ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI BALAI PENGOBATAN IMAM BONJOL BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI BALAI PENGOBATAN IMAM BONJOL BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fariz Fadhly Tanjung

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan kesehatan menyeluruh yang menggabungkan beberapa program kesehatan yang telah ada sebelumnya seperti Jamkesmas, Jamkesda, Askes dan Jamsostek yang mulai dilaksanakan sejak 1 Januari 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross-sectional dengan cara pengumpulan data primer melalui pengisian kuesioner oleh responden. Penelitian dilakukan pada bulan November hingga Desember 2014 dengan jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 131 responden.

Hasil penelitian menunjukkan secara statistik dengan uji Chi-square didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,02), sikap (p=0,034), informasi (p=0,000) dan pelayanan petugas kesehatan (p=0,043) terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan variabel yang berpengaruh adalah sikap (p=0,018), informasi (p=0,000) dan pelayanan petugas kesehatan (p=0,016). Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemanfaatan JKN adalah sikap dengan OR=0,282(95%CI:0,099-0,808) dan faktor yang paling kurang berpengaruh adalah informasi dengan OR=0,127(95%CI:0,046-0,680).


(2)

ABSTRACT

FACTORS ANALYSIS THAT INFLUENCE THE UTILIZATION OF JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PROGRAM IN IMAM

BONJOL CLINIC BANDAR LAMPUNG

By

Fariz Fadhly Tanjung

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) is a comprehensive health insurance program that combines several health programs that came first as Jamkesnas, Jamkesda, Askes and Jamsostek and effective in 1 January 2014. The aim of this study was to determine factors that influence utilization of Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) program in Imam Bonjol clinic Bandar Lampung.

This study used a cross-sectional design by collecting primary data through questionnaires by respondents. The study was conducted from November to December 2014 the number of respondents who filled questionnaire is 131 respondents.

The results showed that there was a relationship between knowledge (p = 0.02), attitude (p = 0.034), information (p = 0.000) and health personnel’s attitude (p = 0.043) with the utilization of health insurance national (JKN). The results of multivariate analysis with logistic regression method shows that influential variable was the attitude (p = 0.018), information (p = 0.000) and health personnel’s attitude (p = 0.016). The most dominant factor that influence the utilization of JKN is the attitude with OR = 0.282 (95% CI: 0.099 to 0.808) and the least influential factor was the information with OR = 0.127 (95% CI: 0.046 to 0.680).


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL (JKN) DI BALAI PENGOBATAN IMAM BONJOL

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fariz Fadhly Tanjung

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

Fartz

Fadhly

Tanjtmg,,.,

,.,

,: ::

111S011039

It1arna,Mahsiswa ' Nomor F.skok Mahgsisw.4

Fro$wl

Strdi

.. :Fakultas,

Pedidikail

200604 2 001

LisiswanJil

M.

M€d. Ed

198S1005 20081?,2 001

dr;Fitria

2" Dekan Fakultas Kedokteran

MJiomed


(5)

Ket$a

:

dr.

Fitria

Saftarina, MrSe*DK

Sekset*is :

rdr.Rik*

2. ,'D*an Fakultss


(6)

Nama

NPM

Tempat, tanggal lahir Alamat

Fariz Fadhly Tanjung

I l l80r 1039

Medan,23 April 1993

Jalan Nusantara No.Ol RT. 002 Labuhan Ratu, Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Analisis Faktor=Faktor Yang

mempengaruhi Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung" adalah benar hasil karya

penulis sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya

penulis lain dengan cara yang tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang biasa disebut plagiarisme. Jika dikemudian hari ternyata ada hal yang melanggar dari ketentuan akademik Universitas maka saya bersedia bertanggung jawab dan menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demikian pemyataan

ini

penulis buat dengan sebenar-benarnya

dan

atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan, Sumatera Utara pada tanggal 23 April 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Hutman Koto, ST dan Ibu Kartini Tanjung.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Teratai yang diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 105387 Sei-karang pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Bilah Hulu pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 3 Plus Rantau Utara. Saat menjadi siswa SMA penulis aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) serta menjadi ketua Kelompok Ilmiah Remaja Biologi (KIR Biologi).

Pada tahun 2011, penulis terdaftar menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas lampung melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan. Pada Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI Ibnu Sina), penulis diamanahi sebagai Sekertaris Umum FSI Ibnu Sina periode 2012-2013. Pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas penulis menjadi anggota Bidang Eksternal dan Kajian Strategis (Kastrat). Pada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas sebagai Ketua Umum periode 2013-2014.


(8)

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami

buatkan untuk manusia; dan tiada yang

memahaminya kecuali orang-orang yang


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil „alamii, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah

Subhanahu wa ta'ala yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada uswatun hasannah kita Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang atas jasa beliaulah kita semua dapat merasakan indahnya Islam.

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Balai Pengobatan Imam Bonjol

Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak DR. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


(10)

4. Ibu dr. Rika Lisiswanti , M. Med. Ed selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan dorongan yang sangat besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu dr. Azelia Nusadewiarti, MPH selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktu untuk membahas dan menguji serta memberikan saran-saran, ilmu dan masukan kepada penulis.

6. Ibu DR. Dyah Wulan S.R.W., SKM., M, Kes selaku pembimbing akademik pada semester tujuh yang telah banyak memberikan dorongan semangat serta nasehat kepada penulis.

7. Bapak almarhum dr. H. M. Maskur Berawi, Sp. A selaku pembimbing akademik penulis dari semester satu hingga semester enam yang turut berperan mengembangkan semangat penulis untuk menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi, semua saran dan nasihat selama ini akan senantiasa saya ingat.

8. Ibu dr. Dwita Oktaria yang telah banyak membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian serta memberikan saran dan masukan kepada penulis.

9. Ibu dr. Novita Fitriati selaku dokter penanggung jawab Klinik Imam Bonjol yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian serta banyak memberikan bantuan kepada penulis selama waktu penelitian.


(11)

Ganduik” lagi Annisa Fitri Febrianti Tanjung yang telah begitu sabar mengahadapi sifat-sifat penulis, terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga kecil bahagiaku yang senantiasa mendoakan, menguatkan dan memberi motivasi agar penulis menjadi orang yang lebih baik lagi.

11.Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita.

12.Seluruh Staf TU, Administrasi dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

13.Para Mas bro Stevan, Syafiq, Nordiansyah, Budiman, Mardiansyah, Satria, Gulbuddin dan Jaya yang senantiasa membantu dan mendukung penulis. 14.Sahabat-sahabat Keluarga Besar FSI Ibnu Sina: Kak Ismet, Kak

Herperian, Kak Chofi, Kak Muslim, Mbak Meta, Anggia, Lian, Satria, Mahendra, Prayudo, Gulbuddin, Karimah, Jeanna, Sugma, Pratiwi, Sakinah, Ferina, Purin, Ara, Rifka dan sahabat-sahabat semua yang tidak bisa ditulis satu persatu, atas nasehat, motivasi serta kerjasamanya.

15.Sahabat-sahabat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila khususnya Kabinet Kranial atas pengalaman serta ilmu yang berharga dalam berorganisasi.


(12)

17.Sahabat-sahabat Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kedokteran periode 2013-2014: Anggia, Marizka, Diah Andini, Yuda Ayu, Tiara, Satria, Jaya atas kerjasama serta pengabdiannya selama ini.

18.Sahabat-sahabat KKN 2014 Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda Lampung Selatan atas kebersamaan dan pengalaman yang pernah dilalui. 19.Kepada semua yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini mulai

dari penyusunan proposal, menyebarkan kuesioner hingga skripsi ini jadi. 20.Teman-teman angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terima kasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bandar Lampung, 19 Januari 2015

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

1. Tujuan Umum... 7

2. Tujuan Khusus... 7

D. Manfaat... 8

E. Kerangka Penelitian... 10

1. Kerangka Teori... 10

2. Kerangka Konsep...11

F. Hipotesis... 11

II. TINJAUAN PUSTKA... 13

A. Dasar Teori... 13

1. Jaminan kesehatan Nasional... 13

a. Pengertian... 13

b. Prinsip-prinsip... 14


(14)

d. Prosedur pendaftaran peserta... 20

e. Hak dan kewajiban peserta... 23

f. Masa berlaku kepersertaan... 24

g. Pembiayaan... 25

h. Cara pembayaran fasilitas kesehatan... 30

i. Pelayanan... 31

j. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional... 33

2. Perilaku Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional... 37

a. Perilaku... 37

b. Model perilaku kesehatan... 39

3. Pengetahuan... 47

4. Sikap... 49

5. Informasi... 50

6. Pelayanan petugas kesehatan... 51

B. Keterbatasan Penelitian... 53

III. Metode Penelitian... 54

A. Desain Penelitian... 54

B. Tempat dan Waktu... 54

C. Populasi dan Sampel... 55

1. Populasi... 55

2. Sampel... 56

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 58

1. Identifikasi Variabel ...58

2. Definisi Operasional Variabel... 59

E. Pengumpulan Data... 61

1. Jenis Data... 61

a. Data Primer... 61

1. Uji Validitas Kuesioner... 62

2. Uji Reliabilitas Kuesioner... 63


(15)

2. Alat Penelitian... 63

3. Cara Pengambilan Data... 63

F. Alur Penelitian... 64

G. Pengolahan dan Analisis Data... 65

1. Pengolahan Data... 65

2. Analisis Data...66

H. Etika Penelitian... 67

IV. Hasil dan Pembahasan... 68

A. Hasil... 68

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 68

2. Analisis Univariat... 70

3. Analisi Bivariat... 77

4. Analisis Multivariat... 81

B. Pembahasan... 82

1. Analisis Univariat... 82

2. Analisis Bivariat... 93

3. Analisis Multivariat...101

V. Kesimpulan dan Saran... 105

A. Kesimpulan... 105

B. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 108


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi peserta JKN... 55

2. Definisi operasional penelitian... 59

3. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Usia... 70

4. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 71

5. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 72

6. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 72

7. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan... 73

8. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan... 74

9. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Sikap...74

10. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Informasi... 75

11. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pelayanan ... 76

12. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pemanfaatan JKN... 76

13. Pengaruh Pengetahuan Responden Terhadap Pemanfaatan JKN... 77

14. Pengaruh Sikap Responden Terhadap Pemanfaatan JKN... 78

15. Pengaruh Informasi Responden Terhadap Pemanfaatan JKN...79

16. Pengaruh Pelayanan Petugas Kesehatan Terhadap Pemanfaatan JKN... 80


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 10 2. Kerangka Konsep... 11 3. Alur Rujukan JKN Provinsi Lampung... 32


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Lembar Penjelasan Kepada Responden... 111

2. Formulir Persetujuan Setelah Informed Consent... 112

3. Lembar Kuesioner...113

4. Input Data... 118

5. Hasil Statistik... 129

6. Ethical Clereance...145


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan deklarasi tersebut, pasca perang Dunia II beberapa negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya,


(20)

setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial (Kemenkes-RI, 2014).

Upaya untuk menciptakan suatu program jaminan kesehatan yang menyeluruh merupakan salah satu strategi dalam rencana jangka panjang kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 yang memiliki tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Kemenkes-RI, 2009).

Usaha pemerintah untuk menciptakan suatu jaminan kesehatan sudah dirintis pemerintah dengan menciptkan suatu bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek. Untuk masyarakat miskin maka pemerintah menggulirkan program Jamkesmas dan Jamkesda. Namun semua jaminan kesehatan yang telah ada masih terbagi-bagi sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi masalah itu maka di tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang nomor 40 tentang Sistem jaminan Sosial Nasional.


(21)

Undang-Undang ini mengamanatkan adanya suatu jaminan sosial yang bersifat wajib dan mampu menjangkau seluruh penduduk Indonesia dan pelaksanaanya dilaksanakan oleh suatu Badan Penyelenggra Jaminan Sosial (BPJS) (Kemenkes-RI, 2009).

Sebagai penguat dasar hukum maka dikeluarkanlah Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial yang didalamnya menjelaskan bahwa BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggrakan oleh BPJS Kesehatan telah mulai diimplemetasikan sejak 1 Januari 2014 dan pelaksanaanya diatur oleh beberapa peraturan seperti Peraturan Pemerintah No.101 tentang Penerima bantuan Iuran (PBI) dan Peraturan Presiden No.12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Jumlah penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 sekitar 248.818.100 jiwa dan penduduk Lampung berjumlah sekitar 7.932.100 jiwa yang menjadikan Provinsi Lampung menyumbang persentase 3,19% penduduk Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 229 per Km2. Sementara persentase angka kesakitan penduduk Indonesia sekitar 27,70% dan persentase angka kesakitan Provinsi Lampung lebih besar dari pada persentase nasional yaitu sekitar 28,65% (Badan Pusat Statistik, 2014).


(22)

Persentase penduduk Lampung yang mempunyai keluhan kesehatan cukup banyak namun tidak sebanding dengan kepemilikan jaminan kesehatan oleh setiap penduduknya. Sekitar 46,7% penduduk Lampung tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun. Sebanyak 13,9% penduduk yang sakit mengobati diri sendiri dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah 3000 rupiah. Proporsi pemanfaatan rawat jalan di Propinsi Lampung sebsesar 5,9% dengan rata-rata biaya yanng dikeluarkan sebesar 30.000 rupiah dan sumber biaya yang dikeluarkan untuk berobat jalan 71,7% berasal dari biaya sendiri. Pemanfaatan rawat inap hanya sekitar 0,9% dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sbsesar 2.000.000 rupiah. Persentase kunjungan fasilitas berobat jalan yang paling banyak dikunjungi oleh penduduk lampung adalah puskesmas atau puskesmas pembatu 32,6% diikuti oleh tempat praktik bidan 29,4% dan praktik dokter 18,5% sementara fasilitas kesehatan lain seperti rumah sakit persentase pemanfaatan rawat jalannya relatif kecil. Persentase penduduk yang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk rawat inap di Provinsi Lampung yang terbanyak adalah pada rumah sakit swasta 49,4% dan rumah sakit Pemerintah 29,9% serta sisanya pada fasilitas kesehatan lain (Riset Kesehatan Dasar, 2013).


(23)

Bukti rendahnya pemanfaatan jaminan kesehatan pada masyarakat Lampung dapat terlihat dari jumlah pasien yang terdaftar pada Klinik Imam Bonjol Bandar Lampung. Pada Klinik Imam Bonjol setidaknya ada empat ribu lebih jumlah pasien yang terdaftar di Klinik tersebut namun jumlah kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada bulan Desember berjumlah 2859 orang sehingga masih terdapat jumlah yang cukup besar pada pasien yang berobat dengan biaya sendiri.

Rendahnya pemanfaatan jaminan kesehatan penduduk Lampung tepatnya di Kota Metro pernah diteliti oleh Noviansyah, dkk (2006). Dari hasil penelitiannya faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk persepsi dalam masyarakat untuk memanfaatkan jaminan kesehatan ini diantaranyan adalah pendidikan, pengetahuan, motivasi, pengalaman dan sosialisasi.

Penelitian lain menunjukkan hasil yang kurang lebih sama seperti penelitian Sitorus (2009) yang menggunakan pendekatan melalui teori perilaku Anderson didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang paling mempengahuri pemanfaatan Jamkesmas diantaranya adalah kondisi kesehatan dan pengetahuan sedangkan yang paling kecil pengaruhnya adalah sarana dan prasarana.


(24)

Sejauh ini penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jaminan kesehatan masih terbatas pada program jaminan kesehatan yang lama dan belum ada penelitian terbaru pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan JKN khususnya pada wilayah peneliti berada yaitu Bandar Lampung. Dalam konteks wilayah Bandar Lampung, peneliti memutuskan Klinik Imam Bonjol sebagai tempat penelitian walaupun tidak dapat mewakili seluruh karakteristik fasilitas kesehatan di Bandar Lampung. Namun dapat memberikan gambaran pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional pada masyarakat Bandar Lampung mengingat bahwa Klinik Imam Bonjol terletak di pusat Kota yang mudah dijangkau dan berada di lingkungan yang padat penduduk sehingga memudahkan penduduk Bandar Lampung untuk berobat kesana. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan agar bagaimana upaya untuk meningkatakan jumlah masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan, khususnya dikalangan masyarakat Bandar Lampung.


(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik masyarakat yang melakukan pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung


(26)

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

c. Mengetahui gambaran penggunaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh masyarakat di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti dan menambah pengetahuan peneliti mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan gambaran bagaimana pengaruh faktor-faktor (pengetahuan, sikap, informasi, sikap petugas kesehatan) terhadap pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional.


(27)

3. Bagi pemerintah, dapat menjadi suatu bahan pertimbangan atau acuan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional.

4. Bagi institusi, dapat berguna sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah terkait jaminan kesehatan dimasa mendatang.

5. Bagi ilmu pengetuan, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.


(28)

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka teori

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor-faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Teori Green (1980) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2012).

Faktor Predisposisi

 Umur

 Pengetahuan

 Sikap

 Nilai

 Pendidikan

 Sosial ekonomi

Faktor Pemungkin

 Informasi

 Ketersediaan sarana dan prasarana

Fakto Penguat

 Sikap petugas kesehatan

 Sikap tokoh masyarakat

 Sikap tokoh agama

 Peraturan-peraturan yang terkait

Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan


(29)

2. Kerangka Konsep

Karena adanya keterbatasan waktu dan sumber daya dari penulis. Maka penulis hanya mengambil empat variabel yang akan dilakukan pengukuran dalam penelitian ini yaitu variabel pengetahuan, sikap, informasi dan sikap petugas kesehatan.

Gambar 3. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

Pengetahuan

Sikap

Informasi

Sikap petugas kesehatan

Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan


(30)

2. Ada pengaruh sikap masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

3. Ada pengaruh informasi kepada masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.

4. Ada pengaruh sikap petugas kesehatan kepada masyarakat terhadap pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Balai Pengobatan Imam Bonjol Bandar Lampung.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Jaminan Kesehatan Nasional

a. Pengertian

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes-RI, 2014).


(32)

b. Prinsip-prinsip

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN adalah sebagai berikut:

1) Prinsip kegotongroyongan

Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan yang berarti peserta yang mampu dapat membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena kepersertaan SJSN yang bersifat wajib dan pembayaran iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah dan penghasilan sehingga dapat terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan seluruh peserta.


(33)

3) Prinsip keterbukaan

Prinsip keterbukaan yang dimaksud adalah prinsip untuk mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.

4) Prinsip kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta secara cermat, teliti, aman dan tertib.

5) Prinsip akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas maksudnya adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

6) Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7) Prinsip kepersertaan wajib

Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program yang semuanya dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,


(34)

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

8) Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kesejahteraan peserta. 9) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Prinsip yang dimaksud adalah prinsip pengelolaan hasil berupa keuntungan dari pemegang saham yang dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta jaminan sosial.

c. Kepesertaan

Kepersertaan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional dijelaskan dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang kemudian dilakukan perbaikan penjelasan dalam Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013. Kepersertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap,


(35)

yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014 hingga mencakup seluruh penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019. Beberapa penjelasan lain mengenai kepesertaan berdasarkan Perpres tersebut antara lain adalah:

1) Peserta

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.

2) Pekerja

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Pemberi Kerja

Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta yang mengikuti program JKN terbagi dalam dua golongan yaitu

1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.


(36)

2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu: a) Pegawai Negeri Sipil;

b) Anggota TNI; c) Anggota Polri; d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan

penerima Upah.

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.


(37)

3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: a) Investor;

b) Pemberi Kerja; c) Penerima Pensiun; d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan; dan

f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar Iuran.

4. Penerima pensiun terdiri atas:

a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun; b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan

hak pensiun;

c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun; d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;

dan

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.


(38)

5. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: a) Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan c) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum

berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

d) Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

6. WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

d. Prosedur pendaftaran peserta

Prosedur pendaftaran peserta JKN dijelaskan pada Perautan BPJS No.1 tahun 2014 dan secara ringkas dijelaskan pada website BPJS (2014) adalah sebagai berikut:


(39)

1. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.

Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

2. Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

a. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :

a) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai

format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

b. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

c. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.


(40)

3. Pendaftaran bagi peserta pekerja bukan penerima upah / pbpu dan bukan pekerja

a. Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

1) Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan

2) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan Fotokopi Kartu Keluarga (KK), Fotokopi KTP/Paspor, dan Pasfoto 3 x 4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukkan Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akte Kelahiran.

3) Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account (VA)

4) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

5) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN.

b. Pendaftaran bukan pekerja melalui entitas berbadan hukum (pensiunan BUMN/BUMD)

Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta.


(41)

e. Hak dan kewajiban Peserta

Hak dan kewajiban peserta dalam menjamin terselenggaranya Jaminan Kesehatan yang mencakup seluruh penduduk Indonesia dijelaskan dalam Peraturan BPJS No. 1 tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a) Hak peserta

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagai identitas peserta;

2. Mendapatkan nomor virtual account yang digunakan untuk pembayaran iuran;

3. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memilih fasilitas kesehatan mana yang dikehendaki;

5. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.


(42)

b) Kewajiban peserta

1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena

pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama;

3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak;

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

f. Masa berlaku kepesertaan

a) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta. b) Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar Iuran


(43)

g. Pembiayaan

1) Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2) Pembayar Iuran

a) Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

b) Bagi peserta PBI yang didaftarkan Pemerintah Daerah, iuran dibayar Pemerintah Daerah.

c) Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.

d) Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

e) Bagi anggota keluarga peserta, iuran dibayar oleh peserta

f) Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak (Perpres No. 111 tahun 2013).


(44)

3) Pembayaran Iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya


(45)

iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya (Perpres No. 111 tahun 2013).

4) Besaran Iuran

a. Iuran Peserta PBI

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp 19.225,00 (sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per orang per bulan.

b. Iuran Peserta Bukan PBI

1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan.

2. Iuran sebagaimana dimaksud pada poin 1 (satu) dibayar dengan ketentuan sebagai berikut:

a) 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan b) 2% (dua persen) dibayar oleh Peserta.


(46)

3. Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan oleh:

a) Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat; dan

b) Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Daerah.

4. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah selain Peserta sebagaimana dimaksud di atas yang dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan:

a) 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan b) 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

5. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta sebagaimana dimaksud di atas yang dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan:

a) 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan b) 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.


(47)

6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja BukanPenerima Upah dan Peserta bukan Pekerja serta keluarga peserta:

a) Sebesar Rp 25.500 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

b) Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

c) Sebesar Rp 59.500 (lima puluh sembilan ribulima ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

7. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun ditetapkan sebsar 5% (lima persen) dari besaran pensiun pokok dan tunjangan keluarga yang diterima perbulan dengan ketentuan:

a) 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemerintah: dan b) 2% (dua persen) dibayar oleh penerima pensiun

8. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima


(48)

persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.

9. Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga PesertaPenerima Upah ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah per orang per bulan(Perpres No. 111 tahun 2013).

h. Cara Pembayaran Fasilitas kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs).

Kondisi geografis Indonesia menyebabkan tidak semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.


(49)

Semua fasilitas kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut (Kemenkes-RI, 2014).

i. Pelayanan

a. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. pelayanan kesehatan mencakup pelayanan promotif, preventif, luratif dan rehabilitatif termasuk pelayan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan (Peraturan BPJS No. 1 tahun 2014).


(50)

b. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.


(51)

j. Manfaat jaminan kesehatan nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat Akomodasi berupa layanan rawat inap yang dibagi dalam tiga kelas yang diseuaikan dengan kriteria peserta dan besarnya iuran. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan diberikan pada tingkat pertama dan bila diperlukan dapat dilakukan rujukan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dijamin dan tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan nasional antara lain dijelaskan dalam Perpres No.111 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;


(52)

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan

8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:

1. Administrasi pelayanan;

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan

3. Subspesialis;

4. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

7. Rehabilitasi medis; 8. Pelayanan darah;

9. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

10. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan;

11. Perawatan inap non intensif; dan 12. perawatan inap di ruang intensif.


(53)

c. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggungoleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; 6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas; 8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri; 11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk


(54)

efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu; 14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;

16. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventableadverse events); dan

17. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.


(55)

2. Perilaku pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional

a. Perilaku

Perilaku secara biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari organisme (makhluk hidup) sehingga perilaku pada manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia yang memiliki bentangan yang sangat luas karena terdiri dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan manusia seperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa dan lain sebagainya. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2012).

Dari pengertian perilaku yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2012) disebutkan bahwa perilaku yang dapat diamati dan tidak dapat diamati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku dapat dibedakan menjadi dua menurut bentuk respon yang dilakukan yaitu:

1. Perilaku tertutup adalah bentuk perilaku yang bersifat terselubung atau tertutup (covert) karena masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/ kesadaran, dan sikap sehingga belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(56)

2. Perilaku terbuka adalah bentuk tindakan nyata atau terbuka dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang). Namun dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap orang tersebut. Hal ini berarti walaupun stimulusnya sama bagi beberapa orang namun respon atau tindakanya dapat berbeda pada setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan perilaku ini disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik seseorang yang bersifat bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan secara fisik maupun lingkunagan dalam arti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku manusia (Notoatmodjo, 2012).


(57)

b. Model perilaku kesehatan

Terdapat berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemanfaatan pelayan kesehatan dalam hal ini pemanfaatan Jaminan Kesehatan. beberapa model-model tersebut antara lain:

1. Model Anderson

Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2012) adalah model sistem kesehtan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan. di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

a. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics). Karakterisitik ini menggambarkan bahwa kecenderungan suatu individu menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan kedalam tiga kelompok.

 Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

 Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras dan sebaginya.

 Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.


(58)

Sehingga Anderson percaya bahwa:

 Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik, tipe dan frekuensi penyakit serta pola penggunaan pelayanan kesehatan

 Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial dan gaya hidup akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.  Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam

penggunaan pelayanan kesehatan

b. Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics).

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan tapi individu tersebut tidak memanfaatkanya karena tidak adanya kemampuan dalam menggunakannya. Kemampuan penggunaanya dipengaruhi oleh kemampuan untuk membayar dengan sumber daya yang ada dalam hal ini sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat.

c. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics).

Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan karena mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Suatu tindakan akan terwujud apabila dirasakan ada


(59)

kebutuhan sehingga kebutuhan merupakan stimulan langsung dalam menggunakan pelayanan kesehatan. kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang dirasakan secara sujektif oleh individu dan berdasarkan penilaian klinis.

2. Model Andersen dan Anderson

Model penggunaan pelayanan kesehatan lain yang menjelaskan faktor-faktor penentu penggunaan pelayanan kesehatan dikemukakan oleh (Andersen dan Anderson, 1979) dalam Notoatmodjo (2012) :

a. Model Demografi

Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga. Variabel tersebut digunakan sebagai indikator yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Karakteristik demografi juga berhubungan dengan karakteristik sosial sperti perbedaan sosial dari jenis kelamin yang berbeda mempunyai ciri-ciri sosial yang berbeda.


(60)

b. Model Struktur Sosial

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.

c. Model Sosial Psikologis

Pada model ini variabel yang digunakan adalah ukuran sikap dan keyakinan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel tersebut mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak didalam menggunakan pelayanan kesehatan.

d. Model Sumber Daya Keluarga

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga dan cakupan asuransi keluarga atau membiyai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.


(61)

e. Model Sumber Daya Masyarakat

Pada model ini variabel yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. Model sumber daya ini kemudian berfokus pada suplai ekonomi dalam ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyrakat.

f. Model Organisasi

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang biasa digunakan adalah:

1) Gaya praktik pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)

2) Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau tidak)

3) Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)

4) Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat atau yang lainnya).


(62)

3. Model kepercayan kesehatan (The health belief models).

Model kepercayan kesehatan adalah model penjabaran dari model sosio-psikologis yang oleh Becker (1974) dalam Notoatmodjo (2012) dimana ada 4 variabel kunci yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit, yaitu :

a. Kerentanan yang dirasa (Perceived susceptibility).

Tindakan individu dalam mencari pengobatan atau melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit yang didorong oleh persepsi adanya kerentanan terhadap suatu penyakit.

b. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness).

Tindakan individu dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong oleh keseriusan penyakit itu sendiri.

c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers).

Tindakan yang dilakukan akibat kerentanan dari suatu penyakit tergantung dari manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.


(63)

d. Isyarat atau tanda-tanda (Cues).

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan diperlukan isyarat berupa faktor-faktor dari luar yang berupa pesan-pesan media massa, nasihat atau anjuran dari teman atau anggota keluarga yang pernah mengalaminya.

4. Model Green

Teori lain yang digunakan untuk mencoba mengungkapkan determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah teori yang disampaikan oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa tindakanseseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing factors).

Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (enabling factors).\

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.


(64)

c. Faktor Penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang dan masyarakat dalam memanfaatkan program Jaminan Kesehatan Nasional maka dalam penelitian ini akan dibahan lebih mendalam adalah faktor pengetahuan, sikap, informasi dan sikap petugas kesehatan.


(65)

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapat melalui proses pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yanng terdiri dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba walaupun sebagian besar pengetahuan diperoleh dari penglihatan dan pendenaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah karena hanya sebatas mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memhami diartikan sebgai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar seperti mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.


(66)

c. Analisis (analysis)

Kemampuan analisis dapat terlihat melalui kemampuan untuk menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan mengelompokkan suatu materi atau objek.

d. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada karena adanya kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kemampuan sistesis terlihat dari kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan penilaian yang ditentukan sendiri atau menurut kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara atau menggunakan kuesioner yang menanyakan materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau objek (Notoatmodjo, 2012).


(67)

4. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi menjadi faktor presidsposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai bentuk penghayatan terhadap objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Terlihat dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap penjelasan atau ceramah yang disampikan seseorang.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena adanya usaha yang dilakukan untuk menerima ide tersebut.


(68)

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (reponsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dan menanggung segala kemungkinan resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung seperti menanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2012).

5. Informasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan-keputusan sekarang atau yang akan datang (Sitorus, 2009).


(69)

Diperlukan tiga kelompok informasi menurut Artells (1981) dalam Hasibuan (2008) agar terjalinnya hubungan yang efisien antara tenaga kesehatan khususnya dokter dengan pasien. Tiga kelompok informasi itu antara lain:

a. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasi perawatan apa saja yang tersedia.

b. Keterangan yang jelas dari pasien berupa keluhan pasien dan keadaan lingkungan pasien sehingga seorang dokter mampu menerapkan ilmunya secara tepat terhdap pasien.

c. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang dideritanya.

6. Pelayanan Tenaga Keseahatan

Tenaga kesehatan menurut Wijono (1999) dalam Tarigan (2009) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan


(70)

dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyrakat, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik dan tenaga keteknisan medis. Seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat yaitu:

a. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

b. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah mendapat izin dari menteri.

c. Bagi tenaga kesehatan masyarakat ketentuan perizinan lebih lanjut diatur oleh menteri.

d. Tenaga kesehatan lulusan luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah melakukan adaptasi yang ketentuan lebih lanjut diatur oleh menteri.

Pelayanan tenaga kesehatan adalah pandangan subjek tentang pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian, kecekatan dalam meberikan pelayanan yang berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan (Tarigan, 2009).


(71)

B.Keterbatasan Peneltian

a. Penelitian menggunakan ukuran sampel yang minimal dan pemilihan sampel tanpa menggunakan sistem Random sampling sehingga pada penelitian berikutnya perlu adanya peningkatan ukuran sample untuk meningkatkan kuasa statistik (stastistical power) dan metode pengumpulan sample yang lebih acak pada beberapa lokasi atau kelompok sample.

b. Penelitian hanya dilakukan pada satu fasilitas kesehatan mengingat adanya keterbatasan waktu dan sumberdaya yang ada.

c. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini belum dikonsultasikan dengan pakar kesehatan jiwa atau pakar pendidikan dan pakar yang benar-benar ahli dalam bidang jaminan kesehatan.

d. Jumlah soal kuesioner yang cukup banyak dengan waktu pengisian yang singkat saat menunggu antrian menemui dokter saat berobat dapat menambah bias dalam penelitian karena responden bisa mengisi jawaban asal-asalan.

e. Keterbatasan referensi yang digunakan mengingat penelitian yang berhubungan tentang JKN belum ada dikarenakan program JKN sendri baru dimulai di awal 2014.

f. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan memahami peneliti dalam mengolah uji statistik terlebih pada uji multivariat.


(72)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) sehingga pengambilan data pada tiap subjek penelitian hanya dilakukan sekali saja (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Balai Pengobatan Klinik Imam Bonjol yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 43/53, Kelurahan Sukajawa Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Waktu penelitian dimulai dari September – Desember 2014. Mulai dari survei awal, pengumpulan data sampai penulisan laporan.


(73)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berobat di Klinik Imam Bonjol. Klinik Imam Bonjol mulai menerima pasien JKN sejak bulan April 2014 dan sejak saat itu Klinik Imam Bonjol menjadi fasilitas Kesehatan tingkat pertama dalam sistem JKN. Setiap bulannya terjadi perubahan jumlah peserta yang terdaftar pada Klinik Imam Bonjol.

Selain menerima pasien JKN, Klinik Imam bonjol juga tetap menerima pasien umum yang berobat dengan biaya sendiri dengan jumlah kunjungan pasien dari April hingga September 2014 mencapai 4465 kunjungan.

Tabel 1. Rekapitulasi peserta JKN terdaftar pada Klinik Imam Bonjol. Bulan (2014) Jumlah Peserta

Sepetember 2973

Agustus 3198

Juli 3205

Juni 3056

Mei 2820


(74)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling yaitu pengambilan sampel yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai dalam kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2011).

Pemilihan teknik consecutive sampling oleh peneliti adalah karena adanya keterbatasan waktu dan sumber daya peneliti untuk melakukan penelitan pada populasi yang sangat besar dan jumlah populasi yang tidak tetap karena terdapat kenaikan atau penurunan jumlah pasien tiap bulannya.

Untuk itu peneliti dengan segala keterbatasan membatasi jumlah sampel yang akan diteliti menjadi pasien yang melakukan pengobatan pada bulan November 2014 mengingat tiap bulannya jumlah peserta JKN yang terdaftar pada Klinik Imam Bonjol mengalami perubahan.

Kriteria inklusi

1. Pasien bersedia menjadi responden Kriteria eklusi

1. Pasien gawat darurat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah populasi yang besar dan cenderung tidak tetap maka peneliti menentukan jumlah sampel


(75)

berdasarkan rumus yang tidak menggunakan jumlah populasi dalam penentuan jumlah sampel.

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan jenis penelitian analisis kategorik tidak berpasangan sehingga dapat menggunakan rumus:

n1 = n2 = Zα 2PQ + Zβ P1Q1+ P2Q2

P1−P2

2

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,96.

Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84.

P2 = Proporsi pemanfaat program JKN pada kelompok berdasarkan kepustakaan 0,07

Q2 = 1-0,07 = 0,03 P1 = 0,19

P1 - P2 = 0,12

Q1 = 1-P1 = 1 -0,19 = 0,81

P = (P1+P2)/2 = (0,07+0,19)/2 = 0,13 Q = 1-P = 1-0,13 = 0,87


(76)

n1 = n2 = 1,96 2x0,13x0,87 + 0,84 0,19x0,81 + 0,07x0,03

0,19−0,07

2

= 121,97

Dengan menggunakan rumus Dahlan (2010) maka diperoleh hasil 121,97 yang kemudian dibulatkan menjadi 122 sampel.

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel a. Variabel Bebas

1. Pengetahuan masyarakat tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

2. Sikap masyarakat terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3. Informasi yang diperoleh masyarkat mengenai Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

4. Sikap petugas kesehatan kepada masyarakat terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

b. Variabel Tergantung

1. Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh masyarakat.


(77)

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 2. Definisi Operasional.

Variabel Definisi Cara ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui masyarakat tentang program JKN

Wawancara Kuesioner Terdiri dari 10 pertanyaan. Jawaban benar nilai 1, jawaban salah nilai 0 sehingga nilai maksimal 10 Baik : Jika nilai 6-10

Kurang : Jika nilai 0-5

(Arikunto, 2009).

Ordinal

Sikap Reaksi atau respon masyarkat terhadap pemanfaata n Program JKN

Wawancara Kuesioner Terdiri dari 6 pertanyaan. Sangat setuju nilai 2, setuju nilai 1 , tidak setuju nilai 0, sehingga nilai maksimal adalah 12.

Sikap mendukung jika nilai

responden > rata-rata nilai seluruh responden (7,9) dan kurang mendukung jika nilai responden < nilai rata-rata seluruh responden (7,9). Sikap baik jika nilai 8-12. Kurang baik jika nilai 0-7

(Khaerudin, 2012)


(78)

Informasi Sosialisasi, penjelasan tentang cara pemanfaata n Program JKN

Wawancara Kuesioner Terdiri dari 5 pertanyaan.

Jawaban “Ya”

diberi nilai 1

Jawaban “Tidak”

diberi nilai 0 sehingga nilai maksimal adalah 20.

Baik jika nilai 3-5 Kurang baik jika nilai 0-2 (Arikunto, 2009). Ordinal Pelayanan Petugas Kesehatan Sikap, tindakan,inf ormasi, komunikasi , keahlian dan kecekatan dalam memberika n pelayan kesehatan

Wawancara Kuesioner Terdiri dari 5 pertanyaan.

Jawaban “Ya”

diberi nilai 1

Jawaban “Tidak”

diberi nilai 0 sehingga nilai maksimal adalah 5.

Baik jika nilai 3-5 Kurang baik jika nilai 0-2 (Arikunto, 2009). Ordinal Pemanfaatan Program JKN Masyarakat berobat dengan menggunak an kartu JKN

Wawancara Kuesioner 1 = Jika jawaban

“Ya”

0 = Jika jawaban

“Tidak”


(79)

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Dalam penelitian ini sumber data adalah jawaban yang diberikan oleh para pasien yang melakukan pengobatan di Klinik Imam Bonjol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin dan metode pengisian kuesioer oleh responden. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner baru yang dibuat khusus untuk penelitian ini. Sebelum dilakukan pengambilan data kepada responden makan kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan mengenai pengetahuan, 6 pertanyaan mengenai sikap, 5 pertanyaan mengenai informasi, 5 pertanyaan tentang sikap tenaga kesehatan dan 1 pertanyaan tentang menggunakan atau tidak menggunakan Program jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner buatan sendiri yang sebelum dilakukan pengambilan data akan dilakukan uji validitas dan uji reabilitas kepada 20 sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang akan diteliti.


(80)

1. Uji Validitas

Uji validitas yang dilakukan terdiri dari dua jenis yaitu uji validitas isi pada variabel pengetahuan dan uji validitas dengan metode one shot methode pada variabel yang lain. Uji valditas isi berdasarkan pendapat ahli dengan analisis rasional. Dalam hal ini instrumen disusun berdasarkan materi sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional yang telah baku dan dapat dipercaya yang kemudian dikonsultasikan kepada dr. Fitria Saftarina, M.Sc. yang kemudian disetujui dan dikatakan valid. Uji validitas untuk variabel sikap, informasi dan pelayanan petugas kesehatan menggunakan one shot methode (pengujian internal consistency) artinya pengukuran cukup dilakukan sekali. Dikatakan Valid jika:

 Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir disebut valid

 Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel maka butir tersebut tidak valid

Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh hasil bahwa dari 17 pertanyaan semua item memiliki r hitung lebih besar dari 0,444 sehingga dapat dikatakan semua item kuesioner valid


(81)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua butir soal dinyatakan valid. Kuesioner dikatan reliabel jika:

 Jika r alfa positif dan > r tabel maka reliabel  Jika r alfa negatif atau < r tabel maka tidak reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka diperoleh nilai Alpha

Cronbach’s sebesar 0,921 dan lebih besar dari r tabel 0,444 maka

dikatakan kuesioner reliabel.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan selain dari sumber data primer tetapi berasal dari data yang dimiliki oleh Klinik Imam Bonjol seperti data jumlah pasien perbulan.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan kuesioner.

3. Cara pengambilan Data

Pada penelitian ini cara pengambilan data dilakukan dengan wawancara terpimpin dan menanyakan pertanyaan kuesioner kepada responden.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Jumlah seluruh responden yang bersedia mengisi kuesioner berjumlah 131 orang. Sebagian besar responden berusia 31-40 tahun (45,1%) dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 63 responden (48,1%) dan perempuan 68 responden (51,9%). Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dengan jumlah responden dengan pendidikan minimal SMA sebanyak 124 responden (94,6%). Sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 61 responden (46,6%) dan wiraswasta sebanyak 41 responden (31,3%).


(2)

2. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik dengan analisis bivariat Chi-square antara variabel bebas pengetahuan (p=0,02), sikap (p=0,034), informasi (p=0,000) dan pelayanan petugas kesehatan (p=0,043) terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3. Variabel bebas yang berpengaruh signifikan berdasarkan secara statistik dengan analisis multivariat regresi logistik adalah sikap (p=0,018), informasi (p=0,000) dan pelayanan petugas kesehatan (p=0,016). Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemanfaatan JKN adalah sikap dengan OR yang diperoleh adalah 0,282(95%CI:0,099-0,808) dan faktor yang paling kurang berpengaruh adalah informasi dengan nilai OR yang diperoleh adalah 0,127(95%CI:0,046-0,680).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan perubahan pada metode penelitian yang lebih sesuai agar dapat diketahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemanfaatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).


(3)

107

2. Bagi masyarakat diharapkan untuk memanfaatkan JKN karena manfaat JKN yang besar dalam melindungi kesehatan dan dapat menghindarkan masyarakat dari pengeluaran biaya yang mahal ketika sakit.

3. Bagi institusi penyelenggara program JKN yaitu BPJS Kesehatan perlu lebih meningkatkan penyebarluasan informasi dengan menggunakan berbagai media serta sosialisasi langsung pada tempat-tempat keramaian. Memperbanyak program-program preventif dan promotif sehingga menurunkan jumlah masyarakat yang sakit.

4. Bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjut perlu meningkatkan kualitas pelayanan terhadap para peserta JKN dan mampu meyakinkan peserta JKN agar merasa tidak dibedakan dengan pasien yang berobat dengan biaya sendiri.

5. Bagi institusi pendidikan perlu adanya dorongan pada peneliti lainnya untuk dapat meneliti masalah-masalah kesehatan yang bersifat sosial masyarakat dan cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyrakat secara luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Dahlan, S. 2013. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Media.

Dahlan, S. 2010. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 54

Departemen Kesehatan RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuu Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Laporan Nasional.

Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2014. Alur Rujukan Berjenjenjang Peserta BPJS

Kesehatan.

http://dinkesbandarlampung.org/alur-rujukan-berjenjang-peserta-bpjs-kesehatan/. [Tersedia pada 27 September 2014].

Halim, A. 2000. Pengaruh Karakteristik Karyawan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemelihara Kesehatan (JPK) Di Perusahaan Agung Jaya Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Halu, D. 2010. Persepsi Pasien Jamkesmas Terhadap Kepuasan Pelayanan Rawat Inap Di Rsud.Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2010 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hasibuan, AM. 2008. Pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana Puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantau Prapat [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(5)

109

Kemenkes-RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2009. Jakarta: Kemenkes-RI.

Kemenkes-RI. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi Jamina Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kemenkes-RI. Khaerudin. 2012. Determinan Pemanfaatan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga

Kesehatan Di Puskesmas Cijeruk Kabupaten Bogor Tahun 2012 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawalai Pers. hlm 53.

Kristiani, P. (2008). Socio Economic and Demographic Determinant of Maternal Health Care Utilization Indonesia. Retrieved from http: www.itpbkkbn.org. [Tersedia pada 11 November 2014].

Lubis, DRS. 2013. Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Dalam Melakukan Persalinan Di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deli Serdang [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Lukiono, WR. 2010. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Pada Ibu Hamil Miskin Di Kota Blitar [Tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Marbun, JP. 2011. Pengaruh Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung Dan Penguat Peserta Askes Sosial Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Dokter Keluarga Pt. Askes (Persero) Kota Medan Tahun 2011 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Noviansyah, dkk. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin. Berita Kedokteran Masyarakat Vol 22 (3). 115-123.

Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.


(6)

Puspita, E. 2013. Pemanfaatan JaminanPersalinan (Jampersal). Jurnal Health Quality. 3 (2). 69-140.

Pratiwi, AE. 2012. Minat Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Program

Jaminan Kesehatan Bali Mandara Studi Di Kabupaten Karangasem Dan Kabupaten Badung [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sarwono, S. 2012. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hlm 66-69.

Sastroasmoro S. Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi 4. Jakarta: Sagung Seto. 99

Sitorus, S. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Program Jamkesmas Di Kabupaten Labuhanbatu [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Medan.

Tarigan, IJ. 2009. Pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien partikulir dan hubungannya dengan loyalitas terhadap RSUD dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Yuliasman. 2014. Prosedur Pendaftaran Peserta JKN BPJS Kesehatan.

http://bpjs-kesehatan.go.id/index.php/pages/detail/2014/20. [Tersedia pada 27 September 2014].

Zainuddin. 2009. Pengaruh Faktor Predisposition, Enabling Dan Reinforcing Promosi Kesehatan Hygiene Dan Sanitasi Terhadap Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Di Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2008 [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.