat memberikan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar siswa,


(34)

b. bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu bahan rujuakan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran, c. bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, dapat

memberi rujukan guna memperbaiki kualitas pendidikan secara umum,

d. bagi peneliti sebagai bentuk praktek dan pengabdian terhadap ilmuyang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. objek penelitian

objek penelitian ini adalah pembelajaran problem solving dan

pembelajaranproblem posing, motivasi terhadap mata pelajaran ekonomi

dan hasil belajar ekonomi 2. subjek penelitian

subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil 3. tempat dan waktu penelitian

tempat pelaksaan penelitian ini adalah SMA muhammadiyah 2 Bandar Lampung dan waktu penelitian dilaksanakan semester ganjil tahun ajaran 2014/2015

4. ilmu penelitian

ruang lingkup ilmu penellitian dalam penelitian ini adalah ilmu kependidikan, khususnya bidang studi IPS ekonomi.


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang berdasarkan dalam penelitian, semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, semakin dapat dipertanggungjawabkan caranya meneliti permasalahan yang dihadapi.

2.1.1 Definisi Belajar, Teori Belajar dan Definisi Mengajar a. Definisi Belajar

Menurut Baharuddin (2007: 13) Belajar Manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. Belajar mengandung terjadi perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasaan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap (Hamalik, 2008: 45). Menurut Sardiman (2010: 20) belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang


(36)

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pendapat tradisional yang dikutip dari Sadiman dalam Hamiyah dan Jauhar (2014: 1), belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Gegne dalam Slameto (2013: 13) memberikan dua definisi, yaitu.

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang diperoleh dari instruksi. Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pengalaman yang dialaminya. Mempehatikan pandangan diatas dapat diketahui bahwa pengertian belajar secara umum adalah proses perubahan tingkah laku dari diri seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan yang berasal dari pengalaman yang dialami baik formal maupun informal, terlihat maupun yang tak terlihat, bertahan lama atau tidak bertahan lama, kearah positif atau pun negatif.

Berdasarkan dari berbagai teori, belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari diri seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang dialaminya baik formal maupun informal, terlihat dan maupun yang tidak terlihat, bertahan lama atau tidak betahan lama, kearah yang positif atau pun negatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yaitu faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.


(37)

b. Teori Belajar

Pembelajaran dikembangkan dari berbagai landasan pemikiran salah satunya adalah dikembangkan menurut paham kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan.

Berdasarkan uraian mengenai teori belajar, maka keterkaitan antara teori belajar dan model pembelajaran problem solvingdan problem posingyakni teori belajar kontruktivisme karena siswa sendiri yang harus menemukan dan mentransformasikan sendiri atau informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi miliknya dan bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapakan pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah, menememukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Sesuai dengan yang diungkapkan Slavin dalam Trianto (2007: 27) Teori pembelajaran kontruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.


(38)

Guru pada umumnya hanya memberikan pengetahuan dengan cara membaca dan memberikan ceramah pada peserta didik, namun seharusnya guru tidak hanya memberikan ceramah dan membaca buku akan tetapi memberikan sebuah pengalaman baru untuk siswa menemukan ide-ide mereka sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Slavin dalam Trianto, (2007: 27)

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan anak adalah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk prroses ini, Dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjatnya.

Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri pengetahuan dan mengartikan sendiri pengetahuan dan informasi tersebut sehingga siswa dapat aktif dalam mencari pengetahuan yaitu pembelajaran yang diesensi dari teori kontruktivis adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi miliknya. Kontruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain kontruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin dalam Trianto, 2007: 27).

Teori kontruktivisme melatih siswa untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi maupun yang sedang dihadapi, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran yang ada sehingga siswa dapat lebih paham dalam pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Suparman (2002)


(39)

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

c. Mengajar

Menurut Sardiman (2010: 47) Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, belajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.Mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus.

Mengajar membimbing dan mengawasi kegiatan pembelajaran, yaitu membantu siswa untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan di ungkapkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 5) mengajar adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Nasution dalam Hamiyah dan Jauhar (2014: 5) hal yang berhubungan dengan kegiatan mengajar, antara lain:

1) mengajar berarti membimbing aktivitas anak, 2) mengajar berarti membimbing pengalaman anak,

3) mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungannya.


(40)

Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 5) tugas guru adalah membimbing siswa untuk belajar demi pencapain perubahan tingkah laku yang diinginkan.

Mengajar adalah upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa dengan memberikan atau penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil adalah pencapaian yang berasal dari suatu usaha siswa. Sedangkan, belajar adalah tindakan siswa mengumpulkan, mencari dan mendapatkan sebuat pengetahuan. Hasil belajar adalah hasil atau kemampuan-kemampuan yang didapat oleh siswa dari tindakan belajar dan tindakan mengajar.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kempuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajari capai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Dimyanti dan Mujiono, 2006: 3).

Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman


(41)

belajarnya. Menurut Horward Kingsley dalam Sudjana (2009: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne dalam Damyanti dan Mujiono (2006: 11) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) siasat kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motoris.

Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudjana (2009: 22 ) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris, yaitu :

a. ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek kognitif pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni; (a) gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampialan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh


(42)

para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Akan tetapi ketiga ranah tersebut menjadi acuan pada para guru untuk memberikan penilaian kepada siswa.

2.1.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pendekatan sebagai prosedur yang sistematis yang dirancang dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Seperti yang dikemukakan Cahyo ( 2013: 99)

Model pembelajaran diartikan sebagi prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dapat pula diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam ruang kelas dan untuk menyusun materi pembelajaran.

model pembelajaran sebagai suatu perencanaan dapat digunakan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang juga dikemukakan oleh Joyce dalam Trianto (2007: 5)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain.

Model pembelajaran diharapkan mampu membantu siswa lebih memahami materi dan dapat dijadikan pedoman para perencanaan pembelajaran dan pengajar dalam perencanaan aktivitas belajar mengajar bagi guru serta bermanfaat bagi siswa untuk mencapai


(43)

tujuan belajar sehingga dapat terciptanya kondisi yang kondusif dalam pembelajaran.

Sedangakan menurut Seokamto dalam trianto (2007: 5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah sebagai berikut: kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perencana pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.1.4 Model PembelajaranProblem solving

Model pembelajaranproblem solvingadalah suatu metode pemecahan masalah dimana siswa mendesain sendiri bagaimana memecahkan dan menyelesaikan masalahnya yang terbagi atas beberapa kelompok kecil, dengan cara diskusi, pemahaman, pengumpulan informasi dan keterampilan berfikir kritis.

Menurut Nurlaila (2013) model pembelajaran denganproblem solving pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan yang sesuai dengan materi yang di berikan sedang siswa memdesain sendiri cara pemecahannya.

Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 126) metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.


(44)

Menurut Tan dalam Rusman (2012: 229) pemecahan masalah (problem solving) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pemecahan masalah (problem solving) kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesimbungan.

Sedangkan Menurut Boud dan feletti dalam Rusman (2012: 230) mengemukakan pemecahan masalah (problem solving) adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 129) Langkah-langkah dalam melaksanakan gaya mengajar pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

a. menyajikan masalah

guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.

b. menentukan prosedur

para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan, bila usia anak lebih muda maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.

c. bereksperimen dan mengeksplorasi

dalam bereksperimen, siswa mencoba beberapa cara untuk memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. sementara itu, guru hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan untuk membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. namun ia tidak mengemukakan jawaban, waktu harus dirancang agar cukup untuk mencari jawaban.

d. mengamati, mengevaluasi, dan mendiskusi

setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temuan dapat dipertunjukan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.

e. memperhalus dan memperluas

setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, maka perlu mempertimbangkan apa yang perlu dilakukan. Selanjutnya, setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali untuk


(45)

mengumpulkan pola gerakan dan menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya (memberikan kesimpulan).

Menurut Sanjaya (2010: 220) manfaat yang diperoleh dari penerapan pembelajaranproblem solving(pemecahan masalah) antara lain: a. mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional, b. mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis dan dinamis, c. mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain serta sikap

hati-hati dalam mengemukakan pendapat,

d. memberikan pengalaman proses dalam menarik kesimpulan bagi siswa.

Pembelajaran problem solving dapat membangun siswa untuk mengembangkan ide-ide yang ada dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran, membantu siswa untuk membentuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapi atau yang sedang dihadapi oleh siswa sehingga siswa dapat berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah. Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan pembelajaran problem solving Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 130)

a. Kelebihan penggunaan pembelajaranproblem solvingantara lain: 1) metode ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa

akan meningkat,

2) meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa,

3) dengan menggunakan metode ini, materi yang dipelajari akan tahan lama,

4) masing-masing siswa diberikan kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri, 5) para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain, 6) dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan

lisannya,


(46)

8) dapat merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

b. Kekurangan penggunaan pembelajaranproblem solvingantara lain: 1) bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka

pengajaran ini akan sangat membosankan,

2) bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsi menjadi latihan. bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut,

3) metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu mengeluarkan pendapat secara lisan,

4) memakan waktu yang lama,

5) kebutuhan bahan kadang-kadang sukar dicapai,

6) memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran lain.

2.1.5 Model PembelajaranProblem posing

Model pembelajaran problem posing adalah pembelajaran dimana siswa dibagi atas kelompok-kelompok kecil dan siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mangajukan pertanyaan seputar materi yang disediakan serta siswa mendesain cara pemecahan masalah dari permasalahn tersebut.

Menurut Nurlaila (2013) Model pembelajaran Problem posingadalah suatu pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannya.

Cankoy dan Darbaz dalam Sriwenda (2013) menyatakan bahwa Problem posing memberikan kelebihan pada siswa dalam hal memperoleh pengetahuan dengan cara menganalisa suatu masalah.


(47)

Hal ini dapat dilihat dari tiga hal yaitu pengulangan masalah, visualisasi masalah dan penalaran kualitatif siswa.

Meskipun objek utama dalam problem posing adalah mengaktifkan dan mendalami pembelajaran, sebenarnya dapat memaknai sebagai penguatan pembelajaran berupa:

a. memberikan cara baru untuk menetapkan ukuran dalam belajar dan mengajar,

b. memberikan cara yang efektif untuk motivasi belajar,

c. kita akan memperoleh timbal balik dari para siswa melalui pertanyaan-pertanyaan mereka dan partisipasi dalam kelompok (Dongseng dalam Napirin, 2011: 85)

Pembelajaran problem posing dapat membangun siswa untuk mengembangkan ide-ide yang ada dapat memberikan pengalaman bagi siswa yang malu bertanya yaitu siswa dapat memberikan pertanyaan melalui rangkuman atau tulisan soal-soal yang akan dibahas, membantu siswa untuk membentuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapi atau yang sedang dihadapi oleh siswa sehingga siswa dapat berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah. Manfaat pembelajaran problem posing menurut Napirin (2011) yaitu:

a. membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan keyakinan dan kesukaan terhadap pelajaran sebab ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performennya dalam pemecahan masalah,

b. membentuk siswa bersikap kritis dan kreatif,

c. dapat mempromosikan semangat inkuiri dan bentuk pikiran yang berkembang danfleksibel,

d. mendorong atau memotivasi siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya,

e. mempertinggi kemampuan pemecahan masalah, sebab pengajuan soal memberikan penguat-penguat dan memperkaya konsep-konsep dasar,


(48)

f. menghilangkan kesan seraman dan kekunoan dalam belajar, g. memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, h. membantu siswa dalam mengingat materi pelajaran,

i. membantu memusatkan perhatian pada pelajaran,

j. mendorong atau memotivasi siswa lebih banyak membaca materi pelajaran.

Pembelajaran problem posing memiliki kelemahan serta kelebihan yang mungkin dapat berpengaruh terhadap siswa. Kelebihan dan kelemaha model pembelajaran problem posing menurut Naripin (2011).

Kelebihan model pembelajaranproblem posingadalah: a. mendidik murid berfikir kritis,

b. siswa aktif dalam pembelajaran, c. belajar menganalisa suatu masalah, d. mendidik anak percaya diri sendiri.

Kelemahan model pembelajaranproblem posingadalah: a. memerlukan waktu yang cukup banyak,

b. tidak bisa digunakan di kelas-kelas rendah, c. tidak semua murid terampil bertanya.

Pembelajaran problem posing dapat dikatakan mirip dengan pelaksanaan pembelajaranproblem solvingyaitu pembelajaran dengan memecahkan masalah, akan tetapi terdapat perbedaan pada pelaksaannya. Pelaksanaan Pengajaran dengan Pendekatan Problem posingMenurut Suryosubroto (2009: 212-214) yaitu:

a. tahap perencanaan

1) penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pembelajaran,

2) guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan mempersiapkannya,

3) guru menyusun rencana pembelajaran, termasuk diantaranya kisi-kisi hasil belajar ranah kognitif dan afektif.

b. tindakan

1) guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan mengharapkan kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti


(49)

dengan baik proses pembelajaran baik dari segi frekuensi maupun intensitas,

2) guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik ke dalam sejumlah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas adalah 30 orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan proposional maka setiap kelompok terdiri atas 5 orang sehingga akan ada 6 kelompok. Fungsi pembagian kelompok ini antara lain untuk memperoleh pengamatan yang terfokus, namun juga merata, dalam arti setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan heterogen,

3) pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok,

4) masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posingi yang telah disiapkan (antara 5-7 pertanyaan), 5) kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian

dilimpahkan pada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan di kritisi, tugas kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2 diserhkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 6 kepada kelompok 1,

6) setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat kelompok lain tersebut. setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada kelompokproblem posingii,

7) pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing i dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posingii diserahkan kepada guru,

8) setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain.

c. observasi

Kegiatan observasi sebenarnya dilakukan bersamaan dan setelah rangkaian tindakan yang diharapkan pada siswa. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan tindakan adalah pengalaman terhadap aktivitas dan produk dalam kelompoknya masing-masing dan


(50)

terhadap kelompok lainnya. Produk yang dimaksudkan disini adalah sejauh mana kemampuannya dalam membentuk pertanyaan. Apakah pertanyaan ataupun aktivitas lebih mengarah pada aspek afektif.

2.1.6 Mata Pelajaran Ekonomi

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti “keluarga rumah tangga” dan nomos “peraturan, aturan hukum” dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau managemen rumah tangga. Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai indsividu-individu dan masyarakat membuat pilihan dengan atau tanpa penggunaan uang dengan menggunakan sumber daya yang terbatas, tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan sekarang dan dimasa datang, kepada berbagai individu dalam golongan masyarakat (Samuelson dalam Sukirno, 2003:10).

Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan atau distribusi (Depdiknas 2003). Pembelajaran ekonomi di sekolah diharapkan mengajarkan siswa pengetahuan dan pengalaman baru dalam pelaksaan pembelajaran, sehingga pembelajaran yang diberikan dapat membekali siswa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan mata pelajaran ekonomi sendiri adalah untuk membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam lingkungan rumah tangga dan masyarakat. Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara


(51)

mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat (Depdiknas 2003).

tujuan mata pelajaran ekonomi di sekolah adalah:

a. membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat dan negara,

b. membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya,

c. membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha,

d. meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional (Depdiknas 2003).

Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan kehidupan terdekat hingga meliputi lingkungan terjauh. Meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. perekonomian b. ketergantungan

c. spesialisasi dan pembagian kerja d. perkoperasian

e. kewirausahaan

f. akuntansi dan manajemen (Depdiknas 2003)

Tabel 2.1 Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar Mata Pelajaran Ekonomi SMA Kelas X, Semester 2

Standar Kopetensi Kopetensi Dasar IV. Memahami kebijakan

kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi

4.1 Mendeskripsikan perbedaan antara ekonomi nikro dan ekonomi makro

4.2 Mendeskripsikan masalah masalah yang dihadapi pemerintah dibidang ekonomi


(52)

Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional (PN)

PDB,PDRB,PNB,PN

5.2. Menjelaskan manfaat perhtungan pendapatan nasional

5.3. Membandingkan PDB dan penapatan perkapita indonesia dengan negara lain

5.4. Mendeskripsikan indeks harga dan inflasi

VI. Memahami Konsumsi dan Investasi

6.1 Mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabung 6.2 Mendeskripsikan kurva

permintaan investasi VII. Memahami Uang dan

Perbankan

7.1. Menjelaskan konsep permintaan dan penawaran uang

7.2. Membedakan peran bank umum dan bank sentral 7.3. Mendeskripsikan lebijakan

pemerintah di bidang moneter

(Sumber : Guru Mapel Ekonomi SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung)

2.1.7 Motivasi

Motivasi menurut Suryabrata dalam Djaali (2008: 101) adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan, Djaali (2008: 102) dan menurut Sardiman (2010: 73) motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Hakikat


(53)

motivasi belajar menurut Uno (2012: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

a. adanya hasrat dan keinginan berhasil, b. adanya dorongan,

c. adanya harapan dan cita-cita masa depan, d. adanya penghargaan dalam belajar,

e. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

f. adanya lingkungan yang belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sehubungan dengan suatu tujuan, terdapat tiga fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2010: 85)

a. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesui dengan rumusan tujuan

c. menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktu untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Fungsi lain motivasi adalah pendorong untuk mencapai prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik (Sardiman, 2010: 85). Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong atau sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Fungsi motivasi belajar adalah mendorong manusia untuk selalu berbuat sebagai tindakan memacu diri melakukan sesuatu,


(54)

menentukan arah perbuatan sehingga manusia terarah pada tujuannya, dan menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan yang bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk mencapai tujuannya.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Sumber 1 Yuanita Mahardhika Basuki.(200 9). Penerapan metode pembelajaran problem solving dan STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMAN 1 Kertosono Bahwa penerapan pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar pada siklus hasil I hasil belajar yang diperoleh melalui rata-ata klasikal pre tes adalah 51,21, dan rata-rata post tes adalah 70,49. Siklus II diperoleh rata-rata klasikal hasil belajar sebesar 88,54. Http://libary. um.ac.id/free contents/inde x.php/pub/det ail/37328.htm l 2 Nurlaila Rajabiah Perbandingan hasil belajar dan kecakapan berfikir rasional siswa menggunakan pembelajaran problem solving dan pembelajaran problem posing Bahwa penerapan pembelajaran problem solving danproblem posing meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata n-gain pada pembelajaran problem solving sebesar 65,79% (kategori tinggi) dan pembelajaran problem posing sebesar 42,10% (kategori sedang). Kenaikan skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 59%.

Skripsi FKIP Unila


(55)

3 Ida Nuri Fitria Studi komparatif hasil belajar ekonomi melalui model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran problem posing dengan memperhatikan sikap siswa Rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajaranya menggunakan model pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing bagi siswa yang memiliki sikap pisitif terhadap pembelajaran. Hal ini dibuktikan dari pengujian hipotesis dengan

menggunakan rumus analisis t-test separated, diperoleh

=2,989 dan =2,086 pengujian hipotesis tolak Ho dan terima Ha

Skripsi FKIP Unila

Beberapa hasil penelitian yang relevan diatas yaitu model pembelajaran problem solving dan problem posing maka peneliti menduga dari kedua model pembelajaran tersebut jika diterapkan di SMA Muhammadyah 2 Bandar Lampung maka akan meningkatkan hasil belajar siswa karena kedua model pembelajaran tersebut memiliki tujuan untuk mambuat siswa mandiri, kreatif, dan aktif dalam pembelajaran.


(56)

2.3 Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang tepat akan membuat pembelajaran semakin menyenangkan, menarik dan tidak monoton sehingga siswa lebih mampu memahami materi yang diajarkan. Namun pada kenyataannya guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau metode ceramah. Dalam pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis masalah akan membuat siswa lebih dominan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini hanya membandingkan antara model pembelajaran problem solving dan problem posing.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran problem solving dan problem posing. Variabel terikat (dependen) pembelajaran ini adalah hasil belajar ekonomi siswa melalui kedua pembelajaran. Hasil belajar ekonomi dengan menerapkan pembelajaran problem solving dan hasil belajar ekonomi dengan menerapkan pembelajaran problem posing. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.

Pembelajaran problem solving menuntut siswa untuk mampu berfikir kreatif, kritis, logis, dan analisis sehingga mampu untuk merumuskan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, serta menentukan dan menerapkan strategi pilihan pemecahan masalah.


(57)

Pembelajaranproblem posing adalah suatu pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannya.

Motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang tedapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).

2.3.1 Perbedaan antara Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Pembelajaran Problem solving Dibandingkan yang Pembelajarannya Menggunakan PembelajaranProblem posing

Pembelajaran problem solving sebagai rangkaian aktivitas melatih siswa menghadapi berbagai masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran problem solving menuntut siswa untuk mampu berfikir kreatif, kritis, logis, dan analisis sehingga mampu untuk merumuskan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, serta menentukan dan menerapkan strategi pilihan pemecahan masalah, (Hamiyah dan Jauhar, 2014: 126).

Problem posingadalah suatu pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan


(58)

selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannya, (Nurlaila, 2013).

Kelebihan pembelajaran Problem solving menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 130):

1. metode ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat,

2. meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa,

3. dengan menggunakan metode ini, materi yang dipelajari akan tahan lama,

4. masing-masing siswa diberikan kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri, 5. para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain,

6. dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya,

7. dapat berpikir dan bertindak kreatif,

8. dapat merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

Kelebihan model pembelajaran problem posing menurut Naripin (2011) adalah:

1. mendidik murid berfikir kritis, 2. siswa aktif dalam pembelajaran, 3. belajar menganalisa suatu masalah, 4. mendidik anak percaya diri sendiri.

Problem posing atau pengajuan masalah-masalah yang ditungkan dalam bentuk pertanyaan yakni memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif, (Suryosubroto, 2009: 203). Pembelajaran problem solving maupun pembelajaran problem posing


(59)

dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran, serta dapat meningkatkan kerjasama siswa antar kelompok.

Strategi pembelajaranproblem solvingyaitu: a. guru menyajikan masalah

guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.menentukan prosedur,

b. bereksperimen dan mengeksplorasi

dalam bereksperimen, siswa mencoba beberapa cara untuk memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan, c. mengamati, mengevaluasi, dan mendiskusi

setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. Aneka macam hasil temuan dapat dipertunjukan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas,

d. memperhalus dan memperluas

setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainya dan mengevaluasi alasan dibalik pemecahan yang dipilih selanjutnya, memberikan kesimpulan, (Hamiyah dan Jauhar, 2014: 129).

Menurut Suryosubroto (2009: 212-214) straregi pembelajaranproblem posingyaitu :

a. tahap perencanaan

1) penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pembelajaran, 2) guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan

mempersiapkannya,

3) guru menyusun rencana pembelajaran, termasuk diantaranya kisi-kisi hasil belajar ranah kognitif dan afektif.

b. tindakan

1) guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa,

2) guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa,

3) pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok,

4) masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing I yang telah disiapkan (antara 5-7 pertanyaan),


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem solving dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing. Perbedaan ini terjadi karena adanya penggunaan model pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, perbedaan pelaksanaan kedua model tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah pada kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini disebabkan nilai rata-rata hasil belajar tinggi diperoleh pada siswa yang memiliki motivasi tinggi sedangkan nilai rata-rata hasil belajar terendah diperoleh siswa yang memiliki motivasi rendah.

3. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki motivasi tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranproblem solving lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing. Hal ini disebabkan karena model


(2)

130 pembelajaran problem solvingmemanfaatkan motivasi siswa yang unggul yang memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan siswa lainnya yang memiliki motivasi rendah.

4. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki motivasi rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranproblem solving lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing. Hal ini disebabkan oleh struktur model pembelajaranproblem posingyang lebih mudah dipahami dan diikuti oleh siswa yang memiliki motivasi rendah.

5. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi siswa pada mata pelajaran ekonomi. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh bersama atau joint effect antara model pembelajaran dengan motivasi siswa terhadap rata-rata hasil belajar ekonomi .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Studi Perbandingan Hasil belajar Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Problem solving dan Model Pembelajaran Problem posing dengan Memperhatikan Motivasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”, maka peneliti memberi saran sebagi berikut.

1. Model pembelajaranproblem solvingdanproblem posingdapat digunakan karena model ini dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa sesuai dengan motivasi siswa.


(3)

2. Setiap memulai pembelajaran hendaknya guru memotivasi siswa, agar model pembelajaran yang di pergunakan dapat berjalan dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung. Namun, penerapannya harus disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 3. Jika sebagian besar siswa memiliki motivasi tinggi terhadap materi yang

akan dipelajari, maka guru dapat menggunakan model pembelajaran problem solving, karena dengan model ini siswa dapat mengembangkan materi pelajaran dengan konsep yang dimilikinya, dan menjadi fasilitator bagi teman-teman yang memiliki motivasi rendah. Namun, penerapannya harus disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

4. Jika sebagian besar siswa memiliki motivasi rendah terhadap materi yang akan dipelajari, maka guru dapat menggunakan model pembelajaran problem posing, karena struktur model problem posing ini merupakan salah satu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok mengajukan pertanyaan yang mungkin tidak dipahami oleh setiap siswa sehingga dapat mempermudah siswa untuk memahami materi. Namun, penerapannya harus disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

5. Model pembelajaran problem solving dan problem posing dapat digunakan untuk melihat adanya interaksi yang terjadi terhadap motivasi yang dimiliki siswa.

6. Meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa baik siswa yang memilliki motivasi tinggi maupun motivasi rendah dapat menggunakan model


(4)

132 pembelajaran problem posing, hal ini dikarenakan bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun siswa yang memiliki motivasi rendah dapat mengikuti pembelajaran dan mengembangkan potensinya dengan baik pada penerapan model pembelajaranproblem posing.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2006.Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Baharudin. 2007.Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz media.

Cahyo, Agus N. 2013.Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: DIVA Press.

Dimyati dan Mujiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali.2008.Psikologi Penidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik.O. 2008.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamiyah dan Jauhar. 2014.Strategi BelajarMengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Napirin, Akhmad. 2011.Perbandingan Hasil Belajar Dan Kecakapan Berfikir Rasional Siswa Menggunakan Pembelajaran Problem Solving Dan Pembelajaran Problem Posing. Skripsi. Universitas Lampung.

Nurlaila, Nunung, dkk. 2013.Pembelajaran Fisika Dengan Pbl Menggunakan Problem Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari Kreativitas Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.ISSN.Volume 2, No.2,

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains,27 Desember 2014.

Rasyid dan Mansur. 2008.Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka. Rusman. 2012.Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme

guru). Jakarta: Raja Grafindo.

Rosalia. 2005. http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-dalam-proses-pembelajaran.html di akses 04 Desember 2014

Sanjaya, Wina . 2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.


(6)

Slameto. 2013.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriwenda, Ai. 2013.Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). ISSN.Volume 2, No. 2, http://eprints.uns.ac.id/11686/1/929-3376-2-PB.pdf, 05 Januari 2015 Sudjana, Nana. 2009.Penilaiana Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sudjarwo. 2009.Metode penelitian pendidikan. Bandung: Mandar Maju. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukirno, Sadono. 2003.Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Suparman, Agus. 2002.Macam-Macam Teori Belajar. ISSN.Volume 2, No. 2, http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/) di akses 15 Desember 2014

Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibin. 2003.Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007.Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


Dokumen yang terkait

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2

0 2 108

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2

0 5 107

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCAFFOLDING DAN PBI (PROBLEM BASED INTRODUCTION) DENGAN MEMPERHATIKAN CARA BERPIKIR DIVERGEN DAN KONVERGEN PADA SISWA KELAS X IPS SMA YP UNILA BANDAR LAMPUN

1 24 119

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016

0 8 111

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMA KEMALA BHAYANGKARI KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2015/201

0 7 90

PENINGKATAN PRESTASI MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tah

0 2 11

PENINGKATAN PRESTASI MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tah

0 4 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 20

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Studi Komparasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Antara Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa

0 2 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKONOMI DI SMA BATIK 2 SURAKARTA

0 0 16